Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien dengan Harga Diri Rendah Situasional Oleh: Nurma Harlianti, 1106006303 Kasus Seorang laki-laki 40 tahun, memiliki seorang istri dan tiga orang anak berumur 12, 10, dan 6 tahun, pekerjaan pelatih atlet bulu tangkis, saat ini dirawat di RS Kanker Dharmais karena menderita kanker tulang stadium lanjut. Klien tampak sering diam dan melamun, nafsu makan menurun. Klien sering mengatakan dirinya sudah tidak punya harapan hidup dan sering kali menolak tindakan yang akan dilakukan. A. Pertemuan ke-1 1. Proses Keperawatan a. Kondisi klien: Klien menderita kanker tulang stadium lanjut; klien tampak sering diam dan melamun, serta nafsu makan menurun; klien sering mengatakan dirinya sudah tidak punya harapan hidup; klien sering kali menolak tindakan yang akan dilakukan. b. Diagnosa keperawatan: Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kanker tulang stadium lanjut. c. Tujuan khusus: Klien dapat memperluas kesadaran diri d. Tindakan keperawatan: Membina hubungan saling percaya perawat-klien, mendiskusikan dengan klien tentang kegiatan yang dapat dilakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya, menyakinkan klien bahwa setiap manusia memiliki cobaan hidup yang bisa di lalui, memotivasi klien untuk berusaha tetap tabah dalam menghadapi cobaan. 2. Strategi Komunikasi a. Fase Orientasi 1) Salam “Assalamu’alaikum, selamat pagi, Bapak, perkenalkan nama saya Nurma Harlianti panggil saya suster Nurma, saya perawat di ruang ini yang akan mengurus segala kebutuhan Bapak. Saya berdinas dari pukul 08.00 pagi samapi pukul 14.00 siang ini. Nama Bapak siapa? Bapak senang dipanggil apa? ” 2) Evaluasi validasi “Bagaimana keadaan Bapak hari ini?” “Apa yang Bapak rasakan?” 3) Kontrak “Sekarang kita ingin membahas apa, Pak? Bagaimana jika kita membahas tentang pekerjaan dan kemampuan lain yang Bapak miliki? Tujuannya agar Bapak dapat memperluas kesadaran diri.” “Berapa lama waktu yang kita perlukan? Apakah 10 menit cukup?” “Di mana sebaiknya kita berbincang-bincang, Pak? Apakah di ruangan ini nyaman?” b. Fase Kerja 1) “Bapak, pekerjaan apa yang biasanya Bapak lakukan sehari-hari? Bapak pelatih atlet bulu tangkis? Wah, hebat sekali. Sudah berapa lama Bapak menjadi pelatih? Prestasi apa saja yang sudah Bapak raih selama menjadi pelatih atlet bulu tangkis? Tidak banyak orang yang memiliki prestasi dan kemampuan yang hebat seperti Bapak. Selain sebagai pelatih atlet bulu tangkis mungkin Bapak memiliki kemampuan di bidang lain?” 2) “Tadi saya mendengar Bapak mengatakan sudah tidak punya harapan hidup. Apa yang membuat Bapak mengatakan demikian?” 3) “Bapak, setiap manusia pasti memiliki cobaan dalam hidupnya, semua pasti bisa dilalui karena Allah SWT selalu ada untuk membantu hamba-Nya. Kondisi sakit Bapak pasti bisa di lalui dengan ketabahan dan kesabaran serta usaha yang keras untuk sembuh. 4) “Tadi Bapak menceritakan bahwa Bapak memiliki kemampuan di bidang lain yaitu Bapak bisa melukis di atas kanvas, bagaimana jika Bapak mencoba untuk melukis dan nanti hasilnya kita pajang di sudut ruangan ini?” 5) “Benar sekali Bapak, dibalik cobaan sakit yang diberikan oleh Allah SWT pasti ada hikmah yang dapat diambil. Mungkin Bapak diberikan cobaan sakit ini agar Bapak lebih tabah dalam menghadapi kehidupan dan Bapak bisa lebih mengurangi aktivitas Bapak sebagai pelatih atlet bulu tangkis karena mengingat umur Bapak yang sudah memasuki usia 40 tahun. Selain itu mungkin Bapak juga bisa lebih mengembangkan kemampuan Bapak di bidang melukis.” c. Fase Terminasi 1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan a) Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang hari ini?” b) Evaluasi objektif “Baiklah, coba Bapak sebutkan kemampuan yang ada pada diri Bapak. Ia benar, bagus sekali Bapak. Cobaan yang kita miliki tidak akan menjadi penghalang untuk tetap bersemangat dalam menghadapi hidup.” 