Unduh Naskah Lengkap Artikel - Jurnal AKBID Citra Medika Surakarta

advertisement
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER LEHER RAHIM
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.MOEWARDI
KOTA SURAKARTA
Characteristics of Patients with Cervical Cancer in the General Hospital
Dr.Moewardi Surakarta
Andri Nur Sholihah, Dini Sustrianti
Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta
ABSTRACT
Cervical cancer ranks first cause of death among women. Every year, there are more
than 15,000 cases of cervical cancer and more than 8,000 people died. Every 1 hour
in Indonesian woman died of cervical cancer. At the General Hospital Dr.Moewardi
Surakarta, cervical cancer cases from January to December 2011 there were 935
patients.The purpose of this research is to portray the characteristics of cervical
cancer patients at General Hospital Surakarta Dr.Moewardi.
This research method is the preparation of EI using descriptive method, performed at
the General Hospital Surakarta Dr.Moewardi to retrieve data based on the
characteristics of hospitalized patients on age, parity, age at marriage, and the type
of contraception used.
The results of this study the characteristics of cervical cancer patients at the General
Hospital Surakarta Dr.Moewardi after the data is taken and if the results obtained in
cervical cancer patients aged 20-35 years with characteristic 5 people (5%) and 3655 years 95 people (95%). No parity nulliparous, primiparous 21 cases (21%),
multiparous 74 cases (74%), grandemultipara 5 cases (5%). Age when married < 20
years 87 cases (87%), > 20 years 13 cases (13%). Type of contraceptive pill used 16
cases (16%), injecting 5 cases (5%), IUD 68 cases (6 %), no AKBK , MOW 11 cases
(11%).
Suggestions of this study are expected to be developed for the next, with a deeper
peeling of the factors that are considered as the cause of cervical cancer, the results
of which can add to the health science field.
Keywords : characteristics of cervical cancer
sebagian besar (> 70%) pasien berobat
ke dokter dalam kondisi yang sudah
parah dan sulit disembuhkan. Hanya
sekitar 2% dari wanita di Indonesia yang
memiliki pengetahuan tentang kanker
serviks dan menurut data dari badan
PENDAHULUAN
Kurangnya pengetahuan masyarakat,
terutama kaum hawa mengenai kanker
serviks
dan
keengganan
untuk
melakukan deteksi dini menyebabkan
32
kesehatan dunia (WHO), kanker serviks
merupakan penyebab kematian Nomor 2
di dunia yang menimpa kaum hawa.
Setiap tahun, tidak kurang dari 250 jiwa
wanita meninggal dunia akibat kanker
serviks dan setiap 2 menit seorang
wanita di dunia meninggal dunia
meninggal dunia karena kanker jenis ini
(Aulia, 2012; h. 7-9).
Hasil penelitian di Australia
dilaporkan setidaknya ada 85 penderita
kanker serviks dan 40 pasiennya
meninggal dunia. Data yang didapat dari
Yayasan Kanker Indonesia (tahun 2007)
menyebutkan setiap tahunnya sekitar
500.000
perempuan
didiagnosa
menderita kanker serviks dan lebih dari
250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta
perempuan di dunia menderita kanker
serviks (Aminati, 2013; h. 25). Di
Indonesia kanker serviks menduduki
peringkat pertama penyebab kematian
wanita. Setiap tahun, terdapat lebih dari
15.000 kasus kanker serviks dan lebih
dari 8.000 orang meninggal dunia.
Setiap 1 jam seorang wanita di
Indonesia meninggal dunia karena
kanker serviks (Aulia, 2012, h. 8).
Insiden
kanker
serviks
menurut
perkiraan DEPKES, 100 per 100.000
penduduk pertahun, sedangkan dari data
Laboratorium Patologi Anatomi seluruh
Indonesia, frekuensi kanker serviks
paling tinggi diantara kanker yang ada di
Indonesia, bila dilihat penyebarannya
terlihat bahwa 92,4 % terakumulasi di
Jawa dan Bali (Suryati dan Anna, 2011;
h. 152).
