Uploaded by malikdarmin26

IIN HUSMAR ANANDARI (Skripsi)

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN
PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA
REMAJA PUTRI DI SMAN 08 KENDARI
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Terapan Kebidanan
OLEH :
IIN HUSMAR ANANDARI
P00312014022
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV
2018
BIODATA
A. Identitas Penulis
1. Nama
: Iin Husmar Anandari
2. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 29 Juli 1996
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Suku/Bangsa
: Tolaki/Indonesia
6. Alamat
: BTN Batumarupa Indah Blok G1 No. 21
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 12 Poasia Tahun 2008
2. SMP Negeri 05 Kendari Tahun 2011
3. SMK Tunas Husada Kendari Tahun 2014
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari
Jurusan Kebidanan Prodi DIV Tahun 2014 sampai sekarang.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iii
BIODATA ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xiii
ABSTRAK ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 8
E. Keaslian Penelitian.............................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah pustaka ................................................................. 11
B. Landasan Teori ................................................................. 37
C. Kerangka Teori.................................................................. 41
D. Kerangka Konsep.............................................................. 42
E. Hipotesis Penelitian ........................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................. 43
B. Tempat dan waktu penelitian ............................................ 44
C. Populasi dan Sampel ........................................................ 44
D. Variabel Penelitian ............................................................ 46
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .......................... 46
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian .................................... 48
G. Instrumen Data.................................................................. 48
H. Alur Penelitian .................................................................. 49
I.
Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 54
B. Hasil Penelitian ................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...........................................................................66
B. Saran....................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah dan paling mulia yang patut penulis
panjatkan kepada Allah SWT kecuali rasa syukur atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang
berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Premenstrual Syndrome
(PMS) Pada Remaja Putri Di SMAN 08 Kendari Tahun 2018”.
Dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini, penulis sadari
amat banyak aral yang melintang, namun berkat Allah SWT yang
senantiasa memberi petunjuk-Nya serta keyakinan pada kemampuan diri
sendiri, sehingga segala hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi.
Terima kasih yang tak ternilai serta sembah sujud penulis ucapkan kepada
Kedua Orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda atas segala do’a dan kasih
sayang yang tak henti-hentinya tercurahkan demi keberhasilanku serta
semua pengorbanan materil yang telah dilimpahkan, tanpa Ridho keduanya
penulis tidak ada apa-apanya.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
kedua pembimbingku Ibu DR.Kartini,S.Si.T,M.Kes selaku pembimbing I dan
ibu Elyasari, SST,M.Keb selaku pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis sehingga skripsi penelitian
ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari;
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari;
3. Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes, selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari;
4. Ibu DR.Nurmiaty, S.Si.T, MPH, ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes, ibu
Heyrani, S.Si.T, M.Kes selaku Dewan Penguji yang telah membantu dan
mengarahkan penulis dalam ujian skripsi sehingga penelitian ini dapat
lebih terarah;
5. Bapak Dr. Tenggaruddin M.Pd selaku kepala Sekolah SMAN 08
Kendari,
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian;
6. Teristimewa kepada Ayahanda Husairin SST dan Ibunda Sitti Maryam
dan Saudara-saudaraku tersayang Julfitri Husmar Anandari S.Pd,
Nahfal Husmar S.Pd, Mulia Jaya S.E, Bakri Husmar S.Pd yang selalu
memberikan dukungan dan kasih sayangnya;
7. Teman-teman seperjuanganku seluruh angkatan 014 yang tidak bisa di
sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan dalam
penyusunan skripsi penelitian ini.
8. Teruntuk sahabat terbaikku Seven She ( Aditia Silvia Fazila, Riski
Wahyuni Haris, Herlina Mp Meronda, Asrifah, Elsa Safitri, Afrelin Sry
Putri Yolision, dan Nurislah Rahmadhani) yang selalu setia dalam suka
dan duka, yang telah memberikan masukan, motivasi, dan dukungan
dan selalu ada selama penulis menyelesaikan skripsi penelitian ini.
9. Teruntuk sahabat tersayangku Arini, Anisa Mutmainah, Ririn Endriani,
Ainun Mardiah dan Sulton Aulia yang selalu memberikan motivasi
selama penulis menyelesaikan skripsi penelitian ini.
10. Dan terakhir teruntuk sahabat kecilku Mustamin Hidayatullah yang
selalu setia memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi
penelitian ini.
Akhir kata, semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi Kita
semua, khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti
selanjutnya di Poltekkes Kemenkes Kendari serta kiranya Tuhan selalu
memberi Rahmat kepada Kita semua. Amin.
Kendari,
Juli 2018
Penulis
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori Penelitian .......................................................... 41
2. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 42
3. Desain Penelitian Cross Sectional ............................................. 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah siswa di SMAN 8 Kendari Tahun 2018........................... 55
2. Prasarana Belajar, Penunjang dan Kantor di SMAN 8 Kendari .. 55
3. Distribusi Frekuensi Umur Responden Kelas X dan XI di SMAN
8 Kendari Tahun 2018 ................................................................ 57
4. Distribusi Tingkat Kelas Responden kelas X dan XI di SMAN
8 Kendari Tahun 2018 ............................................................... 58
5. Distribusi Tingkat Kecemasan di SMAN 8 Kendari tahun
2018 ........................................................................................... 59
6. Distribusi Premenstrual syndrome (PMS) di SMAN
8 Kendari tahun 2018 ................................................................. 59
7. Hasil Analisis Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
8. Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Putri di SMAN
8 Kendari Tahun 2018 ................................................................ 61
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden
3. Kuesioner Penelitian Tingkat Kecemasan
4. Kuesioner Penelitian Premenstrual Syndrome (PMS)
5. Master Tabel
6. Analisis Chi Square
7. Surat Izin Penelitian
8. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian
9. Dokumentasi
ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN
PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA REMAJA PUTRI
DI SMAN 08 KENDARI TAHUN 2018
Iin Husmar Anandari¹, Kartini², Elyasari²
Latar Belakang: Premenstrual Syndrome (PMS) adalah gangguan
siklus yang umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan,
ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan
premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari
Tahun 2018.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan
rancangan cross sectional study. Sampel penelitian ini sebanyak 56
orang. Pengambilan sampel dengan tehnik pengambilan sampel
secara acak sistematis (systematic random sampling) menggunakan
kuesioner, data di uji dengan uji Chi-Square.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan 32,1 % remaja putri
di SMAN 08 Kendari mengalami tingkat kecemasan berat dan 71,4 %
remaja putri di SMAN 08 Kendari mengalami premenstrual syndrome
(PMS). Ada hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual
syndrome (PMS), hasil uji statistik Chi-Square p value = 0,000.
Kesimpulan : Ada hubungan tingkat kecemasan dengan
premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari
Tahun 2018.
Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Premenstrual Syndrome (PMS)
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
2. 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF ANXIETY LEVELS WITH PREMENSTRUAL
SYNDROME (PMS) IN ADOLESCENTS
IN SMAN 08 KENDARI YEAR 2018
Iin Husmar Anandari¹, Kartini², Elyasari²
Background: Premenstrual Syndrome (PMS) is a cycle disorder that
generally occurs in young and middle women, characterized by consistent
physical and emotional symptoms.
Research Objectives: To determine the relationship between the level of
anxiety with premenstrual syndrome (PMS) in girls in SMAN 08 Kendari in
2018.
Research Method: This type of research is an observational cross sectional
study design. The sample of this study was 56 people. Sampling with a
systematic random sampling technique using a questionnaire, the data was
tested by Chi-Square test.
Research Results: The results showed 32.1% of girls in SMAN 08 Kendari
experienced severe anxiety levels and 71.4% of girls in SMAN 08 Kendari
experienced premenstrual syndrome (PMS). There is a correlation between
the level of anxiety with premenstrual syndrome (PMS), the results of the
Chi-Square statistical test p value = 0,000.
Conclusion: There is a relationship between the level of anxiety with
premenstrual syndrome (PMS) in young women in SMAN 08 Kendari in
2018.
Keywords: Anxiety Levels, Premenstrual Syndrome (PMS)
1. Students of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of
Midwifery
2. Lecturer of Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa remaja terjadi lebih
dini pada remaja putri dibanding remaja putra, dan kemungkinan
terjadinya perbedaan ini dikarenakan remaja putri lebih cepat matang
dalam hal psikologikal dan emosionalnya. Pada masa ini remaja putri
akan mengalami perubahan yang sangat penting, yaitu perubahan
fisik dan psikologis.
Perubahan fisik yang dimaksud adalah proses kematangan yang
terjadi pada organ reproduksi remaja putri yang ditandai dengan
peristiwa menstruasi, yaitu peristiwa pengeluaran darah dari dalam
rahim bila sel telur tidak dibuahi. Menstruasi atau pendarahan periodik
normal uterus merupakan proses katabolisme yang terjadi akibat
adanya pengaruh dari hormon hipofisis seperti hormon esterogen dan
progesteron. Umumnya menstruasi akan terjadi secara normal setiap
bulan (Susanti dkk, 2017).
Wanita yang telah mengalami menstruasi menandakan bahwa
fungsi tubuhnya berjalan dengan baik dan normal. Adanya perubahan
fungsi tubuh ini, tidak semua remaja putri menerima perubahannya
dengan baik. Banyak diantara mereka yang mengalami kecemasan
dengan perubahan tersebut (Lestari, 2015).
Biasanya 7-10 hari sebelum terjadi menstruasi, wanita akan
mengalami beberapa gejala perubahan tertentu dari segi fisik (nyeri
payudara, sakit kepala, jerawat, nyeri pinggul bahkan edema) maupun
emosional (perubahan mood, penurunan fungsi sosial, penurunan
konsentrasi bahkan depresi dan kecemasan) yang akan mereda
ketika siklus menstruasi dimulai. Namun pada beberapa wanita juga
dapat terjadi gejala yang terus berkelanjutan hingga 24 – 48 jam
pertama siklus menstruasi dan akan meredah selama beberapa hari
ke depan. Gejala-gejala tersebut dikenal dengan Premenstrual
Syndrome.
Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala
fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi
wanita dan secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus
menstruasi. Penyebab dari adanya PMS ini diperkirakan karena
adanya efek progesterone dalam neurotransmitter seperti pada
seorotonin, opioid, katekolamin dan Gamma Aminobutyric Acid
(GABA), peningkatan sensitifitas akibat peningkatan resistensi insulin
dan defisiensi nutrisi (Kalium, Magnesium dan B6) (Susanti dkk,
2017).
Ada wanita yang menderita depresi dan kecemasan sekitar dua
hari sampai dua minggu sebelum permulaan masa haid, mereka
menderita
berbagai
gejala
dari
depresi
dan
kekhawatiran.
Kebanyakan wanita yang mengalami PMS yang menderita stress dan
tekanan lain maka PMS itu bisa berlangsung lama (Wahyuni, 2010).
Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi
kerja hipotalamus, hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon
yang akhirnya menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan
kadar serotonin di otak menurun. Kadar serotonin yang rendah akan
menimbulkan banyak keluhan seperti payudara nyeri, pinggang
merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan tangan dan kaki, mudah
lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan sebagainya
(Siyamti dkk, 2011).
