Uploaded by User106483

Ovariohisterectomi pdf

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Populasinya juga
mengalami peningkatan dalam jumlah besar. Peningkatan populasi hewan dalam jumlah
besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti
anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa
berbagai agen penyakit. Salah satu solusi untuk mengendalikan tingginya populasi hewan
seperti kucing dan anjing adalah dengan melakukan tindakan sterilisasi baik pada jantan
maupun betina.
Sterilisasi pada hewan dapat dilakukan dengan pemotongan testis (kastrasi) pada
hewan jantan dan pemotongan ovarium dan uterus (ovariohisterectomi) pada hewan
betina. Ovariohisterektomi terdiri dari dua kata yaitu ovariektomi dan histerektomi.
Ovariektomi merupakan tindakan bedah yang memotong, mengeluarkan, dan
menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerektomi merupakan
tindakan bedah yang memotong, mengeluarkan, dan menghilangkan uterus dari rongga
abdomen. Jadi ovariohisterektomi (OH) merupakan tindakan pengambilan ovarium,
corpus uteri dan cornua uteri dari rongga abdomen (Nelson 2003). Selain digunakan
untuk mencegah meningkatnya populasi hewan, ovariohisterektomy dapat digunakan
untuk terapi karena adanya tumor pada ovarium, kista ovari atau tumor pada uterus dan
pyometra. Operasi ini juga akan mempengaruhi perubahan tingkah laku sehingga mudah
dikendalikan dan lebih jinak. Perubahan tingkah laku juga dapat dilihat dari hewan tidak
berahi lagi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui.
Tujuan
Mencegah meningkatnya populasi hewan, terapi karena ada tumor pada ovarium
atau pyometra, juga melatih dan meningkatkan keterampilan mahasiswa untuk melakukan
ovariohisterektomi.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Ovariohisterectomi
Ovariohisterectomi adalah operasi pengeluaran organ reproduksi berupa ovarium
dan uterus dari ruang abdomen. Operasi ini selain untuk mengurangi populasi, juga untuk
terapi penyakit yang ada di dala organ-organ reproduksi (Biyani 2010). Nama lain
ovariohistectomi yaitu spay, femal neutering, sterilization, fixing, desexing, ovary and
uterine ablation dan pengangkatan uterus. Anatomi organ reproduksi kucing betina bagian
dalam dapat dilihat dari gambar dibawah ini.
Gambar 1. sistem reproduksi hewan betina
Ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan bedah untuk mengatasi kelainan
pada ovarium dan saluran reproduksi hewan betina. Keputusan untuk melakukan
ovariohisterektomi dipilih ketika berbagai jenis terapi lain sudah tidak memungkinkan.
Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini diantaranya
adanya tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra yaitu penimbunan nanah
pada uterus. Selain itu, tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina
yang sudah tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya tumor kelenjar mamae. Indikasi dilakukannya ovariohisterectomy adalah
sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cyste
ovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma), tumor mammae, veneric
sarcoma, prolapsus uterus dan vagina, hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar
mudah dikendalikan dan penggemukan
Ovariohisterektomi akan menghilangkan siklus estrus, karena hormon estrogen dan
progesteron yang dihasilkan ovarium ditiadakan. Operasi ini dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan hormonal untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan ovarium merupakan kelenjar yang juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin.
Keuntungan dan kerugian Ovariohisterectomi
Keuntungan melakukan ovariohisterectomi adalah :
1. Menghilangkan ‘keributan’ hewan pada periode estrus
2. Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.
3. Menghilangkan stress akibat kebuntingan.
4. Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus.
5. Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain.
6. Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium.
Kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu :
1. Terjadinya obesitas
2. Hilangnya potensi breed dan nilai genetik.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada saat melakukan
ovariohysterectomy diantaranya yaitu: (a) Ovariant remanant syndrome. Sindrom ini
menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy yang biasanya disebabkan
karena pengambilan ovarium yang tidak sempurna. (b) Fistula pada traktus reproduks
yang berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi seperti benang.
(c) Urinary uncontinence yang merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter vesica
urinary. Hal ini dapat tejadi karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal
uterus yang mengganggu spincter vesica urinary dan pendarahan (hemorragi).