Data dari
Dinas
Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah menunjukkan
bahwa Kota Semarang adalah kota
yang mengalami kasus kanker serviks
terbanyak di Propinsi Jawa Tengah.
Pada tahun 2008 Kota Semarang
mempunyai jumlah pasien kanker
serviks sebanyak 4.591 pasien, yang
kedua Kota Surakarta dengan 1.667
pasien dan ketiga Kabupaten Demak
dengan 386 pasien. Dari tahun ke
tahun jumlah penderita kanker serviks
mengalami peningkatan. Hal ini di
buktikan pada tahun 2009, Semarang
masih menjadi kota terbesar dengan
kasus kanker serviks yang menjadi
5.856 pasien, kedua Kota Surakarta
dengan 1.677 pasien dan ketiga
Kabupaten Grobogan dengan 153
pasien. (Depkes RI, 2010)
Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Moewardi, kasus kanker leher rahim
pada bulan Januari sampai desember
2011 terdapat 935 orang pasien. Dengan
adanya fenomena seperti itu yaitu masih
banyaknya angka kejadian kanker leher
rahim di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Moewardi yang tergambar diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang karakteristik penderita
Kanker Leher Rahim di RSUD Dr.
Moewardi.
Tujuan penelitian ini adalah
menggambarkan karakteristik penderita
kanker leher rahim di Rumah Sakit
Umum Daerah DR. Moewardi.
METODE PENELITIAN
Penelitian deskriptif Kuantitatif yaitu
sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran
fenomena (termasuk kesehatan) yang
terjadi didalam suatu populasi tertentu
menggunakan angka-angka dengan
analisis univariat berupa presentase
Notoatmodjo,2010;h.35).Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian
33
deskriptif kuantitatif. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pasien yang di rawat di ruang mawar
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi dengan kanker leher rahim.
Teknik sampling yang digunakan
pada penelitian ini adalah Non
probability sampling. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi. Observasi checklist
adalah suatu prosedur yang berencana,
antara lain meliputi dan mencatat jumlah
dan taraf aktifitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang
diteliti.
Analisa data adalah tahap dimana
data diolah dan dianalisa dengan teknikteknik tertentu (Arikunto,2006 h:206).
Analisa Univariat adalah menganalisis
tiap-tiap variabel penelitian yang ada
secara deskriptif dengan menghitung
distribusi frekuensi. Variabel yang
dianalisis secara univariat dalam
penelitian ini adalah karakteristik,
responden. (Notoatmodjo,2005 h:188).
Untuk rumus besarnya persentase
sebagai berikut :
P=
A
x100%
B
Ket
:
P = persentase
A = frekuensi
B = Jumlah sampel (Suharsimi, A, 2002
: 213)
Analisi data yang digunakan adalah
analisis univariat dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Berdasarkan Umur
Tabel 1 Distribusi data berdasarkan
usia pasien
No
1.
2.
Usia
Pasien
20-35 tahun
36-55 tahun
Total
Frekuensi
Persentase
5
95
100
5%
95 %
100 %
2. Karakteristik Berdasarkan Paritas
Tabel 2 Distribusi data berdasarkan
paritas
No
1.
2.
3.
4.
Paritas
Nulipara
Primipara
Multipara
Grandemultipara
Total
Frekuensi
21
74
5
100
Persentase
21 %
74 %
5%
100 %
3. Karakteristik Berdasarkan Usia
Ketika Menikah
Tabel 3 Distribusi berdasarkan usia
nikah
No
1.
2.
