Interprofessional Education FKIK UMY T.A. 2020/2021 Tujuan Pada akhir pembelajaran modul ini mahasiswa akan dapat: 1. Menganalisis permasalahan pasien secara kolaboratif sesuai dengan peran profesi masing-masing pada kasus ibu hamil risiko tinggi 2. Merencanakan penatalaksanaan pada pasien secara kolaboratif sesuai dengan peran profesi masing-masing yang berfokus pada pasien berdasarkan bukti ilmiah terkini. 3. Mengaplikasikan prinsip patient safety dalam menganalisis permasalahan dan merencanakan penatalaksanaan 4. Melakukan negosiasi antar profesi dalam perencanaan dan penatalaksanaan yang berfokus pada pasien. 5. Mengintegrasikan nilai-nilai ke-Islaman dan etik dalam penatalaksanaan pasien. SKENARIO Seorang perempuan usia 42 tahun, menikah dan hamil 3 bulan G2P1A0 datang ke puskesmas karena panas 4 hari disertai batuk dan pilek. Pasien mengeluhkan gusinya membesar di bagian kiri bawah walaupun tidak terasa sakit. Oleh petugas di sana diberikan pengobatan tetrasiklin 500 mgx4 dan obat flu. Saat pemeriksaan kehamilan 4 bulan, hasil USG menunjukkan adanya kecacatan dalam janin yang dikandungnya. Suami menginginkan janin digugurkan sementara istri ingin mempertahankan. STEP 1: RANGKUMAN KASUS 1. Usia kehamilan 3 bulan, G2P1A0, panas 4 hari disertai batuk dan pilek, gusi membesar di bagian kiri tapi tidak sakit, diberikan tetrasiklin. Suami ingin menggugurkan kandungan tetapi istri ingin mempertahankannya. STEP 2: MASALAH/PERTANYAAN DARI MASING-MASING PROFESI 1. Pasien mengalami gusi membesar. Apa yang menyebabkan gusi pasien membesar? Bagaimana perawatan dan pencegahannya? 2. Bagaimana mekanisme dan kontraindikasi obat tetrasiklin untuk kasus diatas? 3. Apakah tetrasiklin dapat diberikan untuk ibu hamil? 4. Kondisi yang bagaimana aborsi yang legal dapat dilakukan? 5. Bagaimana tatalaksana holistic yang tepat pada kasus ini? 6. Apa upaya yang tepat untuk mengatasi masalah gigi untuk scenario tersebut? 7. Apa saja masalah dan resiko primi tua? 8. Apa saja terkait pencegahan pada kasus diatas? 9. Apakah efek samping penggunaan tetrasiklin terhadap gusi? 10. Pandangan islam dan negara terhadap aborsi sesuai kasus diatas? 11. Factor apa saja yang menyebabkan ibu memiliki resiko tinggi terhadap kehamilannya? STEP 3: BRAINSTORMING 1. Pasien mengalami gusi membesar. Apa yang menyebabkan gusi pasien membesar? Bagaimana perawatan dan pencegahannya? Apa upaya yang tepat untuk mengatasi masalah gigi untuk scenario tersebut? Jawab: a. Pada kasus ini pasien sedang hamil diagnosis nya kemungkinan epulis gravidarum hormone estrogen dan progesterone meningkat mukosa dalam mulut terpicu untuk merespon trauma ringan dalam mulut dan berlebihan. b. Peningkatan hormone tersebut (estrogen dan progesterone) vasodilatasi. Gusi mudah berdarah dan ditambah oral hygine yang buruk menyebabkan gusi menjadi lebih mudak membengkak dan mengalami perbesaran, apabila dibiarkan akan mengalami pembengkakan di jaringan periodontal. c. Untuk penanganan epulis gravidarum tergantung berdasarkan gejala lesi. Missal lesi kecil dan tidak berdarah: observasi dan pembersihan karang untuk plak giginya. Jika sudah ada rasa nyeri dan pendarahan dan mengganggu rutinitas dapat dilakukan pembedahan, harus dilakukan minimal trimester ke2, karena pada ibu hamil cenderung mengganggu mastikasi atau pemberian nutrisi kepada janin apalbila dilakukan pembedahan. d. Ibu hamil diberikan edukasi untuk menjaga Kesehatan gigi dan mulut. Pada kondisi normal memang bisa menjadi epulis gravidarum tetapi apabila tidak dilakukan perawatan dengan baik akan menjadi lebih parah. 