Makalah Sisa Plasenta Posted on February 4, 2015 by asrikudetyass Bab I pendahuluan 1. Latar Belakang Perdarahan dalam bidang obstetri dan ginekologi hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat segera dilakukan. Oleh karena itu, setiap Perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius. (http://www.kalbe.co.id, diakses 26 juni 2010). Perdarahan dalam kehamilan dan persalinan terdiri dari pendarahan ante, intra dan postpartum (pasca persalinan). Perdarahan pasca persalinan ialah Perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dengan angka kejadian berkisar antara 5%-15% dari laporan-laporan pada negara maju maupun negara berkembang, termasuk didalamnya adalah Perdarahan karena Rest Plasent, insidens Perdarahan Pasca Persalinan akibat Rest Plasenta dilaporkan berkisar 23%-24%. (Mochtar R, 1998 ) Data World Health Organitation (WHO) sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-negara berkembang. Rasio kematian ibu dinegara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100ribu kelahiran hidup. (http://www.tenaga-kesehatan.or.id.online , diakses 15 Juli 2010).Angka Kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2009 masih menempati AKI tertinggi di Asia Tenggara yaitu 226/100.000 kelahiran hidup. Dimana, penyebab kematian ibu komplikasi akibat kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini diikuti oleh tingginya AKB ditingkat ASEAN khususnya negara Indonesia yang berkisar 26/1000 kelahiran hidup. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. (http://www.depkes.go.id diakses 15 Juli 2010). BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian 1. Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membranya dalam cavum uteri. (Saifuddin, A.B, 2002) 2. Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum sekunder (Alhamsyah, 2008). B. Penyebab 1. Pengeluaran plasenta tidak hati-hati 2. Salah pimpinan kala III : terlalu terburu-buru untuk mempercepat lahirnya plasenta C.Tinjauan Faktor Yang Berhubungan Dengan Rest Plasenta 1. Umur ibu Usia ibu hamil terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu tua (> 35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah 20 tahun, dari segi biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental dan emosional, sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau degenerasi dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan lebih besar. Perdarahan post partum yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah usia 3035 tahun (Wiknjosastro, 2006 : 23). 2. Paritas Ibu Perdarahan post partum semakin meningkat pada wanita yang telah melahirkan tiga anak atau lebih, dimana uterus yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efesien pada semua kala persalinan. Uterus pada saat persalinan, setelah kelahiran plasenta sukar untuk berkontraksi dan beretraksi kembali sehingga pembuluh darah maternal pada dinding uterus akan tetap terbuka. Hal inilah yang dapat meningkatkan insidensi perdarahan postpartum (Wiknjosastro, 2006 : 23). Jika kehamilan “terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu dekat (4 terlalu)” dapat meningkatkan risiko berbahaya pada proses reproduksi karena kehamilan yang terlalu sering dan terlalu dekat menyebabkan intake (masukan) makanan atau gizi menjadi rendah. Ketika tuntunan dan beban fisik terlalu tinggi mengakibatkan wanita tidak mempunyai waktu untuk mengembalikan kekuatan diri dari tuntutan gizi, juga anak yang telah dilahirkan perlu mendapat perhatian yang optimal dari kedua orangtuanya sehingga perlu sekali untuk mengatur kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk hamil (Saifuddin, 2002 : 7). 3. Status Anemia dalam kehamilan Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro , 2002). Anemiadalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2002). Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazimdisebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya seldarah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehinggaterjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2006). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Kurang gizi (malnutrisi) Kurang zat besi dalam diit Malabsorpsi Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dll D.GejalaKlinik Akibat Rest Plasenta Gejala klinik yang sering di rasakan pada pasien dengan rest plasenta yaitu : 1. Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta. Tertinggalnya sebagian plasenta (rest plasenta) 2. Keadaan umum lemah 3. Peningkatan denyut nadi 4. Tekanan darah menurun 5. Pernafasan cepat 6. Gangguan kesadaran (Syok) 7. Pasien pusing dan gelisa 8. Tampak sisa plasenta yang belum keluar E.Diagnosa Rest Plasenta Ditegakkan Berdasarkan Diagnosa rest plasenta dapat di tegakkan berdasarkan : 1. Anamnese 2. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan 3. 4. 5. 6. 7. 8. Palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari Sisa plasenta atau selaput ketuban Robekan rahim Plasenta suksenturiata 6. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah 7. Pemeriksaan laboratorium : Hb, Hematokrit 8. Pemeriksaan USG F. Komplikasi Rest Plasenta 1. 2. 3. 4. 5. Sumber infeksi dan perdarahan potensial Memudahkan terjadinya anemia yang berkelanjutan Terjadi plasenta polip Degenerasi korio karsinoma Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah G. Penjegahan Rest Plasenta (Manuaba,2008) Pencegahan terjadinya perdarahan post partum merupakan tindakan utama, sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi upaya preventif dapat dilakukan dengan : 1. 2. 3. 4. Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia dalam kehamilan. Melakukan persiapan pertolongan persalinan secara legeartis. Meningkatkan usaha penerimaan KB. Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang mengalami perdarahan post partum. 5. Memberikan uterotonika segera setelah persalinan bayi, kelahiran plasenta dipercepat. H. Penanganan Rest Plasenta Apabila diagnosa sisa plasenta ditegakkan maka bidan boleh melakukan pengeluaran sisa plasenta secara manual atau digital, dg langkah-langkah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Perbaikan keadaan umum ibu (pasang infus) Kosongkan kandung kemih Memakai sarung tangan steril Desinfeksi genetalia eksterna Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna,tangan kanan dimasukkan secara obstetri sampai servik lakukan eksplorasi di dalam cavum uteri untuk mengeluarkan sisa plasenta lakukan pengeluaran plasenta secara digital Setelah plasenta keluar semua diberikan injeksi uterus tonika Berikan antibiotik utk mencegah infeksi 10. Antibiotika ampisilin dosis awal 19 IV dilanjutkan dengan 3×1 gram.oral dikombinasikan dengan metronidazol 1 gr suppositoria dilanjutkan dengan 3×500 mg oral. 11. Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan 12. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan. Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar atau setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara manual/digital atau kuret dan pemberian uterotonika. Anemia yang ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi transfuse darah sesuai dengan keperluannya (Sarwono Prawirohaardjo, 2008, hal: 527)