NAMA : SEPTI FEBRI MULIA NY NO BP : 19011142 KELAS : 3C MATKUL : ANALISIS FISIKA KIMIA SOAL 1. Perbedaan SSA dengan Spektrofotometer emisi 2. Jelaskan prinsip kerja AES,ICP, FES 3. Jelaskan analisa kuantitatif secara a) Metoda kurva kalibri b) Metoda standar adisi 4. Artikel tentang spektrofotometer emisi minimal 3 (bahasa inggris). Buat perbedaan ke 3 artikel (buat resume dan lampirkan artikelnya) JAWABAN : 1. SSA -Sumber radiasinya ada 2 yaitu : kontinu (contohnya lampu deuteurium (D2) untuk UV, lampu wolfarm (W) untuk visible) dan diskontinu (contohnya lampu katoda cekung (hollow cathode lamp) dan electrodless lamp). - atom yang diukur : radiasi yang diserap oleh atom-atom yang tidak terksitasi. - teknik : jauh lebih luas, teknik tidak spesifik karna tidak dijumpai adanya masalah garis spektrum yang sempit. - waktu : lebih cepat - kemudahan penggunan : lebih mudah. SPEKTROFOTOMETER EMISI - Sumber radiasi:atomizer berfungsi ganda, selain untuk atomisasiunsur juga berfungsi sebagai sumber radiasi. Atom yang di ukur: radiasi yang dipancarkan dengan panjang gelombang tertentu oleh atom-atom yang tereksitasi. Teknik : Teknik kurang luas, teknik spesifik karena garis spektrum absorpsi atom sangat sempit dan energi transisi elektron sangat karakteristik untuk setiap unsur. Waktu : lebih lama Kemudahan penggunaan : lebih sukar Pada AAS, proses atomisasi dibantu oleh nyala apa dengan pembakar dari campuran bahan bakar dengan oksidan. Sedangkan pada AES, digunakan plasma untuk atomisasi 2. Pada AAS, yang diukur adalah panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh atom karena energi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Sedangkan AES seblaiknya, yaitu yang diukur adalah panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh atom karena energi dari keadaan terkesitasi kembali ke keadan dasar. 3. AAS bekerja dengan prinsip absorbansi yaitu penyerapan cahaya oleh sampel. Sedangkan AES menggunakan prinsip emisi yaitu dihasilkannya energi dari pemancaran cahaya karena elektron yang berpindah dari keadaan tereksitasi ke keadaan dasar. 2. Prinsip kerja AES Apabila atom suatu unsur ditempatkan dalam suatu sumber energi kalor (sumber pengeksitasi), maka elektron di orbital paling luar atom tersebut dalam keadaan dasar akan tereksitasi ke tingkat-tingkat energi elektron yang lebih tinggi. Karena keadaan tereksitasi itu merupakan keadaan yang sangat tidak stabil maka elektron yang tereksitasi itu akan segera kembali ke tingkat energi semula yaitu kekeadaan dasarnya (ground state). Pada waktu atom yang tereksitasi itu kembali ketingkat energi lebih rendah yang semula, maka kelebihan energi yang dimilikinya sewaktu masih dalam keadaan tereksitasi akan „dibuang‟ keluar berupa „emisi sinar‟ dengan panjang gelombang yang karakteristik bagi unsur yang bersangkutan. Prinsip kerja ICP Prinsip utama dari ICP adalah medapatkan unsur-unsur yang memancarkan karakteristik cahaya pada panjang gelombang yang bisa di ukur. ICP perangkat keras dirancang untuk menghasilkan plasma, yang mana atom dalam berbentuk gas hadir dalam keadaan terionsasi. Susunan dasar dari ICP adalah terdiri dari 3 tabung, terbuat dari silika. Tabung ini yaitu : termed outer loop, intermediate loop, and inner loop, yang bersama menyusun obor ICP. Obor di posisikan dalam water-colled coil dari suatu frekuensi radio generator. Gas di alirkan dalam obor, frekuensi radio bidang di aktifkan, dan gas di daerah coil di buat secara elektris prinsip kerja FES Nyala dari gas menyebabkan atom tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Atom yang tereksitasi kembali ke tingkat dasar dan mengemisikan sebagian atau seluruh energi dalam bentuk radiasi. Radiasi yang diemisikan diukur. Energi yang diemisikan sebanding dengan jumlah atom yang dianalisa (analisa kuantitatif). Tingkat energi eksitasi adalah khas untuk atom unsur logam tertentu sehingga radiasi yang diemisikan oleh atom unsur adalah khas pula untuk logam yang bersangkutan (identifikasi kualitatif). 3. a . Metoda Kalibrasi Standar Pembuatan Kurva Kalibrasi (SNI 6989.78: 2011) Larutan standar Hg dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,2,4,6, dan 8 ppb diambil sebanyak 100 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu tambahkan dengan hatihati 5 ml H2SO4 pekat dan 2,5 ml HNO3 pekat kedalam masing-masing erlenmeyer, selanjutnya ditambahkan 15 ml larutan KmnO4 ke dalam masing-masing erlenmeyer dan biarkan selama 15 menit. Kemudian tambahkan 8 ml larutan K2S2O8 kedalam masing-masing erlenmeyer dan dipanaskan diatas penangas air 95’C selama 2 jam. Selanjutnya didinginkan sampai suhu kamar.kemudian ditambahkan kira” 6 ml larutan (NH2OH)2NaCl sampai warna ungu hilang sempurna, setelah 30 detik kemudian masing” erlenmeyer tambahkan 5 mL larutan SnCl2 dan diukur sesuai petunjuk penggunaan alat