Uploaded by User99085

LAPORAN KONDUKTIVITAS KELOMPOK 5.pdf

advertisement
Laporan Praktikum
Instrumentasi
Dosen Pembimbing
Dra.Wisrayetti, MSi
PENGUKURAN KONDUKTIVITAS
Kelompok V
Kelas B
ANDIKA FIKRAM
(1807035827)
JAMALUDIN AKBAR
(1807024792)
SASKIA LIDYA PUTRI
(1807035737)
WAHYU BIYAN FRANTAMA (1807035693)
LABORATORIUM DASAR PROSES DAN OPERASI PABRIK
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
ABSTRAK
Konduktivitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan (larutan, gas
maupun logam) dalam menghantarkan atau mentransfer arus listrik. Konduktivitas
larutan berkaitan dengan kadar ion yang terdapat dalam suatu sistem larutan. Tujuan
dari percobaan ini yaitu mempelajari dasar-dasar pengukuran menggunakan alat
konduktometer dan mempelajari pengaruhi jenis larutan terhadap konduktivitas suatu
larutan. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan tiga jenis larutan yaitu larutan
NaCl, NaOH dan H2SO4. Masing-masing larutan konsentrasinya yaitu 0,9 %.
Berdasarkan percobaan terhadap larutan NaCl 0,9 % sebanyak dua kali percobaan
didapati nilai konduktivitas dari larutan tersebut adalah 1178, 1180 dan 1181 µs/cm dan
rata-rata 1179,6667 µs/cm. Nilai konduktivitas larutan NaOH dengan konsentrasi yang
sama didapatkan hasil 2009, 2047 dan 2051 µs/cm dan rata-rata 2035,6667 µs/cm.
Sedangkan konduktivitas larutan H2SO4 dengan konsentrasi yang sama tidak
mendapatkan nilai dari konduktometer dikarenkan konsentrasi yang terlalu tinggi. Maka
dapat disimpulkan bahwa jenis larutan dan konsentrasi larutan (elektrolit) berpengaruh
terhadap konduktivitas larutan, dan peningkatan konsentrasi larutan baik NaCl, NaOH
maupun H2SO4 akan menyebabkan nilai konduktivitas meningkat pula.
Kata kunci : konduktivitas, konduktometer, NaCl, NaOH, H2SO4.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
1.
Tujuan Percobaan
Mempelajari dasar-dasar pengukuran dengan menggunakan
konduktometer.
2.
Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi terhadap konduktifitas suatu
larutan.
1.2
Tinjauan Pustaka
1.2.1
Pengertian Konduktivitas
Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan (larutan, gas, atau logam)
untuk menghantarkan arus listrik. Dalam suatu larutan, arus listik dibawa oleh
kation-kation dan anion-anion, sedangkan dalam logam arus listrik dibawa oleh
electron-elektron. Daya hantar listrik merupakan kebalikan dari hambatan listrik
(R). Daya hantar listrik disebut Konduktivitas. Satuannya disingkat Ω-1cm-1.
Konduktivitas digunakan untuk pengukuran larutan/cairan elektrolit. Konsentrasi
elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas (Supriyana, 2004).
Energi listrik dapat di transfer melalui materi berupa hantaran yang
bermuatan listrik yang berwujud arus listrik. Ini berarti bahwa harus terdapat
pembawa muatan listrik di dalam materi serta adanya gaya yang menggerakkan
pembawa muatan tersebut. Pembawa muatan dapat berupa elektron seperti logam,
dapat pula berwujud ion positif dan ion negatif seperti dalam larutan elektrolit dan
lelehan garam. Pembawa muatan yang berwujud logam disebut elektrolit atau
metalik, sedangkan pembawa muatan yang berupa larutan disebut ionik atau
elektrolit. Gaya listrik yang membuat muatan bergerak biasanya berasal dari
baterai, generator atau sumber energy listrik yang lain. Perpindahan muatan listrik
dapat terjadi bila terdapat beda potensial antara satu tempat terhadap yang lain,
dan arus listrik akan mengalir dari tempat yang meiliki potensial tinggi ke tempat
potensial rendah. Terjadinya arus listrik didalam suatu larutan dikarenakan adanya
ion yang bergerak (Supriyana, 2004).
Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
•
Konsentrasi
•
Pergerakan ion-ion
•
Valensi ion
•
Suhu
Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi
nilai konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan sebanding dengan nilai daya
hantar molar larutan dimana hantaran molar juga sebading dengan konduktivitas
larutan. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas molar
(∆m). Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi
larutan sebesar satu molar. Larutan encer, ion-ion dalam larutan tersebut mudah
bergerak sehingga daya hantarnya semakin besar. Larutan yang pekat, pergerakan
ion lebih sulit sehingga daya hantarnya menjadi lebih rendah. Hal lain yang
mempengaruhi
daya
hantar
listrik
selain
konsentrasi
adalah
jenis
larutan (Sukardjo, 1997).
1.2.2
Larutan Elektrolit
Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokkan senyawa
yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Berdasarkan daya hantarnya, senyawa
dibagi menjadi elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah zat yang dapat
menghantarkan listrik atau zat yang di dalam larutanya akan terdisosiasi atau akan
terurai
menjadi
ion-ionnya
yang
menyebabkan
kemampuannya
untuk
menghantarkan listrik. Ditinjau dari kesetimbangan peruraiannya atau derajat
disosiasinya, elektrolit dibagi menjadi: elektrolit kuat, yaitu zat yang dalam
larutannya terdisosiasi sempurna atau sebagian besar menjadi ion-ion. Zat ini
sangat mudah terionisasi dalam larutan, dengan derajat ionisasi 1 atau mndekati 1,
misalnya garam-garam alkali, asam kuat dan basa kuat. Elektrolit lemah, yaitu zat
yang dalam larutannya hanya sebagian kecil terdisosiasi menjadi ion-ion. Zat ini
sukar terionisasi, derajat ionisasinya mendekati 0, misalnya sebagian kecil garamgaram, asam lemah dan basa lemah (Supriyana, 2004).
Senyawa yang larutanya dalam air tidak dapat menghantarkan listrik
disebut larutan nonelektrolit. Jika sepasang elektroda dicelupkan ke dalam larutan
elektrolit dan dialiri dengan sumber arus searah, maka ada kemungkinan arus
yang mula-mula besar menjadi mengecil, ini terjadi karena kemungkinan terjadi
peristiwa elektrolisis yang menyebabkan timbulnya lapisan di permukaan
elektoda. Hal ini menyebabkan daya hantarnya menjadi berkurang, sehingga
untuk mencegah hal tersebut pada larutan elektrolit digunakan arus bolak-balik.
Jika dalam larutan elektrolit dihubungkan tegangan melalui kedua elektroda, maka
akan timbul medan listrik antara kedua elektroda tersebut, akibatnya ion positif
akan bergerak menuju elektroda negatif (anoda) untuk mengambil elektron dari
elektroda ini (oksidasi), sedangkan ion negatif akan bergerak menuju elektroda
positif (katoda) untuk menyerahkan elektron pada elektroda ini (reduksi). Ini
berarti dalam larutan elektrolit ini terjadi penghantaran muatan dari elektroda
yang satu menuju elektroda yang lain dengan jalan diangkut oleh ion-ion
(Sukardjo, 1997).
Zat elektrolit dalam air akan terurai menjadi ion-ion dan mereka akan
bergerak kearah elektroda yang muatannya berlawanan (ion negatif akan bergerak
ke elektroda positif dan ion positif akan bergerak ke elektroda negatif).
Pergerakan ion-ion ini ekivalen dengan aliran elektron sepanjang kawat logam.
Larutan yang mengandung suatu elektrolit mampu menghantarkan arus
listrik. Arus listrik dapat dianggap sebagai aliran elaktron yang membawa aliran
negatif melalui suatu pengantar. Perpindahan muatan ini terjadi karena adanya
perbedaan potensial antara dua tempat tersebut.Arus listrik akan mengalir dari
tempat yang potensialnya tinggi ke tempat potensialnya rendah. Jika suatu
elektroda yang dialiri listrik dengan potensial sama, maka arus yang dihasilkan
tergantung pada besarya tahanan. Makin besar tahanan, semakin kecil arus yang
dihasilkan (Bird, 1987).
1.2.3 Mekanisme Penghantar Listrik
Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan perpindahan
elektron dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang lebih rendah.
Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam, penghantaran
berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui penghantar dengan
pengaruh dari potensial yang diterapkan. Dalam hal ini atom-atom penyusun
penghantar tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada penghantar
elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan garam-garam,
penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif maupun
negatif menuju elektroda-elektroda. Mekanisme elektrolisis adalah bahwa
elektron masuk dan keluar dari larutan terjadi melalui perubahan kimia pada
elektroda-elektrodanya (Masykuri, 2010).