2) Rencana tindak lanjut “Setelah ini, Bapak bisa mulai untuk melukis. Nanti jika sudah selesai, kita bisa memajangnya di sudut ruangan ini. Jangan lupa ya Pak untuk selalu semangat.” 3) Kontrak yang akan datang “Baiklah, Bapak. Sekian saja bincang-bincang kita kali ini. Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk membicarakan tujuan yang ingin Bapak capai.” “Bagaimana jika kita melakukannya pada pukul 08.00? Bapak mau dimana tempatnya? Tetap di ruangan ini? Baik Bapak, berarti besok kita akan bertemu jam 08.00 di ruangan ini lagi.” “Sekarang, saya pergi dulu Bapak. Assalamu’alaikum.” B. Pertemuan ke-2 1. Proses Keperawatan a. Kondisi Klien: Klien sudah mulai ada peningkatan nafsu makan serta sudah mau melakukan tindakan yang diberikan namun terkadang masih sering diam dan melamun. b. Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah situasional c. Tujuan Khusus: Klien dapat membuat rencana yang realistis. d. Tindakan Keperawatan: Membantu klien merumuskan tujuan yang ingin ia capai, memberikan kesempatan bagi klien untuk melakukan kegiatan yang telah ia pilih, menunjukkan keterampilan dan keberhasilan yang telah dicapai klien, memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan kelompok. 2. Strategi Komunikasi a. Fase Orientasi 1) Salam “Assalamu’alaikum, selamat pagi, Bapak A.” 2) Evaluasi Validasi “Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” “Apakah sudah lebih baik dari kemarin?” “Bagaimana dengan lukisannya Bapak? Bapak sudah melukis apa?” 3) Kontrak “Sesuai dengan janji kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang tujuan yang ingin Bapak capai. Tujuannya agar Bapak dapat membuat rencana yang realistis.” “Dimana kita akan berbincang-bincang, Pak? Di ruangan ini saja?” “Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk berbincang-bincang? 10 menit? “Baiklah Bapak, kita akan berbincang-bincang selama 10 menit di ruangan ini.” b. Fase Kerja 1) “Apa yang telah Bapak lukis?” 2) “Setelah membuat lukisan seindah ini, apa yang akan Bapak lakukan?” 3) “Di mana Bapak rencananya memajang lukisan ini?” 4) “Bagus sekali Bapak. Bagaimana jika kita mulai mencoba memasarkannya di kalangan perawat? Wah, ide bagus Bapak. Kita coba pasarkan juga di toko lukisan.” 5) “Berapa banyak yang akan kita pasarkan pertama? 3 lukisan cukup?” 6) “Baiklah, mari kita mulai mengemas lukisan Bapak ini.” c. Fase Terminasi 1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan a) Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang hari ini?” b) Evaluasi objektif “Bapak tampak lebih bersemangat hari ini. Coba Bapak sebutkan apa yang akan Bapak lakukan setelah kita berbincang-bincang hari ini.” 2) Rencana Tindak Lanjut “Setelah ini, kita telah bisa mulai memasarkan barang-barang hasil lukisan Bapak. Bapak juga sudah bisa menjual kepada orang-orang yang datang ke sini.” 3) Kontrak yang akan datang “Baiklah, Bapak. Cukup sekian pembicaraan kita hari ini. Kita bertemu lagi besok ya, Pak.” “Bapak mau kita berbincang-bincang tentang apa? Jam berapa? Di mana?” “Baik, berarti besok kita akan bertemu lagi di ruangan Bapak pukul 09.00 untuk latihan napas dalam. Tujuannya agar Bapak bisa mengurangi rasa sakit Bapak atau dalam kondisi kurang menyenangkan. “Saya pergi dulu ya Pak. Assalamu’alaikum.” Daftar Pustaka Damaiyanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama Tim Keilmuan Keperawatan Jiwa. (2009). Modul Komunikasi Keperawatan. FIK: UI.