Perjalanan Udara dan Frekuensi Kejang pada Individu dengan Epilepsy Kelompok 5 Abstrak • Penilitian ini mempelajari apakah perjalanan udara berkaitan dengan peningkatan frekuensi kejang pada individu dengan epilepsy. • 37 peserta di teliti frekuensi kejangnya selama satu minggu, sebelum terbang dan selama satu minggu setelah terbang. • Untuk sampel secara keseluruhan, kejang secara signifikan lebih umum setelah terbang (p= .02). • Tidak ada kejang dilaporkan selama penerbangan, • Peserta yang mengalami peningkatan kejang setelah terbang memiliki frekuensi ambang batas kejang yang tinggi (p= .004) dibandingkan dengan mereka yang tidak (a), • (b) lebih memungkinakan akan mengalami peningkatan kejang setelah terbang (hal. = .001), • (c) lebih khawatir mengalami kejang saat terbang (p= .001) dan • (d) lebih cenderung menghindari perjalanan udara (p= .02). • Peserta dengan kontrol kejang penuh sebelum terbang tidak mengalami kejang setelah terbang. • Jarak tempuh, zona waktu yang dilintasi, durasi penerbangan dan arah penerbangan tidak berbeda secara signifikan untuk mereka yang mengalami peningkatan kejang dibandingkan mereka yang tidak mengalami peningkatan kejang. • Studi menunjukan bahwa perjalanan udara mendorong peningkatan kejang bagi mereka yang memiliki riwayat kejang terkait penerbangan sebelumnya dan frekuensi dasar kejang yang relatif tinggi. Pendahuluan • Pergerakan tubuh didalam kabin sangat terbatas, penumpang terpapar lingkungan sempit, kering, hipobarik dan hipoksia serta paparan radiasi kosmik. • Perjalanan udara mencetuskan kejang -> ada potensi besar penderita epilepsy juga akan terpengaruh dalam kondisi penerbangan. • Tantangan fisiologis : Kurang tidur, desaturasi oksigen. • Orang dengan epilepsy : kejang muncul akibat fluktuasi kesadaran berkaitan dengan tidur seperti periode singkat tidur, bangun sesaat dan bangun di pagi hari saat masih mengantuk. • . Perjalanan udara yang lama dalam lingkungan tetap, gerakan terbatas dan aktivitas terbatas, dapat meningkatkan rasa kantuk dan periode aktivasi kortikal yang berkurang. • Ritme tidur mungkin terganggu selama beberapa hari setelah terbang, terutama dengan penerbangan yang diperpanjang (terutama perjalanan ke timur) • Perjalanan udara menurunkan ambang kejang -> Desaturasi oksigen kabin, oksigen rendah -> hiperventilasi kompensasi -> Ketidakstabilan metabolic > Kejang • Keadaan darurat medis dalam penerbangan terjadi pada sekitar satu dari setiap 39.000 penumpang dan sekitar 6% di antaranya adalah kejang.