EVOLUSI PERTANIAN MAKALAH (disusun dan didiskusikan pada mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian yang diampu oleh Ir. Zainudin K. Antuli, M.Si) Oleh ELMA GIMAS MASADI NIM 651418009 JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2018 Kata Pengantar Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena ia senantiasa memberikan nikmatnya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Evolusi Pertanian” dapat diselesaikan dengan baik. Walaupun mungkin dalam penulisan masih ada kesalahan dan kekeliruan namun penulis yakin bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna, mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan membawa kesadaran kita akan kebesaran Tuhan yang Maha Esa. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan usaha yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini niscaya tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak penyusunan makalah ini tidak akan terwujud. Penyelesaian makalah ini hanya dapat terlaksana karena bantuan pikiran, tenaga, dan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih. Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi penyempurnaan makalah ini. Gorontalo, 11 Desember 2018 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1 1.3 Tujuan .................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2 2.1 Sejarah Pertanian ................................................................................... 2 2.2 Evaluasi Hasil Yang Dicapai ................................................................. 4 2.3 Dampak dan Permasalahan .................................................................... 5 BAB III PENUTUP ........................................................................................... 9 3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 9 3.2 Saran ...................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian sebagai mata pencaharian utama dalam kehidupan manusia di beberapa bagian dunia telah mengalami proses perkembangan yang cukup panjang dalam sejarah kebudayaan manusia yang sejalan dengan perkembanga pengetahuan manusia tentang jenis-jenis tanaman dan cara menanamnya. Awalnya, usaha manusia demi mempertahankan hidup yaitu dengan mengumpulkan hasil bumi serta dengan berburu hewan disekitar lingkungan mereka. Kegiatan tersebut dikenal dengan “berburu dan meramu”. Seiring dengan perkembangan zaman, munculah kegiatan bercocok tanam di ladang. Perubahan tersebut membawa perubahan dalam perkembangan kebudayaan manusia. Sehubungan dengan ini, kami selaku penulis mencoba untuk membahas secara singkat tentang sejarah perkembangan pertanian dan hasil yang dicapai serta dampak permasalahan dari pertanian 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah perkembangan pertanian? 2. Bagaimana proses evaluasi hasil pencapain dalam pertanian ? 3. Bagaimana dampak permasalahan dari pertanian? 1.3 Tujuan 1. 2. 3. 4. Menjelaskan tentang sejarah perkembangan pertanian. Menjelaskan proses evaluasi hasil pencapain dalam pertanian ? Menjelaskan dampak permasalahan dari pertanian. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu pertanian. 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Perkembangan Pertanian Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris. Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia. Agak sulit membuat suatu garis sejarah pertanian dunia, karena setiap bagian dunia memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang berbeda-beda. Di beberapa bagian Afrika atau Amerika masih dijumpai masyarakat yang semi-nomaden (setengah pengembara), yang telah mampu melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun tetap berpindahpindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di Amerika Utara dan Eropa traktor-traktor besar yang ditangani oleh satu orang telah mampu mendukung penyediaan pangan ratusan orang. Asal-mula Pertanian Berakhirnya zaman es sekitar 11.000 tahun sebelum Masehi (SM) menjadikan bumi lebih hangat dan mengalami musim kering yang lebih panjang. Kondisi ini menguntungkan bagi perkembangan tanaman semusim, yang dalam waktu relatif singkat memberikan hasil dan biji atau umbinya dapat disimpan. Ketersediaan biji-bijian dan polong-polongan dalam jumlah memadai memunculkan perkampungan untuk pertama kalinya, karena kegiatan perburuan dan peramuan tidak perlu dilakukan setiap saat. Contoh budaya semacam ini masih terlihat pada masyarakat yang menerapkan sistem perladangan berpindah (slash and burn) di Kalimantan dan Papua. Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin) menurut Vavilov. 2 Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini adalah gandum, jelai (barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax (Linum usitatissimum). Di daerah lain yang berjauhan lokasinya dikembangkan jenis tanaman lain sesuai keadaan topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam pengertian umum sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum dikembangkan di daerah Sahel, Afrika 5000 SM. Tanaman lokal yang berbeda mungkin telah dibudidayakan juga secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga daerah yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai membudidayakan jagung, labu, kentang, dan bunga matahari. Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Nusantara, cenderung mengembangkan masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan peramuan karena relatif mudahnya memperoleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia yang telah mengenal pertanian ke wilayah Nusantara membawa serta teknologi budidaya padi sawah serta perladangan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pertanian bermula sebagai dampak perubahan iklim dunia dan adaptasi oleh tanaman terhadap perubahan ini. Zaman Perkembangan Pertanian. Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan, merupakan zaman yang turut menentukansistem pertanian kuno. Perekonomian kota yang pertama berkembang di sana dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung,dan jutu tulis-juru tulis.Penciptaan surplus sosial menyebabkan terjadinya lembaga ekonomi berdasar peperangan dan perbudakan.Administrasi untuk surplus yang harus disimpan mendesak kebutuhan sistem akuntansi. Pemecahan masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan terciptanya tulisan-tulisan yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan Mesopotamia bertahan untuk beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang berbeda. Pengaruhnya, walaupun sukar didefinisikan secara tepat, memancar ke Siria dan Mesir dan mungkin juga ke India dan Cina. Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang masih penting untuk persediaan pangan dunia: gandum dan barlai, kurma dan ara, zaitum dan anggur. Kebudayaan kuni dari Mesopotamia - Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea - mengembangkan pertanian yang bertambah kompleks dan terintegrasi. Reruntuhan menunjukkan sisa teras-teras, taman-taman dan kebun-kebun yang beririgasi. Emapt ribu tahun yang lalu saluran irigasi dari bata dengan sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap ditanami untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900 tanaman. Pengetahuan tentang pertanian kuno di mana pun tidak lebih banyak dari pada di Mesir, di mana pasri yang bertiup dari gurun memelihara data dan catatan dari zaman yang menakjubkan. Sepanjang Sungai Nil diciptakan kebun-kebun 3 formal luas, penuh dengan tanaman-tanaman hias eksotik dan kolam kolam berisi ikan dan teratai. Di kebun buah (orchard), kurma, anggur, ara, lemon dan delima diusahakan. Kebun sayur berisi ketimun, articoke, bawang putih, perai, bawang bombay, slada, menta, endewi, cikori, logak, dan berbagai labu. Kebudayaan Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian pelaut-pelaut phoenicia meneruskan warisan teknologi Mesopotamia dan Mesir ke kepulauan Yunani yang sedang muncul. 2.2 Evaluasi Hasil Yang Dicapai Evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu program penyuluhan pertanian. Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilain serta perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program penyuluhan pertanian. Evaluasi hasil yang dicapai dalam penyuluhan pertanian dapat diketahui dengan sejauh mana perilaku petani, hambatan yang dihadapi petani, efektivitas program penyuluhan pertanian, serta seberapa jauh pemahaman masalah dan penyempurnaan kegiatan. Kegiatan penyuluhan pertanian adalah derajat pencapain tujuan penyuluhan pertanian, berupa perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya, baik aspek koognitif, afektif maupun psikomotor. Perubahan aspek kognitif adalah perubahan kemampuan petani yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman materi penyuluhan pertanian,termasuk dalam aspek koognitif adalah pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis,sintesis dan evaluasi.perubahan aspek efektif adalah perubahan berkaitan dengan kejiwaan seperti sikap, minat, nilai, apresiasi dan kecenderungan.perubahan ini mencakup tahapan menerima, menanggapi, menilai, mengatur tata nilai dan menghayati. sedangkan perubahan aspek psikomotor berkaitan dengan gerak fisik yaitu kekuatan, kecepatan, kecermatan, ketahanan dan keharmonisan. Evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian merupakan proses yang sistematis, sebagai upaya penilaian atas suatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan analisis informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan penyuluhan pertanian. Hasil evaluasi ini untuk menilai relevansi, efektifitas/efesensi, pecapain/hasil suatu kegiatan, untuk selanjutnya digunakan sebai pertimbangan dalam pengembalian kebijakan dan pengembangan kegiatan selanjutnya. Prinsip-prinsip evaluasi pertanian antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. Bedasarkan fakta Bagian intergral daria proses penyuluhan pertanian Tujuan penyuluhan pertanian yang bersangkutan dengan berbagai alat Metode dan hasil krgiatan penyuluhan pertanian Hasil-hasil kuantitatis dan kualitas 4 6. Mencakup tujuan, kegiatan dan metode pengumpulan, analisis dan interpretasi data, pembagian hasil, pengembalian keputusan. 2.3 Dampak permasalahan pertanian terhadap perekonomian Dampak permasalahan pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian sebagai berikut: Dampak positif Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain : meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satusatunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif. Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian dengan, pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan. 1. Potensi Pertanian Indonesia Sebagai salah satu negara yang termasuk dalam wilayah tropis, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat baik, terutama untuk pertanian tropika. Salah satu produk pertanian tropika Indonesia yang berpotensi menjadi andalan adalah produk pertanian segar dalam bentuk buah-buahan dan sayuran. Produk lain yang turut menjadi andalan adalah rempah-rempah dan Bahan Bakar Nabati (BBN). Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki potensi besar dan sumber daya alam yang melimpah untuk produk pertanian. Di sektor pertanian Indonesia memiliki beragam jenis tenaman, hal ini didukung kondisi iklim tropis yang berbeda, dibidang tanaman pangan di Indonesia memiliki tanaman unggul seperti padi, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan berbagai jenis faritas yang lain. Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi perekonomian Indonesia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan kerja di Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia. Fakta-fakta tersebut menguatkan pertanian sebagai megasektor yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia. 5 Sektor pertanian di Indonesia merupakan tulang punggung dari perekonomian dan pembangunan nasional, hal tersebut dapat dilihat dalam pembentukan PDB, penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, dan penyediaan bahan baku industri. Sektor pertanian juga berperan dalam memeratakan pembangunan melalui upaya pengentasan kemiskinan dan perbaikan pendapatan masyarakat. Selain itu, sektor pertanian juga telah menjadi salah satu pembentuk budaya bangsa dan penyeimbang ekosistem. Dengan daratan yang cukup luas yang tersusun rapi oleh ribuan pulau yang ada seolah menetapkan bahwa negara kita adalah negara agraris. Memang tak dapat dipungkiri, namun hal tersebut lah yang menjadi sumber mata pencaharian dari sekitar 60 % rakyatnya yang kemudian menjadi salah satu sektor rill yang memiliki peran sangat nyata dalam membantu penghasilan devisa negara. Potensi pertanian Indonesia antara lain : Keanekaragaman Hayati dan Agroekosistem Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam, termasuk plasma nutfah, yang melimpah (mega biodiversity). Biodiversity darat Indonesia merupakan terbesar nomor dua di dunia setelah Brasil, sedangkan bila termasuk biodiversity laut maka Indonesia merupakan terbesar nomor satu di dunia. Hal ini dapat dilihat dengan beragamnya jenis komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat. Keaneka ragaman hayati yang didukung dengan sebaran kondisi geografis berupa dataran rendah dan tinggi, limpahan sinar matahari dan intesitas curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun di sebagian wilayah, serta keaneka ragaman jenis tanah memungkinkan dibudidayakannya aneka jenis tanaman dan ternak asli daerah tropis, serta komoditas introduksi dari daerah sub tropis secara merata sepanjang tahun di Indonesia. Lahan Pertanian Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian. Jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk 6 memenuhi kebutuhan air pertanian apabila dikelola dengan baik. Waduk, bendungan, embung dan air tanah serta air permukaan lainnya sangat potensial untuk mendukung pengembangan usaha pertanian Masalah Pertanian Indonesia Adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi, ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Produk-produk pertanian kita baik komoditi tanaman pangan (hortikultura), perikanan, perkebunan dan peternakan harus menghadapi pasar dunia yang telah dikemas dengan kualitas tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi standar. 1. Masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian, sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik, karena pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan. 2. Terbatasnya akses layanan usaha terutama di permodalan, kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan petani dalam permodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka dilakukan pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya rendah (low cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu, penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya diperluas. 3. Penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan pertanian, berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif di Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun produktivitasnya, dan mengalami degradasi lahan terutama akibat rendahnya kandungan C organik dalam tanah yaitu kecil dari 2 persen. Padahal, untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan kandungan C organik lebih dari 2,5 persen atau kandungan bahan organik tanah > 4,3 persen. 4. Terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah pembangunan dan pengembangan waduk. Di sisi lain, saat ini penyebab sulitnya perkembangan sektor pertanian adalah, seperti : 1. Luas pemilikan lahan petani kini semakin sempit, setengah dari petani memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar sehingga sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Sebagai solusinya dengan membangun agroindustri di perdesaan dalam upaya merasionalisasi jumlah petani dengan lahan yang ekonomis. 7 2. Alih fungsi lahan produktif ke industri maupun perumahan. Saat ini lahan pertanian yang tersedia sekitar 7,7 juta hektar, padahal untuk memenuhi kebutuhan lahan dan dalam rangka mendukung ketahanan pangan petani membutuhkan lahan seluas 11-15 hektar. Sebagai solusinya pemerintah agar bisa membatasi terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Di samping itu, perlu juga penggalakan sistem pertanian yang berbasis pada konservasi lahan serta pemanfaatan lahan tidur untuk lahan pertanian. 3. Produktifitas lahan menurun akibat intansifikasi berlebihan dalam penggunaan pupuk kimia secara terus menerus, sebagai solusinya perlu dikembangkan sistem pertanian yang ramah lingkungan (organik). 8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian bahasan evolusi pertanian dapat disimpulkan bahwa : a. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan. b. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. c. Meningkatkan ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi alam secara berkelanjutan d. Sebagai perolehan nilai tambah dan daya saing. e. Bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya f. Meningkatkan penerimaan devisa negara. 3.2 Saran Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat yang kemudian dapat diamalkan dalam kehidupan. kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dengan kata sempurna dan begitu banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu. 9 DAFTAR PUSTAKA Muhammad,Hairul. 2013. Pengantar Ilmu Pertanian. Evolusi Pertanian (Daring), Vol. 3 No. 2. (http://pip.evolusi.blog, Diakses 14 Oktober 2018) Sulfik, Ahmad. 2009. Pengantar Ilmu Pertanian. Jakarta: Pakar Raya. 10