CHAERUN NISA YUSUF A031181518 Resume Akuntansi Perpajakan Sistem Perpajakan di Indonesia, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,dan Formulir Perpajakan serta PSAK Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar wajib pajak ke negara. Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni: 1) Self Assessment System. Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah. 2) Official Assessment System. Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. 3) Withholding Assessment System. Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan A. Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Undang-undang tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dilandasi filsafah pancasila dan undang-undang dasar 1945, yang didalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga Negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan. B. Dasar Hukum Dasar hukum ketentuan umumdan tata cara perpajakan adalah undang-undang NO. 6 tahun 1983 sebagai mana telah diubah terakhir dengan undang-undang NO. 28 tahun 2007 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Guna mendukung sistem perpajakan agar berjalan dengan baik, terdapat kewajiban dan hak-hak yang dimiliki Wajib Pajak. Hak-Hak Wajib Pajak 1. Mendapatkan pelayanan, pembinaan, dan penyuluhan pajak. 2. Memperpanjang penyampaian SPT. 3. Membetulkan SPT. 4. Memperoleh kelebihan pembayaran pajak. 5. Mengajukan keberatan dan banding. 6. Mengajukan permohonan angsuran pembayaran pajak dan penundaan pembayaran pajak. 7. Mengurangi penghasilan bruto dengan biaya fiscal. 8. Menggunakan Norma Penghitungan. 9. Memperoleh fasilitas perpajakan. 10. Mengkreditkan Pajak Masukan 11. Menunjuk kuasa. 12. Pelayanan, Pembinaan dan Penyuluhan Pelayanan, pembinaan dan penyuluhan pajak diberikan agar ke depan dapat lebih mengefektifkan self assessment system berjalan dengan baik. Kelebihan Pembayaran Pajak Wajib Pajak yang dalam 1 tahun pajak (PPh) atau PKP yang dalam 1 masa pajak (PPN), bila pajak yang telah dibayar melebihi pajak yang seharusnya terutang dan dilaporkan dalam SPT, berhak memperoleh pengembalian kelebihan pembayaran pajak tersebut. Pengurangan Penghasilan Bruto Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha, berhak mengurangi penghasilan bruto yang diterima dengan biaya yang telah dikeluarkan (biaya fiskal yang diatur dalam Pasal 6 UU PPh). Norma Penghitungan Untuk dapat menghitung besarnya kewajiban pajak dalam suatu tahun pajak, pada dasarnya Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas harus membuat Pembukuan. Untuk Wajib Pajak tertentu, dapat menyelenggarakan Pencatatan dan penghitungan pajak dilakukan dengan Norma Penghitungan. Kewajiban Wajib Pajak Mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak. Mengisi dan menyampaikan SPT. Membayar atau menyetor pajak yang terutang. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. Membantu pelaksanaan pemeriksaan pajak. Melakukan pemotongan atau pemungutan pajak. Membuat Faktur Pajak. Melunasi bea meterai. Wajib Pajak & Pengusaha Kena Pajak Pengertian Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut/pemotong pajak tertentu. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak. Sesuai dengan self assessment sistem, setiap : Wajib Pajak (WP) wajib mendaftarkan diri. Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib melaporkan usahanya. Ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana bertempat tinggal/tempat kedudukan/tempat kegiatan usaha, atau tempat lain yang ditetapkan Menteri Keuangan (WP Khusus dan WP Besar). Fungsi NPWP adalah : Identitas Wajib Pajak Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan Sarana dalam administrasi perpajakan Menjaga ketertiban pembayaran pajak. Penghapusan NPWP dan Pencabutan NPPKP 1. Penghapusan NPWP, karena: WP meninggal. Warisan yang belum terbagi, selesai dibagi. WP bubar secara resmi (ada proses likuidasi). BUT kehilangan status sebagai BUT. 2. Pencabutan NPPKP PKP pindah