MATERI DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah satu set alat bedah minor yang
terdiri dari towel clamp, skalpel dan blade, pinset sirrhugis, pinset anatomis, gunting
tumpul-tumpul, gunting tajam-tajam, gunting tajam-tumpul, tang arteri lurus anatomi,
tang arteri lurus sirrhugis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri bengkok sirrhugis,
needle holder dan jarum. Selain itu terdapat pula pisau cukur, tampon, kapas, kasa,
syiringe, tali restrain, doek, perban dan plester.
Bahan yang digunakan adalah kucing yang akan dioperasi, atropin 0.25%, xylazin
2%, ketamin 10%, iodine, alkohol 70%, larutan NaCl fisiologis, penicillin, iodine,
amoxcilin, benang cat gut dan benang silk.
Metode
1. Pre-bedah
a. Persiapan ruang operasi
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dan debu. Disterilisasi dengan radiasi atau
disenfektan. Disenfektan yang digunakan merupakan campuran kalium permanganat 5%
dan formalin 10% dengan perbandingan 1:2 selama 15 menit. Juga dapat digunakan
formalin tablet yang diletakkan di dalam ruangan.
b. Persiapan peralatan operasi
Perlengkapan operator dan asisten operator berupa tutup kepala, masker, handuk
kecil, baju operasi dan sarung tangan. Baju operasi dilipat sedemikian sehingga bagian
yang disinggung langsung dengan pasien berada di dalam. Perlangkapan baju operasi
kemudian dibungkus dengan dua lapis kain dengan urutan dari bawah ke atas yaitu sarung
tangan yang sudah di bungkus denga kertas, baju opersi yang telah dilipat, handuk yang
telah dilipat, masker, dan penutup kepala. Kemudian perlengkapan yang sudah di
bungkus dimasukkan ke dalam autoclaf dan disterilisasi pada suhu 600C selama 15-30
menit.
Satu set peralatan bedah minor disiapkan dalam bak instrumen dengan urutan paling
bawah 1 needle holder, 2 tang arteri lurus sirrhugis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 4
tang arteri lurus anatomis, 3 gunting, 2 pinset anatomis dan sirrhugis,1 gagang scalpel dan
4 towel clamp. Semua alat disikat dan dicuci terlebuih dahulu, disikat sampai bersih dan
dibilas dengan air mengalir sampai 15-20 kali. Aliran air dan penyikatan dimulai dari
ujung peralatan yang berhubungan langsung dengan pasien, kemudian dikeringkan
dengan lap yang bersih. Selanjutnya peralatan dimasukkan ke dalam bak instrumen dan
dibungkus dengan kain muslin. Lalu disterilisasi dengan autoclaf pada suhu 1000C selama
60 menit.
c. Persiapan tim bedah
Operator dan asisten operator mencuci tangan kemudian mengenakan masker dan
penutup kepala. Selanjutnya tangan dicuci kembali dengan disikat dengan sikat yang
sudah steril dan sudah diberi sabun dari ujung jari dan sela-sela jari hingga siku. Tangan
kemudian dibilas sampai 10-15 kali, pembilasan juga dimulai dari ujung jari hingga siku.
Setelah selesai mencuci tangan, kran ditutup menggunakan siku. Tangan dikeringkan
dengan handuk dimana masing-masing sisi handuk untuk satu tangan. Operator memakai
baju operasi, tangan operator di masukkan ke dalam baju operasi yang masih terlipat dan
dibantu asisten yang tidak steril untuk mengkancingkan baju operasi. Selanjutnya sarung
tangan dipakai dan operasi siap dilakukan.
d. Persiapan hewan
Kucing dipuasakan selama 12 jam dan dilakukan pendataan hewan yang meliputi
anamnese, signalemen dan status present dan melakukan Physical examination yang
meliputi pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas dan CRT. Hewan
diberi premedikasi atropin sulfat 0.25 % dengan dosis 0.025 mg/kg BB secara subkutan.
Selang 10-15 menit, hewan di anastesi menggunakan kombinasi xylazine (2%) dosis 2
mg/kg BB dan ketamine (10%) dosis 10 mg/kg BB secara intramuskular. Setelah kucing
teranestesi rambut mulai dicukur dibagain ventral abdomen dekat daerah umbilikalis.