2. Bagaimana mekanisme dan kontraindikasi obat tetrasiklin untuk kasus diatas? Apakah tetrasiklin dapat diberikan untuk ibu hamil? Jawab: a. Mekanisme kerja tetrasiklin: memasuki diniding sel bakteri dengan 2 cara: difusi dan transportasi aktif yang bergantung dengan pH. Apabila sudah masuk ke dalam bakteri kemudian akan mengikat….. sintesis protein akan dihambat yang mengarah ke efek bakteriostatik. Kontraindikasi: beresiko hepatotoksisitas pada ibu hamil dan berpotensi pada perubahan warna gigi permanen pada janin. b. Kontraindikasi untuk ibu menyusui (tetapi masih boleh mengkomsusi di beberapa sumber): menyebabkan bayi akan kekurangan kalsium c. Tetrasiklin termasuk antibiotic spektrum luas. Efek paling berbahaya yaitu pada trimester satu sesuai dengan scenario. Obat ini bersifat teratogenic yang menyebabkan kecacatan janin yang tersimpan di tulang janin kemudian tulang abnormal dan kecatatan pada trimester 1. Kalau pada trimester 2 dan 3 akan mengakibatkan perubahan warna kekuningan yang permanen. 3. Kondisi yang bagaimana aborsi legal dapat dilakukan? Pandangan islam dan negara terhadap aborsi sesuai kasus diatas? Jawab: a. terdapat beberapa pasal-pasal (pasal 75 ayat 1 UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan) yang menjelaskan tentang aborsi legal. Pasal 76 dapat dilakukan yaitu sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid kecuali kedaruratan medis. secara pandangan islam sebelum ditiupkan roh dan sesudah ditiupkan roh. Yang sebelum yaitu haram diaborsi, tidak boleh walaupun sebelum 40 hari. Kalua sesudah ditiupkan roh tetap haram dilakukan sesuai surah QS. ALIsra’ (17): 31 dan 33 dan QS. Al-An’am (6):151 b. Pada dasarnya setiap orang dilakukan untuk melakukan aborsi pada pasal 75 ayat 1 tentang Kesehatan, tetapi larangan tersebut dikecualikan pada pasal 75 ayat 2 apabila ada kedaruratan medis pada trimester awal kehamilan atau dapat membahayakan janin maupun si ibu, seperti kecacatan dan resiko-resiko lain, trauma-trauma psikologis maupun korban pemerkosaan dan si ibu memiliki penyakit yang berat dan telah diputuskan oleh tim dokter. Berdasarkan fatwa dari majelis ulama Indonesia tentang aborsi yaitu aborsi haram tetapi dengan pengecualian yaitu kedaruratan seperti mengancam nyawa ibu dan juga bayi. Keadaan hajat yang diperbolehkan aborsi yaitu janin yang dikandung mengalami kecacatan genetic. Yang kedua yaitu telah ditetapkan oleh tim seperti keluarga korban, dokter dan juga ulama. Hasil pemerkosaan juga harus dilakukan tetapi sebelum janin berusia 40 hari dan hanya dilakukan oleh fakes yang telah dirujuk oleh tim. Aborsi haram dilakukan apabila hasil zina. c. Sudut pandang negara yaitu pasal 36 yang berbunyi seorang wanita yang sengaja mematikan kandungan atau mengguggurkan atau menyuruh orang lain untuk itu diancam pidana minimal 4 tahun. 4. Bagaimana tatalaksana holistic yang tepat pada kasus ini? Jawab: a. Dilakukan pemeriksaan antenatal sebanyak 4 kali yang dilakukan minimal 1x pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3. b. Tujuan pengawasan antenatal untuk mengtahui secara dini: melakukanpengawasan yang lebih intensif, melakukan rujukan untuk mendapatkan Tindakan yang akurat, menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. 5. Apa saja masalah dan resiko primi tua? Jawab: a. Pada usia ibu yang lebih dari 35 tahun dan mengalami kehamilan akan mudah terserang penyakit dan kemungkinan mengalami kecacatan untuk bayinya dan mengalami BBLR, cacat bawaan sedangkan komplikasi yang dialami oleh ibu berupa pre-eklamsi, mola hidatidosa, abortus. Primi tua sekunder, ibu yang mengalami kehamilan dengan jarak persalinan sebelumnya adalah ≥ 10 tahun. Dalam hal ini ibu tersebut seolah menghadapi kehamilan yang pertama lagi. Kehamilan dapat terjadi pada ibu yang mempunyai riwayat anak pertama mati atau ibu yang mempunyai anak terkecil hidup berumur 10 tahun, serta pada ibu yang tidak menggunakan KB. Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih dapat menglami komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD), hipertensi, partus lama, partus macet dan perdarahan post partum. Komplikasi tersebut mungkin dialami oleh ibu hamil pada usia tersebut dikarenakan organ jalan lahir sudah tidak lentur dan memungkinkan mengalami penyakit. Kejadian kehamilan risiko tinggi dipengaruhi oleh umur dan paritas. Kehamilan resiko tiinggi mayoritas berumur ≥ 35 tahun dan terjadi pada grandemultipara 6. Apa saja terkait pencegahan scr umum pada kasus diatas? a. Melakukan pemeriksaan dini secara rutin terutama pada