spektrofotometer serapan atom uap dingin. Kemudian dibaca nilai absorbansi maksimum masing – masing larutan standar merkuri serta di buat kurva kalibrasinya atau ditentukan persamaan garis lurusnya. Uji Intersep Persamaan garis tersebut kemudian diuji statistik regresi linear dengan menguji rentang kepercayaan intersep dengan tujuan untuk melihat ada atau tidaknya bias sistematik. Penentuan Kadar Merkuri dalam Air Sungai dengan Menggunakan Metoda Kalibrasi Standar. Sampel air sungai sebanyak 100 mL yang telah diasamkan kemudian tahapan pengerjaannya sesuai dengan pembuatan kurva kalibrasi. Pengukuran di diulangi sebanyak tiga kali b . Metoda Adisi Standar Pembuatan Kurva Adisi Standar Larutan sampel air sungai diambil sebanyak 10 mL dan dipindahkan kedalam lima buah labu ukur 100 mL kemudian di tambahkan larutan standar Hg ke dalam masing masing labu yaitu sebanyak 0, 2, 4, 6 dan 8 mL. Masing– masing labu reaksi tersebut ditambahkan air sampai tanda batas, kemudian masing-masing labu reaksi dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan hati–hati 5 mL H pekat dan 2,5 mL HNO pekat ke dalam masing–masing erlenmeyer, selanjutnya ditambahkan 15 mL larutan KMnO3 ke dalam masing–masing erlenmeyer dan dibiarkan selama 15 menit. Kemudian ditambahkan 8 mL larutan K2S2O84 ke dalam masing–masing erlenmeyer dan dipanaskan diatas penangas air 95oC selama 2 jam, dan didinginkan sampai suhu kamar. Selanjutnya ditambahkan kira–kira6 mL larutan (NH2OH)2NaCl sampai warna ungu hilang sempurna, setelah 30 detik kemudian masing– masing erlenmeyer ditambahkan 5 mL larutan SnCl dan diukur sesuai petunjuk penggunaan alat spektrofotometer serapan atom uap dingin. Kemudian dibaca nilai absorbansi maksimum masing – masing larutan standar merkuri serta dibuat kurva adisi standarnya atau ditentukan persamaan garis lurusnya. Pengukuran diulangi sebanyak tigakali. 4. Dalam penelitian ini, ada dua metode analisis yang berbeda telah diterapkan untuk penentuan boron di Turki varietas kemiri. Hasil yang diperoleh ICP-OES di 249,773 nm dan spektrofotometri Azomethine H metode telah dibandingkan dengan menggunakan '' perbandingan berpasangan uji-t '. Nilai rata-rata dan standar deviasi sebesar kedua metode ini dan parameter lain untuk perbandingan diberikan pada Tabel 1.Kisaran hasil untuk kandungan boron yang ditemukan oleh spektrofotometri dan ICP-OES adalah 13,9-22,2 mg / kg dan 13,8-20,6 mg / kg, masing-masing. Dalam semua kasus oleh menerapkan uji signifikansi nilai P yang dihitung ditemukan lebih besar dari 0,05, menunjukkan bahwa perbedaan antara hasil dari dua metode tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Kedua metode tersebut, Oleh karena itu, dapat dipercaya untuk memberikan hasil dengan tingkat akurasi yang sama. Mengenai akurasi absolut, SRM-1573a, daun tomat digunakan; bersertifikat nilai B adalah 33,3 mg / kg. Nilai-nilai yang ditemukan dengan spektrofotometri dan ICP-OES adalah 30.5 3.6 dan 32.7 1.2, masing-masing; menunjukkan bahwa kedua metode memberikan hasil yang memadai hasil yang akurat. Untuk menghilangkan kemungkinan apapun kesalahan karena gangguan spektral, analitik lainnya jalur untuk B yaitu 208.893, 208.959 dan 249.678 nm juga digunakan; hasilnya ternyata tidak signifikan berbeda dari yang dilaporkan untuk keduanya sampel dan SRM-1573a menggunakan panjang gelombang 249.773 nm. Selain itu, semua profil puncak diperiksa dan tidak ada gangguan spektral diamati. https://www.researchgate.net/profile/Atilla_Simsek2/publication/257163287_Determi nation_of_boron_in_hazelnut_Corylus_avellana_L_varieties_by_inductively_coupled _plasma_optical_emission_spectrometry_and_spectrophotometry/links/5caefb284585 156cd78f73a4/Determination-of-boron-in-hazelnut-Corylus-avellana-L-varieties-byinductively-coupled-plasma-optical-emission-spectrometry-andspectrophotometry.pdf Kami dapat mendeteksi bagian kurang dari 1 BP per 107 nukleotida in vitro dimodifikasi BPDE-DNA oleh fluorescence menggunakan pemindaian sinkron dengan AX 34 nm setelah menghidrolisis DNA dalam 0,1 M HCI pada 900C. Acberdasarkan hasil awal, metode tersebut harus dapat digunakan untuk pemantauan biologis pada manusia yang terpapar, tetapi verifikasi kuantitas dan spesifisitas metode kebutuhan hewan percobaan in vivo. Perkembangan lebih lanjut dari pendekatan ini termasuk derivspektroskopi atif, yang rutin, kuat, dan teknik yang berguna untuk membantu resolusi spektrum kompleks (24). Metode yang menarik adalah pemindaian tiga dimensi- ning (Gbr. 5) dimana AX terbaik untuk adduct baru / senyawa mungkin ditemukan. Peta kontur dari tigagambar dimensi memungkinkan untuk menemukan situs puncak dengan akurasi tinggi dan mungkin memberikan semacam "jari print "dalam kasus yang rumit (Harris dan LaVeck, perkomunikasi pribadi). https://ehp.niehs.nih.gov/doi/abs/10.1289/ehp.8562101