Uploaded by User109364

infodatin-tuberkulosis-2018

advertisement
ISSN 2442-7659
Gambar 5. Jumlah Kasus Tbc
Berdasarkan Jenis kelamin Tahun 2017
Sumber :
AKHIRI TB
Badan Pusat Statistik, 2017. Statistik Kesejahteraan101,802
Rakyat 2017, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang
66.610
Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. National Strategic Plan of Tuberculosis
Control
2016-2020,
0
20.000 40.000
60.000 80.000
100.000
Jakarta.
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Kementerian Kesehatan RI, 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Sustainability Development Goals.
WHO, 2017. Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa.
www.who.int/gho/mortality_burden_disease/cause_death/top10/en/
TIM REDAKSI :
Penanggung Jawab
Redaktur
Penyunting
Penulis
Desainer Grafis/Layouter
: Didik Budijanto
: Rudy Kurniawan
: Nuning Kurniasih
: Marlina Indah
: Dian Mulya
Reviewer
ai
ti Samp
TB Oba
n
a
k
u
Tem
: Sulistyo, SKM, M.Epid
Sembuh
Kementerian
Kesehatandan
RI Sosial Ekonomi
ISSN 2442-7659
Gambar 5. Prevalensi Tbc menurut
Karakteristik Umur,
Pendidikan,
2018
0,8
Umur
0,7
Pusat Data dan Informasi
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Lantai 6 Blok C
Jakarta Selatan
Pendidikan
Sosial
Ekonomi
0,6
0,5
0,5
0,3 0,3 0,3 0,3
0,4 0,4 0,4 0,4
0,3 0,3
0,2
0,2
Eropa
Tamat
Tidak
Tidak
sekolah tamat SD/MI
<1 Amerika
1-4 5-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
Mediterania Timur
Sumber: Survei Prevalensi
Tuberkulosis 2013-2014,
Kemenkes RI
Pasifik Barat
Afrika
Tamat
Tamat
D1-D3/PT
SMP/MTS SMA/MA
0,2
Terbawah Menengah Menengah Menengah Teratas
Bawah
Atas
Asia Tenggara
100%
3%3% 7%
17%
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
DICARI!
Tuberkulosis
Gambar
3. Estimasi Insidens Tbc menurut Regional,
0,4
0,4 0,42016
25%
45%
Tuberkulosis
AKHIRI
TBC
PARA PEMIMPIN
UNTUK DUNIA BEBAS TBC
Hari TBC Sedunia 24 Maret
DICARI PARA PEMIMPIN UNTUK DUNIA BEBAS TBC
Pendahuluan
Pada Bulan Maret sekitar 1,3 abad yang lalu tepatnya tanggal 2 Maret 1882 merupakan hari saat
Robert Koch mengumukan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab tuberculosis (TBC) yang
kemudian membuka jalan menuju diagnosis dan penyembuhan penyakit ini.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae
dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai
MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan
diagnosis dan pengobatan TBC.
Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun 2000 dan 2015, namun
tuberkulosis masih menepati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016
berdasarkan laporan WHO(www.who.int/gho/mortality_burden_disease/cause_death/top10/en/).
Oleh sebab itu hingga saat ini TBC masih menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi salah satu
tujuan dalam SDGs (Sustainability Development Goals).
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti
dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan
gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih.
Angka prevalensi TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk. Eliminasi TBC
juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama pemerintah di bidang kesehatan selain penurunan stunting
dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi. Visi yang dibangun terkait penyakit ini yaitu dunia
bebas dari tuberkulosis, nol kematian, penyakit, dan penderitaan yang disebabkan oleh TBC.
Tema Hari TBC Sedunia tahun 2018 yaitu “Wanted: Leader for a TB Free World” yang bertujuan pada
pembangunan komitmen dalam mengakhiri TBC, tidak hanya pada kepala negara dan menteri tetapi
juga di semua level baik bupati, gubernur, parlemen, pemimpin suatu komunitas, jajaran kesehatan,
NGO, dan partner lainnya. Setiap orang dapat menjadi pemimpin dalam upaya mengakhiri TBC baik
di tempat kerja maupun di wilayah tempat tinggal masing-masing.
Walaupun setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit
tersebut berkembang pesat pada orang yang hidup dalam
kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan
lainnya. Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 136,9 per
km2 dengan jumlah penduduk miskin pada September 2017
sebesar 10,12% (Susenas, 2017).
