Uploaded by User106978

22 - putri aulia - 1801065 - objek 3

advertisement
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL
PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN SEDIAAN INJEKSIDOSIS BERGANDA
(VIAL)
Oleh :
PUTRI AULIA
1801065
Dosen Penanggung jawab Praktikum :
Apt. Anita Lukman, M.Farm
Asisten :
INDAH SEPTIA
NABILA NADA ISLAMI, S.Farm
SITI ZUBAIDAH
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNRI
2021
OBJEK 6
PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN SEDIAAN INJEKSI DOSIS BERGANDA
(VIAL)
Tujuan Praktikum: Melakukan proses pengolahan, pengemasan dan sterilisasi sediaan
injeksi dosis berganda .
R/Testosteron Undecanoate 1000 mg/4 ml
no V VialS . i m m
TINJAUAN PUSTAKA
Injeksi adalah sediaan berupa larutan, emulsi atau suspense dalam iar atau pembawa
yang cocok, steril dan digunakan secara parentral. Digunakan dengan cara merobek lapisan
kulit atau lapisan mukosa. Penggolongan injeksi menurut Farmakope dibagi 2 yaitu :
1. Parentral volume kecil yaitu volume larutan obat lebih kecil dari 100 ml
2. Parentral volume besar yaitu volume larutan obat lebih besar dari 100 ml .
Sediaan parentral dapat dikemas dalam wadah dosis tunggal maupun dosis
berganda.Sediaan yang dikemas dalam dosis ganda (vial) harus mengandung bahan
tambahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin masuk ke
dalam kemasan saat pengambilan.Tetapi tidak semua bahan pengawet dapat bercampur
dengan bahan obat.Sebagai contoh, benzyl alkohol tidak dapat bercampur dengan natrium
suksinat kloramfenikol, dan pengawet golongan paraben dan fenol tidak dapat bercampur
dengan nitrofurantoin, amfoterisin B dan eritromisin.
Sangat penting untuk memilih bahan pengawet yang dapat bercampur dengan bahan
obat.Bahan pengawet juga harus sesuai dengan kemasan dan penutup pada 3 sediaan yang
ditambahkan. Beberapa contoh bahan pengawet yang biasa digunakan pada sediaan parentral
adalah :
Bahan pengawet
Konsentrasi yang digunakan (%)
Benzalkonium klorida
0,01
Benzethonium klorida
0,01
Benzil alkohol
1,0 - 2,0
Klorobutanol
0,25 - 0,5
Klorokresol
0,1 - 0,3
Kresol
0,3 – 0,5
Metakresol
0,1 – 0,3
Ester-p-hidroksi benzoate :
0,015
Butil
0,1 – 0,2
Metil
0,02 – 0,2
Propil
0,01
Timerosal
Sifat Fisika Kimia Bahan yang Digunakan
a) Testosterone Propionate
Testosteron undekanoat (3- Oxoandrost-4- en-17β-yl undecanoate; 17β-Hydroxyandrost4-en-3- one undecanoate)

Rumus : C22H32O3 BM 344,49

Definisi: Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari103,0 % 3Oxoandrost – 4 – en – 17 β -yl propanoate (Bahan Kering). (European
Pharmacopeia, 2005. Halm: 2545)

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih atau putih krem,tidak berbau dan
stabil di udara.(FarmakopeIV,halm: 775)Bubuk putih atau hampir putih atau
kristal
tak
berwarna,
praktis
tidak
larut
dalam
air,
bebas
larut
dalamaseton,dalam alkohol dan dalam metanol,larut dalam minyak lemak.
(British Pharmacopeia,2009)

Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol,dalam dioksan,
dalam eter dan dalam pelarut organic lain, larut dalam minyak nabati.
(Farmakope IV, halm : 775)

TitikLeleh:119°-123°C.(BritishPharmacopeia,2009)

