PENDAHULUAN Latar Belakang Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Populasinya juga mengalami peningkatan dalam jumlah besar. Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit. Salah satu solusi untuk mengendalikan tingginya populasi hewan seperti kucing dan anjing adalah dengan melakukan tindakan sterilisasi baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan dapat dilakukan dengan pemotongan testis (kastrasi) pada hewan jantan dan pemotongan ovarium dan uterus (ovariohisterectomi) pada hewan betina. Ovariohisterektomi terdiri dari dua kata yaitu ovariektomi dan histerektomi. Ovariektomi merupakan tindakan bedah yang memotong, mengeluarkan, dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerektomi merupakan tindakan bedah yang memotong, mengeluarkan, dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen. Jadi ovariohisterektomi (OH) merupakan tindakan pengambilan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri dari rongga abdomen (Nelson 2003). Selain digunakan untuk mencegah meningkatnya populasi hewan, ovariohisterektomy dapat digunakan untuk terapi karena adanya tumor pada ovarium, kista ovari atau tumor pada uterus dan pyometra. Operasi ini juga akan mempengaruhi perubahan tingkah laku sehingga mudah dikendalikan dan lebih jinak. Perubahan tingkah laku juga dapat dilihat dari hewan tidak berahi lagi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Tujuan Mencegah meningkatnya populasi hewan, terapi karena ada tumor pada ovarium atau pyometra, juga melatih dan meningkatkan keterampilan mahasiswa untuk melakukan ovariohisterektomi. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Ovariohisterectomi Ovariohisterectomi adalah operasi pengeluaran organ reproduksi berupa ovarium dan uterus dari ruang abdomen. Operasi ini selain untuk mengurangi populasi, juga untuk terapi penyakit yang ada di dala organ-organ reproduksi (Biyani 2010). Nama lain ovariohistectomi yaitu spay, femal neutering, sterilization, fixing, desexing, ovary and uterine ablation dan pengangkatan uterus. Anatomi organ reproduksi kucing betina bagian dalam dapat dilihat dari gambar dibawah ini. Gambar 1. sistem reproduksi hewan betina Ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan bedah untuk mengatasi kelainan pada ovarium dan saluran reproduksi hewan betina. Keputusan untuk melakukan ovariohisterektomi dipilih ketika berbagai jenis terapi lain sudah tidak memungkinkan. Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini diantaranya adanya tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra yaitu penimbunan nanah pada uterus. Selain itu, tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina yang sudah tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya tumor kelenjar mamae. Indikasi dilakukannya ovariohisterectomy adalah sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cyste ovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma), tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina, hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan dan penggemukan Ovariohisterektomi akan menghilangkan siklus estrus, karena hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium ditiadakan. Operasi ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormonal untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ovarium merupakan kelenjar yang juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin. Keuntungan dan kerugian Ovariohisterectomi Keuntungan melakukan ovariohisterectomi adalah : 1. Menghilangkan ‘keributan’ hewan pada periode estrus 2. Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan. 3. Menghilangkan stress akibat kebuntingan. 4. Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus. 5. Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain. 6. Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium. Kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu : 1. Terjadinya obesitas 2. Hilangnya potensi breed dan nilai genetik. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada saat melakukan ovariohysterectomy diantaranya yaitu: (a) Ovariant remanant syndrome. Sindrom ini menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy yang biasanya disebabkan karena pengambilan ovarium yang tidak sempurna. (b) Fistula pada traktus reproduks yang berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi seperti benang. (c) Urinary uncontinence yang merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter vesica urinary. Hal ini dapat tejadi karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus yang mengganggu spincter vesica urinary dan pendarahan (hemorragi). MATERI DAN METODE Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah satu set alat bedah minor yang terdiri dari towel clamp, skalpel dan blade, pinset sirrhugis, pinset anatomis, gunting tumpul-tumpul, gunting tajam-tajam, gunting tajam-tumpul, tang arteri lurus anatomi, tang arteri lurus sirrhugis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri bengkok sirrhugis, needle holder dan jarum. Selain itu terdapat pula pisau cukur, tampon, kapas, kasa, syiringe, tali restrain, doek, perban dan plester. Bahan yang digunakan adalah kucing yang akan dioperasi, atropin 0.25%, xylazin 2%, ketamin 10%, iodine, alkohol 70%, larutan NaCl fisiologis, penicillin, iodine, amoxcilin, benang cat gut dan benang silk. Metode 1. Pre-bedah a. Persiapan ruang operasi Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dan debu. Disterilisasi dengan radiasi atau disenfektan. Disenfektan yang digunakan merupakan campuran kalium permanganat 5% dan formalin 10% dengan perbandingan 1:2 selama 15 menit. Juga dapat digunakan formalin tablet yang diletakkan di dalam ruangan. b. Persiapan peralatan operasi Perlengkapan operator dan asisten operator berupa tutup kepala, masker, handuk kecil, baju operasi dan sarung tangan. Baju operasi dilipat sedemikian sehingga bagian yang disinggung langsung dengan pasien berada di dalam. Perlangkapan baju operasi kemudian dibungkus dengan dua lapis kain dengan urutan dari bawah ke atas yaitu sarung tangan yang sudah di bungkus denga kertas, baju opersi yang telah dilipat, handuk yang telah dilipat, masker, dan penutup kepala. Kemudian perlengkapan yang sudah di bungkus dimasukkan ke dalam autoclaf dan disterilisasi pada suhu 600C selama 15-30 menit. Satu set peralatan bedah minor disiapkan dalam bak instrumen dengan urutan paling bawah 1 needle holder, 2 tang arteri lurus sirrhugis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 4 tang arteri lurus anatomis, 3 gunting, 2 pinset anatomis dan sirrhugis,1 gagang scalpel dan 4 towel clamp. Semua alat disikat dan dicuci terlebuih dahulu, disikat sampai bersih dan dibilas dengan air mengalir sampai 15-20 kali. Aliran air dan penyikatan dimulai dari ujung peralatan yang berhubungan langsung dengan pasien, kemudian dikeringkan dengan lap yang bersih. Selanjutnya peralatan dimasukkan ke dalam bak instrumen dan dibungkus dengan kain muslin. Lalu disterilisasi dengan autoclaf pada suhu 1000C selama 