TUBERKULOSIS
Indikator dan Target
Untuk menentukan berhasil tidaknya suatu program maka dibutuhkan indikator-indikator sebagai
bahan evaluasi dan monitoring. WHO menetapkan tiga indikator TBC beserta targetnya yang harus
dicapai oleh negara-negara dunia, yaitu:
o Menurunkan jumlah kematian TBC sebanyak 95% pada tahun 2035 dibandingkan kematian pada
tahun 2015.
o Menurunkan insidens TBC sebanyak 90% pada tahun 2035 dibandingkan tahun 2015.
o Tidak ada keluarga pasien TBC yang terbebani pembiayaannya terkait pengobatan TBC pada tahun
2035.
Sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang pada
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang SDGs menetapkan target prevalensi TBC pada
tahun 2019 menjadi 245 per 100.000 penduduk. Sementara prevalensi TBC tahun 2014 sebesar 297
per 100.000 penduduk.
Sedangkan di Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis menetapkan
target program Penanggulangan TBC nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia Bebas
TBC Tahun 2050. Eliminasi TBC adalah tercapainya jumlah kasus TBC 1 per 1.000.000 penduduk.
Sementara tahun 2017 jumlah kasus TBC saat ini sebesar 254 per 100.000 atau 25,40 per 1 juta
penduduk.
Berikut rincian target penanggulangan TBC nasional:
Tabel 1. Target Penanggulangan TBC Nasional
2014
2020
2025
2030
2035
Angka Kesakitan
299
30%
50%
80%
90%
Angka Kematian
41
40%
70%
90%
95%
INDIKATOR
1
2
Situasi di Dunia
Gambar 4. Negara-negara dengan Beban Tinggi Berdasarkan TB, TB/HIV,
dan Menurut WHO Tahun 2016-2020
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara
dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India,
Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.
Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) TBC
di Negara yang Memiliki Paling Sedikit
100.000 Kasus Baru, 2016
Gambar 2.
Estimasi Incidence Rate TBC
per 100.000 penduduk, 2016
Bangladesh
DPR Korea
Pakistan
Philippines
Russian Federation
Viet Nam
Azerbaijan
Belarus
Kazakhstan
Kyrgzstan
Peru
Republic of Moldova
Somalia
Tajikistan
Ukraine
Uzbekistan
China
Philippines
Pakistan
Number of
incident cases
100.000
500.000
Nigeria
India
1.000.000
South Africa
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45%)—dimana
Indonesia merupakan salah satu di dalamnya—dan 25% nya terjadi di kawasan Afrika seperti pada
Gambar 3 berikut ini.
17%
Afrika
Asia Tenggara
25%
45%
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high burden countries (HBC)
untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang
masuk dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau
keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia bersama 13 negara lain, masuk dalam daftar
HBC untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya Indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi
penyakit TBC.
3
Keterangan :
TB
: Tuberkulosis (TBC)
MDR : Multidrug resistant
HIV
: Human immunodefiency virus
* negara-negara yang termasuk dalam daftar 30 negara-negara beban TBC tinggi berdasarkan
tingkat keparahan TBC
Situasi di Indonesia
100%
3%3% 7%
TB/HIV
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Gambar 3. Estimasi Insidens TBC menurut Regional, 2016
Amerika
Eropa
Mediterania Timur
Pasifik Barat
Brazil
Central African Republica
Congo a
Lesotho a
Angola
Liberiaa
China
Namibia a
DR Congo
UR Tanzania
Ethiopia
Zambia a
Botswana
India
Cameroon
Indonesia
Chad
Kenya
Ghana
Mozambique
Guinea-Bissau
Myanmar
Malawi
Nigeria
Swaziland
Papua New Guine a
Uganda
South Africa
Thailand
Zimbabwe a
MDR-TB
Incidence per
100.000 population
per year
0-24
25-99
100-199
200-299
> 300
No data
Not applicable
Indonesia
2.500.000
TB
Cambodiaa
Sierra Leonea
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak
420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17
Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah
kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4
kali lebih besar dibandingkan pada perempuan.
Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi
Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali
lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.
Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain.
Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih
terpapar pada fakto risiko TBC misalnya
merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum
obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh
partisipan laki-laki yang merokok sebanyak
68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan
yang merokok.
Gambar 5. Jumlah Kasus Baru TBC
di Indonesia Berdasarkan
Jenis Kelamin, Tahun 2017
175.696
245.298
4
Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TBC dengan konfirmasi
bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi
TBC BTA positif sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas.
Berdasarkan survey Riskesdas 2013, semakin bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi.
Kemungkinan terjadi re-aktivasi TBC dan durasi paparan TBC lebih lama dibandingkan kelompok umur
di bawahnya.