Kecemasan sebagai salah satu gejala utama dan gangguan tidur
seperti insomnia atau hiperinsomnia merupakan gejala penyerta PMS.
Kecemasan adalah salah satu keadaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yaitu
terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom. Kecemasan merupakan
gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali
merupakan suatu emosi yang normal. Remaja yang mengalami
pubertas akan lebih cepat murung, khawatir, cemas, marah dan
menangis hanya karena hal yang sangat kecil. Pada awal siklus
menstruasi, remaja akan lebih rentan untuk mengalami PMS. Hal ini
dapat diperkuat dengan adanya penurunan serotonin saat fase luteal
yang dapat menstimulasi gangguan mood. Selain itu, tingkat
gangguan mood akan cenderung meningkat dengan adanya
perubahan hormon pada remaja (Susanti dkk, 2017).
Data
demografi
menunjukkan
bahwa
populasi
remaja
mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health
Organization (WHO) pada tahun 2015 remaja dengan rentang usia 1019 tahun. Sekitar Sembilan ratus juta remaja tersebut tinggal di negara
berkembang. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016
jumlah remaja di Indonesia mencapai 36 juta jiwa dan 55%
diantaranya adalah remaja perempuan. Kelompok usia 10-19 tahun
adalah 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
perempuan. Sedangkan jumlah remaja berusia 10 hingga 24 tahun
sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6% dari total penduduk
Indonesia. Di Sulawesi Tenggara jumlah remaja berusia 15 tahun
keatas yaitu laki-laki sebanyak 9,07 % dan perempuan sebanyak
8,42% (Depkes RI, 2015).
Menurut
penelitian
dalam
survey
di
Amerika
Serikat
menunjukkan sekitar 40% wanita berusia 14-50 tahun, mengalami
Premenstrual Syndrome (PMS) dan 50% Premenstrual Syndrome
(PMS) dialami wanita dengan sosial-ekonomi menengah yang datang
ke Klinik Ginekologi. Data dari Arhcieves of Internal Medicine, 90%
perempuan mengalami PMS sebelum menstruasi dan studi yang
dilakukan terhadap 3.000 wanita, sekitar 90% perempuan mengalami
satu atau lebih tanda dan gejala PMS.
Menurut Mahin et al (2011) di Iran ditemukan sebanyak 98,2%
mahasiswa yang berusia 18-27 tahun mengalami gejala PMS. Gejala
yang dirasakan berupa gejala fisik dan psikologis yang mempengaruhi
aktivitas sehari-hari, penurunan minat belajar dan fungsi sosial
terganggu. Adapun penelitian yang dilakukan oleh American College
of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) pada tahun 2011 di
Srilanka, diperoleh hasil bahwa remaja yang mengalami sindrom
premenstruasi sekitar 65,7%. Gejala yang sering muncul adalah
perasan sedih dan tidak berpengharapan sebesar 29,6%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan
tahun 2015 tentang prevalensi PMS di Indonesia, diperoleh sebanyak
40% wanita Indonesia mengalami PMS dan sebanyak 2-10%
mengalami gejala berat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Puspitorini
pada
Mahasiswi
Akademi
Kebidanan
Pemerintah
Kabupaten Kudus tahun 2012, dari 259 subjek penelitian terdapat 109
mahasiswi tau 42,9% yang mengalami PMS. Hal ini mengakibatkan
penurunan konsentrasi belajar, terganggunya komunikasi dengan
teman di kampus juga terjadi penurunan produktivitas belajar dan
peningkatan absensi (Susanti dkk, 2017).
Angka kejadian kecemasan akibat dari PMS cukup tinggi, yaitu
sekitar 20% dari populasi dunia dan sebanyak 48% dialami oleh
wanita usia subur. Di Indonesia prevalensi gangguan kecemasan
akibat PMS diperkirakan berkisar antara 9%-12%. Presentase tingkat
kecemasan karena PMS pada wanita yang melakukan konsultasi di
LSM Rifka Annisa Women’s Crisis Center (Rifka Annisa WCC)
Yogyakarta tahun 2013 didapatkan pada wanita yang berusia di
bawah 30 tahun yaitu 33,3% dan wanita di atas 30 tahun yaitu 66,7%
(Lestari, 2015).
Berdasarkan data dari Divisi Immunoendokrinologi Reproduksi
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia RSCM, PMS merupakan kondisi medis umum yang
memengaruhi hubungan wanita, aktivitas sosial, produktivitas kerja,
dan kualitas hidup. Berbagai gejala emosional yang paling umum
dialami wanita saat pra-haid meliputi perasaan mudah tersinggung
sebanyak 48% dan timbul suatu kecemasan ketika menghadapi PMS,
kurang berenergi atau lemas 45%, dan mudah marah 39%. Gejala
fisik yang paling umum dialami wanita meliputi kram atau nyeri perut
51%, nyeri sendi, otot atau punggung 49%, nyeri pada payudara 46%,
dan perut kembung 43% . Menurut beberapa literatur, di Jawa Tengah
terdapat lebih dari 150 gejala berkaitan dengan PMS sehingga dapat
timbul suatu kecemasan. Hal ini karena pada kondisi PMS, hormon
estrogen dan progesteron tidak seimbang (Wahyuni, 2010).
Hasil studi pendahuluan melalui wawancara langsung terhadap
10 remaja putri di SMAN 08 Kendari, didapatkan 8 remaja putri
menyatakan bahwa dirinya sering mengalami gangguan tidur,
perubahan fisik, emosional dan kecemasan yang tiba-tiba dan tanpa
sebab
saat
akan
menstruasi.
Bahkan,
perubahan
tersebut
mengakibatkan harus berdiam di Unit Kesehatan Sekolah dan tidak
mengikuti pelajaran. Berdasarkan uraian latar belakang di atas
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome (PMS)
pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018”
B.
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan
masalah “Apakah ada hubungan tingkat kecemasan dengan
premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari
Tahun 2018?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan
premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di SMAN 08
Kendari Tahun 2018.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui tingkat kecemasan pada remaja putri di
SMAN 08 Kendari Tahun 2018
b.
Mengetahui prevalensi premenstrual syndrome (PMS)
pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018
c.
Menganalisis hubungan tingkat kecemasan dengan
premenstrual syndrome (PMS) pada remaja putri di
SMAN 08 Kendari Tahun 2018.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
a.
Hasil penelitian ini sebagai pembuktian teori tentang
hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual
syndrome (PMS) pada remaja putri
b.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan
ilmu kesehatan dalam hal ini kebidanan khususnya ilmu
yang terkait sistem reprosuksi.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi institusi pendidikan terkait dalam hal ini Politeknik
Kesehatan Kendari, hasil penelitian ini dapat dijadikan
bahan pustaka.
b.
Bagi lokasi penelitian, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai pengendalian
tingkat
kecemasan
dalam
menghadapi
sindrom
pramenstruasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi
dan kreatifitas serta derajat kesehatan pelajar secara
optimal.
c.
Bagi
peneliti/penulis,
penelitian
ini
menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan serta sebagai
salah satu sarana pengaplikasian ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
d.
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat
berguna sebagai referensi.
E.
Keaslian Penelitian
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah
sebagai berikut :
1.
Purnawati (2012), Hubungan Umur Menarche, Tingkat Stres dan
Status Gizi dengan Pre-menstrual Syndrom pada Remaja Putri
Di SMA Negeri 2 Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun
2011 dengan jumlah sampel 123 orang dengan tehnik Purposive
Sampling.
Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah judul
penelitian, tahun penelitian, tempat penelitian, dan tehnik
pengambilan sampel dengan judul yang diambil yaitu. “
Hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome
(PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018”
dengan tehnik pengambilan sampel stratified random sampling.
2.
Maulidah
(2016),
Hubungan
Pengetahuan
Tentang
Premenstrual Syndrome Dengan Kecemasan Remaja Putri Saat
Menghadapi Premenstrual Syndrome Di Smp Negeri 1 Kasihan
Bantul
Yogyakarta dengan jumlah sampel l sebanyak 80
responden dengan teknik Simple Random Sampling.
Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah judul
penelitian, tahun penelitian, tempat penelitian, dan tehnik
pengambilan sampel dengan judul yang diambil yaitu. “
Hubungan tingkat kecemasan dengan premenstrual syndrome
(PMS) pada remaja putri di SMAN 08 Kendari Tahun 2018”
dengan tehnik pengambilan sampel stratified random sampling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Premenstrual Syndrome (PMS)
a. Definisi Premenstrual Syndrome (PMS)
Premenstrual Syndrome (PMS) adalah gangguan siklus yang
umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai
dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten. Sindrome
premenstruasi (Premenstrual Syndrome, PMS, atau Premenstrual
Tension, PMT) merupakan kumpulan gejala fisik dan mental yang
khas, yang berhubungan dengan siklus menstruasi (National
Women’s Health Information Center, 2008). PMS adalah kumpulan
gejala yang timbul saat menjelang haid yang menyebabkan gangguan
pada pekerjaan dan gaya hidup seseorang (Maulidah, 2016).
Berbagai keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain
cemas, susah konsenstrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala,
sakit perut, dan sakit pada payudara. PMS biasanya ditemukan 7-10
hari menjelang haid. Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga
hormon estrogen, progesteron, prolaktin, dan aldosteron berperan
dalam terjadinya PMS. Gangguan keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron akan menyebabkan retensi cairan dan natrium
sehingga berpotensi menyebabkan terjadi keluhan PMS, perempuan
yang peka terhadap faktor psikologis, perubahan hormon sering
mengalami gangguan PMS (Prawirohardjo, 2011).
PMS adalah sindrom yang terjadi pada perempuan 2-14 hari
sebelum mengalami menstruasi, PMS merupakan salah satu
gangguan umum yang terjadi pada wanita keluhan yang sering terjadi
adalah cemas, lelah, sulit berkonsentrasi, susah tidur, hilang energi,
nyeri kepala, nyeri perut dan nyeri pada payudara. Walaupun PMS
tidak mengancam nyawa namun dapat mempengaruhi produktivitas
dan mental wanita (Safitri, 2016).
PMS adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang
terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80 hingga 95 persen
perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala PMS yang
dapat menggangu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala
tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara reguler pada
dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu
dimulainya perdarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya
(Sibagariang dkk, 2010).
PMS merupakan suatu keadaan dimana sejumlah gejala
terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi.
Gejala biasanya timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang
ketika menstruasi dimulai. PMS berhubungan dengan naik turunnya
kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus
menstruasi. Estrogen menyebabkan berat badan, pembengkakan
jaringan, nyeri payudara dan perut kembung (Nugroho dan Utama,
2014).
Selama ini masih ada keengganan untuk menerima PMS
sebagai suatu kondisi yang serius. Hal ini terjadi karena kegagalan
untuk membedakan PMS yang sesungguhnya dari gejala-gejala
pramenstruasi fisiologi yang lebih ringan, yang terjadi pada siklus
menstruasi normal 80-90% wanita dalam usia subur. Keduanya
memiliki beragam gejala yang terjadi pada masa luteal siklus dan
mereda pada akhir menstruasi. Apa yang membedakan PMS adalah
bahwa gejala-gejala yang dialami sedemikian berat sehingga fungsi
normal wanita dan hubungan antar pribadinya terganggu (terutama di
lingkungan kerja dan keluarga). Juga terdapat wanita yang memang
sudah memiliki gangguan psikologis yang terjadi bersama PMS dan
juga mungkin terjadi eksaserbasi gangguan psikologis (yang
sebelumnya sudah ada) pada masa pramenstruasi (Glasier dan
gebbie, 2005).
