LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI “ MENCONTEK AWAL DARI KORUPSI, JUJUR LANGKAH AWAL BERANTAS KORUPSI “ Penyusun NAMA : LESI LESTARI NIM : P05120319022 DOSEN PEMBIMBING : Ns. Kheli Fitria Annuril.,S.Kep KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN SARJANA TERAPAN + NERS KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021 LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN a. Latar Belakang Korupsi merupakan masalah paling krusial yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia saat ini. Tindak pidana korupsi yang terjadi terentang mulai dari korupsi kecil-kecilan seperti pemberian uang pelicin ketika berurusan di kelurahan sampai ke korupsi besar-besaran seperti penyelewengan dana bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang bernilai triliunan rupiah. Kejadian ini makin mempertegas anggapan bahwa korupsi sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi di bumi Indonesia antara lain dengan membentuk badan Negara yang diberikan kewenangan luar biasa seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Semenjak didirikan tahun 2002 sampai sekarang KPK telah menindak berbagai kasus korupsi. Akan tetapi Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia sebagaimana dilansir oleh Transparansi Internasional (TI) tetaplah rendah. Bahkan untuk tahun 2010 Indonesia berada pada peringkat Negara terkorup di Asia Pasifik, dan tahun 2011 indek persepsi korupsi (IPK) Indonesia adalah 3.0 peringkat 100 dari 183 negara di dunia (Transparansi Internasional, 2011) Menyikapi fenomena tersebut diperlukan suatu upaya yang holistik dalam pemberantasan korupsi baik dari segi aparat penegak hukum, kebijakan pengelolaan Negara sampai ke pendidikan formal di sekolah. (Aditjondro, 2002) Beberapa Negara telah melaksanakan pendidikan antikorupsi di sekolah dan telah menunjukan hasil yang signifikan. Hongkong yang melaksanakan semenjak tahun 1974 dan menunjukan hasil yang luar biasa. Jika tahun 1974 Hongkong adalah Negara yang sangat korup dan korupsi dideskripsikan dengan kalimat maka saat ini Hongkong adalah salah satu Negara di Asia dengan IPK yang sangat tinggi yaitu 8,3 dan menjadi negara terbersih ke 15 dari 158 negara di dunia (Harahap, 2009). Keberhasilan ini merupakan efek simultan dari upaya pemberantasan korupsi dari segala segi termasuk pendidikan anti korupsi yang dilaksanakan di sekolah secara formal.( Tony Kwok Man-wai, 2002) Jika dibandingkan dengan strategi pemberantasan korupsi lainnya pelaksanaan pendidikan anti korupsi di sekolah secara formal akan memberikan berberapa keuntungan kepada negara baik secara pragmatis maupun secara teoritis dan filosofis. Pertama, lembaga pendidikan formal merupakan lembaga yang sudah stabil. Kedua, tidak menambah budget pemerintah secara besar-besaran. Ketiga, dapat dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan, dan terakhir merupakan investasi bangsa dalam jangka penajang. Perlunya pendidikan antikorupsi sebenarnya sudah menjadi bagian dari pendidikan nasional sebagaimana dinyatakan dalam peraturan menteri pendidikan nasional (Permendiknas) No.22 dan No. 23 Th.2006 tentang standar isi dan Standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam permendiknas tersebut dinyatakan bahwa pengembangan sikap dan perilaku antikorupsi merupakan bagian dari kurikulum bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Fenomena yang ditemui di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran tentang korupsi yang dilaksanakan dalam mata pelajaran PKn belum sesuai dengan sasaran yang dikehendaki, terutama menyangkut penanaman sikap dan perilaku antikorupsi pada siswa. Pembelajaran masih terkonsentrasi pada pembentukan kognisi melalui pemberian informasi secara verbal, tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan wawasan dan nalar akan dimensi moral dari korupsi. b. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan penyuluhan ini adalah: 1. Untuk memberikan pemahaman mengenai arti pentingnya mencegah tindak pidana korupsi sejak din dimulai dari tidak boleh mencontek dikalangan siswa 2. Untuk memberikan pemahaman peran serta generasi muda dalam Pencegahan Tindak Pidana Korupsi 3. Menanamkan jiwa jujur kepada siswa sejak dini c. Tempat/Waktu Kegiatas 1. Hari,Tanggal : Rabu, 4 November 2020 2. Waktu : 10.00 s.d Selesai 3. Tempat : Desa Talang Boseng 4. Sasaran : Mahasiswa 5. Metode : Ceramah 6. Media : Poster d. Kegiatan Penyuluhan Penyuluhan dilakukan dengan metode wawancara dan mengenai Perilaku Jujur Mahasiswa Anti Korupsi dengan menggunakan media Poster : Kegiatan penyuluhan : No Waktu 1 Pembukaan Memberi salam Menjawab salam (3 menit) Memperkenalkan diri Rekan-rekan Menyampaikan tujuan memahami penyuluhan maksud dan tujuan 2 Pelaksanaan (7 menit) Kegiatan Penyuluhan Menyampaikan materi Respon Penyuluhan Mendengarkan materi penyuluhan yang di sampaikan Rekan-rekan Media POSTER memperhatikan POSTER jalannya penyuluhan 3 Penutup (3 menit) Menyimpulkan dan evaluasi Rekan-rekan POSTER Menjawab salam Menutup dengan salam penutup e. Materi Penyuluhan Larangan mencontek adalah untuk melatih kejujuran. Saat kita sedang melaksanakan ujian dan kita mencontek lalu mendapatkan hasil yang bagus, apakah ada rasa kebanggaan yang sangat tulusdirasakandidalamhati? Tentu saja tidak. Mungkin kita benar merasa bahagia, karena nilai yang kita dapatkan mungkin menjadi lebih bagus. Lalu, bukankah ini salah satu hal yang merugikan diri kita sendiri? Jelas kita merasa bahwa sebenarnya nilai yang bagus itu belum sebanding dengan kemampuan kita, karena nilai itu didapat dari mencontek hasil pemikiran orang lain, sehingga jelas terlihat bahwa hasil yang bagus itu adalah hasil dari kerabat kita yang memberikan contekan atau kita yang mencontek. Bila kita cermati baik baik, kebiasaan mencontek ini secara tidak langsung membiasakan diri kita berbohong demi hasil yang maksimal. Di dalam kasus korupsi, terdapat ketidak jujuran dalam mengelola keuangan negara, dimana para petinggi negara melakukan hal yang tidak sepantasnya demi kebahagiaan dirinya sendiri. Jadi, mengapa hal itu sangat mudah dilakukan ? Padahal itu salah untuk dilakukan? Jawabannya yaitu karena mereka terbiasa berbuat tidak jujur kepada dirinya sendiri, sehingga mudah untuknya memutar otak untuk melakukan perbuatan tidak jujur kepada orang lain. Saat saya mendengarkan pemikiran kerabat saya ini. Saya menjadi berfikir lebih dalam, tentang hal ini. Kita selalu mencibir keadaan para koruptor karna perilakunya yang tidak jujur, lalu apa bedanya dengan kita yang sering mencontek? Mungkin banyak yang beranggapan bahwa, kenapa mencontek sama dengan korupsi? Jelas jelas tidak merugikan banyak orang? Memang mencontek itu tidak berpengaruh besar terhadap orang banyak, tetapi sifat tidak jujur yang dibiasakan dari hal kecil, bukan tidak mungkin akan ada kebohongan dalam hal yang besar yang akan benar benar merugikan banyak orang seperti korupsi. Saya mulai belajar, untuk tidak menyakiti diri saya dengan berusaha jujur disaat ujian disekolah. Jelas, setelah saya mencobanya, memang jauh terasa lebih bahagia dan jauh lebih merasa bangga karena kita dapat meningkatkan kualitas diri dengan usaha sendiri tanpa harus menahan kemampuan yang sebenarnya kita bisa, tapi malu dan tidak berani untuk mencoba keluar dari keadaan nyaman dari mencontek. Kualitas bangsa ini, ada ditangan para penerus bangsa seperti kita. Tidak mungkin pendahulu kita akan terus memimpin negara ini. 6 Cara Mengatasi Kebiasaan Mencontek Pada Siswa: 1. Menanamkan sikap jujur dalam diri siswa Solusi jitu meminimalisir kebiasaan menyontek pada siswa adalah mengajarkan arti dari nilai-nilai kejujuran, dengan memahami makna kejujuran siswa menjadi enggang untuk menyontek. guru bisa memberi nasihat kepada siswanya bahwasanya lebih baik mendapat nilai rendah dari pada harus mencontek karena mencontek adalah perbuatan yang tidak terpuji dan sama dengan mencuri. 2. Memuji hasil usaha terbaik siswa meskipun belum memenuhi standar Setiap upaya dan hasil yang diperoleh siswa sebaiknya diapresiasi meskipun masih kurang hal ini untuk menghindarkan perasaan rendah diri siswa dan menimbulkan rasa percaya diri siswa. dengan mengapresiasi hasil usaha siswa, akan memberi dorongan bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi. 3. Menjelaskan dampak buruk jika suka mencontek Seorang guru harus memberi pemahaman dan nasihat kepada muridnya tentang dampak buruk jika suka mencontek, dengan mengetahui dampak buruk jika suka mencontek, siswa akan berpikir dua kali untuk mencontek. 4. Menanamkan pada diri siswa bahwa menyontek tidak menyelesaikan masalah Sebagian siswa hanya berpikir bagaimana cara menyelesaikan tugasnya tanpa memperdulikan cara yang dilakukan sudah benar atau salah. untuk itu guru sebaiknya menjelaskan bahwa kalau menyontek tidak menyelesaikan masalah justru semakin memicu munculnya masalah lain. 5. Rajin belajar dan giat latihan menjawab soal pelajaran Belajar yang lebih giat lagi dan memperbanyak menjawab soal-soal pelajaran sehingga kemampuan intelektual siswa semakin bertambah dengan itu akan sedikit mengurangi frekuensi mencontek seorang siswa. 6. Memberi pelajaran bermakna Cara guru dalam mendidik dan mengajar siswa merupakan kunci utama aspek sikap, keterampilan dan intelektual siswa. sebaiknya dalam setiap pembelajaran ditanamkan nilai-nilai positif dan guru harus menjadi teladan bagi muridnya. mengajar dengan maksimal dan sepenuh hati agar siswa bisa dengan mudah memahami suatu pelajaran. DOKUMENTASI