Cakupan pengobatan semua kasus TBC (case detection rate/CDR) yang diobati adalah jumlah semua
kasus TBC yang diobati dan dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua kasus TBC (insiden).
Gambar 8. Cakupan Pengobatan Semua Kasus TBC (CDR=Case Detection Rate)
Indonesia Tahun 2008-2017
PERSEN (%)
Sebaliknya, semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan (yang menggambarkan kemampuan sosial
ekonomi) semakin rendah prevalensi TBC seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini.
Gambar 6. Prevalensi TBC menurut Karakteristik Umur, Pendidikan, dan Sosial Ekonomi
0,8
Umur
0,7
Pendidikan
Sosial
Ekonomi
0,6
0,5
0,5
0,4
0,4 0,4
0,3 0,3 0,3 0,3
<1
Sumber: Ditjen
0,4 0,4 0,4 0,4
0,3 0,3
0,2
0,2
0,2
1-4
5-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
Sumber: Survei
Tidak tamat Tamat Tamat
Tamat
Tamat
Tidak
SD/MI SMP/MTS SMA/MA D1-D3/PT
sekolah SD/MI
Terbawah Menengah Menengah Menengah Teratas
Bawah
Atas
Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Kemenkes RI
Gambaran kesakitan menurut pendidikan menunjukkan, prevalensi semakin rendah seiring dengan
tingginya tingkat pendidikan. Kesakitan TBC menurut kuintil indeks kepemilikian menunjukkan tidak
ada perbedaan antara kelompok terbawah sampai dengan menengah atas. Perbedaan hanya terjadi
pada kelompok teratas. Hal ini berarti risiko TBC dapat terjadi pada hampir semua tingkatan sosial
ekonomi.
Angka notifikasi kasus/case notification rate (CNR) adalah jumlah semua kasus TBC yang diobati dan
dilaporkan di antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu yang apabila dikumpulkan
serial, akan menggambarkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan kasus
dari tahun ke tahun di suatu wilayah.
Gambar 7. Case Notification Rate (CNR) per 100.000 Penduduk di Indonesia
Tahun 2008-2017
100
80
60
40
20
0
2008
Sumber: Ditjen
5
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
2017
2008
2010
2012
2009
2011
33,5
31,3 32,9
2013
2014
2015
2016
42,4
2017
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Penyakit TBC paru yang disebabkan terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Dalam perspektif
epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga komponen pejamu
(host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul
tersebut. Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS atau orang dengan
status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan terjangkit TBC.
Berikut disajikan notifikasi kasus koinfeksi TBC HIV tahun 2010-2017, pencatatan untuk notifikasi TBC
HIV dilakukan mengikuti kohort tahun sebelumnya. Persentase pasien TBC yang mengetahui status
HIV di antara pasien TBC yang ternotifikasi meningkat dari tahun 2009 sebesar 2.393 menjadi 7.796
pada tahun 2017.
Gambar 9. Persentase Pasien TBC yang Positif HIV di antara Pasien TBC Ternotifikasi
Tahun 2009-2017
139
138 135
131 127 129 136
125 130
120
31,2 33,1
35,8
Faktor Risiko
PERSEN (%)
PER 100.000 PENDUDUK
140
30,8 30,4
34,0
Selama 10 tahun terakhir angka notifikasi dan cakupan pengobatan kasus TBC cenderung terdapat
peningkatan yang signifikan.
161
160
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Sumber: Ditjen
1,85
1,07
0,74
0,34
0,37
2009
2010
2011
0,63
2012
0,75
0,75
2013
2014
2015
1,22
2016
2017
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
6
Angka Kesembuhan dan Keberhasilan TBC
Upaya dan Pengendalian
Angka keberhasilan (succes rate) adalah jumlah semua kasus TBC yang sembuh dan pengobatan
lengkap di antara semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan yang angka ini merupakan
penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus.
Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan dengan cara:
Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;
Badan kesehatan dunia menetapkan standar keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Angka
keberhasilan pada tahun 2017 sebesar 87,8% (data per 21 Mei 2018).