Mayoritas wanita pada usia reproduktif biasanya mengalami
satu atau lebih gejala PMS pada sebagian besar siklus menstruasi.
Keparahan dan frekuensi gejala yang dialami bisa berbeda di antara
masing-masing siklus (Ramadani, 2013).
PMS merupakan suatu gejala ataupun perubahan fisik,
psikologis dan perilaku yang muncul secara teratur dan berulang
selama fase siklus haid ataupun menghilang setelah haid datang.
Tidak seluruh wanita akan mengalami kondisi ini sehingga hanya
wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus
haid (Puspitasari dkk, 2014).
b. Etiologi
Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori
menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron
dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Selama bertahun-tahun teori
ini mendapat dukungan yang cukup banyak dan terapi progesteron ini
biasanya di gunakan untuk mengatasi PMS. Penelitian lebih lanjut
menunjukkan bahwa terapi progesteron kelihatan tidak efektif bagi
kebanyakan wanita, selain kadar progesteron pada penderita tidak
menurun secara konsisten. Bila kadar progesteron yang menurun
dapat ditemukan hampir pada semua wanita yang menderita PMS,
maka dapat dipahami bahwa kekurangan hormon ini merupakan
sebab utama. Sebagian wanita yang menderita PMS terjadi
penurunan
kadar
progesteron
dan
dapat
sembuh
dengan
penambahan progesteron, akan tetapi banyak juga wanita yang
menderita gangguan PMS hebat tapi kadar progesteronnya normal
(Damayanti, 2013).
Banyak kondisi atau faktor yang berperan dalam terjadinya
PMS pada remaja. Rendahnya kadar progesteron diduga menjadi
penyebab utama terjadinya PMS. Faktor yang terkait dengan PMS
adalah kenaikan perbandingan estrogen terhadap progesteron, tepat
sebelum fase menstruasi terjadi ( Rodiani & Rusfiana, 2016).
Penyebab dari PMS adalah:
1) Faktor hormonal
PMS terjadi pada sekitar 70-90% wanita usia subur dan lebih
sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun. Peran hormon
ovarium tidak begitu jelas, tetapi gejala PMS sering berkembang
ketika
ovarium
tertekan.
Faktor
hormonal
yaitu
terjadi
ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Kadar
hormon estrogen sangat berlebihan dan melampaui batas normal
sedangkan kadar progesterone menurun. Hal ini menyebabkan
perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan system pembawa
pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel.
2) Faktor kimiawi
Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS.
Bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak seperti serotonin, berubahubah selama siklus menstruasi. Serotonin sangat mempengaruhi
suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan,
ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur,
agresif dan peningkatan selera.
3) Faktor genetik
Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang sangat
penting, yaitu insidensi PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu
telur (monozigot) dibandingkan kembar dua telur.
4) Faktor psikologis
Faktor psikis, yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap
kejadian PMS. Gejala-gejala PMS akan semakin meningkat jika di
dalam diri seorang wanita mengalami tekanan.
5) Faktor gaya hidup
Faktor
gaya
hidup
didalam
diri
seseorang
terhadap
pengaturan pola makan juga memegang peran yang tidak kalah
penting. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat berperan
terhadap gejala-gejala PMS (Maulidah, 2016).
Pada umumnya, PMS terjadi pada wanita di akhir umur 20
tahun sampai awal umur 40 tahun. Beberapa faktor tersebut adalah
faktor keturunan; wanita yang ibunya memiliki riwayat PMS,
kemungkinan besar akan mengalami PMS juga. Faktor psikologis;
wanita yang memiliki gangguan mood, kecemasan, depresi, atau stres
(baik riwayat sekarang maupun dulu) dapat meningkatkan risiko
terjadinya PMS (Finurina dkk, 2016).
c. Gejala Premenstrual Syndrome (PMS)
Gejala yang terjadi dapat tetap sama atau bervariasi dari
bulan ke bulan. Pada umumnya gejala yang datang adalah
menifestasi dari produksi hormon progesteron pada bagian akhir dari
siklus menstruasi, lebih dekat dengan datangnya masa menstruasi.
Pada
dasarnya,
gejala
PMS
berhubungan
dengan
berbagai
perubahan diantaranya ialah perubahan fisik, perubahan suasana
hati, dan perubahan mental (Mufidah, 2014).
Perubahan fisik, diantaranya; sakit punggung, perut kembung,
payudara terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan, sembelit,
pusing, pingsan, sakit kepala, daerah panggul terasa berat atau
tertekan, hot flashes (kulit wajah, leher, dan dada tampak merah serta
terasa hangat saat dirpaba), susah tidur, tidak bertenaga, mual dan
muntah, kelelahan yang luar biasa, kelainan kulit (jerawat),
pembengkakan jaringan atau nyeri persendian, dan penambahan
berat badan.
Perubahan suasana hati, diantaranya; mudah marah, cemas,
depresi, mudah tersinggung, gelisah, merasa sedih dan gembira
secara bergantian. perubahan mental, diantaranya; merasa kalut, sulit
berkonsentrasi, dan pelupa (Mufidah, 2014).
Gejala PMS yang sering terjadi adalah :
1) Berjerawat
2) Payudara bengkak dan nyeri tekan
3) Merasa lelah tanpa sebab
4) Mempunyai masalah tidur
5) Kelainan perut (kram, nyeri, merasa penuh dan kembung)
6) Badan dan ektremitas membengkak
7) Konstipasi atau diare
8) Nyeri kepala atau punggung
9) Perubahan selera makan atau selelra makan tinggi
10) Nyeri pada sendi atau otot
11) Susah konsentrasi atau susah mengingat
12) Ketegangan; mudah marah, perubahan mood atau ingin
menangis
13) Cemas, gelisah, panik atau depresi.
Gejala-gejala PMS dikelompokkan ke dalam tiga symptoms yaitu :
1) Behavior symptoms
Gejala ini mencakup lelah, insomnia (susah tidur), makan
berlebihan , dan perubahan gairah seksual.
2) Psychologic symptoms
Gejala ini mudah tersinggung, mudah marah, depresi, mudah
sedih, cenggeng, cemas, susah konsentrasi, binggung, sulit
istirahat dan merasa kesepian.
3) Physical symptoms
Secara fisik muncul juga gejala sakit kepala, payudara
bengkak serta teraba keras, nyeri punggung, nyeri perut dan rasa
penuh, bengkak pada kaki dan tangan , mual, nyeri otot dan
persendian (Maulidah, 2016).
Salah satu gejala psikologis dari PMS adalah timbulnya
kecemasan. Pada gangguan cemas memiliki serotinin transporter
yang tidaknormal. Pengaturan kecemasan berhubungan dengan
aktifias dari neuro transmmiter Gamma Amino Butyric cid (GABA),
yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk
pengeluaran kecemasan (Fikriya dkk, 2016).
Gejala-gejala lain dari PMS dapat berupa kenaikan berat
badan, nausea, kurang koordinasi, kurang toleransi terhadap suara
dan cahaya, kebinggungan, mudah memusuhi orang atau agresif,
paranoid, mudah merasa bersalah atau takut, keinginan seksual tidak
ada dan kurang percaya diri (Maulidah, 2016).
d. Jenis-jenis Premenstrual Syndrome (PMS)
Tipe dan gejala PMS bermacam-macam, menurut gejalanya
yakni PMS tipe A, H,C, dan D. 80% gangguan PMS termaksud tipe A,
penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadangkadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A
dan D secara bersamaan (Sibagariang dkk, 2010).
a. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas,
sensitif,saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita
mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat
haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan
dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron
kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peniliti
mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6
dan
magnesium.
mengkonsumsi
Penderita
makanan
PMS
berserat
A
dan
sebaiknya
banyak
mengurangi
atau
membatasi minum kopi.
b. PMS
tipe
H
(hyperhydration)
memiliki
gejala
edema
(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada,
pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum
haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe
PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada
jaringan diluar sel (ekstasel) karena tingginya asupan garam atau
gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk
mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh
hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya
gejala ini penderita di anjurkan menggurangi asupan garam dan
gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
c. PMS
tipe
C (craving) ditandai dengan
rasa
lapar ingin
mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan
karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20
menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala
hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala
yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena
pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin
menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi
garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak
esensial (omeha 6), atau kurangnya magnesium.
d. PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin
menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit dalam
mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang
muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya
PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya
sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.
e. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam
siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.
Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan
dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium
dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan
yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu
mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan
PMS tipe A.
e. Pencegahan
Pencegahan PMS dapat dilakukan dengan cara:
1) Modifikasi Gaya Hidup
Gaya hidup sehari-hari perlu diatur untuk meminimalkan
gejala yang timbul akibat perubahan hormonal. Pola hidup sehat
seperti mengurangi kafein memperbanyak waktu istirahat untuk
menghindari kelelahan dan mengurangi stress berperan dalam
terapi PMS.
2) Pola Diet
Jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita PMS
bervariasi pada setiap wanita, dan karena wanita yang mengalami
PMS dapat memiliki kondisi utama lain seperti hipoglikemia dan
tekanan darah tinggi, pengaturan dan penelitian khusus perlu
dipriritaskan untuk membuat suatu rekomendasi makanan.
Penurunan asupan gula, garam, karbohidrat (nasi,kentang,tori)
dapat mencegah edema (bengkak), serta penurunan konsumsi
kafein (kopi), teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan
ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur)
3) Olahraga
Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
Dapat berupa jalan sehat, berlari, bersepeda atau berenang.
Beberapa wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka
mengalami PMS dapat membantu relaksasi dan tidur di malam
hari (Maulidah, 2016).
2. Tinjauan Tentang Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan
adalah
suatu
keadaan
khawatir
yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, keadaan yang
berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan-perasaan
bersalah, perasaan tidak aman dan kebutuhan akan kepastian.
Kecemasan pada dasarnya merupakan sebuah respons terhadap apa
yang terjadi atau antisipatif, namun faktor dinamik yang dapat
mempercepat kecemasan tidak di sadari (Prihatanti, 2010).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan
yang disertai oleh respon autonom (penyebab sering tidak spesifik
atau tidak diketahui pada setiap individu) perasaan cemas tersebut
timbul akibat dari antisipasi diri terhadap bahaya (Maulida, 2016).
Kecemasan adalah berupa rasa kekhawatiran atau rasa takut yang
tidak dapat dihindari dari sesuatu yang berbahaya dan dapat
menimbulkan gejala atau respon tubuh (Widyanigrum & Sari, 2016).
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup
(Wahyuni, 2014).