Penggunaan : Pengobatan hipogonadisme membutuhkan hingga 50 mg dua
kali atau 3 kali seminggu. Untuk perawatan paliatif dari operasi neoplasma
payudara 100 sampai300 mg seminggu diberikan dalam dosis terbagi. Test
osteronpropionate juga diberikan sebagai tablet bukal pada dosis 5 sampai
20mg perhari. Dosis 200mg sehari diberikan untuk operasi payudara
neoplasma wanita menopause. Tablet Bukal kadang digunakan untuk
pembesaran
payudara
post
partum
dalam
dosis
40mg
sehari.
(Martindale,1982.Halm1438)

Wadah: dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari
cahaya.(FarmakopeIV,halm:775)

Simpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. (British
Pharmacopeia, 2009)

Incompatibilitas : Dengan alkali dan senyawa oksidator(Martindale,

1982. Halm 1438)
b) Oleum Arachidis
Minyak kacang adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh pemerasan biji
Arachis hypogea L yang telah dimurnikan. (Farmakope Indonesia III, 1979.Halm : 452)

Nama Sinonim : Aextreff CT, minyak earthnut, minyak kacang tanah, minyak
katchung, minyak kacang. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm :
505)

Pemerian : minyak kacang tanah adalah cairan berwarna kuning ataukuning pucat
yang memiliki bau dan rasa samar, hampir tidak berasa. Pada sekitar 38°C
menjadi berembun, dan pada suhu yang lebih rendah itu sebagian membeku.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm
: 505)

Penggunaan : Pelumas Kendaraan, Pelarut. (Handbook of Pharmaceutical
Excipient, 2006. Halm : 505) Arachis minyak memiliki sifat serupa dengan
minyak zaitun dan digunakan untuk tujuan yang sama. emulsi mengandung
minyak Arachis dan dekstrosa telah diberikan dalam infuse intragastric kontinu
sebagai bagian dari diet nitrogen bebas. (Martindale, 1982. Halm 695)Zat
pembawa, zat pelarut (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)

Stabilitas : Minyak kacang tanah merupakan bahan dasarnya stabil. Namun
pemaparan pada udara perlahan-lahan dapat menebal dan dapat menjadi tengik.
Pemadatan minyak kacang harus benar-benar meleleh dan dicampur sebelum
digunakan minyak kacang tanah dapat disterilkan dengan penyaringan aseptik
atau dengan panas kering, misalnya, dengan mempertahankan itu pada 150°C
selama 1 jam. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)

Bilangan Iodin

Bilangan Asam : Tidak lebih dari 0,5. (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm :
: 85 sampai 105 (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm: 452)
452)

Bil. Penyabunan : 188 sampai 196. (Farmakope Indonesia III, 1979 Halm : 452)

Penyimpanan
: Minyak Kacang tanah harus disimpan dalam wadah baik
kedap udara, lightresistant,. Pada suhu tidak melebihi 40°C . Materi yang
ditujukan untuk digunakan dalam bentuk sediaan parenteral harus disimpan dalam
wadah kaca. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)

Incompatibilitas : Minyak kacang tanah mungkin disaponifikasi oleh hidroksida
alkali. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505).
c) Benzalkonium Klorida (Hand Book of Pharmaceutical Excipient ed 6, hal 56)

Pemerian
: serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuning-kuningan bisa
sebagai gel yang tebal atau seperti gelatin, bersifat higroskopis dan berbau aromatis
dan rasa sangat pahit.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk anhidrat mudah
larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter.

Panas: Stabil pada rentang suhu yang dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa
kehilangan efektivitas. (Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009
hlm.57) .

Hidrolisis/ oksidasi: Dipengaruhi oleh logam dan udara. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.57).

Cahaya: Dapat dipengaruhi oleh cahaya, harus terlindung dari cahaya. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.57) pH identifikasi: 5,0-8,0 untuk 10%
larutan (Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.57) .

Kegunaan : Pengawet/antimikroba.