1.2.4 Konduktivitas Molar
Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini
tidak biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran listrik dalam suatu
larutan elektrolit. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan memiliki
hantaran jenis yang berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi yang
berbeda mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh
ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit
didefinisikan sebagai konduktivitas molar (A).
A=
Keterangan: A
C
Ls
C
= konduktivitas molar (S.m2.mol-1)
= konsentrasi molar zat terlarut (mol dm-3)
Ls = daya hantar jenis (Sm-1)
1.2.5 Ketergantungan Konduktivitas Terhadap Konsentrasi
Berdasarkan hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua yaitu elektrolit
kuat (garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat dan klorida) dan
elektrolit lemah (seperti asam asetat dan asam organic lainnya). Elektrolit kuat
mempunyai hantaran molar yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan
elektrolit lemah. Untuk elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion,
konsentrasi ionnya berbanding lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini
terjasi karena adanya interaksi diantara ion-ion yang mempengaruhi hantaran
jenisnya.Interaksi ini berubah dengan berubahnya konsentrasi (Masykuri, 2010).
Menurut Kohlrausch, pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk
semua elektrolit berlangsung sempurna dan semua gaya antar ion hilang, masing-
masing ion dalam larutan bergerak bebas dan tida bergantung pada ion
pasangannya. Kontribusinya terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada
sifat dari ionnya tersebut. Jadi gaya hantar molar setiap elektrolit pada
pengenceran tak hingga merupakan jumlah dari gaya hantar molar ion-ionnya
pada pengenceran tak hingga (Masykuri, 2010).
1.2.6 Konduktivitas Elektrik
Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik
dari larutan. Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm3(ml)
larutan. Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain untuk mendeteksi
pengotoran air karena zeolit atau zat kimia seperti limbah industri, pengolahan air
bersih dan lain lain. Karena relevansi antara konduktivitas dengan konsentrasi
larutan maka untuk menentukan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara
mengukur konduktivitas larutan tersebut. Dalam hal itu hubungan antara
konduktivitas dan konsentrasi telah ditentukan (Sinaga, 2010).
Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat
mengahantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik
ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan. Jika
harga konduktivitas dari berbagai macam larutan elektrolit diketahui, maka untuk
menentukan konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan dengan mengalirkan arus
melalui larutan dan mengukur resistivitas atau konduktivitasnya. Gambar 1.1
menunjukkan hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi untuk beberapa jenis
larutan pada suhu tertentu.
Gambar 1.1 Hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi untuk berbagai jenis
larutan pada suhu 18 °C (Sumber: Sinaga, 2010)
Dalam satuan sistem internasional (SI), satuan mho diganti dengan siemens.
Untuk suatu konduktivitas, mho/cm sama dengan mikro siemens per centimeter
(𝝻S/cm). Namun karena pada SI satuan panjang yang digunakan ialah dalam
satuan meter maka satuan konduktivitas adalah mikro siemens per meter. Pada
peralatan ukur konduktivitas di industri, luas permukaan elektroda dapat lebih
ataupun kurang dari 1 cm dan jaraknya dapat lebih jauh maupun lebih dekat dari 1
cm.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1
Alat
1. Konduktometer
2. Gelas Kimia 50 ml
3. Gelas Ukur 10 ml
4. Corong
5. Batang Pengaduk
6. Timbangan Analitik
7. Pipet Tetes
8. Labu Ukur 100 ml
2.2
Bahan
1. Aquadest
2. NaCl
3. NaOH
4. H2SO4 98%
Konduktometer
sampel
Gambar 2.1 Skema Peralatan Praktikum Pengukuran Konduktivitas
2.3
Cara Kerja
2.3.1 Kalibrasi Konduktometer
1. Larutan NaCl 0,9 % dibuat melarutkan 0,05265 gr NaCl dengan aquadest
dalam labu ukur 100 ml.
2. Elektroda dari konduktometer dicelupkan kedalam larutan
3. Konduktivitas yang didapat kemudian dicatat
4. Pengukuran Konduktivitas diulangi pada larutan NaOH, dan H2SO4 dengan
konsentrasi yang sama.