Kecemasan dapat timbul karena berbagai penyebab, tetapi
secara umum kecemasan timbul oleh bahaya yang terdapat dalam diri
manusia sendiri yaitu suatu keadaan berbahaya dari luar yang
bersangkutan ditafsirkan lain, adanya pandangan persepsi dari
realitas lingkungannya (Wahyuni, 2010).
b. Respon Kecemasan
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui
pembentukan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan
kecemasan respon anxietas yaitu:
1) Respon fisiologis
a) Sistem kardiovaskuler: palpasi, tekanan darah meningkat,
berdebar-debar meningkat.
b) Sistem pernapasan: napas cepat, sesak napas, napas dangkal,
terengah-engah.
c) Sistem neuromuskuler; meningkatnya reflek, reaksi terkejut,
insomnia, tremor, gelisah, gugup, wajah tegang, tungkai lemah.
d) Sistem gastrointestinal: hilangnya nafsu makan, perut tidak
nyaman, diare, nausea, anoreksia.
2) Respon perilaku
Respon perilaku yang terjadi adalah gelisah, ketegangan fisik,
reaksi terkejut, bicara cepat, cenderung mengalami cedera,
menarik diri, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar,
sangat waspada.
3) Respon kognitif
Respon kognitif yang terjadi adalah perhatian terganggu, sulit
konsentrasi, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, sulit
berpikir, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung,
sangat waspada, dan takut kehilangan kendali.
4) Respon afektif
Respon afektif yang terjadi adalah mudah terganggu, tidak
sabar, gelisah, tegang, cepat marah, ketakutan, waspada,
khawatir, fokus pada diri sendiri (Maulidah, 2016).
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Kecemasan ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain:
1) Usia
Usia merupakan faktor internal yang berkontribusi terhadap
timbulnya kecemasan. Bahkan ada yang berpendapat bahwa
faktor usia muda lebih mudah mengalami kecemasan dari pada
usia tua.
2) Jenis kelamin
Perempuan
lebih
cenderung
mengalami
kecemasan
dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan dirasa lebih
sensitif terhadap permasalahan, sehingga mekanisme koping
perempuan kurang baik dibandingkan laki-laki.
3) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengalami kecemasan
dibandingkan dengan mereka yang memiliki status pendidikan
yang tinggi.
4) Status ekonomi
Ekonomi adalah salah satu faktor yang dapat berkontribusi
terhadap timbulnya kecemasan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
1) Teori psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul
karena konflik antara elemen kepribadian yaitu id (Insting) dan
super ego (nurani). Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan norma budayanya. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan.
2) Teori interpesonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpesonal.
3) Teori behavior
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
4) Teori perspektif keluarga
Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak
adaptif dalam keluarga.
5) Teori perspektif biologi
Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus untuk meningkatkan Benzodiapine.
d. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan terbagi menjadi berbagai tingkatan:
1) Kecemasan ringan
Berhubungan
dengan
kehidupan
sehari-hari
dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iretabel, lapang
persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,
motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2) Kecemasan sedang
Memungkinkan orang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini adalah
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan
volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar
namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
3) Kecemasan berat
Kecemasan sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci, spesifik dan tidak dapat berpikit tentang hal lain. Semua
perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut
memerlukan
banyak
pengarahan
untuk
dapat
memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak
dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan
persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus
pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan
kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung dan
disorientasi.
4) Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror
karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik
tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Menifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah susah bernapas,
dilatasi
pupil,
palpitasi,
pucat,
diaphoresis,
pembicaraan
inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang
sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi
(Maulidah, 2016).
e.
Pengukuran Tingkat Kecemasan
Kecemasan
dapat
diukur
dengan
pengukuran
tingkat
kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran
kecemasan yang didasarkan pada munculnya syptoms pada individu
yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14
syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan.
Setiap iyem yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert)
antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe) (Tawi, 2012).
Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :
1. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
teringgung.
2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu
dan lesu.
3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan
sulit konsentrasi.
6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, geratakan gigi,
suara tidak stabil dan kedutan otot.
8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejab.
10. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
11. Gejala gastointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah
makan, perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,
bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara :
gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan napas pendek dan cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai
dengan kategori :
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = satu dari gejala yang ada
2 = sedang/separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada
4 = sangat berat/semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai
skor dan item 1-14 dengan hasil :
1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
2. Skor 7-14 = kecemasan ringan.
3. Skor 15-27 = kecemasan sedang.
4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
3. Tinjauan Remaja
a. Definisi Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang
dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Pertumbuhan
dan perkembangan yang cepat pada masa remaja meliputi aspek fisik,
kognitif dan sosial (Zuhana & Ersila, 2016).
Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami
perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari
kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut
masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanakkanak dan masa reproduksi (Prajati, 2014).
Masa remaja merupakan bagian dari fase perkembangan
dalam kehidupan seorang individu. Masa yang merupakan periode
transisi dari masa anak ke dewasa ini di tandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional, sosial dan berlangsung pada
dekade kedua masa kehidupan. Menurut WHO remaja merupakan
anak usia 10-19 tahun. Undang-Undang perburuhan, remaja adalah
anak yang telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat tinggal sendiri. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menggangap remaja jika sudah berusia 18 tahun yang
sesuai dengan saat lulus dari sekolah menegah. Menurut UndangUndang Perkawinan No.1 tahun 1974, anak di anggap remaja bila
sudah cukup matang untuk menikah yaitu umur 16 tahun untuk anak
perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Remaja adalah anak
dalam rentang usia remaja sangat bervariasi, akan tetapi awal dari
masa emaja relatif sama sedangkan masaberakhirnya masa remaja
lebih bervariasi. Awal usia masa remaja berkisar 10 tahun dan akhir
masa remaja berkisar 21 tahun.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa. Remaja pada masa ini mengalami masa pubertas yaitu
terjadinya pertumbuhan yang cepat, timbul ciri-ciri seks sekunder, dan
tercapai fertilitas. Perubahan psikososial yang menyertai pubertas
disebut adolesen, adolesen adalah masa dalam kehidupan seseorang
dimana masyarakat tidak lagi memandang individu sebagai seorang
anak, tetapi juga di akui sebgai seorang yang sudah dewasa dengan
segala hak dan kewajiban mereka.
Tumbuh kembang adalah peristiwa yang terjadi sejak masa
pembuahan sampai masa dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu
proses biologis yang menyebabkan perkembangan fisik yang dapat
diukur. Perkembangan merupakan suatu proses seorang individu
dalam aspek keterampilan dan fungsi yang kompleks. Individu
berkembang
dalam
pengaturan
neuromuskuler,
keterampilan
menggunakan anggota tubuh, serta perkembangan kepribadian,
mental, serta emosi.
Perkembangan remaja dalam perjalananya dibagi menjadi
tiga fase, yaitu fase remaja awal, fase pertengahan, dan fase akhir.
1) Remaja awal (10-14 tahun)
Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan
seksual dengan cepat. Pikiran difokuskan pada keberadaannya
dan pada kelompok sebaya. Identitas terutama difokuskan pada
perubahan fisik dan perhatian pada keadaan normal. Perilaku
seksual remaja pada masa ini lebih bersifat menyelidiki, dan tidak
membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman sebaya
adalah normal. Remaja pada masa ini berusaha untuk tidak
bergantung pada orang lain. Rasa penasaran yang tinggi atas diri
sendiri menyebabkan remaja membutuhkan privasi.
2) Remaja pertengahan (15-17 tahun)
Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk
dirinya sendiri maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan
dirinya. Proses kognitif remaja pada masa ini lebih rumit. Melalui
pemikiran
oprasional
formal,
remaja
pertengahan
mulai
bereksperimen dengan ide, memikirkan apa yang dapat dibuat
dengan barang-barang yang ada, mengembangkan wawasan,
dan merefleksikan perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase
ini berfokus pada masalah identitas yang tidak terbatas pada
aspek fisik tubuh. Remaja pada fase ini mulai bereksperimen
secara seksual, ikut serta dalam perilaku beresiko, dan mulai
mengembangkan pekerjaan diluar rumah. Sebagai akibat dari
ekperimen beresiko, remaja pada fase ini dapat mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan, kecanduan obat, dan kecelakaan
kendaraan bermotor. Usaha remaja fase pertengahan untuk tidak
bergantung, menguji batas kemampuan, dan keperluan otonomi
mencapai maksimal mengakibatkan berbagai permasalah yang
dengan orang tua, guru, maupun figur yang lain.
3) Remaja akhir (18-21 tahun)
Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional
formal penuh, termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu
pendidikan, kejuruan, dan seksual. Remaja akhir biasanya lebih
berkomitmen pada pasangan seksualnya dari apda remaha
pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang tidak tuntas
dari fase sebelumnya dapat muncul pada fase ini ketika
mengalami perpisahan fisik dengan keluarganya.
Dalam perjalanan kehidupannya, remaja tidak akan lepas dari
berbagai macam konflik dalam perkembangannya. Setiap
tingkatan memiliki konflik sesuai dengan kondisi perkembangan
remaja pada saat itu. Konflik yang sering dihadapi oleh remaja
semakin kompleks seiring dengan perubahan yang mereka alami
pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka yaitu dimensi
biologis, dimensi kognitig, dimensi moral dan dimensi psikologis
(Kusuma, 2014).
4. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Premenstrual Syndrome
(PMS)
Wanita menderita depresi dan kecemasan sekitar dua hari
sampai dua minggu sebelum permulaan masa haid, mereka
menderita berbagai gejala dari depresi dan kekhawatiran.
Kebanyakan wanita yang mengalami PMS yang menderita stress
dan tekanan lain maka PMS itu bisa berlangsung lama (Wahyuni
2010).
Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi
kerja hipotalamus. Hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon
yang akhirnya menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan
kadar serotonin di otak menurun. Kadar serotonin yang rendah
akan menimbulkan banyak keluhan seperti payudara nyeri,
pinggang merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan tangan dan
kaki, mudah lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan
sebagainya.
Semakin berat tingkat kecemasannya, maka Premenstrual
Syndromenya semakin berat, sebaliknya semakin ringan tingkat
kecemasannya, maka PMS nya juga semakin ringan. Keluhankeluhan seperti ini apabila tidak teratasi akan berdampak kepada
responden bahkan orang lain. Responden selain bisa mengalami
kecemasan bisa mengalami stress dan akan berakibat depresi
(Siyamti dkk, 2011).
Penyebab pasti munculnya kecemasan dalam menghadapi
PMS diantaranya adalah faktor hormonal pada tubuh wanita, yaitu
ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.
Beberapa keluhan yang dirasakan saat PMS yaitu sakit kepala,
sakit punggung, nyeri pada payudara, gangguan tidur, dan lain-lain.
Dari beberapa keluhan yang dirasakan, akibat tersebut dapat
menimbulkan kecemasan pada wanita yang mengalami PMS.
Apabila kecemasan tidak teratasi dengan baik akan menimbulkan
berbagai respon kecemasan, antara lain gelisah, keringat dingin,
takut, dan berbagai gangguan kesehatan seperti diare, sering
berkemih, mual muntah dan lain-lain (Laili & Dewi, 2014).
