Uploaded by User101778

EVOLUSI PERTANIAN

advertisement
EVOLUSI PERTANIAN
MAKALAH
(disusun dan didiskusikan pada mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian yang
diampu oleh
Ir. Zainudin K. Antuli, M.Si)
Oleh
ELMA GIMAS MASADI
NIM 651418009
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena ia senantiasa
memberikan nikmatnya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Evolusi
Pertanian” dapat diselesaikan dengan baik. Walaupun mungkin dalam penulisan
masih ada kesalahan dan kekeliruan namun penulis yakin bahwa manusia itu tidak
ada yang sempurna, mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan
membawa kesadaran kita akan kebesaran Tuhan yang Maha Esa. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan usaha yang
telah membantu penulis dalam membuat makalah ini niscaya tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak penyusunan makalah ini tidak akan terwujud.
Penyelesaian makalah ini hanya dapat terlaksana karena bantuan pikiran,
tenaga, dan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan
terima kasih. Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun
diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Gorontalo, 11 Desember 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
2.1 Sejarah Pertanian ................................................................................... 2
2.2 Evaluasi Hasil Yang Dicapai ................................................................. 4
2.3 Dampak dan Permasalahan .................................................................... 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 9
3.2 Saran ...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian sebagai mata pencaharian utama dalam kehidupan manusia di
beberapa bagian dunia telah mengalami proses perkembangan yang cukup
panjang dalam sejarah kebudayaan manusia yang sejalan dengan perkembanga
pengetahuan manusia tentang jenis-jenis tanaman dan cara menanamnya.
Awalnya, usaha manusia demi mempertahankan hidup yaitu dengan
mengumpulkan hasil bumi serta dengan berburu hewan disekitar lingkungan
mereka. Kegiatan tersebut dikenal dengan “berburu dan meramu”. Seiring dengan
perkembangan zaman, munculah kegiatan bercocok tanam di ladang. Perubahan
tersebut membawa perubahan dalam perkembangan kebudayaan manusia.
Sehubungan dengan ini, kami selaku penulis mencoba untuk membahas secara
singkat tentang sejarah perkembangan pertanian dan hasil yang dicapai serta
dampak permasalahan dari pertanian
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan pertanian?
2. Bagaimana proses evaluasi hasil pencapain dalam pertanian ?
3. Bagaimana dampak permasalahan dari pertanian?
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
Menjelaskan tentang sejarah perkembangan pertanian.
Menjelaskan proses evaluasi hasil pencapain dalam pertanian ?
Menjelaskan dampak permasalahan dari pertanian.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu pertanian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Pertanian
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian
muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi
dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan
dengan demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam
sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga
kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang
tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa
revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan
dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang
dialami manusia.
Agak sulit membuat suatu garis sejarah pertanian dunia, karena setiap
bagian dunia memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang
berbeda-beda. Di beberapa bagian Afrika atau Amerika masih dijumpai
masyarakat yang semi-nomaden (setengah pengembara), yang telah mampu
melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun tetap berpindahpindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di Amerika Utara dan
Eropa traktor-traktor besar yang ditangani oleh satu orang telah mampu
mendukung penyediaan pangan ratusan orang.
 Asal-mula Pertanian
Berakhirnya zaman es sekitar 11.000 tahun sebelum Masehi (SM)
menjadikan bumi lebih hangat dan mengalami musim kering yang lebih panjang.
Kondisi ini menguntungkan bagi perkembangan tanaman semusim, yang dalam
waktu relatif singkat memberikan hasil dan biji atau umbinya dapat disimpan.
Ketersediaan biji-bijian dan polong-polongan dalam jumlah memadai
memunculkan perkampungan untuk pertama kalinya, karena kegiatan perburuan
dan peramuan tidak perlu dilakukan setiap saat. Contoh budaya semacam ini
masih terlihat pada masyarakat yang menerapkan sistem perladangan berpindah
(slash and burn) di Kalimantan dan Papua.
Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini
bersepakat bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit
yang subur" di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih
lebih hijau daripada keadaan sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56
spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu
dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin) menurut Vavilov.
2
Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini adalah gandum, jelai
(barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax (Linum usitatissimum).