5. Konduktivitas air diukur
6. Kurva konduktivitas dan konsentrasi dibuat untuk masing-masing larutan
2.3.2 Pembuatan Larutan ( NaOH, NaCl, dan H2SO4 ) 0,9 %
•
Pembuatan Larutan NaOH
1. Padatan NaOH ditimbang sebanyak 0,036 gr
2. NaOH dilarutkan dengan aquadest didalam gelas kimia
3. Larutan NaOH dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan
aquadest hingga tanda batas
4. Larutan NaOH didalam labu ukur digoyangkan agar homogeny
•
Pembuatan Larutan NaCl
1. Padatan NaCl ditimbang sebanyak 0,05265 gr
2. NaCl dilarutkan dengan aquadest didalam gelas kimia
3. Larutan NaCl dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan
aquadest hingga tanda batas
4. Larutan NaCl didalam labu ukur digoyangkan agar homogen
•
Pembuatan Larutan H2SO4
1. Padatan H2SO4 ditimbang sebanyak 2,00376 gr
2. H2SO4 dilarutkan dengan aquadest didalam gelas kimia
3. Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquadest
hingga tanda batas
4. Larutan H2SO4 didalam labu ukur digoyangkan agar homogen
2.3.3 Pengukuran Konduktivitas Larutan ( NaCl, NaOH, H2SO4 ) 0,9 %
1. Larutan NaCl, NaOH, dan H2SO4 yang telah dibuat dimasukkan kedalam
gelas kimia 100 ml
2. Elektroda dari konduktometer dicelupkan kedalam larutan.
3. Konduktivitas yang ditunjukkan konduktometer kemudian dicatat.
4. Pengukuran konduktivitas dilakukan masing-masing tiga kali percobaan
5. Percobaan 1 s/d 4 di ulangi pada larutan NaOH 0,9 % dan H2SO4 0,9 %, dan
setiap pengukuran konduktivitas, elektroda dari konduktometer dicelupkan
kedalam aquadest terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan tissue
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil Percobaan
Data hasil percobaan pengukuran konduktivitas NaOH dan NaCl dapat
dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Data hasil percobaan konduktivitas NaOH, NaCl dan H2SO4
Konduktivitas (µS/cm)
Larutan
Konsentrasi %
1
2
3
Rata-rata
NaOH
0.90%
1178
1180
1181
1179.67
NaCl
0.90%
2009
2047
2051
2035.67
H2SO4
0.90%
+ 9990
+ 9990
+ 9990
+ 9990
3.2.
Pembahasan
Dari data yang dihasilkan, dapat dibuat grafik seperti Gambar 3.1
H2SO4
9990
Konduktivitas (µs/cm)
8990
7990
6990
5990
4990
3990
2990
1990
NaCl, 2035.67
NaOH, 1179.67
990
-10
0.90%
Konsentrasi (%)
Gambar 3.1 Grafik konduktivitas NaOH, NaCl, dan H2SO4 dengan konsentrasi
0,9 %
Dari Tabel 3.1 dapat dilihat nilai konduktivitas dari masing-masing zat
yaitu NaOH memiliki konduktivitas 2009 µS/cm pada percobaan pertama, 2047
µS/cm pada percobaan kedua dan 2051 µS/cm pada percobaan ketiga. Sedangkan
NaCl memiliki konduktivitas 1178 µS/cm pada percobaan pertama, 1180 µS/cm
pada percobaan kedua dan 1181 µS/cm pada percobaan ketiga. Jika di rata-rata
kan NaOH memiliki konduktivitas 1179,67 µS/cm dan NaCl 2035,67 µS/cm.
Sedangkan untuk H2SO4, tidak didapatkan nilai konduktivitas dikarenakan
konsentrasi yang terlalu tinggi. Perbedaan nilai antara percobaan pertama dan
percobaan kedua pada larutan NaOH dan NaCl disebabkan oleh kadar atau jumlah
ion yang berbeda ketika melakukan pengukuran konduktivitasnya. Ion-ion yang
membawa muatan listrik bergerak secara acak didalam larutan dan saling
bertumbukan satu sama lain. Selama ion-ion saling bertumbukan maka terjadi
pula proses transfer arus listrik dalam waktu sepersekian detik.