minggu-minggu awal kehamilan, agar apabila terdapat masalah pada janin maupun ibu lebih cepat teratasi b. Konsumsi vitamin missal asam folat agar membantu mencegah cacat pada bayi terutama saraf tulang belakang, menjaga pertambahan BB agar tetap stabil 11- 15 kg bisa dilakukan dengan menerapkan makanan secara sehat dan tetap berolahraga scr rutin c. Semisal ibu tidak di aborsi direkomdasikan untuk memenuhi gizinya, asam folat juga dapat bermanfaat untuk otak. Zink baik dalam perbaikan pertumbuhan tulang selama masa kehamilan. Nutrisi lain juga seperti vitamin b1, b3, fosfor, besi dll. d. Mengehntikan kebiasaan yang membahayakan Janin, missal merokok, minuman keras, dll. Deteksi kelainan kromosom pada bayi apakah kemungkinan kelainan kromosom pada kandungan. e. Segi oral hygine: 1. Apabila saat mual hindari mengkomsi permen, apalagi pada scenario ibu memiliki sakit gigi atau epulis gravidarum malah menyebabkan gigi berlubang, setelah muntah-muntah ibu hamil disarankan untuk berkumur 1 jam setelahnya karena setelah muntah suasana rongga mulut asam sehingga dapat menyebabkan erosi atau mengikis gigi. Hindari obat anti muntah dan jamu seperti obat tetrasiklin yang banyak dapat membahayakan janin(kecacatan). Konsultasikan ke dokter gigi untuk mengontrol oral hygiene nya. f. Pemilihan usia yang tepat untuk pencegahan. Primi tua itu berisiko tinggi untuk eklamsia dan preeklamsia selain itu juga dapat mengalami perdarahan PP. apabila janin dipertahankan berikan zat besi karena anemia zat besi pada ibu hamil di Indonesia masih sangat tinggi. 7. Apakah efek samping penggunaan tetrasiklin terhadap gusi? Jawab: a. Untuk penggunaan tetrasiklin lebih tepatnya berefeksamping pada gigi anak bukan gusi, dapat mengganggu pertumbuhan tulang dan gigi apda janin. Ketika ibu hamil mengkonsumsi obat tsb ibu, sehingga saat kalsium berikatan dengan obat tersebut enamel akan terkalsifikasi. Sehingga gigi mudah rapuh berwarna kekuningan atau abu-abu. 8. Factor apa saja yang menyebabkan ibu memiliki resiko tinggi terhadap kehamilannya? Jawab: a. Usia, terlalu muda <20tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu sering atau rapat (jarak kehamilan <2tahun), grandemulti, kurang informasi dari tenaga Kesehatan, social ekonomi rendah, budaya kurang mendukung. b. Pola gaya hidup, merokok, obat-obatan terlarang, minuman keras. Riwayat medis pada saat kehamilan. STEP 4: ANALISA MASING-MASING PROFESI 1. Dilihat dari sudut pandang farmasi yaitu dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat 600mcgr/hari, zink berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang. Tetrasilikin dapat menembus plasenta dan menembus barrier otak janin sehingga tidak dianjurkan mengkonsumsi. 2. Dari dokter: Mengganti tetrasilikin dengan amoksisilin, kemudian tetap di pantau apa penyebab dari masalah utama yaitu batuk, pilek dan panas selama 4 hari, kemungkinan bisa dirujuk ke laboratorium untuk diketahui penyebabnya apakah berasal dari virus, bakteri atau parasit lain agar tatalaksana lebih tertuju dan terfokus terhadap penyebabnya. 3. Dari perawat: pasien diberikan tetrasiklin sehingga …. . outcome: status coping: . intervensi yang diberikan: dukungan keluarga, identifikasi masalah keluarga yang memicu konflik, memicu harapan untuk memilih keputusan…. Deficit pengetahuan tentang aborsi saat kehamilan kurang dari 4 bulan adanya kecacatan dalam janin dan si ayah ingin mengaborsi, sehingga untuk SLKAI nya dilakukan edukasi dan diharapkan pengetahuan meningkat, intervensi edukasi dan pengetahuan meningkat dengan cara edukasi untuk melakukan pelayanan antenatal care karena kepatuhan ibu sangat memerlukan antenatal care. 4. Dari sudut pandang dokter gigi: pasien dating saat trimester pertama sehingga bisa dilakukan pembersihan mulut apablia epulis belum hilang atau berkurang sehingga bisa dilakukan pengangkatan pada trimester kedua tetapi tetapi tidak terlalu dianjurkan. epulis mengganggu dapat dilakukan pengangkatan tetpai lebih dianjurkan untukk setelah melahirkan karena biasanya epulis akan hilang setelah ibu melahirkan