Di daerah lain yang berjauhan lokasinya dikembangkan jenis tanaman lain
sesuai keadaan topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut
(dalam pengertian umum sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500
SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan kacang azuki. Padi (Oryza
glaberrima) dan sorgum dikembangkan di daerah Sahel, Afrika 5000 SM.
Tanaman lokal yang berbeda mungkin telah dibudidayakan juga secara tersendiri
di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga daerah yang terpisah di Amerika (yaitu
Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai
membudidayakan jagung, labu, kentang, dan bunga matahari.
Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Nusantara, cenderung
mengembangkan masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan
peramuan karena relatif mudahnya memperoleh bahan pangan. Migrasi
masyarakat Austronesia yang telah mengenal pertanian ke wilayah Nusantara
membawa serta teknologi budidaya padi sawah serta perladangan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pertanian bermula sebagai dampak
perubahan iklim dunia dan adaptasi oleh tanaman terhadap perubahan ini.
 Zaman Perkembangan Pertanian.
Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan, merupakan
zaman yang turut menentukansistem pertanian kuno. Perekonomian kota yang
pertama berkembang di sana dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat
pada kuil-kuil, imam, lumbung,dan jutu tulis-juru tulis.Penciptaan surplus sosial
menyebabkan terjadinya lembaga ekonomi berdasar peperangan dan
perbudakan.Administrasi untuk surplus yang harus disimpan mendesak kebutuhan
sistem akuntansi. Pemecahan masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan
terciptanya tulisan-tulisan yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan
Mesopotamia bertahan untuk beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang
berbeda. Pengaruhnya, walaupun sukar didefinisikan secara tepat, memancar ke
Siria dan Mesir dan mungkin juga ke India dan Cina. Tulang punggung pertanian
terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang masih penting untuk persediaan
pangan dunia: gandum dan barlai, kurma dan ara, zaitum dan anggur. Kebudayaan
kuni dari Mesopotamia - Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea - mengembangkan
pertanian yang bertambah kompleks dan terintegrasi.
Reruntuhan menunjukkan sisa teras-teras, taman-taman dan kebun-kebun
yang beririgasi. Emapt ribu tahun yang lalu saluran irigasi dari bata dengan
sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap ditanami
untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900
tanaman. Pengetahuan tentang pertanian kuno di mana pun tidak lebih banyak dari
pada di Mesir, di mana pasri yang bertiup dari gurun memelihara data dan catatan
dari zaman yang menakjubkan. Sepanjang Sungai Nil diciptakan kebun-kebun
3
formal luas, penuh dengan tanaman-tanaman hias eksotik dan kolam kolam berisi
ikan dan teratai. Di kebun buah (orchard), kurma, anggur, ara, lemon dan delima
diusahakan. Kebun sayur berisi ketimun, articoke, bawang putih, perai, bawang
bombay, slada, menta, endewi, cikori, logak, dan berbagai labu. Kebudayaan
Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian pelaut-pelaut phoenicia
meneruskan warisan teknologi Mesopotamia dan Mesir ke kepulauan Yunani
yang sedang muncul.
2.2 Evaluasi Hasil Yang Dicapai
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu program
penyuluhan pertanian. Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan proses
pengumpulan data, penentuan ukuran, penilain serta perumusan keputusan yang
digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang
lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program penyuluhan pertanian.
Evaluasi hasil yang dicapai dalam penyuluhan pertanian dapat diketahui
dengan sejauh mana perilaku petani, hambatan yang dihadapi petani, efektivitas
program penyuluhan pertanian, serta seberapa jauh pemahaman masalah dan
penyempurnaan kegiatan. Kegiatan penyuluhan pertanian adalah derajat
pencapain tujuan penyuluhan pertanian, berupa perubahan perilaku petani dan
anggota keluarganya, baik aspek koognitif, afektif maupun psikomotor.