60 menit. c. Persiapan tim bedah Operator dan asisten operator mencuci tangan kemudian mengenakan masker dan penutup kepala. Selanjutnya tangan dicuci kembali dengan disikat dengan sikat yang sudah steril dan sudah diberi sabun dari ujung jari dan sela-sela jari hingga siku. Tangan kemudian dibilas sampai 10-15 kali, pembilasan juga dimulai dari ujung jari hingga siku. Setelah selesai mencuci tangan, kran ditutup menggunakan siku. Tangan dikeringkan dengan handuk dimana masing-masing sisi handuk untuk satu tangan. Operator memakai baju operasi, tangan operator di masukkan ke dalam baju operasi yang masih terlipat dan dibantu asisten yang tidak steril untuk mengkancingkan baju operasi. Selanjutnya sarung tangan dipakai dan operasi siap dilakukan. d. Persiapan hewan Kucing dipuasakan selama 12 jam dan dilakukan pendataan hewan yang meliputi anamnese, signalemen dan status present dan melakukan Physical examination yang meliputi pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas dan CRT. Hewan diberi premedikasi atropin sulfat 0.25 % dengan dosis 0.025 mg/kg BB secara subkutan. Selang 10-15 menit, hewan di anastesi menggunakan kombinasi xylazine (2%) dosis 2 mg/kg BB dan ketamine (10%) dosis 10 mg/kg BB secara intramuskular. Setelah kucing teranestesi rambut mulai dicukur dibagain ventral abdomen dekat daerah umbilikalis. Bagian yang telah dicukur disterilisasi denga alkohol 70%, diberi iodine dengan memutar kapas dari arah dalam ke luar. Hewan di bawa ke meja operasi dan di posisikan telentang, keempat kaki hewan diikat dengan simpul reefer disetiap sudut meja. Perhitungan dosis obat adalah sebagai berikut : Atropin sulfat Dosis Konsentrasi atropin BB kucing Volume yang diinjeksikan Xylazin Dosis xylazin Konsentrasi xylazin Volume yang diinjeksikan = 0,025 mg/ kg BB = 0,25 mg/ml = 1.8 kg = BB Kucing x Dosis Konsentrasi = 1.8 kg x 0,025 mg/ kg BB 0,25 mg/ml : 0,18 ml = 2 mg/ kg BB = 2 % (20 mg/ml) = BB Kucing x Dosis Konsentrasi : 1.8 kg x 2 mg/ kg BB 20 mg/ml : 0,18 ml Ketamin Dosis ketamin Konsentrasi ketamin Volume yang diinjeksikan Maintenance Dosis maintemance : 10 mg/ kg BB : 10 % (100 mg/ml) : BB Kucing x Dosis Konsentrasi : 2,1 kg x 10 mg/ kg BB 100 mg/ml : 0,18 ml : Ketamin ½ dosis = 0.18 ml = 0.09 ml 2 Penicilin Bentuk sediaan 3.000.000 IU/15 ml atau 200.000 IU/ml sehingga ditambahkan 3 ml akuades untuk mendapatkan 50.000 IU/ml Dosis post operasi Amoxcilin DosisAmoxcilin Konsentrasi amoxicillin Volume yang diinjeksikan : 25 mg/kg BB : 25 mg/ml : BB Kucing x Dosis Kandungan : 1,8 kg x 25 mg/ kg BB 25 mg/ml : 1.8 ml 2. Persiapan Bedah Jepit dan lakukan persiapan pembedahan pada ventral abdomen dari xyphoid sampai pubis. Identifikasi umbilikal dan secara visual membagi bagian abdomen menjadi 3 bagian (cranial, medial dan caudal). Badan uterus terletak lebih caudal dan lebih sulit untuk dijangkau, oleh karena itu buat syatan pada 1/3 caudal abdomen. Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah rongga abdomen terbuka dilakukan eksplorasi terhadap uterus. Masukkan ovary hook atau telunjuk ke sepanjang dinding abdomen, setelah itu putar ke arah medial untuk mendapatkan cornua uteri dan ligamen-ligamen kemudian angkat dari ruang abdomen. Telusuri cornua uteri yang didapatkan tadi sampai didapatkan ovarium. Potong ligamentum suspensory yang dekat dengan ginjal dan hati-hati dengan pembuluh darah ovary agar jangan sampai ikut terpotong. Begitu ovarium kanan dan kiri ditemukan, bagian mesovarium dijepit dengan tang arteri kemudian diikat melingkar dengan kuat menggunakan benang. Jepit dengan dua tang arteri di caudal dan kemudian pemotongan dilakukan diantara kedua tang arteri tersebut. Buat lubang pada ligamen di bagian caudal ovarium. Letakkan 2 samapi 3 forcep dengan posisi di bawah pembuluh darah, forcep menjepit pedicel ovarium proximalis. Buat ikatan pada pedicel ovarium tadi yang sudah di klem dengan menggunakan cut gut chromic 3.0. Potong ligamen antara ikatan yang mengikat ligamen suspensory dengan klem yang menjepit ovarium. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, tang arteri yang mengikat ligamen suspensory bagian proximal dapat dilepas. Bagian uterus ditelusuri sampai mencapai bifurcatio dan corpus uteri. Bagian corpus uteri dijepit dengan klem, kemudian dilanjutkan untuk menelusuri cornua uteri yang satu lagi. Lakukan penjepitan dan pemotongan seperti sebelumnya. Angkat dua cornua uteri yang telah di potong tadi sampai didapatkan corpus uteri, buat lubang pada ligamen yang menggantung uterus serta arteri dan vena. Klem semua ligamen hingga terjepit, buat ikatan yang kuat dan potong. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, klem yang menjepit uterus bagian proximal dapat dilepas. Reposisi uterus dan omentum kedalam abdomen. Dengan menggunakan cut gut chromic 3.0 dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous abdominis externus dan m. Abdominis externus dan pastikan peritoneum terjahit tanpa ada omentum yang ikut terjahit dengan jahitan sederhana. Hal-hal yang harus dikontrol pada saat operasi adalah denyut jantung, frekuensi nafas, diameter pupil, suhu tubuh, mukosa, rasa nyeri dan pendarahan. Sebelum penjahitan kulit setiap lapis ditetetsi antibiotik agar tidak terjadi infeksi sekunder. 3. Tindakan post bedah Setelah operasi selesai, peralatan dicuci dan disikat di mulai dari ujung yang berhubungan dengan pasien. Setelah itu,dibilas dengan air mengalir sebanyak 15-20 kali. Semua peralatan dikeringkan dan dimasukkan ke dalam bak instrumen. Perlakuan yang diberikan kepada pasien ialah perawatan luka, pemberian antibiotik dan Physical examination. Perawatan luka dilakukan dengan cara membersihkan luka setiap hari, kasa dan gurita di ganti tiap hari sekali. Kasa yang steril tersebut diberikan iodin lalu menutupkannya ke atas luka dan diberi plester di bagian pinggiran agar tidak bergeser. Kemudian daerah abdomen diikat dengan kain gurita agar perut terfiksasi dengan baik. Antibiotik yang diberikan ialah amoxicillin yang diberikan secara peroral sesuai dosis yang telah dihitung. Diberikan setiap pagi dan sore hari yang bertujuan untuk mengindari adanya infeksi dari bakteri pasca operasi. Physical examination yang dilakukan berupa pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, motilitas usus, CRT, warna mukosa, makan, minum, defekasi, urinasi dan lain-lain. Permbukaan jahitan dilakukan pada hari ketujuh post operasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Ovariohistrektomi (OH) adalah tindakan pembedahan untuk melakukan pembuangan/ pengangkatan sel telur (ovarium), tuba falopii dan uterus pada hewan betina agar hewan tersebut menjadi mandul dan umum dilakukan pada kasus-kasus penyakit yang menyerang ovarium dan uterus. Ovariohisterektomi yang dilakukan pada seekor kucing perlu diperhatikan baik saat preoperasi, operasi, dan post operasi. Pada saat sebelum operasi segala kebutuhan dipersiapkan dalam melaksanakan operasi adalah preparasii alat dan perlengkapan operator dan asisten. Proses ini bertujuan agar