Bagian yang telah dicukur disterilisasi denga alkohol 70%, diberi iodine dengan memutar
kapas dari arah dalam ke luar. Hewan di bawa ke meja operasi dan di posisikan
telentang, keempat kaki hewan diikat dengan simpul reefer disetiap sudut meja.
Perhitungan dosis obat adalah sebagai berikut :
Atropin sulfat
Dosis
Konsentrasi atropin
BB kucing
Volume yang diinjeksikan
Xylazin
Dosis xylazin
Konsentrasi xylazin
Volume yang diinjeksikan
= 0,025 mg/ kg BB
= 0,25 mg/ml
= 1.8 kg
= BB Kucing x Dosis
Konsentrasi
= 1.8 kg x 0,025 mg/ kg BB
0,25 mg/ml
: 0,18 ml
= 2 mg/ kg BB
= 2 % (20 mg/ml)
= BB Kucing x Dosis
Konsentrasi
: 1.8 kg x 2 mg/ kg BB
20 mg/ml
: 0,18 ml
Ketamin
Dosis ketamin
Konsentrasi ketamin
Volume yang diinjeksikan
Maintenance
Dosis maintemance
: 10 mg/ kg BB
: 10 % (100 mg/ml)
: BB Kucing x Dosis
Konsentrasi
: 2,1 kg x 10 mg/ kg BB
100 mg/ml
: 0,18 ml
: Ketamin ½ dosis
= 0.18 ml
= 0.09 ml
2
Penicilin
Bentuk sediaan 3.000.000 IU/15 ml atau 200.000 IU/ml sehingga ditambahkan 3 ml
akuades untuk mendapatkan 50.000 IU/ml
Dosis post operasi
Amoxcilin
DosisAmoxcilin
Konsentrasi amoxicillin
Volume yang diinjeksikan
: 25 mg/kg BB
: 25 mg/ml
: BB Kucing x Dosis
Kandungan
: 1,8 kg x 25 mg/ kg BB
25 mg/ml
: 1.8 ml
2. Persiapan Bedah
Jepit dan lakukan persiapan pembedahan pada ventral abdomen dari xyphoid
sampai pubis. Identifikasi umbilikal dan secara visual membagi bagian abdomen menjadi
3 bagian (cranial, medial dan caudal). Badan uterus terletak lebih caudal dan lebih sulit
untuk dijangkau, oleh karena itu buat syatan pada 1/3 caudal abdomen. Setelah
itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4
cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah
subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat terlihat.
Setelah rongga abdomen terbuka dilakukan eksplorasi terhadap uterus. Masukkan
ovary hook atau telunjuk ke sepanjang dinding abdomen, setelah itu putar ke arah medial
untuk mendapatkan cornua uteri dan ligamen-ligamen kemudian angkat dari ruang
abdomen. Telusuri cornua uteri yang didapatkan tadi sampai didapatkan ovarium. Potong
ligamentum suspensory yang dekat dengan ginjal dan hati-hati dengan pembuluh darah
ovary agar jangan sampai ikut terpotong. Begitu ovarium kanan dan kiri ditemukan,
bagian mesovarium dijepit dengan tang arteri kemudian diikat melingkar dengan kuat
menggunakan benang. Jepit dengan dua tang arteri di caudal dan kemudian pemotongan
dilakukan diantara kedua tang arteri tersebut. Buat lubang pada ligamen di bagian caudal
ovarium. Letakkan 2 samapi 3 forcep dengan posisi di bawah pembuluh darah, forcep
menjepit pedicel ovarium proximalis. Buat ikatan pada pedicel ovarium tadi yang sudah
di klem dengan menggunakan cut gut chromic 3.0.
Potong ligamen antara ikatan yang mengikat ligamen suspensory dengan klem yang
menjepit ovarium. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, tang arteri yang mengikat
ligamen suspensory bagian proximal dapat dilepas. Bagian uterus ditelusuri sampai
mencapai bifurcatio dan corpus uteri. Bagian corpus uteri dijepit dengan klem, kemudian
dilanjutkan untuk menelusuri cornua uteri yang satu lagi. Lakukan penjepitan dan
pemotongan seperti sebelumnya. Angkat dua cornua uteri yang telah di potong tadi
sampai didapatkan corpus uteri, buat lubang pada ligamen yang menggantung uterus serta
arteri dan vena. Klem semua ligamen hingga terjepit, buat ikatan yang kuat dan potong.
Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, klem yang menjepit uterus bagian proximal dapat
dilepas. Reposisi uterus dan omentum kedalam abdomen. Dengan menggunakan cut gut
chromic 3.0 dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous abdominis externus dan m.
Abdominis externus dan pastikan peritoneum terjahit tanpa ada omentum yang ikut
terjahit dengan jahitan sederhana.
Hal-hal yang harus dikontrol pada saat operasi adalah denyut jantung, frekuensi
nafas, diameter pupil, suhu tubuh, mukosa, rasa nyeri dan pendarahan. Sebelum
penjahitan kulit setiap lapis ditetetsi antibiotik agar tidak terjadi infeksi sekunder.
3. Tindakan post bedah
Setelah operasi selesai, peralatan dicuci dan disikat di mulai dari ujung yang
berhubungan dengan pasien. Setelah itu,dibilas dengan air mengalir sebanyak 15-20 kali.
Semua peralatan dikeringkan dan dimasukkan ke dalam bak instrumen. Perlakuan yang
diberikan kepada pasien ialah perawatan luka, pemberian antibiotik dan Physical
examination. Perawatan luka dilakukan dengan cara membersihkan luka setiap hari, kasa
dan gurita di ganti tiap hari sekali. Kasa yang steril tersebut diberikan iodin lalu
menutupkannya ke atas luka dan diberi plester di bagian pinggiran agar tidak bergeser.
Kemudian daerah abdomen diikat dengan kain gurita agar perut terfiksasi dengan baik.
Antibiotik yang diberikan ialah amoxicillin yang diberikan secara peroral sesuai
dosis yang telah dihitung. Diberikan setiap pagi dan sore hari yang bertujuan untuk
mengindari adanya infeksi dari bakteri pasca operasi. Physical examination yang
dilakukan berupa pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, motilitas
usus, CRT, warna mukosa, makan, minum, defekasi, urinasi dan lain-lain. Permbukaan
jahitan dilakukan pada hari ketujuh post operasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ovariohistrektomi (OH) adalah tindakan pembedahan untuk melakukan
pembuangan/ pengangkatan sel telur (ovarium), tuba falopii dan uterus pada hewan betina
agar hewan tersebut menjadi mandul dan umum dilakukan pada kasus-kasus penyakit
yang menyerang ovarium dan uterus.
Ovariohisterektomi yang dilakukan pada seekor kucing perlu diperhatikan baik saat
preoperasi, operasi, dan post operasi. Pada saat sebelum operasi segala kebutuhan
dipersiapkan dalam melaksanakan operasi adalah preparasii alat dan perlengkapan
operator dan asisten. Proses ini bertujuan agar selama operasi dapat menggunakan
perlengkapan dan peralatan yang aseptik sehingga mencegah kontaminasi dengan
sterilisasi menggunakan oven. Kucing yang akan dioperasi ditetapkan layak untuk
ovariohisterektomi setelah dilakukan pemeriksaan umum, kondisi fisik, status present.
Anamnesa
Kucing yang didapat merupakan kucing berpemilik yang sebelumnya pernah
dilakukan operasi caesar. Kucing selesai melahirkan tiga bulan yang lalu dan baru selesai
menyapih anak-anaknya 2 minggu sebelum dilakukan operasi ini.
