HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 08 KENDARI TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan OLEH : IIN HUSMAR ANANDARI P00312014022 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV 2018 BIODATA A. Identitas Penulis 1. Nama : Iin Husmar Anandari 2. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 29 Juli 1996 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia 6. Alamat : BTN Batumarupa Indah Blok G1 No. 21 B. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 12 Poasia Tahun 2008 2. SMP Negeri 05 Kendari Tahun 2011 3. SMK Tunas Husada Kendari Tahun 2014 4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan Prodi DIV Tahun 2014 sampai sekarang. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iii BIODATA ......................................................................................... iv KATA PENGANTAR ......................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................... x DAFTAR TABEL .............................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xiii ABSTRAK ...................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................. 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian .............................................................. 8 E. Keaslian Penelitian.............................................................. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah pustaka ................................................................. 11 B. Landasan Teori ................................................................. 37 C. Kerangka Teori.................................................................. 41 D. Kerangka Konsep.............................................................. 42 E. Hipotesis Penelitian ........................................................... 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................. 43 B. Tempat dan waktu penelitian ............................................ 44 C. Populasi dan Sampel ........................................................ 44 D. Variabel Penelitian ............................................................ 46 E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .......................... 46 F. Jenis dan Sumber Data Penelitian .................................... 48 G. Instrumen Data.................................................................. 48 H. Alur Penelitian .................................................................. 49 I. Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 54 B. Hasil Penelitian ................................................................... 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...........................................................................66 B. Saran....................................................................................67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN KATA PENGANTAR Tiada kata yang paling indah dan paling mulia yang patut penulis panjatkan kepada Allah SWT kecuali rasa syukur atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Premenstrual Syndrome (PMS) Pada Remaja Putri Di SMAN 08 Kendari Tahun 2018”. Dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini, penulis sadari amat banyak aral yang melintang, namun berkat Allah SWT yang senantiasa memberi petunjuk-Nya serta keyakinan pada kemampuan diri sendiri, sehingga segala hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Terima kasih yang tak ternilai serta sembah sujud penulis ucapkan kepada Kedua Orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda atas segala do’a dan kasih sayang yang tak henti-hentinya tercurahkan demi keberhasilanku serta semua pengorbanan materil yang telah dilimpahkan, tanpa Ridho keduanya penulis tidak ada apa-apanya. Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua pembimbingku Ibu DR.Kartini,S.Si.T,M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Elyasari, SST,M.Keb selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis sehingga skripsi penelitian ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat : 1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari; 2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari; 3. Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes, selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari; 4. Ibu DR.Nurmiaty, S.Si.T, MPH, ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes, ibu Heyrani, S.Si.T, M.Kes selaku Dewan Penguji yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam ujian skripsi sehingga penelitian ini dapat lebih terarah; 5. Bapak Dr. Tenggaruddin M.Pd selaku kepala Sekolah SMAN 08 Kendari, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian; 6. Teristimewa kepada Ayahanda Husairin SST dan Ibunda Sitti Maryam dan Saudara-saudaraku tersayang Julfitri Husmar Anandari S.Pd, Nahfal Husmar S.Pd, Mulia Jaya S.E, Bakri Husmar S.Pd yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayangnya; 7. Teman-teman seperjuanganku seluruh angkatan 014 yang tidak bisa di sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi penelitian ini. 8. Teruntuk sahabat terbaikku Seven She ( Aditia Silvia Fazila, Riski Wahyuni Haris, Herlina Mp Meronda, Asrifah, Elsa Safitri, Afrelin Sry Putri Yolision, dan Nurislah Rahmadhani) yang selalu setia dalam suka dan duka, yang telah memberikan masukan, motivasi, dan dukungan dan selalu ada selama penulis menyelesaikan skripsi penelitian ini. 9. Teruntuk sahabat tersayangku Arini, Anisa Mutmainah, Ririn Endriani, Ainun Mardiah dan Sulton Aulia yang selalu memberikan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi penelitian ini. 10. Dan terakhir teruntuk sahabat kecilku Mustamin Hidayatullah yang selalu setia memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini. Akhir kata, semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi Kita semua, khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya di Poltekkes Kemenkes Kendari serta kiranya Tuhan selalu memberi Rahmat kepada Kita semua. Amin. Kendari, Juli 2018 Penulis DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Teori Penelitian .......................................................... 41 2. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 42 3. Desain Penelitian Cross Sectional ............................................. 43 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Jumlah siswa di SMAN 8 Kendari Tahun 2018........................... 55 2. Prasarana Belajar, Penunjang dan Kantor di SMAN 8 Kendari .. 55 3. Distribusi Frekuensi Umur Responden Kelas X dan XI di SMAN 8 Kendari Tahun 2018 ................................................................ 57 4. Distribusi Tingkat Kelas Responden kelas X dan XI di SMAN 8 Kendari Tahun 2018 ............................................................... 58 5. Distribusi Tingkat Kecemasan di SMAN 8 Kendari tahun 2018 ........................................................................................... 59 6. Distribusi Premenstrual syndrome (PMS) di SMAN 8 Kendari tahun 2018 ................................................................. 59 7. Hasil Analisis Hubungan Tingkat Kecemasan dengan 8. Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Putri di SMAN 8 Kendari Tahun 2018 ................................................................ 61 DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner 2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden 3. Kuesioner Penelitian Tingkat Kecemasan 4. Kuesioner Penelitian Premenstrual Syndrome (PMS) 5. Master Tabel 6. Analisis Chi Square 7. Surat Izin Penelitian 8. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian 9. Dokumentasi ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 08 KENDARI TAHUN 2018 Iin Husmar Anandari¹, Kartini², Elyasari² Latar Belakang: Premenstrual Syndrome (PMS) adalah gangguan siklus yang umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional study. Sampel penelitian ini sebanyak 56 orang. Pengambilan sampel dengan tehnik pengambilan sampel secara acak sistematis (systematic random sampling) menggunakan kuesioner, data di uji dengan uji Chi-Square. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan 32,1 % remaja putri di SMAN 08 Kendari mengalami tingkat kecemasan berat dan 71,4 % remaja putri di SMAN 08 Kendari mengalami premenstrual syndrome (PMS). Ada hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS), hasil uji statistik Chi-Square p value = 0,000. Kesimpulan : Ada hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018. Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Premenstrual Syndrome (PMS) 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan ABSTRACT RELATIONSHIP OF ANXIETY LEVELS WITH PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) IN ADOLESCENTS IN SMAN 08 KENDARI YEAR 2018 Iin Husmar Anandari¹, Kartini², Elyasari² Background: Premenstrual Syndrome (PMS) is a cycle disorder that generally occurs in young and middle women, characterized by consistent physical and emotional symptoms. Research Objectives: To determine the relationship between the level of anxiety with premenstrual syndrome (PMS) in girls in SMAN 08 Kendari in 2018. Research Method: This type of research is an observational cross sectional study design. The sample of this study was 56 people. Sampling with a systematic random sampling technique using a questionnaire, the data was tested by Chi-Square test. Research Results: The results showed 32.1% of girls in SMAN 08 Kendari experienced severe anxiety levels and 71.4% of girls in SMAN 08 Kendari experienced premenstrual syndrome (PMS). There is a correlation between the level of anxiety with premenstrual syndrome (PMS), the results of the Chi-Square statistical test p value = 0,000. Conclusion: There is a relationship between the level of anxiety with premenstrual syndrome (PMS) in young women in SMAN 08 Kendari in 2018. Keywords: Anxiety Levels, Premenstrual Syndrome (PMS) 1. Students of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery 2. Lecturer of Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa remaja terjadi lebih dini pada remaja putri dibanding remaja putra, dan kemungkinan terjadinya perbedaan ini dikarenakan remaja putri lebih cepat matang dalam hal psikologikal dan emosionalnya. Pada masa ini remaja putri akan mengalami perubahan yang sangat penting, yaitu perubahan fisik dan psikologis. Perubahan fisik yang dimaksud adalah proses kematangan yang terjadi pada organ reproduksi remaja putri yang ditandai dengan peristiwa menstruasi, yaitu peristiwa pengeluaran darah dari dalam rahim bila sel telur tidak dibuahi. Menstruasi atau pendarahan periodik normal uterus merupakan proses katabolisme yang terjadi akibat adanya pengaruh dari hormon hipofisis seperti hormon esterogen dan progesteron. Umumnya menstruasi akan terjadi secara normal setiap bulan (Susanti dkk, 2017). Wanita yang telah mengalami menstruasi menandakan bahwa fungsi tubuhnya berjalan dengan baik dan normal. Adanya perubahan fungsi tubuh ini, tidak semua remaja putri menerima perubahannya dengan baik. Banyak diantara mereka yang mengalami kecemasan dengan perubahan tersebut (Lestari, 2015). Biasanya 7-10 hari sebelum terjadi menstruasi, wanita akan mengalami beberapa gejala perubahan tertentu dari segi fisik (nyeri payudara, sakit kepala, jerawat, nyeri pinggul bahkan edema) maupun emosional (perubahan mood, penurunan fungsi sosial, penurunan konsentrasi bahkan depresi dan kecemasan) yang akan mereda ketika siklus menstruasi dimulai. Namun pada beberapa wanita juga dapat terjadi gejala yang terus berkelanjutan hingga 24 – 48 jam pertama siklus menstruasi dan akan meredah selama beberapa hari ke depan. Gejala-gejala tersebut dikenal dengan Premenstrual Syndrome. Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita dan secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi. Penyebab dari adanya PMS ini diperkirakan karena adanya efek progesterone dalam neurotransmitter seperti pada seorotonin, opioid, katekolamin dan Gamma Aminobutyric Acid (GABA), peningkatan sensitifitas akibat peningkatan resistensi insulin dan defisiensi nutrisi (Kalium, Magnesium dan B6) (Susanti dkk, 2017). Ada wanita yang menderita depresi dan kecemasan sekitar dua hari sampai dua minggu sebelum permulaan masa haid, mereka menderita berbagai gejala dari depresi dan kekhawatiran. Kebanyakan wanita yang mengalami PMS yang menderita stress dan tekanan lain maka PMS itu bisa berlangsung lama (Wahyuni, 2010). Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi kerja hipotalamus, hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon yang akhirnya menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan kadar serotonin di otak menurun. Kadar serotonin yang rendah akan menimbulkan banyak keluhan seperti payudara nyeri, pinggang merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan tangan dan kaki, mudah lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan sebagainya (Siyamti dkk, 2011). Kecemasan sebagai salah satu gejala utama dan gangguan tidur seperti insomnia atau hiperinsomnia merupakan gejala penyerta PMS. Kecemasan adalah salah satu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yaitu terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom. Kecemasan merupakan gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal. Remaja yang mengalami pubertas akan lebih cepat murung, khawatir, cemas, marah dan menangis hanya karena hal yang sangat kecil. Pada awal siklus menstruasi, remaja akan lebih rentan untuk mengalami PMS. Hal ini dapat diperkuat dengan adanya penurunan serotonin saat fase luteal yang dapat menstimulasi gangguan mood. Selain itu, tingkat gangguan mood akan cenderung meningkat dengan adanya perubahan hormon pada remaja (Susanti dkk, 2017). Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 remaja dengan rentang usia 1019 tahun. Sekitar Sembilan ratus juta remaja tersebut tinggal di negara berkembang. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016 jumlah remaja di Indonesia mencapai 36 juta jiwa dan 55% diantaranya adalah remaja perempuan. Kelompok usia 10-19 tahun adalah 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Sedangkan jumlah remaja berusia 10 hingga 24 tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6% dari total penduduk Indonesia. Di Sulawesi Tenggara jumlah remaja berusia 15 tahun keatas yaitu laki-laki sebanyak 9,07 % dan perempuan sebanyak 8,42% (Depkes RI, 2015). Menurut penelitian dalam survey di Amerika Serikat menunjukkan sekitar 40% wanita berusia 14-50 tahun, mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) dan 50% Premenstrual Syndrome (PMS) dialami wanita dengan sosial-ekonomi menengah yang datang ke Klinik Ginekologi. Data dari Arhcieves of Internal Medicine, 90% perempuan mengalami PMS sebelum menstruasi dan studi yang dilakukan terhadap 3.000 wanita, sekitar 90% perempuan mengalami satu atau lebih tanda dan gejala PMS. Menurut Mahin et al (2011) di Iran ditemukan sebanyak 98,2% mahasiswa yang berusia 18-27 tahun mengalami gejala PMS. Gejala yang dirasakan berupa gejala fisik dan psikologis yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari, penurunan minat belajar dan fungsi sosial terganggu. Adapun penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) pada tahun 2011 di Srilanka, diperoleh hasil bahwa remaja yang mengalami sindrom premenstruasi sekitar 65,7%. Gejala yang sering muncul adalah perasan sedih dan tidak berpengharapan sebesar 29,6%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan tahun 2015 tentang prevalensi PMS di Indonesia, diperoleh sebanyak 40% wanita Indonesia mengalami PMS dan sebanyak 2-10% mengalami gejala berat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspitorini pada Mahasiswi Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Kudus tahun 2012, dari 259 subjek penelitian terdapat 109 mahasiswi tau 42,9% yang mengalami PMS. Hal ini mengakibatkan penurunan konsentrasi belajar, terganggunya komunikasi dengan teman di kampus juga terjadi penurunan produktivitas belajar dan peningkatan absensi (Susanti dkk, 2017). Angka kejadian kecemasan akibat dari PMS cukup tinggi, yaitu sekitar 20% dari populasi dunia dan sebanyak 48% dialami oleh wanita usia subur. Di Indonesia prevalensi gangguan kecemasan akibat PMS diperkirakan berkisar antara 9%-12%. Presentase tingkat kecemasan karena PMS pada wanita yang melakukan konsultasi di LSM Rifka Annisa Women’s Crisis Center (Rifka Annisa WCC) Yogyakarta tahun 2013 didapatkan pada wanita yang berusia di bawah 30 tahun yaitu 33,3% dan wanita di atas 30 tahun yaitu 66,7% (Lestari, 2015). Berdasarkan data dari Divisi Immunoendokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM, PMS merupakan kondisi medis umum yang memengaruhi hubungan wanita, aktivitas sosial, produktivitas kerja, dan kualitas hidup. Berbagai gejala emosional yang paling umum dialami wanita saat pra-haid meliputi perasaan mudah tersinggung sebanyak 48% dan timbul suatu kecemasan ketika menghadapi PMS, kurang berenergi atau lemas 45%, dan mudah marah 39%. Gejala fisik yang paling umum dialami wanita meliputi kram atau nyeri perut 51%, nyeri sendi, otot atau punggung 49%, nyeri pada payudara 46%, dan perut kembung 43% . Menurut beberapa literatur, di Jawa Tengah terdapat lebih dari 150 gejala berkaitan dengan PMS sehingga dapat timbul suatu kecemasan. Hal ini karena pada kondisi PMS, hormon estrogen dan progesteron tidak seimbang (Wahyuni, 2010). Hasil studi pendahuluan melalui wawancara langsung terhadap 10 remaja putri di SMAN 08 Kendari, didapatkan 8 remaja putri menyatakan bahwa dirinya sering mengalami gangguan tidur, perubahan fisik, emosional dan kecemasan yang tiba-tiba dan tanpa sebab saat akan menstruasi. Bahkan, perubahan tersebut mengakibatkan harus berdiam di Unit Kesehatan Sekolah dan tidak mengikuti pelajaran. Berdasarkan uraian latar belakang di atas sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018” B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan masalah “Apakah ada hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat kecemasan pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018 b. Mengetahui prevalensi premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018 c. Menganalisis hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini sebagai pembuktian teori tentang hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan dalam hal ini kebidanan khususnya ilmu yang terkait sistem reprosuksi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi institusi pendidikan terkait dalam hal ini Politeknik Kesehatan Kendari, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka. b. Bagi lokasi penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengendalian tingkat kecemasan dalam menghadapi sindrom pramenstruasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan kreatifitas serta derajat kesehatan pelajar secara optimal. c. Bagi peneliti/penulis, penelitian ini menambah pengetahuan dan memperluas wawasan serta sebagai salah satu sarana pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan. d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi. E. Keaslian Penelitian Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Purnawati (2012), Hubungan Umur Menarche, Tingkat Stres dan Status Gizi dengan Pre-menstrual Syndrom pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2 Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2011 dengan jumlah sampel 123 orang dengan tehnik Purposive Sampling. Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah judul penelitian, tahun penelitian, tempat penelitian, dan tehnik pengambilan sampel dengan judul yang diambil yaitu. “ Hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018” dengan tehnik pengambilan sampel stratified random sampling. 2. Maulidah (2016), Hubungan Pengetahuan Tentang Premenstrual Syndrome Dengan Kecemasan Remaja Putri Saat Menghadapi Premenstrual Syndrome Di Smp Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dengan jumlah sampel l sebanyak 80 responden dengan teknik Simple Random Sampling. Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah judul penelitian, tahun penelitian, tempat penelitian, dan tehnik pengambilan sampel dengan judul yang diambil yaitu. “ Hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018” dengan tehnik pengambilan sampel stratified random sampling. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tinjauan Premenstrual Syndrome (PMS) a. Definisi Premenstrual Syndrome (PMS) Premenstrual Syndrome (PMS) adalah gangguan siklus yang umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten. Sindrome premenstruasi (Premenstrual Syndrome, PMS, atau Premenstrual Tension, PMT) merupakan kumpulan gejala fisik dan mental yang khas, yang berhubungan dengan siklus menstruasi (National Women’s Health Information Center, 2008). PMS adalah kumpulan gejala yang timbul saat menjelang haid yang menyebabkan gangguan pada pekerjaan dan gaya hidup seseorang (Maulidah, 2016). Berbagai keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain cemas, susah konsenstrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut, dan sakit pada payudara. PMS biasanya ditemukan 7-10 hari menjelang haid. Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga hormon estrogen, progesteron, prolaktin, dan aldosteron berperan dalam terjadinya PMS. Gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron akan menyebabkan retensi cairan dan natrium sehingga berpotensi menyebabkan terjadi keluhan PMS, perempuan yang peka terhadap faktor psikologis, perubahan hormon sering mengalami gangguan PMS (Prawirohardjo, 2011). PMS adalah sindrom yang terjadi pada perempuan 2-14 hari sebelum mengalami menstruasi, PMS merupakan salah satu gangguan umum yang terjadi pada wanita keluhan yang sering terjadi adalah cemas, lelah, sulit berkonsentrasi, susah tidur, hilang energi, nyeri kepala, nyeri perut dan nyeri pada payudara. Walaupun PMS tidak mengancam nyawa namun dapat mempengaruhi produktivitas dan mental wanita (Safitri, 2016). PMS adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala PMS yang dapat menggangu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara reguler pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya perdarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya (Sibagariang dkk, 2010). PMS merupakan suatu keadaan dimana sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi. Gejala biasanya timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. PMS berhubungan dengan naik turunnya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi. Estrogen menyebabkan berat badan, pembengkakan jaringan, nyeri payudara dan perut kembung (Nugroho dan Utama, 2014). Selama ini masih ada keengganan untuk menerima PMS sebagai suatu kondisi yang serius. Hal ini terjadi karena kegagalan untuk membedakan PMS yang sesungguhnya dari gejala-gejala pramenstruasi fisiologi yang lebih ringan, yang terjadi pada siklus menstruasi normal 80-90% wanita dalam usia subur. Keduanya memiliki beragam gejala yang terjadi pada masa luteal siklus dan mereda pada akhir menstruasi. Apa yang membedakan PMS adalah bahwa gejala-gejala yang dialami sedemikian berat sehingga fungsi normal wanita dan hubungan antar pribadinya terganggu (terutama di lingkungan kerja dan keluarga). Juga terdapat wanita yang memang sudah memiliki gangguan psikologis yang terjadi bersama PMS dan juga mungkin terjadi eksaserbasi gangguan psikologis (yang sebelumnya sudah ada) pada masa pramenstruasi (Glasier dan gebbie, 2005). Mayoritas wanita pada usia reproduktif biasanya mengalami satu atau lebih gejala PMS pada sebagian besar siklus menstruasi. Keparahan dan frekuensi gejala yang dialami bisa berbeda di antara masing-masing siklus (Ramadani, 2013). PMS merupakan suatu gejala ataupun perubahan fisik, psikologis dan perilaku yang muncul secara teratur dan berulang selama fase siklus haid ataupun menghilang setelah haid datang. Tidak seluruh wanita akan mengalami kondisi ini sehingga hanya wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid (Puspitasari dkk, 2014). b. Etiologi Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Selama bertahun-tahun teori ini mendapat dukungan yang cukup banyak dan terapi progesteron ini biasanya di gunakan untuk mengatasi PMS. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa terapi progesteron kelihatan tidak efektif bagi kebanyakan wanita, selain kadar progesteron pada penderita tidak menurun secara konsisten. Bila kadar progesteron yang menurun dapat ditemukan hampir pada semua wanita yang menderita PMS, maka dapat dipahami bahwa kekurangan hormon ini merupakan sebab utama. Sebagian wanita yang menderita PMS terjadi penurunan kadar progesteron dan dapat sembuh dengan penambahan progesteron, akan tetapi banyak juga wanita yang menderita gangguan PMS hebat tapi kadar progesteronnya normal (Damayanti, 2013). Banyak kondisi atau faktor yang berperan dalam terjadinya PMS pada remaja. Rendahnya kadar progesteron diduga menjadi penyebab utama terjadinya PMS. Faktor yang terkait dengan PMS adalah kenaikan perbandingan estrogen terhadap progesteron, tepat sebelum fase menstruasi terjadi ( Rodiani & Rusfiana, 2016). Penyebab dari PMS adalah: 1) Faktor hormonal PMS terjadi pada sekitar 70-90% wanita usia subur dan lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun. Peran hormon ovarium tidak begitu jelas, tetapi gejala PMS sering berkembang ketika ovarium tertekan. Faktor hormonal yaitu terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Kadar hormon estrogen sangat berlebihan dan melampaui batas normal sedangkan kadar progesterone menurun. Hal ini menyebabkan perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan system pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. 2) Faktor kimiawi Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS. Bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak seperti serotonin, berubahubah selama siklus menstruasi. Serotonin sangat mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan, ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur, agresif dan peningkatan selera. 3) Faktor genetik Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang sangat penting, yaitu insidensi PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu telur (monozigot) dibandingkan kembar dua telur. 4) Faktor psikologis Faktor psikis, yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian PMS. Gejala-gejala PMS akan semakin meningkat jika di dalam diri seorang wanita mengalami tekanan. 5) Faktor gaya hidup Faktor gaya hidup didalam diri seseorang terhadap pengaturan pola makan juga memegang peran yang tidak kalah penting. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat berperan terhadap gejala-gejala PMS (Maulidah, 2016). Pada umumnya, PMS terjadi pada wanita di akhir umur 20 tahun sampai awal umur 40 tahun. Beberapa faktor tersebut adalah faktor keturunan; wanita yang ibunya memiliki riwayat PMS, kemungkinan besar akan mengalami PMS juga. Faktor psikologis; wanita yang memiliki gangguan mood, kecemasan, depresi, atau stres (baik riwayat sekarang maupun dulu) dapat meningkatkan risiko terjadinya PMS (Finurina dkk, 2016). c. Gejala Premenstrual Syndrome (PMS) Gejala yang terjadi dapat tetap sama atau bervariasi dari bulan ke bulan. Pada umumnya gejala yang datang adalah menifestasi dari produksi hormon progesteron pada bagian akhir dari siklus menstruasi, lebih dekat dengan datangnya masa menstruasi. Pada dasarnya, gejala PMS berhubungan dengan berbagai perubahan diantaranya ialah perubahan fisik, perubahan suasana hati, dan perubahan mental (Mufidah, 2014). Perubahan fisik, diantaranya; sakit punggung, perut kembung, payudara terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan, sembelit, pusing, pingsan, sakit kepala, daerah panggul terasa berat atau tertekan, hot flashes (kulit wajah, leher, dan dada tampak merah serta terasa hangat saat dirpaba), susah tidur, tidak bertenaga, mual dan muntah, kelelahan yang luar biasa, kelainan kulit (jerawat), pembengkakan jaringan atau nyeri persendian, dan penambahan berat badan. Perubahan suasana hati, diantaranya; mudah marah, cemas, depresi, mudah tersinggung, gelisah, merasa sedih dan gembira secara bergantian. perubahan mental, diantaranya; merasa kalut, sulit berkonsentrasi, dan pelupa (Mufidah, 2014). Gejala PMS yang sering terjadi adalah : 1) Berjerawat 2) Payudara bengkak dan nyeri tekan 3) Merasa lelah tanpa sebab 4) Mempunyai masalah tidur 5) Kelainan perut (kram, nyeri, merasa penuh dan kembung) 6) Badan dan ektremitas membengkak 7) Konstipasi atau diare 8) Nyeri kepala atau punggung 9) Perubahan selera makan atau selelra makan tinggi 10) Nyeri pada sendi atau otot 11) Susah konsentrasi atau susah mengingat 12) Ketegangan; mudah marah, perubahan mood atau ingin menangis 13) Cemas, gelisah, panik atau depresi. Gejala-gejala PMS dikelompokkan ke dalam tiga symptoms yaitu : 1) Behavior symptoms Gejala ini mencakup lelah, insomnia (susah tidur), makan berlebihan , dan perubahan gairah seksual. 2) Psychologic symptoms Gejala ini mudah tersinggung, mudah marah, depresi, mudah sedih, cenggeng, cemas, susah konsentrasi, binggung, sulit istirahat dan merasa kesepian. 3) Physical symptoms Secara fisik muncul juga gejala sakit kepala, payudara bengkak serta teraba keras, nyeri punggung, nyeri perut dan rasa penuh, bengkak pada kaki dan tangan , mual, nyeri otot dan persendian (Maulidah, 2016). Salah satu gejala psikologis dari PMS adalah timbulnya kecemasan. Pada gangguan cemas memiliki serotinin transporter yang tidaknormal. Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktifias dari neuro transmmiter Gamma Amino Butyric cid (GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran kecemasan (Fikriya dkk, 2016). Gejala-gejala lain dari PMS dapat berupa kenaikan berat badan, nausea, kurang koordinasi, kurang toleransi terhadap suara dan cahaya, kebinggungan, mudah memusuhi orang atau agresif, paranoid, mudah merasa bersalah atau takut, keinginan seksual tidak ada dan kurang percaya diri (Maulidah, 2016). d. Jenis-jenis Premenstrual Syndrome (PMS) Tipe dan gejala PMS bermacam-macam, menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H,C, dan D. 80% gangguan PMS termaksud tipe A, penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadangkadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan (Sibagariang dkk, 2010). a. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif,saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peniliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. mengkonsumsi Penderita makanan PMS berserat A dan sebaiknya banyak mengurangi atau membatasi minum kopi. b. PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan diluar sel (ekstasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita di anjurkan menggurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari. c. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omeha 6), atau kurangnya magnesium. d. PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D. e. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A. e. Pencegahan Pencegahan PMS dapat dilakukan dengan cara: 1) Modifikasi Gaya Hidup Gaya hidup sehari-hari perlu diatur untuk meminimalkan gejala yang timbul akibat perubahan hormonal. Pola hidup sehat seperti mengurangi kafein memperbanyak waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi stress berperan dalam terapi PMS. 2) Pola Diet Jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita PMS bervariasi pada setiap wanita, dan karena wanita yang mengalami PMS dapat memiliki kondisi utama lain seperti hipoglikemia dan tekanan darah tinggi, pengaturan dan penelitian khusus perlu dipriritaskan untuk membuat suatu rekomendasi makanan. Penurunan asupan gula, garam, karbohidrat (nasi,kentang,tori) dapat mencegah edema (bengkak), serta penurunan konsumsi kafein (kopi), teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur) 3) Olahraga Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Dapat berupa jalan sehat, berlari, bersepeda atau berenang. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami PMS dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari (Maulidah, 2016). 2. Tinjauan Tentang Kecemasan a. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, keadaan yang berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan-perasaan bersalah, perasaan tidak aman dan kebutuhan akan kepastian. Kecemasan pada dasarnya merupakan sebuah respons terhadap apa yang terjadi atau antisipatif, namun faktor dinamik yang dapat mempercepat kecemasan tidak di sadari (Prihatanti, 2010). Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disertai oleh respon autonom (penyebab sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri terhadap bahaya (Maulida, 2016). Kecemasan adalah berupa rasa kekhawatiran atau rasa takut yang tidak dapat dihindari dari sesuatu yang berbahaya dan dapat menimbulkan gejala atau respon tubuh (Widyanigrum & Sari, 2016). Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup (Wahyuni, 2014). Kecemasan dapat timbul karena berbagai penyebab, tetapi secara umum kecemasan timbul oleh bahaya yang terdapat dalam diri manusia sendiri yaitu suatu keadaan berbahaya dari luar yang bersangkutan ditafsirkan lain, adanya pandangan persepsi dari realitas lingkungannya (Wahyuni, 2010). b. Respon Kecemasan Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui pembentukan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan respon anxietas yaitu: 1) Respon fisiologis a) Sistem kardiovaskuler: palpasi, tekanan darah meningkat, berdebar-debar meningkat. b) Sistem pernapasan: napas cepat, sesak napas, napas dangkal, terengah-engah. c) Sistem neuromuskuler; meningkatnya reflek, reaksi terkejut, insomnia, tremor, gelisah, gugup, wajah tegang, tungkai lemah. d) Sistem gastrointestinal: hilangnya nafsu makan, perut tidak nyaman, diare, nausea, anoreksia. 2) Respon perilaku Respon perilaku yang terjadi adalah gelisah, ketegangan fisik, reaksi terkejut, bicara cepat, cenderung mengalami cedera, menarik diri, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, sangat waspada. 3) Respon kognitif Respon kognitif yang terjadi adalah perhatian terganggu, sulit konsentrasi, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, sulit berpikir, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, dan takut kehilangan kendali. 4) Respon afektif Respon afektif yang terjadi adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, cepat marah, ketakutan, waspada, khawatir, fokus pada diri sendiri (Maulidah, 2016). c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Kecemasan ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) Usia Usia merupakan faktor internal yang berkontribusi terhadap timbulnya kecemasan. Bahkan ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah mengalami kecemasan dari pada usia tua. 2) Jenis kelamin Perempuan lebih cenderung mengalami kecemasan dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan dirasa lebih sensitif terhadap permasalahan, sehingga mekanisme koping perempuan kurang baik dibandingkan laki-laki. 3) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan mereka yang memiliki status pendidikan yang tinggi. 4) Status ekonomi Ekonomi adalah salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap timbulnya kecemasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah : 1) Teori psikoanalitik Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul karena konflik antara elemen kepribadian yaitu id (Insting) dan super ego (nurani). Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budayanya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan. 2) Teori interpesonal Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpesonal. 3) Teori behavior Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 4) Teori perspektif keluarga Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga. 5) Teori perspektif biologi Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk meningkatkan Benzodiapine. d. Tingkat Kecemasan Tingkat kecemasan terbagi menjadi berbagai tingkatan: 1) Kecemasan ringan Berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iretabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. 2) Kecemasan sedang Memungkinkan orang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini adalah kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. 3) Kecemasan berat Kecemasan sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat berpikit tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi. 4) Panik Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Menifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi (Maulidah, 2016). e. Pengukuran Tingkat Kecemasan Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya syptoms pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap iyem yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe) (Tawi, 2012). Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi : 1. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah teringgung. 2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu. 3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar. 4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk. 5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi. 6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari. 7. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, geratakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot. 8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah. 9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejab. 10. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek. 11. Gejala gastointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut. 12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi. 13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala. 14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat. Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori : 0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = satu dari gejala yang ada 2 = sedang/separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada 4 = sangat berat/semua gejala ada Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil : 1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan. 2. Skor 7-14 = kecemasan ringan. 3. Skor 15-27 = kecemasan sedang. 4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat. 3. Tinjauan Remaja a. Definisi Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada masa remaja meliputi aspek fisik, kognitif dan sosial (Zuhana & Ersila, 2016). Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanakkanak dan masa reproduksi (Prajati, 2014). Masa remaja merupakan bagian dari fase perkembangan dalam kehidupan seorang individu. Masa yang merupakan periode transisi dari masa anak ke dewasa ini di tandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. Menurut WHO remaja merupakan anak usia 10-19 tahun. Undang-Undang perburuhan, remaja adalah anak yang telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menggangap remaja jika sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menegah. Menurut UndangUndang Perkawinan No.1 tahun 1974, anak di anggap remaja bila sudah cukup matang untuk menikah yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Remaja adalah anak dalam rentang usia remaja sangat bervariasi, akan tetapi awal dari masa emaja relatif sama sedangkan masaberakhirnya masa remaja lebih bervariasi. Awal usia masa remaja berkisar 10 tahun dan akhir masa remaja berkisar 21 tahun. b. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Remaja pada masa ini mengalami masa pubertas yaitu terjadinya pertumbuhan yang cepat, timbul ciri-ciri seks sekunder, dan tercapai fertilitas. Perubahan psikososial yang menyertai pubertas disebut adolesen, adolesen adalah masa dalam kehidupan seseorang dimana masyarakat tidak lagi memandang individu sebagai seorang anak, tetapi juga di akui sebgai seorang yang sudah dewasa dengan segala hak dan kewajiban mereka. Tumbuh kembang adalah peristiwa yang terjadi sejak masa pembuahan sampai masa dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu proses biologis yang menyebabkan perkembangan fisik yang dapat diukur. Perkembangan merupakan suatu proses seorang individu dalam aspek keterampilan dan fungsi yang kompleks. Individu berkembang dalam pengaturan neuromuskuler, keterampilan menggunakan anggota tubuh, serta perkembangan kepribadian, mental, serta emosi. Perkembangan remaja dalam perjalananya dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase remaja awal, fase pertengahan, dan fase akhir. 1) Remaja awal (10-14 tahun) Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan cepat. Pikiran difokuskan pada keberadaannya dan pada kelompok sebaya. Identitas terutama difokuskan pada perubahan fisik dan perhatian pada keadaan normal. Perilaku seksual remaja pada masa ini lebih bersifat menyelidiki, dan tidak membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Remaja pada masa ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Rasa penasaran yang tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan privasi. 2) Remaja pertengahan (15-17 tahun) Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya sendiri maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses kognitif remaja pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran oprasional formal, remaja pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan apa yang dapat dibuat dengan barang-barang yang ada, mengembangkan wawasan, dan merefleksikan perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase ini berfokus pada masalah identitas yang tidak terbatas pada aspek fisik tubuh. Remaja pada fase ini mulai bereksperimen secara seksual, ikut serta dalam perilaku beresiko, dan mulai mengembangkan pekerjaan diluar rumah. Sebagai akibat dari ekperimen beresiko, remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, kecanduan obat, dan kecelakaan kendaraan bermotor. Usaha remaja fase pertengahan untuk tidak bergantung, menguji batas kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai maksimal mengakibatkan berbagai permasalah yang dengan orang tua, guru, maupun figur yang lain. 3) Remaja akhir (18-21 tahun) Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh, termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu pendidikan, kejuruan, dan seksual. Remaja akhir biasanya lebih berkomitmen pada pasangan seksualnya dari apda remaha pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang tidak tuntas dari fase sebelumnya dapat muncul pada fase ini ketika mengalami perpisahan fisik dengan keluarganya. Dalam perjalanan kehidupannya, remaja tidak akan lepas dari berbagai macam konflik dalam perkembangannya. Setiap tingkatan memiliki konflik sesuai dengan kondisi perkembangan remaja pada saat itu. Konflik yang sering dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan yang mereka alami pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka yaitu dimensi biologis, dimensi kognitig, dimensi moral dan dimensi psikologis (Kusuma, 2014). 4. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Premenstrual Syndrome (PMS) Wanita menderita depresi dan kecemasan sekitar dua hari sampai dua minggu sebelum permulaan masa haid, mereka menderita berbagai gejala dari depresi dan kekhawatiran. Kebanyakan wanita yang mengalami PMS yang menderita stress dan tekanan lain maka PMS itu bisa berlangsung lama (Wahyuni 2010). Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi kerja hipotalamus. Hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon yang akhirnya menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan kadar serotonin di otak menurun. Kadar serotonin yang rendah akan menimbulkan banyak keluhan seperti payudara nyeri, pinggang merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan tangan dan kaki, mudah lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan sebagainya. Semakin berat tingkat kecemasannya, maka Premenstrual Syndromenya semakin berat, sebaliknya semakin ringan tingkat kecemasannya, maka PMS nya juga semakin ringan. Keluhankeluhan seperti ini apabila tidak teratasi akan berdampak kepada responden bahkan orang lain. Responden selain bisa mengalami kecemasan bisa mengalami stress dan akan berakibat depresi (Siyamti dkk, 2011). Penyebab pasti munculnya kecemasan dalam menghadapi PMS diantaranya adalah faktor hormonal pada tubuh wanita, yaitu ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Beberapa keluhan yang dirasakan saat PMS yaitu sakit kepala, sakit punggung, nyeri pada payudara, gangguan tidur, dan lain-lain. Dari beberapa keluhan yang dirasakan, akibat tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada wanita yang mengalami PMS. Apabila kecemasan tidak teratasi dengan baik akan menimbulkan berbagai respon kecemasan, antara lain gelisah, keringat dingin, takut, dan berbagai gangguan kesehatan seperti diare, sering berkemih, mual muntah dan lain-lain (Laili & Dewi, 2014). B. Landasan Teori PMS adalah gangguan siklus yang umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten. PMS secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak pada emosional dan kesejahteraan fisik dari jutaan perempuan selama masa reproduksi seorang perempuan. Gejala PMS pada umumnya ialah rasa cemas, perasaan tidak menentu, mudah marah, tegang, sakit kepala, suka konsumsi makanan manis atau asin yang berlebihan, peningkatan nafsu makan, berat badan bertambah, payudara membengkak dan terasa sakit jika disentuh, puting susu nyeri dan bengkak dan mudah lupa. Gejala PMS ini jika dibiarkan, dampaknya bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, mengganggu hubungan dengan orangorang terdekat dan jika dibiarkan akan menimbulkan gangguan yang lebih parah, yang disebut dengan disforia pramenstruasi (PMDD) (Husna, 2016). Bagi beberapa wanita gejala PMS dapat terjadi cukup parah, sehingga dapat menimbulkan dampak yang merugikan. Umumnya dampak dari PMS tersebut adalah gangguan aktivitas harian, seperti penurunan produktivitas kerja, sekolah, dan hubungan interpersonal penderita. Di samping itu PMS yang berat juga dapat berhubungan dengan kasus bunuh diri yang tinggi, tingkat kecelakaan, dan masalah kejiwaan akut. Di samping itu penderita PMS juga lebih banyak mengalami gangguan hobi, peningkatan frekuensi kunjungan ke dokter rawat jalan dan peningkatan hari tidak berkerja dengan alasan kesehatan. Kemudian khusunya untuk para remaja putri yang bersekolah, PMS dapat menggangu kualitas kesehatan, konsentrasi, prestasi dan keaktifan kegiatan belajar di sekolah.siswi dengan gangguan pramenstruasi mengalami beberapa penurunan, seperti:kondisi mental, vitalitas, peran fisik, fungsi sosial, dan kesehatan secara keseluruhan (Ratikasari, 2015). Menurut dewi (2009) Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya PMS antara lain : a. Wanita yang pernah melahirkan PMS makin berat setelah melahirkan beberapa anak, terlebih bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti Preeklamsi. b. Status perkawinan Wanita yang telah menikah lebih sering mengalami PMS dibandingkan yang belum. c. Usia PMS semakin sering dan menggangu dengan bertambahnya usia, terutama pada usia 35-40 tahun. d. Stress Stress memperberat gangguan PMS e. Diet Kebiasaan makan seperti gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk olahan memperberat gejala PMS f. Defiseinsi zat gizi Kekurangan zat gizi seperti Vitamin B (terutama B6), Vitamin E, Vitamin C, magnesium, zat besi, asam lemak linoleat memperberat gejala PMS g. Kegiatan fisik Kurang berolahraga dan kegiaan fisik menyebabkan semakin beratnya PMS h. Kebiasaan merokok Kebiasaan merokok memperberat gejala PMS Penyebab dari PMS adalah : Faktor hormonal (Ketidak seimbangan antara hormon estrogen dan progesterone), Faktor kimiawi (Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS. Bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak seperti serotonin, berubahubah selama siklus menstruasi. Serotonin sangat mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan, ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur, agresif dan peningkatan selera), Faktor Genetik, Faktor Psikologis, dan Faktor gaya hidup. Wanita yang menderita depresi dan kecemasan sekitar dua hari sampai dua minggu sebelum permulaan masa haid, mereka menderita berbagai gejala dari depresi dan kekhawatiran. Kebanyakan wanita yang mengalami PMS yang menderita stress dan tekanan lain maka PMS itu bisa berlangsung lama (Wahyuni, 2010). Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi kerja hipotalamus. Hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon yang akhirnya menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan kadar serotonin di otak menurun. Kadar serotonin yang rendah akan menimbulkan banyak keluhan seperti payudara nyeri, pinggang merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan tangan dan kaki, mudah lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan sebagainya (Siyamti dkk, 2011). C. Kerangka Teori Faktor Penyebab Premenstrual (PMS) 1. Faktor Hormonal 2. Faktor Kimiawi 3. Faktor Genetik 4. Faktor Psikologi 5. Faktor Gaya Hidup Syndrome Faktor Predisposisi 1. Wanita yang pernah melahirkan 2. Status Perkawinan 3. Usia 4. Stress 5. Diet 6. Defiseinsi zat gizi 7. Kegiatan fisik 8. Kebiasaan merokok Gambar 1. Kerangka Teori dimodifikasi dari Maulidah (2016); Dewi (2009) D. Kerangka Konsep Kecemasan Premenstrual (PMS) Syndrome Keterangan : Variabel Bebas : Kecemasan Variabel Terikat : Premenstrual Syndrome (PMS) Gambar 2. Kerangka Konsep E. Hipotesis Penelitian Ada Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Premenstrual Syndrome (PMS) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional study dimana variabel-variabel yang termaksud faktor risiko dan variabel-variabel yang termaksud efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). Remaja Putri Tidak Cemas Cemas Ringan PMS PMS Tidak PMS Tidak PMS Cemas Sedang PMS Tidak PMS Gambar 3 Rancangan Penelitian Cemas Berat PMS Tidak PMS B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 08 Kendari 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama Februari – Maret 2018 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri Kelas X & XI di SMAN 08 Kendari sebanyak 219 Orang. 2. Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 Orang remaja putri kelas X & XI di SMAN 08 Kendari. 3. Tehnik Pengambilan Sampel Tehnik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah stratified random sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kelas (tingkat) (Sastroasmoro, 2010), dengan rumus besar sampling yaitu : π= ππ²ππ d2 (π − 1) + π²ππ Keterangan : n : besarnya sampel N : populasi d : tingkat kepercayaan yang di inginkan (0,05%) Z : derajat kemaknaan dengan nilai (1,96) P : perkiraan populasi yang diteliti (0,05) q : proporsi populasi yang tidak di hitung (1-p) (Notoatmodjo, 2010). π= 219(1,962 )0,05.0,95 (0,052 ). 218 + (1,962 ). 0,05.0,95 π= 841,3x0,05.0,95 0,545 + 3,8416.0,475 π= 39,97 0,545 + 0,182 π= 39,97 0,72 n = 56 Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 56 siswi SMAN 08 Kendari. Dari sampel 56 orang maka untuk menentukan sampel tiap kelas menggunakan rumus sebagai berikut : πα΅’ = Nα΅’ π₯π N Keterangan : nα΅’ : besar sampel yang di ambil berdasarkan strata N1 : besar populasi yang diteliti berdasarkan strata N : besar populasi n : besar sampel yang di ambil Dari jumlah populasi sebanyak 219 orang, maka sampel penelitian tiap kelas sebagai berikut : π1= 116 π₯ 56 = 30 πππππ 219 π2= 103 π₯ 56 = 26 πππππ 219 Jadi sampel untuk kelas X di ambil sebanyak 30 orang dan untuk kelas XI di ambil sebanyak 26 orang. Teknik untuk mendapatkan sampel dari populasi dengan menggunakan simpel random sampling yaitu metode sederhana karena pengambilan sampel anggota populasi di lakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi. D. Variabel Penelitian 1. Variabel Independent Variabel independen atau variabel bebas adalah kecemasan. 2. Variabel Dependent Variabel dependen atau variabel terikat adalah Premenstrual Syndrome (PMS) E. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif 1. Kecemasan Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan remaja putri kelas X & XI di SMAN 08 Kendari yang disertai oleh respon autonom (penyebab sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri terhadap bahaya. Skala pengukuran interval. Cara penilaian kecemasan dengan skala HARS adalah dengan memberikan nilai dengan kategori : 0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = satu dari gejala yang ada 2 = sedang/separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada 4 = sangat berat/semua gejala ada Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil : 1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan. 2. Skor 7-14 = kecemasan ringan. 3. Skor 15-27 = kecemasan sedang. 