selama operasi dapat menggunakan perlengkapan dan peralatan yang aseptik sehingga mencegah kontaminasi dengan sterilisasi menggunakan oven. Kucing yang akan dioperasi ditetapkan layak untuk ovariohisterektomi setelah dilakukan pemeriksaan umum, kondisi fisik, status present. Anamnesa Kucing yang didapat merupakan kucing berpemilik yang sebelumnya pernah dilakukan operasi caesar. Kucing selesai melahirkan tiga bulan yang lalu dan baru selesai menyapih anak-anaknya 2 minggu sebelum dilakukan operasi ini. Signalement Hewan Nama hewan Jenis hewan Ras/Breed Warna bulu dan kulit Jenis kelamin Bobot badan Umur : Ruby : Kucing : Persia : Abu-abu putih : Betina : 1.8 kg : 1.5 tahun Status Present Keadaan Umum Perawatan Habitus/tingkah laku Gizi Pertumbuhan badan Sikap berdiri Suhu Frekuensi nafas Frekuensi jantung Turgor kulit : Sedang : Tulang punggung lurus : Sedang : Sedang : Tegak pada empat kaki : 38.8°C : 28 kali/menit : 116 kali/menit : < 3 detik, baik Adaptasi Lingkungan Kepala dan Leher Inspeksi Ekspresi wajah Pertulangan kepala Posisi tegak telinga : Tenang : Tegak dan simetris : Tegak ke atas Posisi kepala : Tegak Mata dan orbita kiri dan kanan Palpebrae Cilia Conjuctiva Membrana nictitans : Membuka dan menutup sempurna : Melengkung keluar : Rose, basah, licin, mengkilat : Tidak terlihat Bola mata kanan dan kiri Sclera Cornea Iris Limbus Pupil Refleks pupil Vasa injectio : Putih : Bening (jernih) : Tidak ada perlekatan, rata : Rata : Tidak ada perubahan : Ada : Tidak ada Mulut dan rongga mulut Rusak/luka bibir Mukosa Gigi geligi Lidah : Tidak ada : Rose, licin, basah : Lengkap : Rose, licin, basah dan tidak ada luka Leher Perototan Leher Trachea Esophagus : Teraba kompak : Teraba, Tidak ada batuk : Teraba kosong Telinga Posisi Bau Permukaan daun telinga Krepitasi Refleks panggilan : Tegak keduanya : Bau serumen : Licin dan halus : Tidak ada : Ada Thorak: Sistem Pernafasan Inspeksi Bentuk rongga thorax Tipe pernafasan Ritme Intensitas Frekuensi : Simetris : Costoabdominal : Teratur : Teratur : 28 kali/menit Perkusi Lapangan Paru-paru Gema perkusi ::- Auskultasi Suara pernafasan Suara ikutan ::- Palpasi Penekanan rongga thorak Palpasi intercostals : Tidak ada batuk : Tidak ada reaksi sakit Inspeksi Ictus cordis :- Perkusi Lapangan jantung :- Auskultasi Frekuensi Intensitas Ritme Suara sistol dan diastol Ekstraksistolik Sinkron pulsus dan jantung : 116 kali/menit : Kuat : Teratur : Terdengar jelas : Tidak ada : Sinkron Abdomen dan Organ Pencernaan Palpasi Epigastricus Mesogastricus Hypogastricus Isi usus besar Isi usus kecil : Tidak ada rasa sakit saat dipalpasi : Tidak ada rasa sakit saat dipalpasi : Tidak ada rasa sakit saat dipalpasi : Tidak teraba : Tidak teraba Anus Sekitar anus : Bersih Refleks spinchter ani : Ada Pembesaran kolon-kucing : Tidak ada Kebersihan daerah perineal : Bersih Hubungan dengan vulva-betina : Ada (Terpisah) Alat perkemihan dan Kelamin (Urogenitalis) Betina Mukosa vagina Kelenjar mamae - Besar - Bentuk - Letak - Kesimetrisan : Bersih : Sedang : Tidak ada perubahan : Inguinal : Simetris Alat Gerak Inspeksi Perototan kaki depan Perototan kaki belakang Spasmus otot Tremor Sudut persendian Cara bergerak-berjalan Cara bergerak-berlari Palpasi Struktur pertulangan Kaki kiri depan Kaki kanan depan Kaki kiri belakang Kaki kanan belakang Konsistensi pertulangan Reaksi saat palpasi Panjang kaki depan Panjang kaki belakang : Simetris : Simetris : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada perubahan : Koordinatif : Koordinatif : Simetris : Simetris : Simetris : Simetris : Keras, padat : Tidak ada reaksi sakit : Simetris : Simetris Palpasi Limfoglandula poplitea Ukuran Konsistensi Lobulasi Perlekatan Panas Kesimetrisan ::::::- Kestabilan pelvis Konformasi Kesimetrisan Tuber ischii Tuber coxae ::::- Kucing yang digunakan berumur sekitar 1.5 tahun. Kucing selesai melahirkan tiga bulan yang lalu dan baru selesai menyapih anak-anaknya 2 minggu sebelum dilakukan operasi ini sehingga kucing dalam keadaan memiliki kelenjer mamae yang sedikit membesar dan pembuluh darah mamae yang terlihat jelas. Tabel 1 Pengamatan tanda vital saat operasi Parameter Pre Operasi Operasi Waktu Mukosa Frek. Nafas (kali/menit) 0’ Rose 32 15’ Rose 32 30’ Pucat 28 45’ Pucat 24 60’ Pucat 24 90’ Pucat 20 105’ Pucat 20 120’ Pucat 20 Frek. Jantung (kali/menit) 104 100 100 100 96 96 96 100 Suhu tubuh (0C) 36.7 36.4 36.0 35.4 35.4 35.4 34.9 34.1 CRT (detik) <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 Refleks digit Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Refleks pupil Tidak Tidak Ada Tidak Tidak Ada Tidak Tida k Tida k Tabel diatas menyajikan parameter fisiologis yang dihasilkan selama operasi. Setelah injeksi atropin sulfat sebagai premedikasi, tampak mata kucing mengalami dilatasi pupil. Setelah kucing dianastesi menggunakan kombinasi ketamin-xylazin kucing kehilangan refleks digit dan refleks pupil. Preanestesi atau premedikasi, yaitu suatu substansi yang terdiri dari sedativa atau tranquliser sebagai penenang dan substansi anti kholinergik yang berguna untuk menekan produksi air liur agar hewan tidak mengalami gangguan bernafas selama pembiusan. Tranquliser digunakan untuk relaksasi otot. menekan derajat kesadaran dan perubahan tingkah laku, walaupun tidak disertai adanya rasa ngantuk sedangkan sedativa digunakan untuk membuat hewan menjadi tenang. Atropin digunakan sebagai premedikasi anestesi dengan tujuan utama adalah menekan produksi air liur dan sekresi jalan nafas jugs mencegah reflek yang menimbulkan gangguan jantung atau mencagah timbulnya bradikardi (Lumb 1996). Penggunaan kombinasi ketamin dan xylazine sebagai pilihan untuk anestesi umum pada operasi kali ini bertujuan agar hewan tidak peka terhadap rasa sakit, dan menderita, juga untuk kelancaran dan keamanan tindak pembedahan. Waktu induksi anestesi ini cepat karena absorbsi obat berlangsung cepat dan durasi kombinasi obat ini panjang karena efek depresan ketamine bertambah dengan pemberian xylazine yang rnemiliki fungsi sedatif dan analgesia. Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum, anoksia, analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem kardiovascular. Sedangkan ketamin merupakan golongan anestetikum disosiatif, mempunyai margin of safety yang cukup luas, mendepres fungsi respirasi, menyebabkan adanya reflek menelan (Lumb 1996). Frekuensi Pernafasan Frekuensi nafas (kalli/menit) 35 30 25 20 15 10 5 0 0’ 15’ 30’ 45’ 60’ 90’ 105’ 120’ Waktu (menit) Grafik 1. Frekuensi pernafasan kucing saat operasi Grafik 1 menyajikan frekuensi respirasi yang menunjukkan kecenderungan penurunan frekuensi pernafasan selama operasi. Pada menit ke-0 sampai ke-60, frekuensi pernafasan masih dalam kisaran normal, namun pada menit ke-60 sampai ke-120 frekuensi pernafasan berada dibawah kisaran normal. Menurut Tilley dan Smith (2000) kisaran normal pernapasan kucing adalah 24-42 kali/menit. Frekuensi jantung (kali/menit) Frekuensi jantung 106 104 102 100 98 96 94 92 0’ 15’ 30’ 45’ 60’ 90’ 105’ 120’ Waktu (menit) Grafik 2. Frekuensi jantung kucing saat operasi Grafik 2 memperlihatkan frekuensi jantung yang cenderung mengalami penurunan dan sempat mengalami kenaikan pada menit ke-120. Menurut Tilley dan Smith (2000) kisaran normal frekuensi jantung kucing yaitu sekitar 120-140 kali/menit. Pada grafik dapat dilihat bahwa frekuensi jantung kucing berada dibawah kisaran normal. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh dari obat anestesi yang dapat menyebabkan penurunan frekuensi denyut jantung. Temperatur (oC) Temperatur hewan 37 36,5 36 35,5 35 34,5 34 33,5 33 32,5 0’ 15’ 30’ 45’ 60’ 90’ 105’ 120’ Waktu (menit) Grafik 3. Temperatur hewan saat operasi Grafik 3 menyajikan keadaan suhu tubuh kucing selama operasi yang mengalami penurunan. Suhu normal kucing menurut Tilley dan Smith (2000) adalah antara 37.739.1 °C. Suhu tubuh kucing yang teranestesi turun di bawah rentang normal karena pusat suhu tubuh di hipotalamus terdepres. Pada anestesia umum penurunan suhu tubuh disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh darah perifer, pengurangan pembentukan panas oleh otot skelet, dan penurunan rata-rata basal metabolisme tubuh karena tidak ada aktivitas tubuh selama anestesi (Muir et ai. 2000). Warna mukosa ginggiva awalnya rose kemudian menjadi pucat dan kering, hal ini dapat terjadi karena shock karena berkurangnya volume intravaskular akibat kehilangan cairan tubuh. CRT untuk monitor status dehidrasi dan aliran darah terdeteksi kurang dari 3 detik. Apabila perubahan waktu menjadi lebih dari 3 detik artinya hewan dalam keadaan dehidrasi atau hipovolemik. Maintenance diberikan pada menit ke-37 dan menit ke-85 saat ada reflek pupil dan reflek digit terlihat dan hewan mulai bangun. Post Operasi Tabel 2 Pengamatan tanda vital post operasi H+1 Parameter H+2 H+3 H+4 H+5 H+6 H+7 Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Suhu (0C) 34,4 37,8 38,3 38,7 38,5 38,6 38,9 38,8 38,5 38,6 38,7 38,5 38,6 38,8 Frek.Jantung (kali/menit) 148 140 104 100 122 108 112 116 108 116 112 122 104 122 Frek.Nafas (kali/menit) 44 40 36 36 36 32 44 48 48 44 48 40 44 48 CRT 3” 3” 3” 3” 3” 2” 2” 2” 2” 2” 2” 2” 2” 2” Mukosa rose rose rose rose rose rose rose rose rose rose rose rose rose rose Makan x v v v v v v v v v v v v v Minum x v v v v v v v v v v v v v Defekasi x x v x x v v v v v v v v v Urinasi x x v x v v v v v v v v v v (kali/menit) GRAFIK MONITORING FREKUENSI NAPAS PASCA OPERASI 60 50 40 30 20 10 0 PAGI SORE Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke1 2 3 4 5 6 7 Grafik 4 Frekuensi nafas kucing pasca operasi (kali/menit) GRAFIK MONITORING FREKUENSI JANTUNG PASCA OPERASI 160 140 120 100 80 60 40 20 0 PAGI SORE Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke1 2 3 4 5 6 7 Grafik 5 Frekuensi jantung kucing pasca operasi Grafik 6 Temperatur kucing pasca operasi Tabel 2 menyajikan parameter fisiologis yang dihasilkan 7 hari setelah operasi. Perawatan post operasi ini adalah untuk menjaga dan mempercepat proses recovery kucing dengan memberikan antibiotik amoxicillin per oral. Pemantauan dilakukan tiap pagi dan sore hari selama 7 hari pasca operasi meliputi frekuensi jantung, napas, suhu, CRT, mukosa, makan, minum, defekasi, dan urinasi. Grafik 4 menyajikan frekuensi nafas yang fluktuatif dan sedikit meningkat dari kisaran normal. Grafik 5 menyajikan frekuensi jantung yang fluktuatif dan masih berada dalam kisaran normal. Grafik 6 menyajikan keadaan suhu tubuh yang cenderung stabil, kecuali pada hari pertama post operasi yang berada