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat,
fluorescein, hidrogen peroksida, hypromellose, iodida, kaolin, lanolin, nitrat,
surfaktan nonionik dalam konsentrasi tinggi, permanganat, protein, salisilat, garam
perak, sulfonamida, seng oksida, seng sulfat, beberapa campuran karet, dan beberapa
campuran plastik. Benzalkonium klorida telah terbukti teradsorpsi pada berbagai
membran penyaringan, terutama yang hidrofobik atau anionic.
PERENCANAAN
a. Komposisi
Testosteron Undecanoate 1000 mg/4 ml,
Oleum Arachidis dan
Benzilkonium Klorida
b. Pembawa Oleum pro Injeksi (yang digunakan Oleum Arachidis)Pembawa

Oleum Pro injection (Oleum Arachidis)
c. Kemasan primer
Vial
d. Bahan yang diperlukan

Benzalkonium klorida (Pengawet),

oleum arachidis sebagai pembawa
e. Peralatan yang digunakan
No
Nama alat
Jumlah
Metode sterilisasi
1
Erlenmeyer 50 ml
1
Oven, 170°C, 30 menit
2
Bekerglass 50 ml
3
Oven, 170°C, 30 menit
3
Batang pengaduk
1
Oven, 170°C, 30 menit
4
Kaca arloji
4
Oven, 170°C, 30 menit
5
Spatula logam
1
Oven, 170°C, 30 menit
6
Gelas ukur
1
7
Corong
1
Oven, 170°C, 30 menit
Autoclave, 121°C, 15 menit
Paraf
8
Kertas saring
2
Autoclave, 121°C, 15 menit
9
Indikator universal
1
Oven, 170°C, 30 menit
10
Vial
1
Oven, 170°C, 30 menit
11
Tutup karet
1
Oven, 150°C, 1 jam
12
Tutup aluminium
1
Oven, 150°C, 1 jam
f. Perhitungan
Jumlah sediaan yang akan dibuat : 5 Vial
Jumlah bahan yang diperlukan
Sediaan dilebihkan 6% = 0,3 ml
Testosteron Undecanoate
Testosteron Propionate
1000 𝑚𝑔
𝑥 0,3 𝑚𝑙 = 75 𝑚𝑔
4 𝑚𝑙
Benzalkonium Klorida
0,01 𝑔
𝑥 0,3 𝑚𝑙 = 0,03 𝑚𝑔
100 𝑚𝑙
Oleum Arachidis ad 4,3 ml
Perhitungan tonisitas
Tidak ada perhitungan tonisitas karena sediaan injeksi yang pembawanya
minyak, sehingga tidak menggunakan pengisotonis
PENGOLAHAN
Prosedur kerja dalam pengolahan
1. Disiapkan alat, wadah dan bahan yang diperlukan
2. Disterilkan sesuai prosedur :
a. Dicuci alat, wadah dan bahan, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas
perkamen 2 lapis
b. Disterilkan alat, wadah dan bahan dengan metode :
 Panas basah (autoclave, 121°C, 15 menit) : gelas beker, kaca
arloji, pipet tetes, gelas ukur, batang pengaduk, erlenmeyer dan
ampul
 Kimia (etanol 70%, 24 jam) : karet pipet tetes
 Panas kering (oven, 170°C, 1 jam) : batang pengaduk,
3. Setelah disterilkan, semua alat dan wadah dimasukkan ke dalam white area,
transfer box
4. Ditimbang bahan-bahan menggunakan kaca arloji
5. Disiapkan oleum proinjeksi
6. Testosterone Propionate dilarutkan dalam oleum proinjection(OleumArachidis)
sampai 16 ml tambakan pengawet Benzalklonium Klorida, kemudian aduk