B. Landasan Teori
PMS adalah gangguan siklus yang umumnya terjadi pada wanita
muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang
konsisten. PMS secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang
berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi,
yang berdampak pada emosional dan kesejahteraan fisik dari jutaan
perempuan selama masa reproduksi seorang perempuan. Gejala PMS
pada umumnya ialah rasa cemas, perasaan tidak menentu, mudah marah,
tegang, sakit kepala, suka konsumsi makanan manis atau asin yang
berlebihan, peningkatan nafsu makan, berat badan bertambah, payudara
membengkak dan terasa sakit jika disentuh, puting susu nyeri dan bengkak
dan mudah lupa. Gejala PMS ini jika dibiarkan, dampaknya bisa
mengganggu aktivitas sehari-hari, mengganggu hubungan dengan orangorang terdekat dan jika dibiarkan akan menimbulkan gangguan yang lebih
parah, yang disebut dengan disforia pramenstruasi (PMDD) (Husna, 2016).
Bagi beberapa wanita gejala PMS dapat terjadi cukup parah,
sehingga dapat menimbulkan dampak yang merugikan. Umumnya dampak
dari PMS tersebut adalah gangguan aktivitas harian, seperti penurunan
produktivitas kerja, sekolah, dan hubungan interpersonal penderita. Di
samping itu PMS yang berat juga dapat berhubungan dengan kasus bunuh
diri yang tinggi, tingkat kecelakaan, dan masalah kejiwaan akut. Di samping
itu penderita PMS juga lebih banyak mengalami gangguan hobi,
peningkatan frekuensi kunjungan ke dokter rawat jalan dan peningkatan
hari tidak berkerja dengan alasan kesehatan. Kemudian khusunya untuk
para remaja putri yang bersekolah, PMS dapat menggangu kualitas
kesehatan, konsentrasi, prestasi dan keaktifan kegiatan belajar di
sekolah.siswi dengan gangguan pramenstruasi mengalami beberapa
penurunan, seperti:kondisi mental, vitalitas, peran fisik, fungsi sosial, dan
kesehatan secara keseluruhan (Ratikasari, 2015).
Menurut dewi (2009) Beberapa faktor yang merupakan predisposisi
terjadinya PMS antara lain :
a.
Wanita yang pernah melahirkan
PMS makin berat setelah melahirkan beberapa anak, terlebih bila
pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti Preeklamsi.
b.
Status perkawinan
Wanita
yang
telah
menikah
lebih
sering
mengalami
PMS
dibandingkan yang belum.
c.
Usia
PMS semakin sering dan menggangu dengan bertambahnya usia,
terutama pada usia 35-40 tahun.
d.
Stress
Stress memperberat gangguan PMS
e.
Diet
Kebiasaan makan seperti gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman
bersoda, produk olahan memperberat gejala PMS
f.
Defiseinsi zat gizi
Kekurangan zat gizi seperti Vitamin B (terutama B6), Vitamin E,
Vitamin C, magnesium, zat besi, asam lemak linoleat memperberat
gejala PMS
g.
Kegiatan fisik
Kurang berolahraga dan kegiaan fisik menyebabkan semakin
beratnya PMS
h.
Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok memperberat gejala PMS
Penyebab dari PMS adalah : Faktor hormonal (Ketidak
seimbangan antara hormon estrogen dan progesterone), Faktor
kimiawi (Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS.
Bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak seperti serotonin, berubahubah selama siklus menstruasi. Serotonin sangat mempengaruhi
suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan,
ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan untuk tidur,
agresif dan peningkatan selera), Faktor Genetik, Faktor Psikologis,
dan Faktor gaya hidup.
Wanita yang menderita depresi dan kecemasan sekitar dua
hari sampai dua minggu sebelum permulaan masa haid, mereka
menderita
berbagai
gejala
dari
depresi
dan
kekhawatiran.
Kebanyakan wanita yang mengalami PMS yang menderita stress dan
tekanan lain maka PMS itu bisa berlangsung lama (Wahyuni, 2010).
Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi
kerja hipotalamus. Hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon
yang akhirnya menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan
kadar serotonin di otak menurun. Kadar serotonin yang rendah akan
menimbulkan banyak keluhan seperti payudara nyeri, pinggang
merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan tangan dan kaki, mudah
lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan sebagainya
(Siyamti dkk, 2011).
C.
Kerangka Teori
Faktor Penyebab
Premenstrual
(PMS)
1. Faktor Hormonal
2. Faktor Kimiawi
3. Faktor Genetik
4. Faktor Psikologi
5. Faktor Gaya Hidup
Syndrome
Faktor Predisposisi
1. Wanita yang pernah
melahirkan
2. Status Perkawinan
3. Usia
4. Stress
5. Diet
6. Defiseinsi zat gizi
7. Kegiatan fisik
8. Kebiasaan merokok
Gambar 1. Kerangka Teori dimodifikasi dari Maulidah (2016); Dewi
(2009)
D.
Kerangka Konsep
Kecemasan
Premenstrual
(PMS)
Syndrome
Keterangan :
Variabel Bebas : Kecemasan
Variabel Terikat : Premenstrual Syndrome (PMS)
Gambar 2. Kerangka Konsep
E.
Hipotesis Penelitian
Ada Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Premenstrual Syndrome
(PMS)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross
sectional study dimana variabel-variabel yang termaksud faktor risiko dan
variabel-variabel yang termaksud efek diobservasi sekaligus pada waktu
yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Remaja Putri
Tidak Cemas
Cemas Ringan
PMS
PMS
Tidak
PMS
Tidak
PMS
Cemas Sedang
PMS
Tidak
PMS
Gambar 3 Rancangan Penelitian
Cemas Berat
PMS
Tidak
PMS
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 08 Kendari
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama Februari – Maret 2018
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri
Kelas X & XI di SMAN 08 Kendari sebanyak 219 Orang.
2.
Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 Orang
remaja putri kelas X & XI di SMAN 08 Kendari.
3.
Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
stratified random sampling yaitu teknik pengambilan sampel
berdasarkan kelas (tingkat) (Sastroasmoro, 2010), dengan
rumus besar sampling yaitu :
𝑛=
𝑁𝑍²π‘π‘ž
d2 (𝑁 − 1) + 𝑍²π‘π‘ž
Keterangan :
n : besarnya sampel
N : populasi
d : tingkat kepercayaan yang di inginkan (0,05%)
Z : derajat kemaknaan dengan nilai (1,96)
P : perkiraan populasi yang diteliti (0,05)
q : proporsi populasi yang tidak di hitung (1-p)
(Notoatmodjo, 2010).
𝑛=
219(1,962 )0,05.0,95
(0,052 ). 218 + (1,962 ). 0,05.0,95
𝑛=
841,3x0,05.0,95
0,545 + 3,8416.0,475
𝑛=
39,97
0,545 + 0,182
𝑛=
39,97
0,72
n = 56
Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 56
siswi SMAN 08 Kendari. Dari sampel 56 orang maka untuk
menentukan sampel tiap kelas menggunakan rumus sebagai
berikut :
𝑛ᡒ =
Nα΅’
π‘₯𝑛
N
Keterangan :
nα΅’ : besar sampel yang di ambil berdasarkan strata
N1 : besar populasi yang diteliti berdasarkan strata
N : besar populasi
n : besar sampel yang di ambil
Dari jumlah populasi sebanyak 219 orang, maka sampel
penelitian tiap kelas sebagai berikut :
𝑛1=
116
π‘₯ 56 = 30 π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘”
219
𝑛2=
103
π‘₯ 56 = 26 π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘”
219
Jadi sampel untuk kelas X di ambil sebanyak 30 orang
dan untuk kelas XI di ambil sebanyak 26 orang.
Teknik untuk mendapatkan sampel dari populasi dengan
menggunakan simpel random sampling yaitu metode sederhana
karena pengambilan sampel anggota populasi di lakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi.
D.
Variabel Penelitian
1.
Variabel Independent
Variabel independen atau variabel bebas adalah kecemasan.
2.
Variabel Dependent
Variabel dependen atau variabel terikat adalah Premenstrual
Syndrome (PMS)
E.
Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan
remaja putri kelas X & XI di SMAN 08 Kendari yang disertai oleh
respon autonom (penyebab sering tidak spesifik atau tidak diketahui
pada setiap individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari
antisipasi diri terhadap bahaya. Skala pengukuran interval.
Cara penilaian kecemasan dengan skala HARS adalah
dengan memberikan nilai dengan kategori :
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = satu dari gejala yang ada
2 = sedang/separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada
4 = sangat berat/semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai
skor dan item 1-14 dengan hasil :
1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
2. Skor 7-14 = kecemasan ringan.
3. Skor 15-27 = kecemasan sedang.
4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
2. Premenstrual Syndrome (PMS)
PMS adalah gangguan siklus Menstruasi remaja putri di
SMAN 08 Kendari yang umumnya terjadi pada wanita muda dan
pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang
konsisten.
Pada peneltian ini menggunakan kriteria diagnosa SPAF (The
Shortened Premenstrual Assesment Form) yang terdiri dari 10 item
gejala premenstrual syndrome, masing-masing item diberi scroe 1-6,
mulai yang tidak terasa sampai yang ekstrem (sangat berat), sehingga
total score 60. Dikatakan PMS jika mengalami paling sedikit 5 tanda
PMS atau total score lebih atau sama dengan 30.
Kriteria objektif :
1 = tidak PMS jika score <30
2 = PMS jika score ≥30
F.
Jenis dan Sumber Data
1.
Data Primer
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
metode:
a.
Kecemasan dengan observasi dan pengisian kuesioner.
b.
PMS secara pengamatan langsung/observasi dengan
pengisian kuesioner
2.
Data Sekunder
Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan
studi dokumen, meliputi data profil sekolah dan data jumlah
peserta didik dari SMAN 08 Kendari.
G.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan adalah kuesioner (
daftar pertanyaan) yang terdiri dari 14 item , menggunakan Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HRS-A) dengan 5 kategori yaitu, Skor : 0 =
tidak ada , 1 = ringan , 2 = sedang, 3 = Berat, 4 = Berat Sekali.
H.
Alur Penelitian
Setelah mendapat Surat Izin
Penelitian melaksanakan studi
pendahuluan dengan tujuan
mencari permasalahan yang
Pengumpulan data akan dilakukan
muncul berkaitan tentang PMS
oleh peneliti sendiri
Data diperoleh dengan
membagikan kuesioner kepada
responden dan dilakukan
Peneliti
mengecek
kembali
pengisian
kuesioner
kelengkapan kuesioner yang
telah diisi oleh responden dan
apabila ada jawaban yang
belum lengkap maka peneliti
Pengolahan Data
akan meminta responden untuk
melengkapinya
Analisis
Data
Penyajian Data
Kesimpulan
Gambar 4. alur penelitian
I. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data
tersebut akan diolah secara komputerisasi dengan tahapan
a. Editing yaitu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner.
b. Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan.
c. Data entry atau processing yaitu jawaban-jawaban dari masingmasing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf)
dimasukkan kedalam program atau software komputer.
d. Data
cleaning
yaitu
pengecekan
kembali
untuk
melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan
dan
sebagainya,
kemuidan
dilakukan
pembetulan atau koreksi.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun
independen. Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini secara
bertahap dari analisa univariat dan bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis
univariat
dalam
penulisan
adalah
untuk
mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian menggunakan
distribusi frekuensi dan rata-rata . langkah-langkah analisis
univariat adalah dengan mendeskripsikan karakteristik dari masingmasing variabel bebas kedalam distribusi frekuensi dan presentase
masing-masing variabel dari semua jawaban responden dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase, dengan rumus
sebagai berikut:
𝑃=
Keterangan : P
f
𝑓
π‘₯ 100%
𝑛
= Presentase
= Jumlah frekuensi
n = Jumlah responden (Chandra B, 2013).
b. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan
menentukan hubungan antar variabel independen dan dependen
melalui uji chi-squaer (X²), untuk melihat hasil kemaknaan
perhitungan statistik antara 2 variabel dgunakan batas kemaknaan
0,05% (95%) (p <0,05), karena pada umumnya penelitianpenelitian dibidang pendidikan menggunakan taraf signifikan 0,05
(Arikunto, 2010)
Rumus π‘₯² =
Keterangan :
Ζ©[(0−E)2]
2
x²= Chi-Squaer
O = Frekuensi observasi
E = Frekuensi harapan
Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah :
1) Ho diterima, jika x2 hitung < x2 (Jika p value > 0,05) tabel artinya
tidak ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan tingkat
kecemasan dengan kejadian Premenstrual Syndrome .