alamat. WP badan telah bubar secara resmi (ada proses likuidasi) PKP lain yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP. Surat pemberitahuan (SPT) Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah : surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan/pembayaran pajak, objek pajak/bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan. Fungsi SPT : Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan melaporkan tentang : Pembayaran / pelunasan pajak yang dilaksanakan sendiri / melalui pemotongan / pemungutan pihak lain. Penghasilan yang merupakan objek/bukan objek pajak. Harta dan kewajiban Pembayaran dari pemotong/pemungut. Ada 2 macam SPT : SPT Masa SPT Tahunan Jangka waktu penyampaian SPT KPP : SPT Masa : paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak. SPT Tahunan : paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak. Terlambat penyampaian SPT, dikenakan sanksi administrasi berupa denda : Rp 50.000 (SPT Masa). Rp 100.000 (SPT Tahunan) Memperpanjang Penyampaian SPT Wajib Pajak berhak memperpanjang waktu penyampaian SPT Tahunan hingga paling lama 6 bulan, misalnya karena : luasnya kegiatan usaha. Masalah-masalah teknis dalam penyusunan laporan keuangan. Sehingga sulit untuk memenuhi jangka waktu tersebut. Pembetulan SPT Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 tahun (dengan syarat sebelum dilakukan pemeriksaan atau penyidikan). Pembayaran / Penyetoran Pajak Setiap jenis pajak, ada jatuh tempo (jangka waktu) pembayarannya. Jika lewat jatuh tempo, dikenakan sanksi perpajakan berupa bunga penagihan, yang besarnya 2% per bulan. Sarana atau Bukti Pembayaran dilakukan dengan : Surat Setoran Pajak (SSP) à untuk PPh, PPN, PPnBM, dan Bunga Penagihan. Surat Setoran Bea (SSB) à untuk BPHTB Surat Tanda Setoran (STS) à untuk PBB. Tempat pembayaran dilakukan di : Bank, yang ditunjuk pemerintah. Kantor Pos. Tempat lain yang ditetapkan Menteri Keuangan. Pembukuan Dan Pencatatan A. Pembukuan Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan (Neraca dan Laba rugi) pada setiap tahun pajak terakhir. Yang wajib menyelenggarakan pembukuan : Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas. Wajib Pajak Badan. Pembukuan/pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan/kegiatan usaha yang sebenarnya. Pembukuan/pencatatan harus : Diselenggarakan di Indonesia. Menggunakan huruf Latin dan angka Arab. Disusun dalam bahasa Indonesia (bahasa asing, izin Menkeu) dan dalam mata uang Rupiah (mata uang asing, izin Menkeu). Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau kas. B. Pencatatan Pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto/penerimaan penghasilan sebagai dasar menghitung jumlah penghasilan neto. Pencatatan dapat dilakukan : Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas (dengan omzet di bawah Rp 600 juta/tahun). Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas. Wajib Pajak yang punya lebih dari 1 jenis usaha/tempat usaha, pencatatan harus dapat menggambarkan secara jelas jumlah peredaran/penerimaan bruto dari masing-masing jenis usaha / tempat usaha. HAK DAN KEWAJIBAN FISKUS Di samping Hak dan Kewajiban Wajib Pajak, Pemerintah yang menyelenggarakan tugas pelayanan, pembinaan dan penerangan/penyuluhan (Fiskus) juga memiliki Hak dan Kewajiban. Hak-Hak Fiskus Menerbitkan NPWP/Pengukuhan PKP secara jabatan. Menerbitkan ketetapan pajak (SKP, STP, SPPT). Menerbitkan Surat Paksa, dan melaksanakan penyitaan. Melakukan pemeriksaan dan penyegelan. Melakukan penyidikan. Menghapuskan dan mengurangkan sanksi administrasi. Pengukuhan NPWP/PKP Secara Jabatan Sesuai dengan self assessment system, WP/PKP harus dengan sukarela/ kesadaran sendiri mendaftarkan diri sebagai WP/melaporkan sebagai PKP. Jika tidak, berdasarkan data dan informasi atau ekstensifikasi, dilakukan penetapannya secara jabatan. KPP akan memberikan NPWP dan NPPKP. Penerbitan Ketetapan Pajak Atas pemeriksaan yang dilakukan, KPP akan menerbitkan ketetapan