sampai homogen
7. Disaring, filtrate pertama dibuang, filtrateselanjutnya ditampung sebanyak 10
ml masukkan ke dalam vial
8. Selesai sterilisasi tutup karet dipasang secaraaseptic
9. Disterilkan di autoklaf 115o – 116o C selama 30menit
10. Botol yang sudah disterilisasi dibawa ke ruang evaluasi untuk dilakukan
evaluasi pada sediaan
11. Dilakukan evaluasi sediaan
12. Diberi etiket dan brosur
13. Dikemas dalam wadah sekunder
PENGEMASAN
a. Dikerjakan diruangan mana, sertai alasan Anda
Jawab : Pengemasan dilakukan di grey area, karena grey area digunakan untuk
perlakuan terhadap sediaan yang telah berada dalam wadah primer sehingga tidak
ada kontak langsung sediaan dengan lingkungan luar.
b. Tuliskan/ tempel penandaan brosur/label yang diperlukan pada bagian ini
Komposisi:
Tiap
4ml
mengandung :
TestosteronUndecanoat 1000mg
Indikasi:
Defisiensi androgen (hipogonadisme
Testopronat
®
Simpan di suhu ruang (15-25OC)
dalam wadah tertutup baik dan
terhindar dari cahaya matahari
TestosteronUndecanoat
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
1000mg/4ml
Keterangan lain lihat brosur
,hipogonadotropin ), Keterlambatan
pubertas pada pria, kanker payudara
(karsinomamae).
Kontraindikasi :
Karsinoma prostat.
LARUTAN INJEKSI UNTUK
PEMAKAIAN i.m
No. Reg
:DKL2102206543A1
No.Batch : 12904203
Mfg. Date: april 2021
Exp Date april 2026.
Steril dan bebas pirogen
Netto : 4ml
Diproduksi Oleh :
PT. A&P FARMA
Pekanbaru - Indonesia
Testopronat®
Testosteron Undecanoat 1000mg/4ml
KOMPOSISI
Tiap 4 ml mengandung :
TestosteronUndecanoat................................................... 1000mg
FARMAKOLOGI
Testosteron Undecanoat
®
merupakan terapi pengganti testosteron pada penderita
hipogonadisme laki-laki dapat meningkatkan fungsi seksual, meningkatkan indeks
massa tubuh, densitas tulang, eritropoesis, ukuran prostat, dan mempengaruhi profil
lipid.
INDIKASI
Defisiensi androgen (hipogonadisme,hipogonadotropin), Keterlambatan pubertas pada pria,
kanker payudara (karsinomamae).
KONTRAINDIKASI
Karsinoma prostat.
EFEK SAMPING
Maskulinasi terjadi pada perempuan, feminisasi terjadi pada pria, penghambatan
spermatogenesis, hiperplasia prostat (pada laki-laki usia lanjut merangsang pembesaran
prostat), gangguan pertumbuhan, udemi ikterus (hepatitis kolestatik), hiperkalsemia dapat
timbul pada perempuan penderita karsinoma payudara yang diobati dengan androgen.
ATURANPAKAI
Hipogonadisme dan keterlambatan pubertas pada laki-laki 50-400 mg setiap 2-4 minggu.
Kanker payudara 200-400 mgsetiap 2-4 minggu.
DOSIS
10 mg/hari
INTERAKSI OBAT
Zat androgen meningkatkan efek antikoagulan (kumarin idandion) sehingga perlu penerunan