2) Ha ditolak, Jika x2 hitung ≥ x2 tabel (jika p value < 0,05) ada
hubungan
antara
variabel
yang
diteliti
dengan
tingkat
kecemasan dengan kejadian Premenstrual Syndrome
J. Etika Penelitian
1. Lembar Persetujuan (Informed concent)
Peneliti
akan
memberikan
lembar
persetujuan
kepada
responden. Sampel yang akan menjadi responden bersedia
menandatangani lembar persetujuan, dan bagi responden yang
menolak, peneliti tetap menghormati dan menghargai haknya
dan tidak akan dipaksa.
2. Tanpa Nama (Anonymous)
Peneliti akan menjaga kerahasiaan reponden dengan tidak
mencantumkan nama responden tetapi hanya memberi kode
tertentu untuk setiap responden.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam
penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMA
Negeri
8
Kendari
terletak
di
tengah-tengah
pusat
pengembangan pemukiman Kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Nambo
Kecamatan Abeli. Wilayahnya termasuk daerah pengembangan kota,
sehingga SMA Negeri 8 Kendari berpontensi untuk dijadikan sebagai salah
satu sekolah unggulan. Hal tersebut berdasar pada luas lahan yang cukup
untuk pengembangan sarana dan prasarana sekolah yang berstandar
nasional bahkan internasional. Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli
merupakan daerah bagian Timur dan berjarak ± 10 km dari pusat Kota
Kendari.
Gambar 1.
Daerah
ini
merupakan
pusat
pengembangan
Kawasan
Perekonomian Kota Kendari dan pusat pengembangan pemukiman
penduduk Kota Kendari. Untuk pengembangan wilayah, transportasi darat
memang sangat strategis dan dibutuhkan, namun sarana ini relatif mahal
dan kurang memadai, hal ini dilihat dari kondisi jalan darat yang sudah
bagus. Kendaraan roda empat dan roda dua merupakan kendaraan yang
banyak dimiliki masyarakat.
Tabel 1
Jumlah siswa di SMAN 8 Kendari Tahun 2018
Keadaan
Tahun
Siswa
Pelajaran
Jumlah
siswa
2017/2018
Kelas
X
Kelas
XI
Kelas
XII
Jumlah
197
187
203
587
Sumber. DataPrimer
Tabel 2
Prasarana Belajar, Penunjang dan Kantor di SMAN 8 Kendari
No
Jenis Ruangan
1.
Kelas/Teori
2.
Laboratorium IPA
3.
Luas
(m2)
Total
Jumlah
Luas
Ket.
(m2)
72
15
1.296
3 rusak ringan
a. Lab. Fisika
120
1
120
Rusak Ringan
b. Lab. Kimia
120
1
120
Baik
c. Lab. Biologi
120
1
120
Rusak Ringan
d. Lab. Komputer
120
1
120
Baik
Fasilitas Olah Raga
a. Lapangan Basket
b.Lapangan Bulu
Tangkis
c. Lapangan Volly
1
1
1
4.
Perpustakaan
120
1
120
Baik
6.
Ruang BK
16
1
12
Sementara
7.
Ruang OSIS/UKS
16
1
16
Rusak Ringan
10.
Kantin
60
1
60
Darurat
11.
WC Siswa
2,25
5
12,5
Rusak Ringan
14.
Masjid
140
1
140
Baik
15.
Tempat Parkir
28
1
28
Rusak Berat
16
1
16
Baik
16
1
16
Baik
16.
17.
Ruang Kepala
Sekolah
Ruang Wakil Kepala
Sekolah
18.
Ruang Tata Usaha
12
1
12
Baik
19.
Kamar Mandi / WC
2,25
2
5
Rusak Ringan
Sumber. SMAN 2018
B. Hasil Penelitian
Penelitian tentang hubungan antara tingkat kecemasan dengan
premenstrual syndrome pada remaja putri di SMAN 08 Kendari pada
bulan Mei tahun 2018. Sampel penelitian ini adalah remaja putri kelas
X dan XI yang berjumlah 56 siswi. Setelah data terkumpul, maka data
diolah dan dianalisis menggunakan stata. Data disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi dan beserta keterangan penjelasan dari isi tabel.
Hasil penelitian terdiri dari analisis univariabel dan bivariabel.
1. Karaterisik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini yang dapat
disajikan terdiri dari umur responden, tingkat kelas responden.
Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri
responden dalam hal ini remaja putri di SMAN 08 Kendari yang
membedakan antara remaja yang satu dengan yang lainnya.
a. Umur
Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal
umur manusia dikatakan lima belas tahun di ukur sejak dia lahir hingga
waktu umur itu dihitung (Elvan, 2012). Distribusi responden menurut
kelompok umur di sajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Umur Responden Kelas X dan XI di SMAN 8
Kendari Tahun 2018
Umur (Tahun)
Jumlah (n)
15
32
16
24
Total
56
Sumber : Data Primer, diolah juni 2018
Persen(%)
57,1
42,9
100,0
Tabel 3. Menunjukkan bahwa distribusi respoden berdasarkan
umur responden yang paling banyak adalah umur 15 tahun sebanyak
32 orang (57,1%), dan responden yang paling sedikit adalah umur 16
tahun sebanyak 24 orang (42,9%).
b. Tingkat Kelas
Tingkat kelas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
responden dalam befikir. Semakin tinggi tingkat kelas maka makin
mudah menerima sesuatu yang sifatnya baru dan lebih terampil serta
lebih dinamis terhadap setiap perubahan.
Distrisbusi responden menurut tingkatan kelas disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 4
Distribusi Tingkat Kelas Responden kelas X dan XI di SMAN 8 Kendari
Tahun 2018
Tingkat
Jumlah (n)
X
30
XI
26
Total
56
Sumber : Data Primer, diolah Juni 2018
Persen(%)
53,6
46,4
100,0
Tabel 4. Menunjukkan bahwa jumlah responden masing –masing
kelas yang paling banyak adalah kelas X sebanyak 30 orang (53,6%).
Dan yang paling sedikit kelas XI sebanyak 26 orang (46,4%).
2. Analisis Univariat
a. Tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan siswi kelas X dan XI SMAN 8 Kendari dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5
Distribusi tingkat kecemasan di SMAN 08 Kendari
Tingkat kecemasan
Jumlah (n)
Persen (%)
Tidak ada kecemasan
4
7,1
Kecemasan ringan
11
19,6
Kecemasan sedang
23
41,1
Kecemasan berat
18
32,1
Total
56
100,0
Hasil analisis univariat pada tingkat kecemasan dari 56 orang
didapatkan hasil sebanyak 4 orang (7,1%) tidak mengalami
kecemasan, sebanyak 11 orang (19,6%) mengalami kecemasan
ringan, dan 23 orang (41,1%) mengalami kecemasan sedang, dan 18
orang (32,1%) mengalami kecemasan berat.
b. Premenstrual Syndrome
Premenstrual Syndrome siswi kelas X dan XI SMAN 8 Kendari
dapat dlihat pada tabel berikut :
Tabel 6
Distribusi Premenstrual syndrome (PMS) di SMAN 8 Kendari
tahun 2018
Premenstrual
syndrome
Tidak PMS
PMS
Total
Jumlah (n)
Persen (%)
16
40
56
28,6
71,4
100,0
Hasil analisis univariat pada premenstrual syndrome didapatkan
hasil bahwa dari 56 orang sebanyak 16 orang (28,6%) diantaranya
tidak mengalami premenstrual syndrome, dan 40 orang (71,4%)
mengalami premenstrual syndrome.
3.
Analisis Bivariat
Hubungan antar variabel penenlitian di analisis dengan
menggunakan tabulasi silang (Crosstab) antara variabel independen
yakni
tingkat
kecemasan
dengan
variabel
dependen
yakni
premenstrual syndrome sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil
tabulasi silang antara variabel independen dan variabel dependen
akan disajikan pada tabel berikut :
Tabel 7
Hasil Analisis Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Premenstrual Syndrome pada Remaja Putri
di SMAN 8 Kendari Tahun 2018
Premenstrual Syndrome
Jumlah
Tingkat
kecemasan
Tidak ada
kecemasan
Kecemasan
ringan
Kecemasan
sedang
Kecemasan
berat
PMS
Tidak PMS
n
%
N
%
N
1
25,0
3
75,0
4
3
27,3
8
72,7
11
22
95,7
1
4,3
23
14
77,8
4
22,2
18
P
value
X²
0,000
21,703
Hasil analisis hubungan antara tingkat kecemasan dengan
Premenstrual Syndrome diperoleh bahwa remaja putri yang tidak pms dan
tidak mengalami kecemasan 3 orang (75,0%) sedangkan yang mengalami
pms tetapi tidak mengalami kecemasan 1 orang (25,0%), yang mengalami
kecemasan ringan terhadap pms sebanyak 3 orang (27,3%) sedangkan
yang mengalami kecemasan ringan yang tidak pms sebanyak 8 orang
(72,7%), kemudian yang mengalami kecemasan sedang terhadap
premenstrual syndrome yang pms 22 orang (95,7%) sedangkan yang tidak
pms sebanyak 1 0rang (4,3%). Dan yang mengalami kecemasan berat
terhadap pms sebanyak 14 orang (77,8%) sedangan yang tidak pms 4
orang (22,2%).
Hasil uji statistik Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (α ≤ 0.05)
menunjukkan bahwa Value = 0,000, jadi Value< nilai  (0,05), sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan hubungan Tingkat
Kecemasan dengan Premenstrual Syndrome (PMS)
C. Pembahasan
Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data, maka hasil
penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan Premenstrual
Syndrome (PMS) pada Remaja putri di SMAN 08 Kendari yaitu sebagian
besar
remaja
putri
mengalami
tingkat
kecemasan
sedang
saat
Premenstrual Syndrome.
Hasil uji statistik Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (α ≤ 0.05)
menunjukkan bahwa Value = 0,000, jadi Value< nilai  (0,05), sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan tingkat kecemasan
dengan premenstrual syndrome (PMS) di SMAN 8 Kendari tahun 2018.