dibawah kisaran normal. Keadaan mukosa ginggiva tampak pucat di hari pertama pasca operasi berangsur membaik menjadi kembali berwarna rose, dan CRT kurang dari 3 detik. Hal ini terjadi karena rasa nyeri yang dirasakan oleh kucing yang mengalami sedikitnya dua perubahan, pertama karena pembedahan itu sendiri menyebabkan rangsang nosispetif dan kedua karena terjadinya respon inflamasi pada daerah sekitar operasi dimana terjadi pelepasan zat kimia oleh jaringan rusak dan sel inflamasi selanjutnya stimulasi dari saraf simpatis menyebabkan takikardi, peningkatan curah jantung sekuncup, kerja jantung, dan konsumsi oksigen miokard (Tamsuri 2012). Selain itu faktor stres saat penanganan mempengaruhi tingginya frekuensi napas dan jantung. Perawatan kucing berupa pemberian pakan dan minum yang rutin juga mempengaruhi nutrisi hewan agar mempercepat recovery. Kucing mulai makan sehari setelah operasi dengan pakan basah. Kucing urinasi dan defekasi pada hari kedua pasca operasi dengan konsistensi feses yang baik. Bekas jahitan mulai mengering pada hari ke-4 pasca operasi dan pembukaan jahitan akan dilakukan pada hari ke-7. SIMPULAN Tindakan bedah ovariohisterektomi yang dilakukan pada kucing betina merupakan tindakan pengangkatan ovarium, cornua uteri baik kanan dan kiri indikasinya adalah penanganan kasus penyakit atau membatasi populasi hewan. Teknik operasi ini dengan laparotomi medianus di posterius umbilikal. Selama operasi dan pascaoperasi terjadi perubahan keadaan fisiologis tubuh SARAN Tindakan bedah ovariohisterektomi harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuasi prosedur karena rawan terjadi pendarahan. Pemilihan lokasi sayatan harus ditentukan dengan tepat agar target organ ditemukan dengan mudah DAFTAR PUSTAKA Biyani, Septi dkk. 2010. Ovariohysterectomy. IPB. http://id.scribd.com/doc/33001279/OH. Diakses tanggal 14 November 2016 Chandler EA. 1985. Feline Medicine and Therapeutics. London. Katzung, BG. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta Lumb, W.V. and Jones, E.W. 1996. Veterinary Anesthesia. Ed ke-3. USA: Lea and Febtger. Muirlll, W.W., Hubbell, J.A.E., Skarda, R.T., and Bednarski, R.M. 2000. Handbook of Veterinary Anesthesia. Ed ke-3. Missouri: Mosby Inc. Nelson, R.W, Couto, C.G.2003.Small Animal Internal Medicine.Eds-3. Missouri: Mousby Pertiwi RA. 2004. The comparison of the clinical effects between sulfas atropinexylazine-ketamine and sulfas atropine-midazolam-ketamine in Cats. Forum Pascasarjana. 27: 123-134 Tamsuri A. 2012. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC Tilley LP dan Smith FWJ. 2000. The 5 Minute Veterinary Consult Canine and Feline. Williams & Wilkins. USA . LAMPIRAN GAMBAR Operasi 1. Bagian ventral hewan ditutup dengan duk, lebar dan panjang disesuaikan, kemudian difiksir dengan towel clamp. 2. Kulit disayat sepanjang 2 cm dengan scalpel. Setelah kulit terbuka, dilakukan penyayatan pada subkutis. 3. Setelah itu lapisan subkutis dan lemak dikuakkan dengan bantuan gunting. 4. Lemak yang terdapat dibawah kulit difiksir dengan tang arteri untuk memudahkan pencarian linea alba. Linea alba kucing dicari dan disayat tepat diatasnya sepanjang 1 cm. 5. Penelusuran ovarium oleh operator. Penelusuran dilakukan dengan menelusuri dinding abdomen. Ovarium terletak di dorsal vesica urinaria. 6. Penjepitan uterina arteri 7. Penyingkiran fascia pada cornua uteri 8. Penjepitan cornua uterus 9. Penjahitan otot pada 10. Penjahitan terhadap kulit dengan benang silk dan menggunakan jahitan sederhana.