dosis antikoagulan untuk mencegah pendarahan, metandrostenolon menaikan efektifitas dan
efek toksik kortikosteroid. Anabolik steroid dapat menurunkan kadar gula darah penderita
diabetes melitus sehingga kebutuhan akan obat antidiabetik menurun.
PENYIMPANAN
Simpan pada tempat kering pada suhu ruang 15-250C Terlindung dari cahaya
KEMASAN
Vial @4ml
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
No. Reg
:DKL2102206543A1
No.Batch : 12904203
Mfg. Date: april 2021
Exp Date : april 2026
Diproduksi Oleh :
PT. A&P FARMMA
Pekanbaru - Indonesia
Soal latihan
1. Apa fungsi penambahan pengawet pada pembuatan sediaan injeksi dosis
berganda volume kecil dalam vial???
Tuliskan jawaban anda
1.
Penambahan pengawet karena larutan harus mengandung zat atau campuran
zat sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang
mungkin masuk pada waktu wadah dibuka saat digunakan. Sedangkan untuk
penggunaan pada pembedahan, disamping steril, larutan steril tidak boleh
mengandung bahan antibakteri karena dapat menimbulkan iritasi pada
jaringan. Juga karena pada sediaan vial pemakaian berulang yang rentan
terkontaminasi bakteri.
PROSEDUR PENGOLAHAN INDUK
Catatan Pengolahan Bets
Nama Perusahaan : PT. A&P FARMA
Kode
Nama
Nomor
Besar Bets :
Bentuk : Kemasan
Tgl : 29 april
produk
Produk :
Bets :
5 vial
larutan
2021 Mulai
:
Testopronat
12904203
(@4ml)
: Vial
03
jam :
11.00-14.00
1. Komposisi
Jumlah untuk 1 bets (10 ml) mengandung :
a. Testosteron undecanoate 1000mg/4mg x 0,3 ml= 75 mg
b. Benzalkonium Klorida 0,01% x 0,3 ml = 0,03 mg
c. Oleum Arachidis ad 4 ml
2. Spesifikasi
A. Pemerian sediaan
Sediaan jernih
B. Bahan-bahan
Testosterone undecanoat, benzalkonium klorida dan oleum arachidis
C. Kemasan primer
Vial
3. Penimbangan
No
Nama bahan
Jumlah
dibutuhkan
1.
Testosteron Undecanoat
75 mg
2.
Benzalkonium Klorida
0,03mg
3.
Oleum Arachidis
Ad 4,3 ml
yang Jumlah ditimbang
Paraf
1.
Peralatan
No
Nama alat
Jum
Metode sterilisasi
lah
1
Erlenmeyer 50 ml
1
Oven, 170°C, 30 menit
2
Bekerglass 50 ml
3
Oven, 170°C, 30 menit
3
Batang pengaduk
1
Oven, 170°C, 30 menit
4
Kaca arloji
4
Oven, 170°C, 30 menit
5
Spatula logam
1
Oven, 170°C, 30 menit
6
Gelas ukur
1
7
Corong
1
Autoclave, 121°C, 15 menit
8
Kertas saring
2
Autoclave, 121°C, 15 menit
9
Indikator universal
1
Oven, 170°C, 30 menit
10 Vial
1
Oven, 170°C, 30 menit
11 Tutup karet
1
Oven, 150°C, 1 jam
12 Tutup aluminium
1
Oven, 150°C, 1 jam
Oven, 170°C, 30 menit
Paraf
2.
Pengolahan
RUANG
PROSEDUR
Paraf
1. Disiapkan alat, wadah dan bahan yang diperlukan
Grey Area
(Ruang
Sterilisasi)