Usia
Nikah
< 20 tahun
> 20 tahun
Total
Frekuensi
Persentase
87
13
100
87 %
13 %
100 %
4. Karakteristik Berdasarkan Jenis
Kontrasepsi Yang Digunakan
Tabel 4 Distribusi data berdasarkan
jenis kontrasepsi
No
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis
kontrasepsi
Pil
Suntik
AKDR
AKBK
MOW
Total
Frekuensi
Persentase
16
5
68
11
100
16 %
5%
68 %
11 %
100 %
Berdasarkan hasil penelitian pada
table 1 didapatkan gambaran kejadian
kanker leher rahim berdasarkan usia
pasien 20-35 tahun terdapat 5 orang
34
pasien (5 %) dan usia 36-55 tahun
sebanyak 95 orang pasien (95 %).
Kanker leher rahim umumnya
menyerang banyak wanita pada usia
produktif, yaitu 30-50 tahun (Aulia,
2012, h. 8), tetapi beberapa data yang
lain menyebutkan kanker serviks
ternyata dapat tumbuh pada wanita yang
usianya lebih muda dari 35 tahun
(Aminati, 2013; h. 25).
Hal ini didasari oleh keadaan tubuh
pada umur tersebut sudah mengalami
proses penuaan yang biasa disebut
proses degenerasi. Pada kondisi ini
terjadi kerusakan progresif struktur dan
fungsi organ tubuh. Dengan adanya
kerusakan progresif ini menyebabkan
organisme rentan terhadap penyakit
akibat menurunnya daya tahan tubuh.
Perubahan pada sel-sel mukosa serviks
berlangsung dalam waktu yang relatif
lama sehingga gejala baru muncul pada
usia diatas 35-55 tahun, dan kebanyakan
(lebih dari 70%) penderita datang
memeriksakan diri dalam stadium lanjut,
sehingga banyak menyebabkan kematian
karena terlambat ditemukan dan diobati.
Dalam penelitian ini angka kejadian
penderita kanker leher rahim terbanyak
ditemukan pada wanita multiparitas
yaitu sebanyak 74 orang (74 %).
Menurut Dini Aminati dalam buku yang
di tulisnya yang berjudul Cara Bijak
Menghadapi Dan Mencegah Kanker
Leher Rahim (Serviks) Paritas yang
berbahaya adalah dengan memiliki
jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak
persalinan terlampau dekat. Sebab dapat
menyebabkan timbulnya perubahan selsel abnormal pada mulut rahim. Jika
jumlah anak yang dilahirkan melalui
jalan normal banyak dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sel abnormal dari
epitel pada mulut rahim. Dan dapat
berkembang
menjadi
keganasan
(Aminati, 2013; h. 46). Berdasarkan
teori diatas kita tahu bahwa semakin
tinggi paritasnya akan memiliki risiko
lebih besar menderita kanker leher
rahim dengan pembuktian banyaknya
kejadian kanker leher rahim yang terjadi
pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita nullipara, primipara dan
grandemultipara. Hal ini dikarenakan
terlalu seringnya seorang wanita
mengalami persalinan sehingga sebelum
sel-selnya kembali ke keadaan normal
sudah mengalami penipisan kembali.
Peristiwa
itulah
yang
dapat
mengakibatkan
kerusakan
sel-sel
serviks.
Berdasarkan hasil penelitian pada
tabel 3 didapatkan gambaran kejadian
kanker leher rahim di RSUD
Dr.Moewardi Kota Surakarta mayoritas
sudah menikah pada usia < 20 tahun,
yaitu sebanyak 87 orang (87 %).
Umumnya sel-sel mukosa baru
matang setelah wanita berusia 20 tahun
ke atas. Jadi, seorang wanita yang
menjalani hubungan seks pada usia
remaja, paling rawan bila dilakukan
pada usia dibawah 16 tahun, karena pada
usia ini sel-sel mukosa pada serviks
wanita belum matang, sehingga masih
rentan terhadap rangsangan dari luar
termasuk zat-zat kimia yang dibawa
sperma. Karena masih rentan, sel-sel
mukosa bisa berubah sifat menjadi
kanker. Sedangkan sifat sel sendiri
selalu berubah setiap saat, mati dan
tumbuh lagi. Karena adanya rangsangan
bisa saja sel yang tumbuh lebih banyak
dari
sel
yang
mati,
sehingga
perubahannya
tidak
seimbang.
Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah
35
sifat menjadi sel kanker. Dari penjelasan
diatas didapatkan kesamaan antara hasil
penelitian dengan teori yang ada bahwa
menikah di usia < 20 tahun mempunyai
risiko lebih besar terhadap terjadinya
kanker leher rahim. Hal ini dikarenakan
masih belum siapnya alat reproduksi
wanita pada usia tersebut untuk
menerima
rangsangan
dari luar,
termasuk juga benda asing yang dibawa
oleh sperma.
Berdasarkan tabel 4 didapatkan
kejadian kanker leher rahim terbanyak
pada mereka yang merupakan akseptor
AKDR yaitu 68 orang (68 %). Suatu
penelitian menunjukkan bahwa risiko
terjadinya displasia dan karsinoma-insitu serviks uteri meningkat bersama
dengan penggunaan kontrasepsi oral
untuk lebih dari satu tahun. Kanker
serviks invansif mungkin meningkat
setalah lima tahun penggunaan, yang
mencapai peningkatan dua kali lipat
setelah lima tahun. Meskipun demikian,
telah diketahui dengan baik bahwa
jumlah
pasangan
yang
pernah
berhubungan dengan wanita tersebut
serta usia senggama pertama kali
dilakukan merupakan faktor yang paling
penting untuk
neoplasia
serviks
(Speroff, Leon. 2003 : 64).
Sedangkan mekanisme kerja IUD
tembaga melepaskan tembaga dan
garam tembaga bebas yang mempunyai
pengaruh biokimia dan morfologi pada
endometrium dan juga menyebabkan
perubahan pada mukus serviks serta
sekresi endometrium, tembaga juga
bekerja
meningkatkan
produksi
prostaglandin serta penghambat berbagai
enzim endometrium. IUD pelepasprogestin menambah kerja progestin di
endometrium pada reaksi benda asing.
Endometrium menjadi terdesidualisasi
dengan atrofi kelenjar. IUD progesteron
(kadar progesterone serum tidak
meningkat) mungkin memiliki dua
mekanisme kerja inhibisi implantasi dan
inhibisi kapasitas serta ketahanan hidup
sperma.
IUD
levonorgestrel
menghasilkan
konsentrasi
serum
progestin serum yang kira-kira setengah
konsentrasi serum progestin yang
dihasilkan oleh Norplant, sehingga
perkembangan folikel ovarium dan
ovulasi hanya dihambat setengahnya.
Akhirnya,
IUD
progestin
akan
mempertebal mukus serviks, menjadi
perintang bagi penetrasi sperma
(Speroff, L. 2003 : 209-300).
Walaupun
berdasarkan
teori
mengemukakan bahwa pemakaian pil
KB merupakan salah satu penyebab
terjadinya kanker leher rahim, tetapi
tidak menutup kemungkinan terjadi pada
mereka yang merupakan akseptor IUD
(AKDR), seperti pada hasil yang telah
didapat pada penelitian ini. Bahwa
sebagian besar kanker leher rahim
terdapat pada mereka yang merupakan
akseptor IUD (AKDR). Hal ini bisa saja
terjadi karena adanya gesekan yang
dilakukan oleh ekor IUD pada leher
rahim, sehingga lama-kelamaan gesekan
itu akan menimbulkan iritasi yang tidak
tertangani dengan baik kemungkinan
bisa kearah keganasan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kelompok usia terbanyak penderita
kanker leher rahim adalah pada usia
36-55 tahun, dengan prosentase
sebesar 95%.
36
2. Sebagian besar kanker leher rahim
terjadi pada wanita multipara, yaitu
sebesar 74%.