pajak (berupa SKP, STP, SPPT) sebagai dasar hukum besarnya penetapan pajak yang harus dibayar WP. Surat Paksa dan Penyitaan Bila hingga jatuh tempo pembayaran telah dilalui dan telah ditegor, maka atas utang pajak tersebut KPP (melalui Jurusita) menerbitkan dan melaksanakan Surat Paksa (SP), maupun Penyitaan (SPMP). Pemeriksaan dan Penyegelan Dalam menjalankan fungsi pembinaan, DJP melakukan pemeriksaan pajak terhadap WP untuk mengetahui tingkat kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau tujuan lain. Dalam hal WP tidak kooperatif, tidak memberikan dokumen/berkas yang diminta Pemeriksa, maka dilakukan penyegelan atas tempat dokumen/berkas tersebut. Penyidikan Bila WP diduga melakukan tindak pidana perpajakan, maka akan dilakukan penyidikan terhadap WP tersebut. Penyidikan dilakukan oleh PPNS. Bila terbukti melakukan tindak pidana perpajakan, akan diajukan ke Pengadilan untuk kelanjutannya. Kewajiban Fiskus • Membina Wajib Pajak • Menerbitkan SKPLB. • Merahasiakan data Wajib Pajak. Pembinaan Terhadap Wajib Pajak Guna melaksanakan fungsi pembinaan sehubungan dengan penerapan self assessment system. DJP wajib melakukan pembinaan terhadap WP seperti dalam hal: Pelaksanaan pembukuan/pencatatan. Penghitungan besarnya pajak. Pelaporan kewajiban pajak. Pembuatan Faktur Pajak. Administrasi perpajakan. Penerbitan SKPLB Jika dalam suatu masa pajak, atau tahun pajak ternyata menurut penghitungan WP terjadi lebih bayar, WP dapat mengajukan permohonan pengembaliannya (restitusi). Setelah melalui proses penelitian/pemeriksaan oleh Fiskus, bila ternyata menurut ketentuan UU Perpajakan lebih bayar, maka Fiskus akan menerbitkan SKPLB untuk pengembalian lebih bayar pajak. Kerahasiaan Data Wajib Pajak Atas data WP yang ada dan disampaikan kepada Fiskus, dirahasiakan untuk kepentingan di luar DWP. Sanksi-sanksi Perpajakan Yang Diatur Dalam KUP Sanksi-sanksi di bidang perpajakan sebagaimana yang diatur dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) dapat berupa : Sanksi administrasi terdiri; a. sanksi administrasi berupa bunga Sanksi administrasi yang dikenakan berupa bunga dihitung dalam bentuk persentase tertentu pada umumnya sebesar 2% (dua persen) sebulan. Untuk lebih jelas diberikan contoh sebagai berikut : 1) Dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena wajib pajak membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar. 2) Pemerintah memberikan bunga 2% (dua persen) sebulan atas kelambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak kepada Wajib Pajak. 3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak dibayar atau kurang dibayar, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKB ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan, paling lama dua puluh empat bulan, dihitung saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai diterbitkannya Surat Keputusan Pajak Kurang Bayar. b. sanksi administrasi berupa denda Sanksi administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak berupa denda adalah dihitung dalam bentuk jumlah uangnya atau dalam persentase. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut : 1) Apabila SPT tidak disampaikan atau disampaikan melewati batas waktu yang telah ditentukan dalam undang-undang maka di kenakan sanksi administrasi berupa denda, untuk SPT masa sebesar Rp 25.000,- dan untuk SPT tahunan sebesar Rp 50.000,2) Surat Tagihan Pajak (STP) dapat diterbitkan apabila pengusaha tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP). Terhadap PKP tersebut dikanakan sanksi administrasi berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP). 