Disterilkan sesuai prosedur :
2. Dicuci alat, wadah dan bahan, dikeringkan dan
dibungkus dengan kertas perkamen 2 lapis
3. Sebelum disterilkan, dikalibrasi gelas beker 100ml
menjadi 50ml
4. Disterilkan alat, wadah dan bahan dengan metode :
-
Panas basah (autoclave, 121°C, 15 menit) :
gelas beker, kaca arloji, pipet tetes, gelas ukur,
batang pengaduk, erlenmeyer dan vial
-
Kimia (etanol 70%, 24 jam) : karet pipet tetes
-
Panas kering (oven, 170°C, 1 jam) : batang
pengaduk,
5. Setelah
disterilkan,
semua alat
dan
wadah
dimasukkan ke dalam white area, transfer box
Ruang
Penimbangan
6. Ditimbang bahan-bahan menggunakan kaca arloji
White Area
(Ruang
Pencampuran)
7. Disiapkan oleum proinjeksi
8. Testosterone Propioniate dilarutkan dalam oleum
proinjectionsampai 16 ml tambahkan pengawet
Benzalklonium Klorida, kemudian aduk sampai
homogen
9. Disaring,
filtrate
pertama
dibuang,
filtrateselanjutnya ditampung sebanyak 10 ml
masukkan ke dalam vial
10. Dibawa vial ke ruang penutupan melalui transfer
Box
White Area
(Ruang
Penutupan
11. Ditutup yang sudah terisi
12. Selesai
sterilisasi
tutup
karet
dipasang
secaraaseptic
Grade C)
Grey Area
(Ruang
Sterilisasi)
13. Disterilkan di autoklaf 115o – 116o C selama
30menit
14. Botol yang sudah disterilisasi dibawa ke ruang
evaluasi untuk dilakukan evaluasi pada sediaan
Grey Area
(Ruang
15. Dilakukan evaluasi sediaan
16. Diberi etiket dan brosur
Evaluasi)
17. Dikemas dalam wadah sekunder
3.
Pengisian kedalam kemasan primer
Pengisian dilakukan di dalam ruang steril didalam laminary air flow agar
menghindari adanya kontaminan yang masuk ketika penuangan larutan dengan spuit
kedalam vial. Filtrat yang sudah di saring dimasukkan kedalam vial ad tanda kalibrasi
dengan menggunakan spuit steril. Lalu di sterilisasi akhir.
4.
Sterilisasi
Sterilisasi sediaan infus dilakukan dengan cara sterilisasi akhir menggunakan
metodepanas lembab dengan autoklaf suhu 115o – 116o C selama 30menit, sedangkan
sterilisasi alat ada yang menggunakan oven.
5.
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi
Diperiksa oleh
Disetujui oleh
Hasil teoritis : Hasil nyata :
Pengawas pengolahan Tgl Manajer produksiTanggal
Deviasi
: Batas hasil : 97,0 :
:
100,5%
PROSEDUR PENGEMASAN INDUK
CATATAN PENGEMASAN BETS
Nama Perusahaan
: PT. A&P FARMA
Prosedur/catatan No
:03
Kode
Nama
Nomor
bets:
produksi :
produk:
03
Testopronats 12904203
Besar bets : 5
Bentuk :
vial (@4ml)
larutan
Kemasan :
:larutan
vial
Tanggal : 29April
:vial
2021
Mulai jam :11.00
Selesai jam :14.00
Pengemasan dan Penandaan
Pengemasan dan Penandaan
1. Penandaan pada kemasan primer :