Signalement Hewan
Nama hewan
Jenis hewan
Ras/Breed
Warna bulu dan kulit
Jenis kelamin
Bobot badan
Umur
: Ruby
: Kucing
: Persia
: Abu-abu putih
: Betina
: 1.8 kg
: 1.5 tahun
Status Present
Keadaan Umum
Perawatan
Habitus/tingkah laku
Gizi
Pertumbuhan badan
Sikap berdiri
Suhu
Frekuensi nafas
Frekuensi jantung
Turgor kulit
: Sedang
: Tulang punggung lurus
: Sedang
: Sedang
: Tegak pada empat kaki
: 38.8°C
: 28 kali/menit
: 116 kali/menit
: < 3 detik, baik
Adaptasi Lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah
Pertulangan kepala
Posisi tegak telinga
: Tenang
: Tegak dan simetris
: Tegak ke atas
Posisi kepala
: Tegak
Mata dan orbita kiri dan kanan
Palpebrae
Cilia
Conjuctiva
Membrana nictitans
: Membuka dan menutup sempurna
: Melengkung keluar
: Rose, basah, licin, mengkilat
: Tidak terlihat
Bola mata kanan dan kiri
Sclera
Cornea
Iris
Limbus
Pupil
Refleks pupil
Vasa injectio
: Putih
: Bening (jernih)
: Tidak ada perlekatan, rata
: Rata
: Tidak ada perubahan
: Ada
: Tidak ada
Mulut dan rongga mulut
Rusak/luka bibir
Mukosa
Gigi geligi
Lidah
: Tidak ada
: Rose, licin, basah
: Lengkap
: Rose, licin, basah dan tidak ada luka
Leher
Perototan Leher
Trachea
Esophagus
: Teraba kompak
: Teraba, Tidak ada batuk
: Teraba kosong
Telinga
Posisi
Bau
Permukaan daun telinga
Krepitasi
Refleks panggilan
: Tegak keduanya
: Bau serumen
: Licin dan halus
: Tidak ada
: Ada
Thorak: Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thorax
Tipe pernafasan
Ritme
Intensitas
Frekuensi
: Simetris
: Costoabdominal
: Teratur
: Teratur
: 28 kali/menit
Perkusi
Lapangan Paru-paru
Gema perkusi
::-
Auskultasi
Suara pernafasan
Suara ikutan
::-
Palpasi
Penekanan rongga thorak
Palpasi intercostals
: Tidak ada batuk
: Tidak ada reaksi sakit
Inspeksi
Ictus cordis
:-
Perkusi
Lapangan jantung
:-
Auskultasi
Frekuensi
Intensitas
Ritme
Suara sistol dan diastol
Ekstraksistolik
Sinkron pulsus dan jantung
: 116 kali/menit
: Kuat
: Teratur
: Terdengar jelas
: Tidak ada
: Sinkron
Abdomen dan Organ Pencernaan
Palpasi
Epigastricus
Mesogastricus
Hypogastricus
Isi usus besar
Isi usus kecil
: Tidak ada rasa sakit saat dipalpasi
: Tidak ada rasa sakit saat dipalpasi
: Tidak ada rasa sakit saat dipalpasi
: Tidak teraba
: Tidak teraba
Anus
Sekitar anus
: Bersih
Refleks spinchter ani
: Ada
Pembesaran kolon-kucing
: Tidak ada
Kebersihan daerah perineal
: Bersih
Hubungan dengan vulva-betina : Ada (Terpisah)
Alat perkemihan dan Kelamin (Urogenitalis)
Betina
Mukosa vagina
Kelenjar mamae
- Besar
- Bentuk
- Letak
- Kesimetrisan
: Bersih
: Sedang
: Tidak ada perubahan
: Inguinal
: Simetris
Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan
Perototan kaki belakang
Spasmus otot
Tremor
Sudut persendian
Cara bergerak-berjalan
Cara bergerak-berlari
Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan
Kaki kanan depan
Kaki kiri belakang
Kaki kanan belakang
Konsistensi pertulangan
Reaksi saat palpasi
Panjang kaki depan
Panjang kaki belakang
: Simetris
: Simetris
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada perubahan
: Koordinatif
: Koordinatif
: Simetris
: Simetris
: Simetris
: Simetris
: Keras, padat
: Tidak ada reaksi sakit
: Simetris
: Simetris
Palpasi
Limfoglandula poplitea
Ukuran
Konsistensi
Lobulasi
Perlekatan
Panas
Kesimetrisan
::::::-
Kestabilan pelvis
Konformasi
Kesimetrisan
Tuber ischii
Tuber coxae
::::-
Kucing yang digunakan berumur sekitar 1.5 tahun. Kucing selesai melahirkan tiga
bulan yang lalu dan baru selesai menyapih anak-anaknya 2 minggu sebelum dilakukan
operasi ini sehingga kucing dalam keadaan memiliki kelenjer mamae yang sedikit
membesar dan pembuluh darah mamae yang terlihat jelas.