3. Mayoritas kanker leher rahim terjadi
pada wanita dengan usia nikah < 20
tahun, yaitu sebesar 87%.
4. Sebagian besar kanker leher rahim
terjadi dari wanita yang memakai
jenis kontrasepsi IUD (AKDR),
dengan prosentase sebesar 68%.
Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat
dikembangkan
untuk
penelitin
selanjutnya, dengan mengupas lebih
dalam tentang faktor-faktor yang
dianggap sebagai penyebab terjadinya
kanker leher rahim, yang hasilnya
bisa menambah ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah
wawasan
tentang
patogenesis kanker leher rahim agar
dapat memberikan pelayanan yang
lebih optimal dalam upaya deteksi
dini kanker leher rahim supaya tidak
terjadi keterlambatan diagnosa dan
pelayanan.
Serta
berupaya
memberikan penyuluhan-penyuluhan
yang berhubungan dengan kanker
leher rahim sebagai upaya promotif
kepada masyarakat dengan harapan
masyarakat mengerti sehingga tidak
enggan memeriksakan diri
ke
institusi kesehatan seperti puskesmas
atau rumah sakit.
3. Bagi Tempat Penelitian
Agar
lebih
menambah
dan
melengkapi fasilitas dalam upaya
pendeteksian dan penanganan kanker
leher
rahim
sehingga
dapat
memberikan
pelayanan
secara
maksimal, untuk menurunkan angka
kematian wanita akibat kanker leher
rahim.
DAFTAR PUSTAKA
Aminati, D. Cara Bijak Menghadapi
Dan Mencegah Kanker Leher
Rahim. Yogyakarta :Briliant Books;
2013. h.21-8, 38-41, 46-7, 64-6, 878, 101, 104, 109-10
Arikunto, S. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta; 2010; h. 127,
173-4, 195
Aulia. Serangan Penyakit-Penyakit
Khas Wanita. Yogyakarta: Buku
Biru; 2012; 7-9, 11
Cormick, C. Panduan Untuk Penderita
Kanker Serviks. Jakarta Barat: 2011;
h. 4
DepKes. Kanker Serviks Wilayah Jawa
Tengah.
2010;
http//www.depkes.go.id
Erni, CH. Awas Bahaya Kanker
Payudara Dan Kanker Serviks.
Jakarta: 2013; h. 18-9, 89
Handayani, L . Menaklukkan Kanker
Serviks Dan Kanker Payudara
Dengan 3 Terapi Alami. Jakarta
Selatan: PT. Agro Media Pustaka;
2012; h. 9-13, 42
Hidayat, AA. Metode Penelitian
Kebidanan Dan Tekhnik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika;
2007; h. 87, 93-5, 102-3, 137-8
37
Notoatmodjo, S. Metoedologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2010; h. 10-11, 87, 103, 123-31,
182-88
Suharsono, R. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Lux. Semarang,
Indonesia: Tim Redaksi Widya
Karya; 2012; h. 220, 223, 624
Putri, K. Karakteristik Penderita Kanker
Leher Rahim Di RSUD Gambiran
Kota Kediri Periode 1 Januari s/d
31 Desember 2007.
Speroff, L. Pedoman Klinis Kontrasepsi.
Jakarta : EGC. 2003; h.64, 209-300
Riwidikdo, H. Statistik Kehatan.
Yogyakarta: Mitra Cindikia. 2010; h.
12
Setyarini.
Karakteristik
Penderita
Kanker Leher Rahim Di RSUP
Dr.Kariadi Semarang. 2010.Undip
Yulia. Hubungan Pengetahuan Dan
Tingkat Pendidikan Ibu Tentang
Kanker
Serviks
Dengan
Pemeriksaan
Pap
Smear
Di
Puskesmas
Pegadan
Kota
Semarang. 2011. Kampus Unimus
semarang.
Saryono, Dan Setiawan. Metodologi
Penelitian Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika. 2010; h. 99
38
Download