Perubahan aspek kognitif adalah perubahan kemampuan petani yang
berkaitan dengan kemampuan pemahaman materi penyuluhan pertanian,termasuk
dalam aspek koognitif adalah pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis,sintesis
dan evaluasi.perubahan aspek efektif adalah perubahan berkaitan dengan kejiwaan
seperti sikap, minat, nilai, apresiasi dan kecenderungan.perubahan ini mencakup
tahapan menerima, menanggapi, menilai, mengatur tata nilai dan menghayati.
sedangkan perubahan aspek psikomotor berkaitan dengan gerak fisik yaitu
kekuatan, kecepatan, kecermatan, ketahanan dan keharmonisan.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian merupakan proses
yang sistematis, sebagai upaya penilaian atas suatu kegiatan oleh evaluator
melalui pengumpulan dan analisis informasi secara sistematik mengenai
perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan penyuluhan pertanian. Hasil
evaluasi ini untuk menilai relevansi, efektifitas/efesensi, pecapain/hasil suatu
kegiatan, untuk selanjutnya digunakan sebai pertimbangan dalam pengembalian
kebijakan dan pengembangan kegiatan selanjutnya.
 Prinsip-prinsip evaluasi pertanian antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Bedasarkan fakta
Bagian intergral daria proses penyuluhan pertanian
Tujuan penyuluhan pertanian yang bersangkutan dengan berbagai alat
Metode dan hasil krgiatan penyuluhan pertanian
Hasil-hasil kuantitatis dan kualitas
4
6. Mencakup tujuan, kegiatan dan metode pengumpulan, analisis dan
interpretasi data, pembagian hasil, pengembalian keputusan.
2.3 Dampak permasalahan pertanian terhadap perekonomian
Dampak permasalahan pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian
sebagai berikut:
 Dampak positif
Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam
pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain : meningkatkan penerimaan
devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing,
pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri
serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.Hal ini
ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satusatunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun
1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan
yang positif.
Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan
perekonomian dengan, pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan
pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk
berusaha, serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik
lagi. Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan
ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
1. Potensi Pertanian Indonesia
Sebagai salah satu negara yang termasuk dalam wilayah tropis, Indonesia
memiliki potensi pertanian yang sangat baik, terutama untuk pertanian tropika.
Salah satu produk pertanian tropika Indonesia yang berpotensi menjadi andalan
adalah produk pertanian segar dalam bentuk buah-buahan dan sayuran. Produk
lain yang turut menjadi andalan adalah rempah-rempah dan Bahan Bakar Nabati
(BBN).
Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki potensi besar dan
sumber daya alam yang melimpah untuk produk pertanian. Di sektor pertanian
Indonesia memiliki beragam jenis tenaman, hal ini didukung kondisi iklim tropis
yang berbeda, dibidang tanaman pangan di Indonesia memiliki tanaman unggul
seperti padi, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan berbagai jenis faritas yang lain.
Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi
perekonomian Indonesia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan
kerja di Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia. Fakta-fakta
tersebut menguatkan pertanian sebagai megasektor yang sangat vital bagi
perekonomian Indonesia.
5
Sektor pertanian di Indonesia merupakan tulang punggung dari
perekonomian dan pembangunan nasional, hal tersebut dapat dilihat dalam
pembentukan PDB, penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, penyediaan
pangan, dan penyediaan bahan baku industri. Sektor pertanian juga berperan
dalam memeratakan pembangunan melalui upaya pengentasan kemiskinan dan
perbaikan pendapatan masyarakat. Selain itu, sektor pertanian juga telah menjadi
salah satu pembentuk budaya bangsa dan penyeimbang ekosistem.
Dengan daratan yang cukup luas yang tersusun rapi oleh ribuan pulau yang
ada seolah menetapkan bahwa negara kita adalah negara agraris. Memang tak
dapat dipungkiri, namun hal tersebut lah yang menjadi sumber mata pencaharian
dari sekitar 60 % rakyatnya yang kemudian menjadi salah satu sektor rill yang
memiliki peran sangat nyata dalam membantu penghasilan devisa negara.
Potensi pertanian Indonesia antara lain :
 Keanekaragaman Hayati dan Agroekosistem
Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam, termasuk plasma nutfah, yang
melimpah (mega biodiversity). Biodiversity darat Indonesia merupakan terbesar
nomor dua di dunia setelah Brasil, sedangkan bila termasuk biodiversity laut maka
Indonesia merupakan terbesar nomor satu di dunia. Hal ini dapat dilihat dengan
beragamnya jenis komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
dan peternakan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber pangan dan
pendapatan masyarakat. Keaneka ragaman hayati yang didukung dengan sebaran
kondisi geografis berupa dataran rendah dan tinggi, limpahan sinar matahari dan
intesitas curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun di sebagian wilayah,
serta keaneka ragaman jenis tanah memungkinkan dibudidayakannya aneka jenis
tanaman dan ternak asli daerah tropis, serta komoditas introduksi dari daerah sub
tropis secara merata sepanjang tahun di Indonesia.