Hasil penelitian ini didukung oleh Nurul Maulidah (2016) dengan hasil
penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan tentang premenstrual syndrome dengan kecemasan
remaja putri saat menghadapi premenstrual syndrome di SMP Negeri 1
Kasihan Bantul.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Julian Purnawati yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara
tingkat stres dengan PMS, dimana remaja dengan tingkat stres sedang dan
berat 4,8 dan 6,12 kali lebih beresiko mengalami PMS dibanding stres
ringan.
PMS adalah gangguan siklus yang umumnya terjadi pada wanita
muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang
konsisten. PMS adalah sindrom yang terjadi pada perempuan 2-14 hari
sebelum mengalami menstruasi, PMS merupakan salah satu gangguan
umum yang terjadi pada wanita keluhan yang sering terjadi adalah cemas,
lelah, sulit berkonsentrasi, susah tidur, hilang energi, nyeri kepala, nyeri
perut dan nyeri pada payudara. Walaupun PMS tidak mengancam nyawa
namun dapat mempengaruhi produktivitas dan mental wanita.
Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori
menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam
fase luteal dari siklus menstruasi. Gejala yang terjadi dapat tetap sama atau
bervariasi dari bulan ke bulan. Pada umumnya gejala yang datang adalah
menifestasi dari produksi hormon progesteron pada bagian akhir dari siklus
menstruasi, lebih dekat dengan datangnya masa menstruasi. Pada
dasarnya, gejala PMS berhubungan dengan berbagai perubahan.
Diantaranya ialah perubahan fisik, perubahan suasana hati, dan perubahan
mental.
Perubahan fisik, diantaranya: sakit punggung, perut kembung,
payudara terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan, sembelit,
pusing, pingsan, sakit kepala, daerah panggul terasa berat atau tertekan,
hot flashes (kulit wajah, leher, dan dada tampak merah serta terasa hangat
saat dirpaba), susah tidur, tidak bertenaga, mual dan muntah, kelelahan
yang luar biasa, kelainan kulit (jerawat), pembengkakan jaringan atau nyeri
persendian, dan penambahan berat badan.
Perubahan suasana hati, diantaranya; mudah marah, cemas,
depresi, mudah tersinggung, gelisah, merasa sedih dan gembira secara
bergantian.
perubahan
mental,
diantaranya;
merasa
kalut,
sulit
berkonsentrasi, dan pelupa.
Salah satu gejala psikologis dari PMS adalah timbulnya kecemasan.
Pada gangguan cemas memiliki serotinin transporter yang tidak normal.
Pengaturan
kecemasan
berhubungan
dengan
aktifias
dari
neuro
transmmiter Gamma Amino Butyric cid (GABA), yang mengontrol aktifitas
neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran kecemasan.
Wanita menderita depresi dan kecemasan sekitar dua hari sampai
dua minggu sebelum permulaan masa haid, mereka menderita berbagai
gejala dari depresi dan kekhawatiran. Kebanyakan wanita yang mengalami
PMS yang menderita stress dan tekanan lain maka PMS itu bisa
berlangsung lama.
Kecemasan akan mempengaruhi psikis yaitu mempengaruhi kerja
hipotalamus. Hipotalamus akan mempengaruhi kerja hormon yang akhirnya
menjadi tidak seimbang yang akan mengakibatkan kadar serotonin di otak
menurun. Kadar serotonin yang rendah akan menimbulkan banyak keluhan
seperti payudara nyeri, pinggang merasa sakit, nyeri perut, pembengkakan
tangan dan kaki, mudah lelah, pusing, mudah bingung, mudah pingsan dan
sebagainya.
Semakin
Syndromenya
berat
tingkat
semakin
berat,
kecemasannya,
sebaliknya
maka
semakin
Premenstrual
ringan
tingkat
kecemasannya, maka PMS nya juga semakin ringan. Keluhan-keluhan
seperti ini apabila tidak teratasi akan berdampak kepada responden bahkan
orang lain. Responden selain bisa mengalami kecemasan bisa mengalami
stress dan akan berakibat depresi
Penyebab pasti munculnya kecemasan dalam menghadapi PMS
diantaranya
adalah
faktor
hormonal
pada
tubuh
wanita,
yaitu
ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Beberapa
keluhan yang dirasakan saat PMS yaitu sakit kepala, sakit punggung, nyeri
pada payudara, gangguan tidur, dan lain-lain. Dari beberapa keluhan yang
dirasakan, akibat tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada wanita
yang mengalami PMS. Apabila kecemasan tidak teratasi dengan baik akan
menimbulkan berbagai respon kecemasan, antara lain gelisah, keringat
dingin, takut, dan berbagai gangguan kesehatan seperti diare, sering
berkemih, mual muntah dan lain-lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil analisis univariat pada tingkat kecemasan dari 56 orang
didapatkan hasil sebanyak 4 orang (7,1%) tidak mengalami
kecemasan, sebanyak 11 orang (19,6%) mengalami kecemasan
ringan, dan 23 orang (41,1%) mengalami kecemasan sedang, dan
18 orang (32,1%) mengalami kecemasan berat.
2. Hasil analisis univariat pada premenstrual syndrome didapatkan
hasil bahwa dari 56 orang sebanyak 16 orang (28,6%) diantaranya
tidak mengalami premenstrual syndrome, dan 40 orang (71,4%)
mengalami premenstrual syndrome.
3. Hasil analisis hubungan antara tingkat kecemasan dengan
Premenstrual Syndrome diperoleh bahwa remaja putri yang tidak
pms dan tidak mengalami kecemasan 3 orang (75,0%) sedangkan
yang mengalami pms tetapi tidak mengalami kecemasan 1 orang
(25,0%), yang mengalami kecemasan ringan terhadap pms
sebanyak 3 orang (27,3%) sedangkan yang mengalami kecemasan
ringan yang tidak pms sebanyak 8 orang (72,7%), kemudian yang
mengalami kecemasan sedang terhadap premenstrual syndrom
yang pms 22 orang (95,7%) sedangkan yang tidak pms sebanyak
1 0rang (4,3%). Dan yang mengalami kecemasan berat terhadap
pms sebanyak 14 orang (77,8%) sedangan yang tidak pms 4 orang
(22,2%).
4. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan premenstrual
syndrome pada remaja putri, dengan hasil uji chi square nilai P value
(0,000) > α (0,05).
B. Saran
1.
Remaja putri diharapkan terus mencari informasi tentang
premenstrual syndrome
2.
Pihak sekolah sebaiknya bekeja sama dengan petugas kesehatan
untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi khususnya
hal-hal yang berhubungan dengan PMS.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. (2013). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Damayanti, S. (2013) Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan
Premenstrual Syndrom Pada Mahasiswa D-IV Kebidanan Di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah Banda Aceh. Skripsi: STIKES
U’Budiyah Banda Aceh
Dewi,
(2009)
Premenstrual
Syndrom.
http://the2w.blogspot.co.id/2009/10/premenstrual-syndromepms.html (diaskes pada tanggal 20 Januari 2018)
Depkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI
Elvan,
(2012).
Tolak
Ukur
Umur
Remaja
dan
Dewasa.
(http://elevanamdkep.blogspot.com/2012/09/tolak-ukur-remaja-dan
dewasa.html.Diakses Mei 2018
Fikriya, U., Safitri, Y.A., Wijayanti, T.R.A. (2016) Pemberian Vitamin B6
Sebagai Upaya Mengurangi Kecemasan Pada Remaja Akhir Dengan
Premenstruasi Syndrome. Jurnal; Politeknik Kesehatan RS
dr.Soepraoen Kesdam Brawijaya Malang
Finurina, I., Susiyadi. (2016) Pengaruh Sindrom Premenstruasi Terhadap
Kecemasan Mahasisiwi. Jurnal: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Glasier, A., Gebbie, A. (2005) Keluarga Berencana & Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: EGC.
Husna, M. (2016) Hubungan Asupan Makanan Dengan Kejadian
Premenstruasi Sindrom Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1
Perbaungan. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.
Kusuma, T. (2014) Perbedaan Masalah Mental Emosional Pada Remaja
Yang Bermain Video Game Aksi Dan Non Aksi. Skripsi: Universitas
Diponegoro.
Laili, S. I., Dewi, L.L. (2014) Tingkat Kecemasan Remaja Putri Dalam
Menghadapi Premenstrual Syndrome Di SMP 2 SOOKO Mojokerto.
Jurnal: STIKES PPNI Bina sehat Mojokerto.
Lestari, C.P. (2015) Hubungan Sindrom Pramenstruasi Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Siswi Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1
Bantul Yogyakarta. Jurnal: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan’ Aisyiyah
Yogyakarta.
Maulidah, N. (2016) Hubungan Pengetahuan Tentang Premenstrual
Syndrome Dengan Kecemasan Remaja Putri Saat Menghadapi
Premenstrual SYndrome Di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul
Yogyakarta. Skripsi: Universitas Muhamadiyah Yogyakarta
Mufidah, N. (2014). Pengaruh Premenstrual Syndrome (PMS) terhadap
Motivasi Belajar Mahasiswi FKMS Di UIN Malang. Skripsi: Universitas
Islam Negeri (UIN).
Notoatmodjo. S. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, T., Utama, B.I. (2014) Masalah Kesehatan Reproduksi
Wanita.Yogyakarta: Nuha Medika.
Pascariyanti, T. (2016). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Tingkat
Kecemasan Dengan Tingkat Premenstrual Syndrome Pada
Mahasiswi Sekolah Vokasi UGM. Skripsi: Universitas Gadjah Mada
Prajati, R.N. (2014) Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Remaja Putri Dengan Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome Di
SMP Mataram Kasihan Bantul. Jurnal: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan’ Aisyiyah Yogyakarta
Prawirohardjo, S. (2011) Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prihatanti, N.R. (2010). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan
Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Imam
Syuhodo Polokarto Sukoharjo.Skripsi: Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Purnawati, J. (2012). Hubungan Umur menarche, Tingkat Stres Dan Status
Gizi Dengan Premenstrual Syndrome Pada Remaja Putri Di SMA
Negeri 2 Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011.
Skripsi:Politeknik Kesehatan Kendari
Puspitasari, R.L.,Elfida, S., Rahayu, K.M. (2014) Pengetahuan Mahasiswa
Universitas Al Azhar Indonesia Terhadap Premenstrual Syndrome.
Jurnal : Universitas Al Azhar Indonesia.
Rahmiaty,
M.
(2014).
Contoh
Kuesioner.
http://rahmiati72.blogspot.co.id/2014/03/contoh-kuesioner.html
(diakses pada tanggal 18 Januari 2018)
Ramadani, M. (2013). Premenstual Syndrome. Jurnal Kesehatan
Masyarakat
Ratikasari, I. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Sindrom Pramenstruasi (PMS) Pada Siswi SMA 112 Jakarta Tahun
2015. Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Rodiani., Rusfiana, A. (2016). Hubungan Premenstrual Syndrome
Terhadap Faktor Psikologis Pada Remaja. Jurnal: Universitas
Lampung
Safitri, R., Herawati., Rachmawati, K. (2016) Faktor-Faktor Risiko Kejadian
Premenstrual Syndrome Pada Remaja SMA Darul Hijrah Puteri.
Jurnal: Universitas Lambung Magkurat.
Sibagariang, E.E., Pusmaika, R., Rismalinda. (2010). Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info media.