4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat. 2. Premenstrual Syndrome (PMS) PMS adalah gangguan siklus Menstruasi remaja putri di SMAN 08 Kendari yang umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten. Pada peneltian ini menggunakan kriteria diagnosa SPAF (The Shortened Premenstrual Assesment Form) yang terdiri dari 10 item gejala premenstrual syndrome, masing-masing item diberi scroe 1-6, mulai yang tidak terasa sampai yang ekstrem (sangat berat), sehingga total score 60. Dikatakan PMS jika mengalami paling sedikit 5 tanda PMS atau total score lebih atau sama dengan 30. Kriteria objektif : 1 = tidak PMS jika score <30 2 = PMS jika score ≥30 F. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode: a. Kecemasan dengan observasi dan pengisian kuesioner. b. PMS secara pengamatan langsung/observasi dengan pengisian kuesioner 2. Data Sekunder Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan studi dokumen, meliputi data profil sekolah dan data jumlah peserta didik dari SMAN 08 Kendari. G. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan adalah kuesioner ( daftar pertanyaan) yang terdiri dari 14 item , menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) dengan 5 kategori yaitu, Skor : 0 = tidak ada , 1 = ringan , 2 = sedang, 3 = Berat, 4 = Berat Sekali. H. Alur Penelitian Setelah mendapat Surat Izin Penelitian melaksanakan studi pendahuluan dengan tujuan mencari permasalahan yang Pengumpulan data akan dilakukan muncul berkaitan tentang PMS oleh peneliti sendiri Data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada responden dan dilakukan Peneliti mengecek kembali pengisian kuesioner kelengkapan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan apabila ada jawaban yang belum lengkap maka peneliti Pengolahan Data akan meminta responden untuk melengkapinya Analisis Data Penyajian Data Kesimpulan Gambar 4. alur penelitian I. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut akan diolah secara komputerisasi dengan tahapan a. Editing yaitu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. b. Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Data entry atau processing yaitu jawaban-jawaban dari masingmasing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau software komputer. d. Data cleaning yaitu pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemuidan dilakukan pembetulan atau koreksi. 2. Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun independen. Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini secara bertahap dari analisa univariat dan bivariat. a. Analisis Univariat Analisis univariat dalam penulisan adalah untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian menggunakan distribusi frekuensi dan rata-rata . langkah-langkah analisis univariat adalah dengan mendeskripsikan karakteristik dari masingmasing variabel bebas kedalam distribusi frekuensi dan presentase masing-masing variabel dari semua jawaban responden dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase, dengan rumus sebagai berikut: π= Keterangan : P f π π₯ 100% π = Presentase = Jumlah frekuensi n = Jumlah responden (Chandra B, 2013). b. Analisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan antar variabel independen dan dependen melalui uji chi-squaer (X²), untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik antara 2 variabel dgunakan batas kemaknaan 0,05% (95%) (p <0,05), karena pada umumnya penelitianpenelitian dibidang pendidikan menggunakan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2010) Rumus π₯² = Keterangan : Ζ©[(0−E)2] 2 x²= Chi-Squaer O = Frekuensi observasi E = Frekuensi harapan Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah : 1) Ho diterima, jika x2 hitung < x2 (Jika p value > 0,05) tabel artinya tidak ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan tingkat kecemasan dengan kejadian Premenstrual Syndrome . 2) Ha ditolak, Jika x2 hitung ≥ x2 tabel (jika p value < 0,05) ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan tingkat kecemasan dengan kejadian Premenstrual Syndrome J. Etika Penelitian 1. Lembar Persetujuan (Informed concent) Peneliti akan memberikan lembar persetujuan kepada responden. Sampel yang akan menjadi responden bersedia menandatangani lembar persetujuan, dan bagi responden yang menolak, peneliti tetap menghormati dan menghargai haknya dan tidak akan dipaksa. 2. Tanpa Nama (Anonymous) Peneliti akan menjaga kerahasiaan reponden dengan tidak mencantumkan nama responden tetapi hanya memberi kode tertentu untuk setiap responden. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 8 Kendari terletak di tengah-tengah pusat pengembangan pemukiman Kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli. Wilayahnya termasuk daerah pengembangan kota, sehingga SMA Negeri 8 Kendari berpontensi untuk dijadikan sebagai salah satu sekolah unggulan. Hal tersebut berdasar pada luas lahan yang cukup untuk pengembangan sarana dan prasarana sekolah yang berstandar nasional bahkan internasional. Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli merupakan daerah bagian Timur dan berjarak ± 10 km dari pusat Kota Kendari. Gambar 1. Daerah ini merupakan pusat pengembangan Kawasan Perekonomian Kota Kendari dan pusat pengembangan pemukiman penduduk Kota Kendari. Untuk pengembangan wilayah, transportasi darat memang sangat strategis dan dibutuhkan, namun sarana ini relatif mahal dan kurang memadai, hal ini dilihat dari kondisi jalan darat yang sudah bagus. Kendaraan roda empat dan roda dua merupakan kendaraan yang banyak dimiliki masyarakat. Tabel 1 Jumlah siswa di SMAN 8 Kendari Tahun 2018 Keadaan Tahun Siswa Pelajaran Jumlah siswa 2017/2018 Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah 197 187 203 587 Sumber. DataPrimer Tabel 2 Prasarana Belajar, Penunjang dan Kantor di SMAN 8 Kendari No Jenis Ruangan 1. Kelas/Teori 2. Laboratorium IPA 3. Luas (m2) Total Jumlah Luas Ket. (m2) 72 15 1.296 3 rusak ringan a. Lab. Fisika 120 1 120 Rusak Ringan b. Lab. Kimia 120 1 120 Baik c. Lab. Biologi 120 1 120 Rusak Ringan d. Lab. Komputer 120 1 120 Baik Fasilitas Olah Raga a. Lapangan Basket b.Lapangan Bulu Tangkis c. Lapangan Volly 1 1 1 4. Perpustakaan 120 1 120 Baik 6. Ruang BK 16 1 12 Sementara 7. Ruang OSIS/UKS 16 1 16 Rusak Ringan 10. Kantin 60 1 60 Darurat 11. WC Siswa 2,25 5 12,5 Rusak Ringan 14. Masjid 140 1 140 Baik 15. Tempat Parkir 28 1 28 Rusak Berat 16 1 16 Baik 16 1 16 Baik 16. 17. Ruang Kepala Sekolah Ruang Wakil Kepala Sekolah 18. Ruang Tata Usaha 12 1 12 Baik 19. Kamar Mandi / WC 2,25 2 5 Rusak Ringan Sumber. SMAN 2018 B. Hasil Penelitian Penelitian tentang hubungan antara tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome pada remaja putri di SMAN 08 Kendari pada bulan Mei tahun 2018. Sampel penelitian ini adalah remaja putri kelas X dan XI yang berjumlah 56 siswi. Setelah data terkumpul, maka data diolah dan dianalisis menggunakan stata. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan beserta keterangan penjelasan dari isi tabel. Hasil penelitian terdiri dari analisis univariabel dan bivariabel. 1. Karaterisik Responden Karakteristik responden pada penelitian ini yang dapat disajikan terdiri dari umur responden, tingkat kelas responden. Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri responden dalam hal ini remaja putri di SMAN 08 Kendari yang membedakan antara remaja yang satu dengan yang lainnya. a. Umur Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal umur manusia dikatakan lima belas tahun di ukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Elvan, 2012). Distribusi responden menurut kelompok umur di sajikan dalam tabel berikut: Tabel 3 Distribusi Frekuensi Umur Responden Kelas X dan XI di SMAN 8 Kendari Tahun 2018 Umur (Tahun) Jumlah (n) 15 32 16 24 Total 56 Sumber : Data Primer, diolah juni 2018 Persen(%) 57,1 42,9 100,0 Tabel 3. Menunjukkan bahwa distribusi respoden berdasarkan umur responden yang paling banyak adalah umur 15 tahun sebanyak 32 orang (57,1%), dan responden yang paling sedikit adalah umur 16 tahun sebanyak 24 orang (42,9%). b. Tingkat Kelas Tingkat kelas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi responden dalam befikir. Semakin tinggi tingkat kelas maka makin mudah menerima sesuatu yang sifatnya baru dan lebih terampil serta lebih dinamis terhadap setiap perubahan. Distrisbusi responden menurut tingkatan kelas disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4 Distribusi Tingkat Kelas Responden kelas X dan XI di SMAN 8 Kendari Tahun 2018 Tingkat Jumlah (n) X 30 XI 26 Total 56 Sumber : Data Primer, diolah Juni 2018 Persen(%) 53,6 46,4 100,0 Tabel 4. Menunjukkan bahwa jumlah responden masing –masing kelas yang paling banyak adalah kelas X sebanyak 30 orang (53,6%). Dan yang paling sedikit kelas XI sebanyak 26 orang (46,4%). 2. Analisis Univariat a. Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan siswi kelas X dan XI SMAN 8 Kendari dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5 Distribusi tingkat kecemasan di SMAN 08 Kendari Tingkat kecemasan Jumlah (n) Persen (%) Tidak ada kecemasan 4 7,1 Kecemasan ringan 11 19,6 Kecemasan sedang 23 41,1 Kecemasan berat 18 32,1 Total 56 100,0 Hasil analisis univariat pada tingkat kecemasan dari 56 orang didapatkan hasil sebanyak 4 orang (7,1%) tidak mengalami kecemasan, sebanyak 11 orang (19,6%) mengalami kecemasan ringan, dan 23 orang (41,1%) mengalami kecemasan sedang, dan 18 orang (32,1%) mengalami kecemasan berat. b. Premenstrual Syndrome Premenstrual Syndrome siswi kelas X dan XI SMAN 8 Kendari dapat dlihat pada tabel berikut : Tabel 6 Distribusi Premenstrual syndrome (PMS) di SMAN 8 Kendari tahun 2018 Premenstrual syndrome Tidak PMS PMS Total Jumlah (n) Persen (%) 16 40 56 28,6 71,4 100,0 Hasil analisis univariat pada premenstrual syndrome didapatkan hasil bahwa dari 56 orang sebanyak 16 orang (28,6%) diantaranya tidak mengalami premenstrual syndrome, dan 40 orang (71,4%) mengalami premenstrual syndrome. 