Dari Gambar 3.1 dapat dilihat perbandingan konduktivitas antara NaOH
dan NaCl yaitu konduktivitas NaOH lebih besar daripada NaCl. Ini dikarenakan
NaOH merupakan larutan penghantar listrik yang baik di bandingkan NaCl. Hal
ini terjadi karena NaOH merupakan larutan basa kuat, sedangkan larutan NaCl
yang memiliki konduktivitas lebih rendah dikarenakan NaCl hanya memiliki
kemampuan mengalirkan elektrolit jika dilarutkan pada senyawa polar, sehingga
NaCl tidak bersifat elekrolit kuat di dalam semua pelarut. Hal ini berarti,
konduktivitas
dipengaruhi juga oleh jenis larutan, setiap jenis larutan juga
memiliki kemampuan daya hantarnya tersendiri sehingga memiliki konduktivitas
yang berbeda-beda. Pada pengukuran konduktivitas terhadap larutan H2SO4
dengan konsentrasi yang sama yaitu 0,9 %, konduktometer tidak dapat membaca
konduktivitas dari H2SO4 dikarenakan konsentrasi H2SO4 yang terlalu tinggi. Ini
berarti bahwa selain jenis larutan, konsentrasi larutan juga mempengaruhi
konduktivitas.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Dari percobaan ini didapat beberapa kesimpulan yaitu :
1.
Konduktivitas larutan dapat dihitung dengan alat konduktometer dengan
mencelupkan sel elektroda kedalam larutan.
2.
NaOH memiliki konduktivitas tertinggi yaitu 2035,67 µS/cm, dan NaCl
memiliki konduktivitas terendah yaitu 1179,67 µS/cm, sedangkan
konduktivitas H2SO4 tidak dapat dibaca oleh konduktometer dikarenakan
konsentrasi yang tinggi.
3.
4.2.
Jenis larutan dan konsentrasi dapat mempengaruhi konduktivitas.
Saran
Saat melakukan percobaan, sel elektroda harus tercelup dengan baik
kedalam larutan sehingga nilai konduktivitas yang terbaca lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, T. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Masykuri. 2010. Konduktometri. FKIP Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Sinaga. 2010. Study Flowmeter Magnetik. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rinaka Cipta: Yogyakarta.
Supriyana. 2004. Kimia untuk Universitas jilid II. Erlangga: Jakarta.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Judul Praktikum
: Pengukuran Konduktivitas
Hari/Tanggal Praktikum
: Rabu, 9 Desember 2020
Nama Kelompok
: 1. Andika Fikram
2. Jamaludin Akbar
3. Saskia Lidya Putri
4. Wahyu Biyan Frantama
Hasil Percobaan
:
Konduktivitas (µs/cm)
Larutan
Konsentrasi %
1
2
3
Rata-rata
NaOH
0.90%
1178
1180
1181
1179.67
NaCl
0.90%
2009
2047
2051
2035.67
H2SO4
0.90%
+ 9990
+ 9990
+ 9990
+ 9990
Pekanbaru, 9 Desember 2020
Mewakili
Mengetahui
Praktikan,
Asisten,
Andika Fikram
Hotman Sihite
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B. 1. Pembuatan Larutan
1. Larutan NaOH 0,9 %( 0,009 N )
N
𝑔𝑟
=
𝐵𝐸
X
𝑚
0,009 = 40 X
1000
𝑉
1000
100
10 m = 40 x 0,009
10 m = 0,36
m
= 0,036 gr
2. Larutan NaCl 0,9 %( 0,009 N )
𝑔𝑟
N = 𝐵𝐸 X
1000
𝑚
0,007 = 58,5 X
𝑉
1000
100
10 m = 58,5 x 0,009
10 m = 0,5265 gr
m
= 0,05265 gr
3. Larutan H2SO4 0,9 %( 0,009 N )
N1 × V1
= N2 × V2
0,98× V1
= 0,009 × 100 ml
V1
= 0,9
V1
= 1,089 ml
ρ
=
m
=ρ.V
m
= 1,84 gr/ml × 1,089 ml
m
= 2,00376
𝑚
𝑉
B. 2. Perhitungan pH
1. Larutan NaOH 0,9 %( 0,009 N )
[OH-]
= 1 × 0,009
= 0,009
p[OH-] = -log OH= -log 0,009
= -log 9×10-3
= 3 -log 9
= 2,04
pH
= 14 - 2,04
= 11,96
2. Larutan H2SO4 0,9 %( 0,009 N )
[H+]
= 2 × 0,009
= 0,0018
pH
= -log [H+]
= -log 0,0018
= -log 1,8 × 10-3
= 3 -log 1,8
= 2,74
Download