3) Surat tagihan pajak dapat diterbitkan apabila pengusaha tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak atau tidak mengisi selengkapnya faktur pajak dikenakan sanksi administrasi berupa benda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. c. sanksi administrasi berupa kenaikan Sanksi administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak berupa kenaikan adalah terhitung dalam bentuk persentase yang besarnya 50% atau lebih. Untuk lebih jelas diberi contoh sebagai berikut; 1) Jumlah pajak dalam surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) sebagai mana dimaksud pada pasal 13 ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf d undangundang KUP ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar. a) 50% dari pajak penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak. b) 100% dari pajak penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan. c) 100% dari pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah yang tidak atau kurang dibayar. 2) Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan dapat diterbitkan dalam jangka waktu sepuluh tahun, apabila ditemukan data baru dan/atau data semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Sanksi Pidana Terdiri dari : a. Sanksi pidana karena alpa Barang siapa karena kealpaannya tiak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya satu tahun dan denda setingginya dua kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. b. Sanksi pidana dengan sengaja. Barang siapa dengan sengaja : 1) Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), atau nomor pengukuhan pengusaha kena pajak (NPPKP), atau 2) Tidak menyampaikan SPT; atau 3) Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau 4) Memperlihatkan pembukuan pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau 5) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan dan meminjamkan buku catatan atau dokumen lainnya; atau. 6) Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara diancam dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun dan dengan setinggi-tingginya empat kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. c. Sanksi Pidana Karena Melakukan Pengulangan. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun terhitung sejak selesai menjalani pidana penjara yang dijatuhkan terhadapnya karena dilakukan dengan sengaja, maka ancaman pidana yang dikenakan lagi terhadapnya dilipat dua. Hal ini dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana di bidang perpajakan. d. Sanksi Pidana Karena Melakukan Percobaan Barang siapa melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana penyalahgunaan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP), atau menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun dan denda setinggi-tingginya 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Percobaan untuk melakukan tindak pidana di bidang perpajakan tertentu sebagai delik yang berdiri sendiri, karena tidak selesainya kejahatan tersebut bukan atas kemauan mereka. Daluwarsa Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, setelah lampau waktu 10 tahun sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Sanksi Pidana di Bidang Perpajakan Bagi Aparat Negara Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan segala sesuatu yang diketahui/ diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak karena jabatannya, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 tahun dan denda. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya merahasiakan segala sesuatu yang diketahui/diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak karena jabatannya, diancam dengan pidana selama-lamanya 2 tahun dan denda. Tuntutan pidana bagi aparat negara terhadap pelanggaran kewajiban merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau yang diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak karena jabatannya adalah merupakan delik aduan atau dijadikan tindak pidana pengaduan. Sanksi Pidana di Bidang Perpajakan Bagi Pihak Ketiga Barang siapa yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar termasuk yang menyuruh atau menganjurkan atau membantu melakukannya diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 1 tahun dan denda. Barang siapa dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 3 tahun dan denda. Jenis