3. Analisis Bivariat Hubungan antar variabel penenlitian di analisis dengan menggunakan tabulasi silang (Crosstab) antara variabel independen yakni tingkat kecemasan dengan variabel dependen yakni premenstrual syndrome sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil tabulasi silang antara variabel independen dan variabel dependen akan disajikan pada tabel berikut : Tabel 7 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Premenstrual Syndrome pada Remaja Putri di SMAN 8 Kendari Tahun 2018 Premenstrual Syndrome Jumlah Tingkat kecemasan Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat PMS Tidak PMS n % N % N 1 25,0 3 75,0 4 3 27,3 8 72,7 11 22 95,7 1 4,3 23 14 77,8 4 22,2 18 P value X² 0,000 21,703 Hasil analisis hubungan antara tingkat kecemasan dengan Premenstrual Syndrome diperoleh bahwa remaja putri yang tidak pms dan tidak mengalami kecemasan 3 orang (75,0%) sedangkan yang mengalami pms tetapi tidak mengalami kecemasan 1 orang (25,0%), yang mengalami kecemasan ringan terhadap pms sebanyak 3 orang (27,3%) sedangkan yang mengalami kecemasan ringan yang tidak pms sebanyak 8 orang (72,7%), kemudian yang mengalami kecemasan sedang terhadap premenstrual syndrome yang pms 22 orang (95,7%) sedangkan yang tidak pms sebanyak 1 0rang (4,3%). Dan yang mengalami kecemasan berat terhadap pms sebanyak 14 orang (77,8%) sedangan yang tidak pms 4 orang (22,2%). Hasil uji statistik Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (α ≤ 0.05) menunjukkan bahwa ο²Value = 0,000, jadi ο²Value< nilai ο‘ (0,05), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan hubungan Tingkat Kecemasan dengan Premenstrual Syndrome (PMS) C. Pembahasan Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data, maka hasil penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja putri di SMAN 08 Kendari yaitu sebagian besar remaja putri mengalami tingkat kecemasan sedang saat Premenstrual Syndrome. Hasil uji statistik Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (α ≤ 0.05) menunjukkan bahwa ο²Value = 0,000, jadi ο²Value< nilai ο‘ (0,05), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS) di SMAN 8 Kendari tahun 2018. Hasil penelitian ini didukung oleh Nurul Maulidah (2016) dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang premenstrual syndrome dengan kecemasan remaja putri saat menghadapi premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Julian Purnawati yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara tingkat stres dengan PMS, dimana remaja dengan tingkat stres sedang dan berat 4,8 dan 6,12 kali lebih beresiko mengalami PMS dibanding stres ringan. PMS adalah gangguan siklus yang umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten. PMS adalah sindrom yang terjadi pada perempuan 2-14 hari sebelum mengalami menstruasi, PMS merupakan salah satu gangguan umum yang terjadi pada wanita keluhan yang sering terjadi adalah cemas, lelah, sulit berkonsentrasi, susah tidur, hilang energi, nyeri kepala, nyeri perut dan nyeri pada payudara. Walaupun PMS tidak mengancam nyawa namun dapat mempengaruhi produktivitas dan mental wanita. Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Gejala yang terjadi dapat tetap sama atau bervariasi dari bulan ke bulan. Pada umumnya gejala yang datang adalah menifestasi dari produksi hormon progesteron pada bagian akhir dari siklus menstruasi, lebih dekat dengan datangnya masa menstruasi. Pada dasarnya, gejala PMS berhubungan dengan berbagai perubahan. Diantaranya ialah perubahan fisik, perubahan suasana hati, dan perubahan mental. Perubahan fisik, diantaranya: sakit punggung, perut kembung, payudara terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan, sembelit, pusing, pingsan, sakit kepala, daerah panggul terasa berat atau tertekan, hot flashes (kulit wajah, leher, dan dada tampak merah serta terasa hangat saat dirpaba), susah tidur, tidak bertenaga, mual dan muntah, kelelahan yang luar biasa, kelainan kulit (jerawat), pembengkakan jaringan atau nyeri persendian, dan penambahan berat badan. Perubahan suasana hati, diantaranya; mudah marah, cemas, depresi, mudah tersinggung, gelisah, merasa sedih dan gembira secara bergantian. perubahan mental, diantaranya; merasa kalut, sulit berkonsentrasi, dan pelupa. Salah satu gejala psikologis dari PMS adalah timbulnya kecemasan. Pada gangguan cemas memiliki serotinin transporter yang tidak normal. Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktifias dari neuro transmmiter Gamma Amino Butyric cid (GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran kecemasan. Wanita menderita depresi dan kecemasan sekitar dua hari sampai dua minggu sebelum permulaan masa haid, mereka menderita berbagai gejala dari depresi dan kekhawatiran. Kebanyakan wanita yang mengalami PMS yang menderita stress dan tekanan lain maka PMS itu bisa berlangsung lama. Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi kerja hipotalamus. Hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon yang akhirnya menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan kadar serotonin di otak menurun. Kadar serotonin yang rendah akan menimbulkan banyak keluhan seperti payudara nyeri, pinggang merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan tangan dan kaki, mudah lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan sebagainya. Semakin Syndromenya berat tingkat semakin berat, kecemasannya, sebaliknya maka semakin Premenstrual ringan tingkat kecemasannya, maka PMS nya juga semakin ringan. Keluhan-keluhan seperti ini apabila tidak teratasi akan berdampak kepada responden bahkan orang lain. Responden selain bisa mengalami kecemasan bisa mengalami stress dan akan berakibat depresi Penyebab pasti munculnya kecemasan dalam menghadapi PMS diantaranya adalah faktor hormonal pada tubuh wanita, yaitu ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Beberapa keluhan yang dirasakan saat PMS yaitu sakit kepala, sakit punggung, nyeri pada payudara, gangguan tidur, dan lain-lain. Dari beberapa keluhan yang dirasakan, akibat tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada wanita yang mengalami PMS. Apabila kecemasan tidak teratasi dengan baik akan menimbulkan berbagai respon kecemasan, antara lain gelisah, keringat dingin, takut, dan berbagai gangguan kesehatan seperti diare, sering berkemih, mual muntah dan lain-lain. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Hasil analisis univariat pada tingkat kecemasan dari 56 orang didapatkan hasil sebanyak 4 orang (7,1%) tidak mengalami kecemasan, sebanyak 11 orang (19,6%) mengalami kecemasan ringan, dan 23 orang (41,1%) mengalami kecemasan sedang, dan 18 orang (32,1%) mengalami kecemasan berat. 2. Hasil analisis univariat pada premenstrual syndrome didapatkan hasil bahwa dari 56 orang sebanyak 16 orang (28,6%) diantaranya tidak mengalami premenstrual syndrome, dan 40 orang (71,4%) mengalami premenstrual syndrome. 3. Hasil analisis hubungan antara tingkat kecemasan dengan Premenstrual Syndrome diperoleh bahwa remaja putri yang tidak pms dan tidak mengalami kecemasan 3 orang (75,0%) sedangkan yang mengalami pms tetapi tidak mengalami kecemasan 1 orang (25,0%), yang mengalami kecemasan ringan terhadap pms sebanyak 3 orang (27,3%) sedangkan yang mengalami kecemasan ringan yang tidak pms sebanyak 8 orang (72,7%), kemudian yang mengalami kecemasan sedang terhadap premenstrual syndrom yang pms 22 orang (95,7%) sedangkan yang tidak pms sebanyak 1 0rang (4,3%). Dan yang mengalami kecemasan berat terhadap pms sebanyak 14 orang (77,8%) sedangan yang tidak pms 4 orang (22,2%). 4. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome pada remaja putri, dengan hasil uji chi square nilai P value (0,000) > α (0,05). B. Saran 1. Remaja putri diharapkan terus mencari informasi tentang premenstrual syndrome 2. Pihak sekolah sebaiknya bekeja sama dengan petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi khususnya hal-hal yang berhubungan dengan PMS. DAFTAR PUSTAKA Chandra, Budiman. (2013). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Damayanti, S. (2013) Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Premenstrual Syndrom Pada Mahasiswa D-IV Kebidanan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah Banda Aceh. Skripsi: STIKES U’Budiyah Banda Aceh Dewi, (2009) Premenstrual Syndrom. http://the2w.blogspot.co.id/2009/10/premenstrual-syndromepms.html (diaskes pada tanggal 20 Januari 2018) Depkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI Elvan, (2012). Tolak Ukur Umur Remaja dan Dewasa. (http://elevanamdkep.blogspot.com/2012/09/tolak-ukur-remaja-dan dewasa.html.Diakses Mei 2018 Fikriya, U., Safitri, Y.A., Wijayanti, T.R.A. (2016) Pemberian Vitamin B6 Sebagai Upaya Mengurangi Kecemasan Pada Remaja Akhir Dengan Premenstruasi Syndrome. Jurnal; Politeknik Kesehatan RS dr.Soepraoen Kesdam Brawijaya Malang Finurina, I., Susiyadi. (2016) Pengaruh Sindrom Premenstruasi Terhadap Kecemasan Mahasisiwi. Jurnal: Universitas Muhammadiyah Purwokerto Glasier, A., Gebbie, A. (2005) Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Husna, M. (2016) Hubungan Asupan Makanan Dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Perbaungan. Skripsi: Universitas Sumatera Utara. Kusuma, T. (2014) Perbedaan Masalah Mental Emosional Pada Remaja Yang Bermain Video Game Aksi Dan Non Aksi. Skripsi: Universitas Diponegoro. Laili, S. I., Dewi, L.L. (2014) Tingkat Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome Di SMP 2 SOOKO Mojokerto. Jurnal: STIKES PPNI Bina sehat Mojokerto. Lestari, C.P. (2015) Hubungan Sindrom Pramenstruasi Dengan Tingkat Kecemasan Pada Siswi Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta. Jurnal: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan’ Aisyiyah Yogyakarta. Maulidah, N. (2016) Hubungan Pengetahuan Tentang Premenstrual Syndrome Dengan Kecemasan Remaja Putri Saat Menghadapi Premenstrual SYndrome Di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta. Skripsi: Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Mufidah, N. (2014). Pengaruh Premenstrual Syndrome (PMS) terhadap Motivasi Belajar Mahasiswi FKMS Di UIN Malang. Skripsi: Universitas Islam Negeri (UIN). Notoatmodjo. S. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, T., Utama, B.I. (2014) Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.Yogyakarta: Nuha Medika. Pascariyanti, T. (2016). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Tingkat Kecemasan Dengan Tingkat Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Sekolah Vokasi UGM. Skripsi: Universitas Gadjah Mada Prajati, R.N. (2014) Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Dengan Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome Di SMP Mataram Kasihan Bantul. Jurnal: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan’ Aisyiyah Yogyakarta Prawirohardjo, S. (2011) Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka. Prihatanti, N.R. (2010). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Imam Syuhodo Polokarto Sukoharjo.Skripsi: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Purnawati, J. (2012). Hubungan Umur menarche, Tingkat Stres Dan Status Gizi Dengan Premenstrual Syndrome Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2 Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011. Skripsi:Politeknik Kesehatan Kendari Puspitasari, R.L.,Elfida, S., Rahayu, K.M. (2014) Pengetahuan Mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia Terhadap Premenstrual Syndrome. Jurnal : Universitas Al Azhar Indonesia. Rahmiaty, M. (2014). Contoh Kuesioner. http://rahmiati72.blogspot.co.id/2014/03/contoh-kuesioner.html (diakses pada tanggal 18 Januari 2018) Ramadani, M. (2013). Premenstual Syndrome. Jurnal Kesehatan Masyarakat Ratikasari, I. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi (PMS) Pada Siswi SMA 112 Jakarta Tahun 2015. Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Rodiani., Rusfiana, A. (2016). Hubungan Premenstrual Syndrome Terhadap Faktor Psikologis Pada Remaja. Jurnal: Universitas Lampung Safitri, R., Herawati., Rachmawati, K. (2016) Faktor-Faktor Risiko Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Remaja SMA Darul Hijrah Puteri. Jurnal: Universitas Lambung Magkurat. Sibagariang, E.E., Pusmaika, R., Rismalinda. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info media. Siyamti, S., Pertiwi, H.W. (2011). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Sindrom Premenstruasi Pada MAhasiwwi tingkat II. Jurnal: Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali. Susanti, H.D.,Ilmiasih, R., Arvianti, A. (2017). Hubungan Tingkat Keparahan PMS Dengan Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Tidur Pada Remaja Putri. Jurnal: Universitas Muhammadiyah Malang. Tawi, M. (2012). Pengukuran Tingkat Kecemasan. https://syehaceh.wordpress.com/2012/08/03/pengukuran-tingkatkecemasan (Diakses pada tanggal 16 Januari 2018) Wahyuni. (2014). Gambaran Sindroma Pramenstruasi Dari Gejala Emosional Dan Fisik Pada Siswi SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Jurnal: STIKES Aisyiyah Surakarta Wahyuni, R. (2010). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Sindroma Pramenstruasi Pada Siswi SMP Negeri 4 Surakarta. Jurnal: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta. Widyaningrum, D.A., Sari, D.I.P. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Menghadapi Premenstrual syndrome. Jurnal: STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. World Health Organization (WHO). (2015). Adolescent Development: Topicc at Glance. Zuhana, N., Ersila, W. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Putri Dalam Menghada[i Sindrom Premenstruasi Di SMP 1 Sragi Kabupaten Pekalongan. Jurnal: Akbid Purworejo. Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada, Yth, Saudara Responden DiTempat. Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di program Studi D IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari, maka saya : Nama : IIN HUSMAR ANANDARI NIM : P00312014022 Sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari program Studi D IV kebidanan, akan melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri Di SMAN 08 Kendari Tahun 2018 Sehubungan dengan hal itu , saya mohon kesediaan saudari untuk berkenan menjadi subyek penelitian. Identitas dan informasi yang berkaitan dengan saudari di rahasiakan oleh peneliti. Atas partisipasinya dan dukungannya disampaikan terima kasih. Hormat saya . IIN HUSMAR ANANDARI Lampiran 2 PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Inisial :................................................. Umur :................................................. Jenis kelamin :................................................. Pendidikan :................................................. Pekerjaan :................................................. Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari yang bernama Iin Husmar Anandari dengan judul penelitian ”Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Premenstrual Syndrome Pada Remaja Putri Di SMAN 08 KENDARI TAHUN 2018” Saya mengetahui dan menyadari bahwa informasi yang akan saya berikan ini bermanfaat bagi saya sendiri, masyarakat dan penelitian. Kendari..............2018 (......................) Lampiran 3 KUESIONER KECEMASAN REMAJA PUTRI SAAT MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME Pilihlah jawaban sesuai dengan apa yang anda rasakan atau benar-benar anda alami pada saat Premenstrual Syndrome (PMS) dengan cara memberi tanda ceklist (√) dikolom yang tersedia. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) 0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = satu dari gejala yang ada 2 = sedang/separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada 4 = sangat berat/semua gejala yang ada No. Gejala kecemasan Nilai angka 0 1 Perasaan cemas a. firasat buruk b. takut akan pikiran sendiri c. mudah tersinggung 2 Ketegangan a. merasa tegang b. lesuh c. mudah terkejut d. tak bisa istirahat dengan tenang 1 2 3 4 e. mudah menangis f. gemetar g. gelisah 3 Ketakutan a. pada gelap b. ditinggal sendiri c. pada orang asing d. pada binatang besar e. pada keramaian lalu lintas f. pada kerumunan orang banyak 4 Ganguan tidur a. sukar memulai tidur b. terbangun malam hari c. tidak pulas d. mimpi buruk e. mimpi yang menakutkan 5 Gangguan kecerdasan a. daya ingat buruk b. sukar berkonsentrasi c. sering binggung 6 Perasaan depresi a. hilangnya minat b. berkurangnya kesenangan pada hobi c. sedih d. bangun dini hari e. perasaan berubah-ubah sepanjang hari 7 Gejala somatik (otot-otot) a. sakit dan nyeri di otot-otot b. kaku c. kedutan otot d. gigi gemeretak e. suara tidak stabil 8 Gejala somatik (sensorik) a. muka merah dan pucat b. merasa lelah c. telinga berdengung d. penglihatan kabur e. perasaan ditusuk-tusuk 9 Gejala kardiovaskuler a. denyut nadi cepat b. berdebar-debar c. nyeri dada d. denyut nadi mengeras e. detak jantung hilang sekejab f. rasa lemah seperti mau pingsan 10 Gejala pernapasan a. rasa tertekan di dada b. perasaan tercekik c. merasa napas pendek atau sesak d. sering menarik napas panjang 11 Gejala gastrointestinal a. mual muntah b. sulit menelan c. berat badan menurun d. kontisipasi/ sulit buang air besar e. perut melilit f. nyeri lambung sebelum/sesudah makan g. gangguan pencernaan h. rasa pana diperut i. perut terasa penuh/kembang 12 Gejala urogenetalia (perkemihan) a. sering kencing b. frigiditas c. amenor/menstruasi teratur yang tidak d. tidak dapat menahan kencing 13 Gejala vegetatif/otonom a. mulut kering b. muka kering c. mudah berkeringat d. pusing/sakit kepala bulu roma berdiri 14 Apakah Anda merasakan a. gelisah b. tidak tenang c. mengerutkan dahi muka tegang d. muka merah e. ketegangan otot meningkat f. napas pendek dan cepat (Maulidah, 2016). Lampiran 4 KUESIONER No. responden : Nama : Umur : Kelas : Berikut gejala-gejala yang muncul beberapa hari (kurang lebih 5 sampai 7 hari) saat menjelang haid (datang bulan/menstruasi). Petunjuk: berilah tanda ceklis pada kolom skor, setiap gejala premensttrual yang Anda rasakan. Skor menunjukkan tingkat keparahan yang dialami: 1 = tidak ada keluhan 2 = sangat ringan (gejala yang dialami hanya sedikit terasa) 3 = ringan (gejala terasa, namun tidak menganggu aktivtas sehari-hari) 4 = sedang (gejala terasa dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari) 5 = berat (gejala terasa sekali dan terjadi penurunan fungsi, beberapa aktivitas sehari-hari tidak bisa dilakukan) 6 = berat sekali (gejala sangat terasa sekali, terjadi penurunan fungsi fisik dan psikis sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari) No 1 Score Gejala . Payudara 1 terasa tegang/nyeri, membesar atau bengkak 2 Merasa tidak berdaya untuk mengatasi 2 3 4 5 6 masalah yang ringan/biasa 3 Merasa tertekan/strees 4 Mudah tersinggung/marah 5 Merasa sedih/depresi 6 Nyeri otot/kaku sendi 7 Berat badan bertambah 8 Rasa sesak, nyaman tidak ataunyeri perut 9 Mengalami bengkak (oedema) pada tangan atau kaki 10 Merasa kembung (Purnawati, 2012) MASTER TABEL HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 08 KENDARI TAHUN 2018 No.NNAMA UMUR 1 G 15 2 M 15 3 R 15 4 A 15 5 M 15 6 A 15 7 R 15 8 G 15 9 S 15 10 E 15 11 A 15 12 S 15 13 I 15 14 E 16 15 A 15 16 S 15 17 I 15 18 I 15 19 D 15 20 A 15 21 S 16 22 S 15 23 I 15 24 D 15 25 W 15 26 M 15 27 C 15 28 W 15 29 S 16 30 S 15 31 M 16 32 T 16 33 M 16 34 S 16 KELAS X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X XI XI XI XI KATEGORI TINGKAT KECEMASAN tidak cemas sedang berat berat Berat tidak cemas berat sedang berat berat berat sedang berat ringan tidak cemas sedang berat sedang berat ringan berat sedang sedang berat ringan berat sedang berat ringan berat sedang tidak cemas sedang sedang PMS pms pms pms pms pms tidak pms Pms pms Pms pms pms pms pms tidak pms tidak pms pms pms pms pms tidak pms pms pms pms tidak pms pms pms pms tidak pms tidak pms pms pms tidak pms pms pms 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 T D D E A N N R M R H K P J A F F Y A F J S 16 15 16 16 15 15 16 15 15 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI XI ringan sedang sedang sedang ringan sedang berat sedang ringan berat sedang ringan berat sedang sedang ringan sedang sedang sedang ringan sedang ringan pms pms pms pms tidak pms pms tidak pms pms tidak pms pms tidak pms tidak pms tidak pms pms pms tidak pms pms pms pms pms pms tidak pms HASIL OUTPUT PENELITIAN 1. Karakteristik responden Umur Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 15 32 57,1 57,1 57,1 16 24 42,9 42,9 100,0 Total 56 100,0 100,0 tingkat kelas Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 1 30 53,6 53,6 53,6 2 26 46,4 46,4 100,0 Total 56 100,0 100,0 2. Analisis Univariat tingkat kecemasan Frequency tidak ada kecemasan Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 4 7,1 7,1 7,1 kecemasan ringan 11 19,6 19,6 26,8 kecemasan sedang 23 41,1 41,1 67,9 kecemasan berat 18 32,1 32,1 100,0 Total 56 100,0 100,0 premenstrual syndrome Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent tidak pms 16 28,6 28,6 28,6 pms 40 71,4 71,4 100,0 Total 56 100,0 100,0 3. Analisis Bivariat Case Processing Summary Cases Valid N tingkat kecemasan * premenstrual syndrome Missing Percent 56 N 100,0% Total Percent 0 N 0,0% Percent 56 100,0% tingkat kecemasan * premenstrual syndrome Crosstabulation premenstrual syndrome Total tidak pms Count pms 3 1 4 75,0% 25,0% 100,0% 8 3 11 72,7% 27,3% 100,0% 1 22 23 4,3% 95,7% 100,0% 4 14 18 22,2% 77,8% 100,0% 16 40 56 28,6% 71,4% 100,0% tidak ada kecemasan % within tingkat kecemasan Count kecemasan ringan % within tingkat kecemasan tingkat kecemasan kecemasan sedang Count % within tingkat kecemasan Count kecemasan berat % within tingkat kecemasan Count Total % within tingkat kecemasan Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2sided) 21,703a 3 ,000 Likelihood Rasio 22,320 3 ,000 Linear-by-Linear Association 10,096 1 ,001 Pearson Chi-Square N of Valid Cases 56 a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,14. DOKUMENTASI