Tabel 1 Pengamatan tanda vital saat operasi
Parameter
Pre
Operasi
Operasi
Waktu
Mukosa
Frek. Nafas
(kali/menit)
0’
Rose
32
15’
Rose
32
30’
Pucat
28
45’
Pucat
24
60’
Pucat
24
90’
Pucat
20
105’
Pucat
20
120’
Pucat
20
Frek. Jantung
(kali/menit)
104
100
100
100
96
96
96
100
Suhu tubuh (0C)
36.7
36.4
36.0
35.4
35.4
35.4
34.9
34.1
CRT (detik)
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
Refleks digit
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Refleks pupil
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
Tida
k
Tida
k
Tabel diatas menyajikan parameter fisiologis yang dihasilkan selama operasi.
Setelah injeksi atropin sulfat sebagai premedikasi, tampak mata kucing mengalami
dilatasi pupil. Setelah kucing dianastesi menggunakan kombinasi ketamin-xylazin kucing
kehilangan refleks digit dan refleks pupil.
Preanestesi atau premedikasi, yaitu suatu substansi yang terdiri dari sedativa atau
tranquliser sebagai penenang dan substansi anti kholinergik yang berguna untuk menekan
produksi air liur agar hewan tidak mengalami gangguan bernafas selama pembiusan.
Tranquliser digunakan untuk relaksasi otot. menekan derajat kesadaran dan perubahan
tingkah laku, walaupun tidak disertai adanya rasa ngantuk sedangkan sedativa digunakan
untuk membuat hewan menjadi tenang. Atropin digunakan sebagai premedikasi anestesi
dengan tujuan utama adalah menekan produksi air liur dan sekresi jalan nafas jugs
mencegah reflek yang menimbulkan gangguan jantung atau mencagah timbulnya
bradikardi (Lumb 1996).
Penggunaan kombinasi ketamin dan xylazine sebagai pilihan untuk anestesi umum
pada operasi kali ini bertujuan agar hewan tidak peka terhadap rasa sakit, dan menderita,
juga untuk kelancaran dan keamanan tindak pembedahan. Waktu induksi anestesi ini
cepat karena absorbsi obat berlangsung cepat dan durasi kombinasi obat ini panjang
karena efek depresan ketamine bertambah dengan pemberian xylazine yang rnemiliki
fungsi sedatif dan analgesia. Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum,
anoksia, analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem kardiovascular.
Sedangkan ketamin merupakan golongan anestetikum disosiatif, mempunyai margin
of safety yang cukup luas, mendepres fungsi respirasi, menyebabkan adanya reflek
menelan (Lumb 1996).
Frekuensi Pernafasan
Frekuensi nafas (kalli/menit)
35
30
25
20
15
10
5
0
0’
15’
30’
45’
60’
90’
105’
120’
Waktu (menit)
Grafik 1. Frekuensi pernafasan kucing saat operasi
Grafik 1 menyajikan frekuensi respirasi yang menunjukkan kecenderungan
penurunan frekuensi pernafasan selama operasi. Pada menit ke-0 sampai ke-60, frekuensi
pernafasan masih dalam kisaran normal, namun pada menit ke-60 sampai ke-120
frekuensi pernafasan berada dibawah kisaran normal. Menurut Tilley dan Smith (2000)
kisaran normal pernapasan kucing adalah 24-42 kali/menit.
Frekuensi jantung (kali/menit)
Frekuensi jantung
106
104
102
100
98
96
94
92
0’
15’
30’
45’
60’
90’
105’
120’
Waktu (menit)
Grafik 2. Frekuensi jantung kucing saat operasi
Grafik 2 memperlihatkan frekuensi jantung yang cenderung mengalami penurunan
dan sempat mengalami kenaikan pada menit ke-120. Menurut Tilley dan Smith (2000)
kisaran normal frekuensi jantung kucing yaitu sekitar 120-140 kali/menit. Pada grafik
dapat dilihat bahwa frekuensi jantung kucing berada dibawah kisaran normal. Hal ini
dapat terjadi karena pengaruh dari obat anestesi yang dapat menyebabkan penurunan
frekuensi denyut jantung.