PERSEN (%)
Gambar 10. Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2008-2017
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
89,5 89,2
Peningkatan daya tahan tubuh;
88,1 88,0
84,9 87,0
85,1
85,8 85,0
85,1
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Gambar 11. Hasil Pengobatan Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2017
Loss to Follow up
(Hilang dari pengamatan)
5,4%
Pindah
4,0%
Tidak dievaluasi
2,7%
Gagal
0,4%
Sembuh
42,0%
Meninggal
2,5%
Pengobatan
Lengkap
43,1%
7
Penanganan penyakit penyerta TBC;
2017
Angka kesembuhan cenderung mempunyai gap dengan angka keberhasilan pengobatan, sehingga
kontribusi pasien yang sembuh terhadap angka keberhasilan pengobatan menurun dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Dalam upaya pengendalian penyakit, fenomena menurunnya angka
kesembuhan ini perlu mendapat perhatian besar karena akan mempengaruhi penularan penyakit TBC.
Sumber: Ditjen
Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat;
Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2008
Sumber: Ditjen
Membudayakan perilaku etika berbatuk;
Temukan
i
i Sampa
TB Obat
Sembuh
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Pilar dan Komponen Penanggulangan TBC
1. Integrasi layanan TBC berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TBC.
a. Diagnosis TBC sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan TBC
secara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi berisiko tinggi.
b. Pengobatan untuk semua pasien TBC, termasuk untuk penderita resistan obat dengan
disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien (patient-centred support).
c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TBC yang lain.
d. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan berisiko tinggi
serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC.
2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.
a. Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan pencegahan
TBC.
b. Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan pemberi layanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan kerangka
kebijakan lain yang mendukung pengendalian TBC seperti wajib lapor, registrasi vital,
tata kelola dan penggunaan obat rasional serta pengendalian infeksi.
d. Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk mengurangi dampak
determinan sosial terhadap TBC.
3. Intensifikasi riset dan inovasi
a. Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode intervensi dan
strategi baru pengendalian TB.
b. Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan merangsang inovasiinovasi baru untuk mempercepat pengembangan program pengendalian TB.
8
Kementerian Kesehatan RI - Pusat Data dan Informasi - 2018
Target Penanggulangan TBC Nasional
Case Notification Rate (CNR)
per 100.000 Penduduk
di Indonesia
Tahun 2008-2017
161
160
2014
2020
2025
2030
2035
Angka Kesakitan
299
30%
50%
80%
90%
Angka Kematian
41
40%
70%
90%
95%
INDIKATOR
Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) TBC
di Negara yang Memiliki Paling Sedikit
100.000 Kasus Baru, 2016
139
136 138 135
140 131 127 129
125 130
120
100
80
60
40
Estimasi Incidence Rate TBC
per 100.000 Penduduk, 2016
PER 100.000 PENDUDUK
20
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Persentase Pasien TBC
yang Positif HIV
di antara Pasien TBC
Ternotifikasi
Tahun 2009-2017
China
Philippines
Pakistan
Number of
incident cases
100.000
500.000
Nigeria
India
Incidence per
100.000 population
per year
0-24
25-99
100-199
200-299
> 300
No data
Not applicable
Indonesia
1.000.000
South Africa
2.500.000
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Afrika
17%
Asia Tenggara
25%
45%
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
175.696
Jumlah Kasus Baru TBC
di Indonesia Berdasarkan
Jenis Kelamin
245.298
Tahun 2017
TUBERKULOSIS
DICARI PARA PEMIMPIN UNTUK DUNIA BEBAS TBC
Prevalensi TBC Berdasarkan
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
Rp
0,5
0,4 0,4
0,3 0,3 0,3 0,3
0,4 0,4 0,4 0,4
0,3 0,3
<1
0,2
0,2
0,2
1-4
5-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
Umur
Tidak tamat Tamat Tamat
Tamat
Tamat
Tidak
SD/MI SMP/MTS SMA/MA D1-D3/PT
sekolah SD/MI
Pendidikan
1,22
1,07
0,74
0,34
0,37
2009
2010
0,75
0,63
0,75
PERSEN (%)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Angka Keberhasilan Pengobatan
Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2008-2017
100%
3%3% 7%
1,85
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Estimasi Insidens TBC menurut Regional, 2016
Amerika
Eropa
Mediterania Timur
Pasifik Barat
2
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Terbawah Menengah Menengah Menengah Teratas
Bawah
Atas
Sosial Ekonomi
Sumber : Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Kemenkes RI
Hasil
Pengobatan
Pasien TBC
Semua Kasus
Tahun 2017
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
89,5 89,2
88,1 88,0
84,9 87,0
85,1
85,8 85,0
85,1
PERSEN (%)
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Loss to Follow up
(Hilang dari pengamatan)
5,4%
Gagal
0,4%
Pindah
4,0%
Tidak dievaluasi
2,7%
Sembuh
42,0%
Meninggal
2,5%
Pengobatan
Lengkap
43,1%
ai
ati Samp
n TB Ob
Temuka
Sembuh
Download