Siyamti, S., Pertiwi, H.W. (2011). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan
Dengan Sindrom Premenstruasi Pada MAhasiwwi tingkat II. Jurnal:
Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali.
Susanti, H.D.,Ilmiasih, R., Arvianti, A. (2017). Hubungan Tingkat Keparahan
PMS Dengan Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Tidur Pada Remaja
Putri. Jurnal: Universitas Muhammadiyah Malang.
Tawi,
M.
(2012).
Pengukuran
Tingkat
Kecemasan.
https://syehaceh.wordpress.com/2012/08/03/pengukuran-tingkatkecemasan (Diakses pada tanggal 16 Januari 2018)
Wahyuni. (2014). Gambaran Sindroma Pramenstruasi Dari Gejala
Emosional Dan Fisik Pada Siswi SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
Jurnal: STIKES Aisyiyah Surakarta
Wahyuni, R. (2010). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Sindroma
Pramenstruasi Pada Siswi SMP Negeri 4 Surakarta. Jurnal: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta.
Widyaningrum, D.A., Sari, D.I.P. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Menghadapi
Premenstrual syndrome. Jurnal: STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
World Health Organization (WHO). (2015). Adolescent Development:
Topicc at Glance.
Zuhana, N., Ersila, W. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Remaja Putri Dalam Menghada[i Sindrom
Premenstruasi Di SMP 1 Sragi Kabupaten Pekalongan. Jurnal: Akbid
Purworejo.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada,
Yth, Saudara Responden
DiTempat.
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di program Studi D IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari, maka saya :
Nama
: IIN HUSMAR ANANDARI
NIM
: P00312014022
Sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari program Studi D IV
kebidanan, akan melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Tingkat
Kecemasan Dengan Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri
Di SMAN 08 Kendari Tahun 2018
Sehubungan dengan hal itu , saya mohon kesediaan saudari untuk
berkenan menjadi subyek penelitian. Identitas dan informasi yang berkaitan
dengan saudari di rahasiakan oleh peneliti. Atas partisipasinya dan
dukungannya disampaikan terima kasih.
Hormat saya .
IIN HUSMAR ANANDARI
Lampiran 2
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Inisial
:.................................................
Umur
:.................................................
Jenis kelamin
:.................................................
Pendidikan
:.................................................
Pekerjaan
:.................................................
Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden
penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari yang bernama Iin Husmar
Anandari dengan judul penelitian ”Hubungan Tingkat Kecemasan
Dengan Premenstrual Syndrome Pada Remaja Putri Di SMAN 08
KENDARI TAHUN 2018”
Saya mengetahui dan menyadari bahwa informasi yang akan
saya berikan ini bermanfaat bagi saya sendiri, masyarakat dan
penelitian.
Kendari..............2018
(......................)
Lampiran 3
KUESIONER KECEMASAN REMAJA PUTRI SAAT
MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME
Pilihlah jawaban sesuai dengan apa yang anda rasakan atau benar-benar
anda alami pada saat Premenstrual Syndrome (PMS) dengan cara
memberi tanda ceklist (√) dikolom yang tersedia.
Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A)
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = satu dari gejala yang ada
2 = sedang/separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada
4 = sangat berat/semua gejala yang ada
No.
Gejala kecemasan
Nilai angka
0
1
Perasaan cemas
a. firasat buruk
b. takut akan pikiran sendiri
c. mudah tersinggung
2
Ketegangan
a. merasa tegang
b. lesuh
c. mudah terkejut
d. tak bisa istirahat dengan tenang
1
2
3
4
e. mudah menangis
f. gemetar
g. gelisah
3
Ketakutan
a. pada gelap
b. ditinggal sendiri
c. pada orang asing
d. pada binatang besar
e. pada keramaian lalu lintas
f. pada kerumunan orang banyak
4
Ganguan tidur
a. sukar memulai tidur
b. terbangun malam hari
c. tidak pulas
d. mimpi buruk
e. mimpi yang menakutkan
5
Gangguan kecerdasan
a. daya ingat buruk
b. sukar berkonsentrasi
c. sering binggung
6
Perasaan depresi
a. hilangnya minat
b. berkurangnya kesenangan pada
hobi
c. sedih
d. bangun dini hari
e. perasaan berubah-ubah sepanjang
hari
7
Gejala somatik (otot-otot)
a. sakit dan nyeri di otot-otot
b. kaku
c. kedutan otot
d. gigi gemeretak
e. suara tidak stabil
8
Gejala somatik (sensorik)
a. muka merah dan pucat
b. merasa lelah
c. telinga berdengung
d. penglihatan kabur
e. perasaan ditusuk-tusuk
9
Gejala kardiovaskuler
a. denyut nadi cepat
b. berdebar-debar
c. nyeri dada
d. denyut nadi mengeras
e. detak jantung hilang sekejab
f. rasa lemah seperti mau pingsan
10
Gejala pernapasan
a. rasa tertekan di dada
b. perasaan tercekik
c. merasa napas pendek atau sesak
d. sering menarik napas panjang
11
Gejala gastrointestinal
a. mual muntah
b. sulit menelan
c. berat badan menurun
d. kontisipasi/ sulit buang air besar
e. perut melilit
f. nyeri lambung sebelum/sesudah
makan
g. gangguan pencernaan
h. rasa pana diperut
i. perut terasa penuh/kembang
12
Gejala urogenetalia (perkemihan)
a. sering kencing
b. frigiditas
c.
amenor/menstruasi
teratur
yang
tidak
d. tidak dapat menahan kencing
13
Gejala vegetatif/otonom
a. mulut kering
b. muka kering
c. mudah berkeringat
d. pusing/sakit kepala
bulu roma berdiri
14
Apakah Anda merasakan
a. gelisah
b. tidak tenang
c. mengerutkan dahi muka tegang
d. muka merah
e. ketegangan otot meningkat
f. napas pendek dan cepat
(Maulidah, 2016).
Lampiran 4
KUESIONER
No. responden
:
Nama
:
Umur
:
Kelas
:
Berikut gejala-gejala yang muncul beberapa hari (kurang lebih 5
sampai 7 hari) saat menjelang haid (datang bulan/menstruasi).
Petunjuk: berilah tanda ceklis pada kolom skor, setiap gejala
premensttrual yang Anda rasakan. Skor menunjukkan tingkat
keparahan yang dialami:
1 = tidak ada keluhan
2 = sangat ringan (gejala yang dialami hanya sedikit terasa)
3 = ringan (gejala terasa, namun tidak menganggu aktivtas sehari-hari)
4 = sedang (gejala terasa dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari)
5 = berat (gejala terasa sekali dan terjadi penurunan fungsi, beberapa
aktivitas sehari-hari tidak bisa dilakukan)
6 = berat sekali (gejala sangat terasa sekali, terjadi penurunan fungsi fisik
dan psikis sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari)
No
1
Score
Gejala
.
Payudara
1
terasa
tegang/nyeri,
membesar
atau
bengkak
2
Merasa tidak berdaya
untuk
mengatasi
2
3
4
5
6
masalah
yang
ringan/biasa
3
Merasa tertekan/strees
4
Mudah
tersinggung/marah
5
Merasa sedih/depresi
6
Nyeri otot/kaku sendi
7
Berat badan bertambah
8
Rasa
sesak,
nyaman
tidak
ataunyeri
perut
9
Mengalami
bengkak
(oedema) pada tangan
atau kaki
10
Merasa kembung
(Purnawati, 2012)
MASTER TABEL
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PREMENSTRUAL
SYNDROME PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 08 KENDARI
TAHUN 2018
No.NNAMA UMUR
1
G
15
2
M
15
3
R
15
4
A
15
5
M
15
6
A
15
7
R
15
8
G
15
9
S
15
10
E
15
11
A
15
12
S
15
13
I
15
14
E
16
15
A
15
16
S
15
17
I
15
18
I
15
19
D
15
20
A
15
21
S
16
22
S
15
23
I
15
24
D
15
25
W
15
26
M
15
27
C
15
28
W
15
29
S
16
30
S
15
31
M
16
32
T
16
33
M
16
34
S
16
KELAS
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
XI
XI
XI
XI
KATEGORI TINGKAT KECEMASAN
tidak cemas
sedang
berat
berat
Berat
tidak cemas
berat
sedang
berat
berat
berat
sedang
berat
ringan
tidak cemas
sedang
berat
sedang
berat
ringan
berat
sedang
sedang
berat
ringan
berat
sedang
berat
ringan
berat
sedang
tidak cemas
sedang
sedang
PMS
pms
pms
pms
pms
pms
tidak pms
Pms
pms
Pms
pms
pms
pms
pms
tidak pms
tidak pms
pms
pms
pms
pms
tidak pms
pms
pms
pms
tidak pms
pms
pms
pms
tidak pms
tidak pms
pms
pms
tidak pms
pms
pms
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
T
D
D
E
A
N
N
R
M
R
H
K
P
J
A
F
F
Y
A
F
J
S
16
15
16
16
15
15
16
15
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
XI
ringan
sedang
sedang
sedang
ringan
sedang
berat
sedang
ringan
berat
sedang
ringan
berat
sedang
sedang
ringan
sedang
sedang
sedang
ringan
sedang
ringan
pms
pms
pms
pms
tidak pms
pms
tidak pms
pms
tidak pms
pms
tidak pms
tidak pms
tidak pms
pms
pms
tidak pms
pms
pms
pms
pms
pms
tidak pms
HASIL OUTPUT PENELITIAN
1. Karakteristik responden
Umur
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
15
32
57,1
57,1
57,1
16
24
42,9
42,9
100,0
Total
56
100,0
100,0
tingkat kelas
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
1
30
53,6
53,6
53,6
2
26
46,4
46,4
100,0
Total
56
100,0
100,0
2. Analisis Univariat
tingkat kecemasan
Frequency
tidak ada kecemasan
Valid
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
4
7,1
7,1
7,1
kecemasan ringan
11
19,6
19,6
26,8
kecemasan sedang
23
41,1
41,1
67,9
kecemasan berat
18
32,1
32,1
100,0
Total
56
100,0
100,0
premenstrual syndrome
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
tidak pms
16
28,6
28,6
28,6
pms
40
71,4
71,4
100,0
Total
56
100,0
100,0
3. Analisis Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
tingkat
kecemasan
*
premenstrual
syndrome
Missing
Percent
56
N
100,0%
Total
Percent
0
N
0,0%
Percent
56
100,0%
tingkat kecemasan * premenstrual syndrome Crosstabulation
premenstrual syndrome Total
tidak pms
Count
pms
3
1
4
75,0%
25,0%
100,0%
8
3
11
72,7%
27,3%
100,0%
1
22
23
4,3%
95,7%
100,0%
4
14
18
22,2%
77,8%
100,0%
16
40
56
28,6%
71,4%
100,0%
tidak ada kecemasan
% within tingkat kecemasan
Count
kecemasan ringan
% within tingkat kecemasan
tingkat
kecemasan
kecemasan sedang
Count
% within tingkat kecemasan
Count
kecemasan berat
% within tingkat kecemasan
Count
Total
% within tingkat kecemasan
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
21,703a
3
,000
Likelihood Rasio
22,320
3
,000
Linear-by-Linear Association
10,096
1
,001
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
56
a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,14.
DOKUMENTASI
Download