Temperatur (oC)
Temperatur hewan
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
0’
15’
30’
45’
60’
90’
105’
120’
Waktu (menit)
Grafik 3. Temperatur hewan saat operasi
Grafik 3 menyajikan keadaan suhu tubuh kucing selama operasi yang mengalami
penurunan. Suhu normal kucing menurut Tilley dan Smith (2000) adalah antara 37.739.1 °C. Suhu tubuh kucing yang teranestesi turun di bawah rentang normal karena pusat
suhu tubuh di hipotalamus terdepres. Pada anestesia umum penurunan suhu tubuh
disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh darah perifer, pengurangan pembentukan panas
oleh otot skelet, dan penurunan rata-rata basal metabolisme tubuh karena tidak ada
aktivitas tubuh selama anestesi (Muir et ai. 2000). Warna mukosa ginggiva awalnya rose
kemudian menjadi pucat dan kering, hal ini dapat terjadi karena shock karena
berkurangnya volume intravaskular akibat kehilangan cairan tubuh. CRT untuk monitor
status dehidrasi dan aliran darah terdeteksi kurang dari 3 detik. Apabila perubahan waktu
menjadi lebih dari 3 detik artinya hewan dalam keadaan dehidrasi atau hipovolemik.
Maintenance diberikan pada menit ke-37 dan menit ke-85 saat ada reflek pupil dan reflek
digit terlihat dan hewan mulai bangun.
Post Operasi
Tabel 2 Pengamatan tanda vital post operasi
H+1
Parameter
H+2
H+3
H+4
H+5
H+6
H+7
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Suhu (0C)
34,4
37,8
38,3
38,7
38,5
38,6
38,9
38,8
38,5
38,6
38,7
38,5
38,6
38,8
Frek.Jantung
(kali/menit)
148
140
104
100
122
108
112
116
108
116
112
122
104
122
Frek.Nafas
(kali/menit)
44
40
36
36
36
32
44
48
48
44
48
40
44
48
CRT
3”
3”
3”
3”
3”
2”
2”
2”
2”
2”
2”
2”
2”
2”
Mukosa
rose
rose
rose
rose
rose
rose
rose
rose
rose
rose
rose
rose
rose
rose
Makan
x
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Minum
x
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Defekasi
x
x
v
x
x
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Urinasi
x
x
v
x
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
(kali/menit)
GRAFIK MONITORING FREKUENSI NAPAS PASCA OPERASI
60
50
40
30
20
10
0
PAGI
SORE
Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke1
2
3
4
5
6
7
Grafik 4 Frekuensi nafas kucing pasca operasi
(kali/menit)
GRAFIK MONITORING FREKUENSI JANTUNG PASCA OPERASI
160
140
120
100
80
60
40
20
0
PAGI
SORE
Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke1
2
3
4
5
6
7
Grafik 5 Frekuensi jantung kucing pasca operasi
Grafik 6 Temperatur kucing pasca operasi
Tabel 2 menyajikan parameter fisiologis yang dihasilkan 7 hari setelah
operasi. Perawatan post operasi ini adalah untuk menjaga dan mempercepat
proses recovery kucing dengan memberikan antibiotik amoxicillin per oral.
Pemantauan dilakukan tiap pagi dan sore hari selama 7 hari pasca operasi
meliputi frekuensi jantung, napas, suhu, CRT, mukosa, makan, minum, defekasi,
dan urinasi. Grafik 4 menyajikan frekuensi nafas yang fluktuatif dan sedikit
meningkat dari kisaran normal. Grafik 5 menyajikan frekuensi jantung yang
fluktuatif dan masih berada dalam kisaran normal. Grafik 6 menyajikan keadaan
suhu tubuh yang cenderung stabil, kecuali pada hari pertama post operasi yang
berada dibawah kisaran normal.