 Lahan Pertanian
Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada
tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar
192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya
dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan lindung. Dari total luas
kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha,
meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta
ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha.
Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang
sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih
tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian. Jumlah luasan
dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi
dan merata sepanjang tahun sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk
6
memenuhi kebutuhan air pertanian apabila dikelola dengan baik. Waduk,
bendungan, embung dan air tanah serta air permukaan lainnya sangat potensial
untuk mendukung pengembangan usaha pertanian
 Masalah Pertanian Indonesia
Adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi, ciri utama pertanian
modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas pasokan yang terus
menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Produk-produk pertanian kita
baik komoditi tanaman pangan (hortikultura), perikanan, perkebunan dan
peternakan harus menghadapi pasar dunia yang telah dikemas dengan kualitas
tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi
tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi
standar.
1. Masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian, sehingga menyebabkan
petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik, karena pedagang telah
mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan.
2. Terbatasnya akses layanan usaha terutama di permodalan, kemampuan
petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas sehingga
produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial.
Mengingat keterbatasan petani dalam permodalan tersebut dan rendahnya
aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka dilakukan
pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input
produksi biaya rendah (low cost production) yang sudah berjalan ditingkat
petani. Selain itu, penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak
serta bantuan langsung kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani
cakupannya diperluas.
3. Penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan pertanian, berbagai
hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif
di Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun produktivitasnya, dan
mengalami degradasi lahan terutama akibat rendahnya kandungan C
organik dalam tanah yaitu kecil dari 2 persen. Padahal, untuk memperoleh
produktivitas optimal dibutuhkan kandungan C organik lebih dari 2,5
persen atau kandungan bahan organik tanah > 4,3 persen.
4. Terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian yang
juga penting namun minim ialah pembangunan dan pengembangan waduk.
Di sisi lain, saat ini penyebab sulitnya perkembangan sektor pertanian
adalah, seperti :
1. Luas pemilikan lahan petani kini semakin sempit, setengah dari petani
memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar sehingga sebagian besar bekerja
sebagai buruh tani. Sebagai solusinya dengan membangun agroindustri di
perdesaan dalam upaya merasionalisasi jumlah petani dengan lahan yang
ekonomis.
7
2. Alih fungsi lahan produktif ke industri maupun perumahan. Saat ini lahan
pertanian yang tersedia sekitar 7,7 juta hektar, padahal untuk memenuhi
kebutuhan lahan dan dalam rangka mendukung ketahanan pangan petani
membutuhkan lahan seluas 11-15 hektar. Sebagai solusinya pemerintah
agar bisa membatasi terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Di samping itu,
perlu juga penggalakan sistem pertanian yang berbasis pada konservasi
lahan serta pemanfaatan lahan tidur untuk lahan pertanian.
3. Produktifitas lahan menurun akibat intansifikasi berlebihan dalam
penggunaan pupuk kimia secara terus menerus, sebagai solusinya perlu
dikembangkan sistem pertanian yang ramah lingkungan (organik).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bahasan evolusi pertanian dapat disimpulkan bahwa :
a. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber
pendapatan.
b. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri.
c. Meningkatkan ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi alam
secara berkelanjutan
d. Sebagai perolehan nilai tambah dan daya saing.
e. Bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber
daya
f. Meningkatkan penerimaan devisa negara.
3.2 Saran
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat yang
kemudian dapat diamalkan dalam kehidupan. kami sangat menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dengan kata sempurna dan begitu
banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan
saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di
lain waktu.
9
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad,Hairul. 2013. Pengantar Ilmu Pertanian. Evolusi Pertanian (Daring), Vol. 3
No. 2. (http://pip.evolusi.blog, Diakses 14 Oktober 2018)
Sulfik, Ahmad. 2009. Pengantar Ilmu Pertanian. Jakarta: Pakar Raya.
10
Download