Logo obat keras

Harus dengan resep dokter

Hanya untuk injeksi intramuscular

Tanda steril dan bebas pirogen

No reg dan no batch

Expired

Komposisi

Indikasi

Nama produsen dan nama dagang
2. Penandaan pada dus

Fragile : untuk memberikan petunjuk bahwa barang yang
terdapat didalam kemasan barang yang rapuh, pecah belah Keep Dry/ simpan di tempat sejuk

Handle with care/ tangani dengan hati hati

Top untuk menentukan posisi atas dan bawah dari sebuah
kemasan karton box/kardus shingga sewaktu menumpuk karton
box tidak menyebabkan barang ditaruh terbalik

Do Not step on it/ jangan diinjak - Keep Tidy/ jagalah
kebersihan Avoid sun beam/ jauhkan dari sinar matahari.
3. Penyiapan brosur :

Brosur dilipat, dimasukkan ke dalam dus bersama sediaan
4. Pengemasan akhir :
Kemas botol yang telah dilabel bersama brosur kedalam dus lipat
Kemas dus lipat yang telah diisi ke dalam master box
Tandai master box dengan label luar
Tandai palet dengan label karantina
Hasil teoritis
:
Hasil nyata
:
% dari hasil teoritis : Batas hasil 99,5% - 100% dari hasil teoritis Jika hasil nyata di luar
batas tersebut diatas, lakukan “penyelidikan” terhadapkegagalan dan berikan penjelasan
PEMBAHASAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi diracik dengan
melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau
dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
(Farmakope Indonesia IV, hlm. 9)
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan Keadaan steril. Secara
tradional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagaai akibat pengancuran atau
penghilangn mikroorganisme hidup.
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral, mata dan irigasi.
Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara obat terbagi bagi, karena
sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi bagi, karena
sediaan ini disuntikan mellaui kulit atau membrane mukosa kebagian dalam tubuh, karena
sedisn mengelalkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efesien, yakni
membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dari
komponen toksis dan harus mempunyai tingkat kemurnia tinggi atau luar biasa. Semua
komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah fisik, kimia , mikrobiologis
(Lachman, 1994).
Pada praktikum steril kali ini praktikan membuat formula sedian steril berupa injeksi
dalam wadah vial dengan zat berkhasiat yaitu Testoteron. Zat yang dipakai sudah da
Pemilihan testosterone propionat sebagai zat aktif karena testosterone propionate tidak dapat
larut air tetapi dapat larut dalam minyak nabati sehingga dapat dibuat dalam bentuk sediaan
injeksi intramuskular . sedangkan zat aktif testosterone tidak dapat larut air, alkohol,
maupun minyak nabati itulah alasan nya digunakan testosterone propionate,.
Dilihat dari kelarutannya maka untuk membuat sediaan testosteron dapat dibuat
sediaan oral tetapi hambatannya adalah tidak dapat diberikan secara oral karena oleh
bakteri usus gugus 17ß-hidroksi akan dioksidasi menjadi 17ß-keto yang tidak aktif. Selain
itu testosteron mempuyai waktu paruh pendek karena dapat cepat diserap dalam saluran
cerna dan cepat mengalami degradasi hepatik.
Dalam sediaan injeksi intramuskular ini tidak perlu adanya tambahan zat pengisotonis
karena sediaan ini dalam bentuk larutan minyak yang tidak memiliki titik beku. Karena
bentuknya yang merupakan larutan minyak maka pemberiannya intramuskular karena
apabila diberikan secara intravena maka akan terjadi penimbunan yang akhirnya pembuluh
darah bisa menjadi tersumbat.
Dalam sediaan ini pemilihan pembawa adalah oleum arachidis.Hal ini karena Oleum
arachidis memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai oleum pro injection yang disebutkan
sebelumnya. Oleum Arachidis memiliki bilangan asam tidak lebih dari 0,5, bilangan
iodine 85 sampai 105, dan bilangan penyabunan 188 sampai 196. Sebelum sediaan
dimasukan kedalam vial, terlebih dahulu harus dilakukan proses penyaringan atau filtrasi
dengan menggunakan kain kasa, filtrasi ini dilakukan dengan tujuan agar sediaan yang
berada didalam ampul tidak mengandung partikel kasar setelah proses filtrasi.
Selain menggunakan Oleum arachidis, pembuatan injeksi Testosterone Propionat ini
juga diberi zat tambahan berupa pengawet Benzalklonium Klorida. Alasan penambahan
pengawet ini adalah karena kelarutannya yang tinggi hingga memudahkan dalam
pencampuran. Selain itu pegawet berfungsi untuk mencegah pertumbuhan atau
memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka saat digunakan.
Sedangkan untuk penggunaan pada pembedahan, disamping steril, larutan steril tidak boleh
mengandung bahan antibakteri karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringan. Juga karena
pada sediaan vial pemakaian berulang yang rentan terkontaminasi bakteri.
Sebelum dilakukannya pembuatan sediaan, maka dilakukan sterilisasi alat, wadah
dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu. Pensterilisasian tersebut dilakukan di
ruang sterilisasi (Grey area). Sterilisasi dilakukan dengan 3 metode, panas basah, kimia
dan panas kering sesuai dengan prosedurnya. Setelah semua alat dan wadah di sterilkan,
maka dimasukkan ke dalam white area melalui transfer box. Setelah itu dilakukan
penimbangan bahan-bahan yang akan digunakan di ruang penimbangan. Kemudian
siapkan oleum pro injeksi (oleum arachidis) di ruangan pencampuran( white area ).
Pada pembuatan larutan dalam minyak, pertama Testosteron propionat yang sudah
ditimbang dilarutkan dengan minyak kacang, minyak kacang yang digunakan disterilisasi
terlebih dahulu. Minyak kacang digunakan karena minyak kacang memenuhi persyaratanpersyaratan sebagai oleum pro injection yang disebutkan sebelumnya. Minyak kacang
memiliki bilangan asam tidak lebih dari 0,5, bilangan iodine 85 sampai 105, dan bilangan
penyabunan 188 sampai 196. Kemudian larutan minyak tersebut disaring menggunakan
kertas saring. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel yang terdapat dalam larutan
minyak karena dalam syarat sediaan injeksi intramuskular bentuk larutannya harus jernih.
Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam vial dan pengerjaannya
harus di Laminar Air Flow (LAF) karena memiliki fungsi untuk bekerja secara aseptis yang
mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga larutan menjadi steril.
Dalam memasukkan larutan kedalam ampul digunakan jarum suntik yang telah ditempelkan
dengan bakteri filter. Bakteri filter bertujuan untuk menghilangkan bakteri yang berada
dalam larutan secara mekanik. Untuk pengisian ampul, jarum suntik panjang yang
digunakan karena lubangnya yang kecil sehingga mudah memasukan larutan kedalam
ampul sampai bawah sehingga mencegah larutan menempel pada dinding ampul. Tutup vial
yang terbuat dari akret sebelum digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu dengan
direndam menggunakan etanol yang kemudian diotoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Sedangkan
pada
pembuatan
suspensi
Testosteron
digunakan
konsentrasi
1000mg/4mL yang bertujuan untuk memenuhi kekurangan tubuh terhadap hormone
testosterone. Berdasarkan literatur, testosteron memiliki pH stabil antara 4-7,5. pH optimal
untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 dan disebut isohidri. Karena tidak
semua bahan obat steril pada pH cairan tubuh, pH harus berada di antara rentang 4-7,5
bertujuan untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit pada saat disuntikkan.
Pemilihan ini berdasarkan bahan-bahan dalam formula ini terutama zat aktif yang
bersifat stabil terhadap pemanasan. Sterilisasi menggunakan sterilisasi panas kering karena
apabila menggunakan autoklaf maka kemungkinan akan ada uap air yang masuk dalam
sediaan. Kemungkinan ini dapat menurunkan stabilitas atau merusak sediaan yang dibuat.
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian di tutup kedap, atau
penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah pencemaran. Wadah yang tertutup
sementara kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik.Wadah yang digunakan adalah
vial berwarna coklat karena testosterone propionat inkompatibilitasnya terhadap senyawa
oksidator atau dapat teroksidasi terhadap cahaya. Botol yang sudah disterilisasi dibawa
ke ruang evaluasi untuk dilakukan evaluasi pada sediaan, pemberian etiket dan brosur
serta dikemas dalam wadah sekunder pada ruang evaluasi.
KESIMPULAN
1. Injeksi adalah sediaan berupa larutan, emulsi atau suspense dalam iar ataupembawa yang
cocok, steril dan digunakan secara parentral. Digunakan dengan cara merobek lapisan kulit
atau lapisan mukosa.
2. Pemilihan testosterone propionat sebagai zat aktif ini karena testosterone propionate
walaupun tidak dapat larut air tetapi dapat larut dalam minyak nabati sehingga dapad dibuat
dalam bentuk sediaan injeksi intramuskular
3. Penambahan pengawet pada pembuatan sediaan injeksi dosis ganda volume kecil dalam
vial adalah untuk melindungi konsumen dari kontaminasi mikroba serta untuk
mempertahankan potensi dan stabilitas dari sediaan.
4. Pelarut yang akan digunakan adalah Oleum arachidis karena oleum arachidis ini
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai Oleum pro injeksi.
5. Pada pembuatan sediaan injeksi, sediaan harus dilebihkan agar meminimalisir apabila
terjadinya pengurangan sediaan .
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F.,
EdisiIV, 605-619, Jakarta, UI Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Inodonesia Edisi IV.Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, Raymond C., Paul J Shesky, and Marian E Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition.London : the Phamaceutical
Press and
Washington: the American Pharmacists Association.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th. London : the
Pharmaceutical Press.
Download