Keadaan mukosa ginggiva tampak pucat di hari pertama pasca operasi
berangsur membaik menjadi kembali berwarna rose, dan CRT kurang dari 3
detik. Hal ini terjadi karena rasa nyeri yang dirasakan oleh kucing yang
mengalami sedikitnya dua perubahan, pertama karena pembedahan itu sendiri
menyebabkan rangsang nosispetif dan kedua karena terjadinya respon inflamasi
pada daerah sekitar operasi dimana terjadi pelepasan zat kimia oleh jaringan
rusak dan sel inflamasi selanjutnya stimulasi dari saraf simpatis menyebabkan
takikardi, peningkatan curah jantung sekuncup, kerja jantung, dan konsumsi
oksigen miokard (Tamsuri 2012). Selain itu faktor stres saat penanganan
mempengaruhi tingginya frekuensi napas dan jantung.
Perawatan kucing berupa pemberian pakan dan minum yang rutin juga
mempengaruhi nutrisi hewan agar mempercepat recovery. Kucing mulai makan
sehari setelah operasi dengan pakan basah. Kucing urinasi dan defekasi pada hari
kedua pasca operasi dengan konsistensi feses yang baik. Bekas jahitan mulai
mengering pada hari ke-4 pasca operasi dan pembukaan jahitan akan dilakukan
pada hari ke-7.
SIMPULAN
Tindakan bedah ovariohisterektomi yang dilakukan pada kucing betina
merupakan tindakan pengangkatan ovarium, cornua uteri baik kanan dan kiri
indikasinya adalah penanganan kasus penyakit atau membatasi populasi hewan.
Teknik operasi ini dengan laparotomi medianus di posterius umbilikal. Selama
operasi dan pascaoperasi terjadi perubahan keadaan fisiologis tubuh
SARAN
Tindakan bedah ovariohisterektomi harus dilakukan dengan hati-hati dan
sesuasi prosedur karena rawan terjadi pendarahan. Pemilihan lokasi sayatan harus
ditentukan dengan tepat agar target organ ditemukan dengan mudah
DAFTAR PUSTAKA
Biyani,
Septi
dkk.
2010.
Ovariohysterectomy.
IPB.
http://id.scribd.com/doc/33001279/OH. Diakses tanggal 14 November 2016
Chandler EA. 1985. Feline Medicine and Therapeutics. London.
Katzung, BG. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta
Lumb, W.V. and Jones, E.W. 1996. Veterinary Anesthesia. Ed ke-3. USA: Lea
and Febtger.
Muirlll, W.W., Hubbell, J.A.E., Skarda, R.T., and Bednarski, R.M. 2000.
Handbook of Veterinary Anesthesia. Ed ke-3. Missouri: Mosby Inc.
Nelson, R.W, Couto, C.G.2003.Small Animal Internal Medicine.Eds-3. Missouri:
Mousby
Pertiwi RA. 2004. The comparison of the clinical effects between sulfas atropinexylazine-ketamine and sulfas atropine-midazolam-ketamine in Cats. Forum
Pascasarjana. 27: 123-134
Tamsuri A. 2012. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC
Tilley LP dan Smith FWJ. 2000. The 5 Minute Veterinary Consult Canine and
Feline. Williams & Wilkins. USA
.
LAMPIRAN GAMBAR
Operasi
1.
Bagian ventral hewan
ditutup dengan duk,
lebar dan panjang
disesuaikan, kemudian
difiksir dengan towel
clamp.
2.
Kulit
disayat
sepanjang
2
cm
dengan
scalpel.
Setelah kulit terbuka,
dilakukan penyayatan
pada subkutis.
3.
Setelah itu lapisan
subkutis dan lemak
dikuakkan
dengan
bantuan gunting.
4.
Lemak yang terdapat
dibawah kulit difiksir
dengan tang arteri
untuk memudahkan
pencarian linea alba.
Linea alba kucing
dicari dan disayat
tepat
diatasnya
sepanjang 1 cm.
5.
Penelusuran ovarium
oleh
operator.
Penelusuran dilakukan
dengan
menelusuri
dinding
abdomen.
Ovarium terletak di
dorsal vesica urinaria.
6.
Penjepitan
uterina
arteri
7.
Penyingkiran fascia
pada cornua uteri
8.
Penjepitan
cornua uterus
9.
Penjahitan otot
pada
10.
Penjahitan terhadap
kulit dengan benang
silk dan menggunakan
jahitan sederhana.
Download