Formulir Jenis File SPT Tahunan PPh Orang 1770 (Lamp 2), 1770 (Induk), 1770 (Lamp 4), 1770 (Lamp 1) Pribadi (1770) SPT Tahunan PPh Orang 1770 S (Induk), 1770 S (Lamp 1), 1770S (Lamp 2) Pribadi (1770S) SPT Tahunan PPh Orang 1770SS Pribadi (1770SS) SPT Tahunan PPh Badan 1771_Rp(SPT), Lamp_Khusus_Rp (Rupiah) SPT Tahunan PPh Badan 1771_US$, Lamp_Khusus_US$ (Dollar) Perpanjangan SPT 1771_Y_Badan_Rupiah, 1771_Y_Badan_Dollar Tahunan PPh Badan SPT Masa PPh 21/26 1721_IV 1721_V 1721_VI 1721_VII 1721 1721_A1 1721_A2 17 21_I 1721_II 1721_III PSAK 46 PSAK 46 adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 yang resmi dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK ini mengatur cara perusahaan melaporkan pajak penghasilan (PPh) dalam laporan keuangannya, baik dalam laporan posisi keuangan maupun dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lainnya. Prinsip Dasar Akuntansi PPh Berdasarkan PSAK 46 PSAK 46 menggunakan konsep akrual dalam mengakui beban, aset dan kewajiban perpajakan. Akrual adalah cara dalam pembukuan yang menganggap biaya dan pendapatan bukan jumlah yang dibayarkan atau diterima saja. Sehingga setiap penghasilan menurut akuntansi, harus tetap memperhitungkan dampak pajak yang harus dibayar di masa mendatang maupun yang telah dibayar pada masa sekarang. Karena itu, timbul lah isitilah aset dan pajak tangguhan. Dengan kata lain, prinsip dasar akuntansi pajak penghasilaan yang diatur dalam PSAK 46 mengharuskan entitas mengakui pajak penghasilan yang kurang bayar dan pajak penghasilan yang lebih bayar dalam tahun berjalan. Apa Saja Ketentuan PPh yang Diatur PSAK 46? PSAK 46 mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan tentang bagaimana konsekuensi pajak kini dan masa depan untuk hal-hal berikut ini: 1. Pemulihan atau penyelesaian masa depan jumlah tercatat aset (liabilitas) yang diakui dalam laporan posisi keuangan perusahaan (entitas). 2. Transaksi dan peristiwa lain pada periode berjalan yang diakui dalam laporan keuangan entitas. Pernyataan standar akuntansi keuangan ini mensyaratkan entitas untuk menyamakan cara menghitung konsekuensi pajak atas transaksi dan peristiwa lain, dengan cara hitung transaksi dan peritiwa lain. Jadi, untuk transaksi dan peristiwa lain yang diakui dalam laba rugi, dampak pajak dari transaksi dan peristiwa tersebut juga diakui dalam laba rugi. Selanjutnya, segala dampak pajak yang timbul pada transaksi dan peristiwa lain yang diakui di luar laba rugi akan diakui di luar laba rugi juga. Cakupan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 PSAK 46 diterapkan pada akuntansi pajak penghasilan yang mencakup seluruh pajak dalam negeri dan luar negeri yang didasarkan pada laba kena pajak. Pajak penghasilan juga termasuk pajak-pajak, seperti pemotongan pajak atas distribusi kepada entitas pelapor yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi, atau pengaturan bersama. Dalam PSAK 46 dikenal istilah-istilah mengenai beban pajak (penghasilan pajak), laba akuntansi, laba kena pajak, pajak penghasilan, pajak penghasilan final, pajak kini, dan perbedaan temporer. Untuk diketahui, dasar pengenaan pajak atas aset adalah jumlah teratribusi atas aset untuk tujuan pajak dengan aset. Sementara dasar pengenaan pajak liabilitas adalah jumlah tercatat liabilitas dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan dengan liabilitas tersebut pada periode masa depan. Sumber: https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutanpajak#:~:text=Sistem%20pemungutan%20pajak%20merupakan%20sebuah,Self%20Assessment%20S ystem.&text=Withholding%20Assessment%20System. https://docplayer.info/52844734-Ringkasan-ketentuan-umum-dan-tata-cara-perpajakan.html http://pajak.vokasi.ui.ac.id/top-bar-header/sistem-informasi-perpajakan/formulir-pajak/ https://www.online-pajak.com/seputar-pph-final/psak-46-aturannya-terkait-akuntansi-pajakpenghasilan#:~:text=PSAK%2046%20mengatur%20perlakuan%20akuntansi,posisi%20keuangan%20p erusahaan%20(entitas).