Pengaruh Distribusi Pencahayaan Alami dan Buatan Terhadap Visual dan Fungsional Lifestyle Center Cindy Arbeta, Aurelya Ayu Febriyani Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan, Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Sumatera Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Kec. Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan Lampung 35365, Indonesia Email : [email protected] ; [email protected] Cindy[email protected] ABSTRAK Lifestyle center sebagai tempat masyarakat zaman modern melakukan banyak aktivitas sangat perlu mempertimbangkan tingkat kenyamanan agar pengguna di dalamnya dapat melakukan aktivitas dengan lancar dan memiliki produktivitas kerja yang baik. Kenyamanan tidak hanya bergantung pada temperatur ruang, radiasi matahari yang masuk ke dalam suatu ruang, kualitas udara, dan penghawaan, namun juga ditentukan oleh kualitas pencahayaan, baik pencahayaan alami maupun buatan. Tujuan dari review paper ini adalah untuk menganalisa distribusi pencahayaan terhadap visual dan fungsional serta menganalisa jenis penerangan yang tepat digunakan pada lifestyle center. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu studi pustaka yang diperoleh dari beberapa jurnal dan artikel. Hasil menunjukkan bahwa, ruang café dan restaurant menggunakan jenis lampu LED berwarna warm dengan distribusi pencahayaan Indirect Lighting dan General Lighting. Pada outdoor menggunakan jenis lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp) dan lampu Halogen dengan distribusi pencahayaan Direct Lighting. Dan Toko Retail menggunakan jenis lampu LED dan Lampu Fluorescent/TL dengan distribusi pencahayaan General Lighting. Kesimpulan review paper ini adalah setiap ruangan memiliki distribusi pencahayaan yang berbeda-beda serta jenis lampu yang dipakai. Kata Kunci : Pencahayaan, Pencahayaan Alami, Pencahayaan Buatan, Distribusi Cahaya, Jenis Lampu 1 1. PENDAHULUAN Pada kegiatan publik dan memenuhi permintaan dasarnya manusia membutuhkan cahaya untuk melihat objek secara visual. Melalui cahaya yang dipantulkan oleh objek-objek tersebut, kita dapat melihatnya dengan jelas. Oleh karena itu, jika mendapatkan pencahayaan yang cukup dengan distribusi yang baik, akan tercipta kenyamanan visual (Yuniar dkk., 2014). Jika pencahayaannya kurang atau terlalu banyak, hal itu akan mengurangi kenyamanan penglihatan. Hal tersebut akan berdampak pada kesehatan terutama penglihatan (Widiyantoro dkk., 2017). Pencahayaan merupakan salah satu bagian utama dalam sebuah interior karena cahaya akan mempengaruhi performa kerja dari manusia didalamnya. Tanpa cahaya, manusia tidak bisa melihat, bekerja, dan merasakan suasana ruang (Soegandhi dkk., 2015). Berdasarkan hal tersebut seorang perancang tidak hanya mementingkan segi fungsi dan tampilan yang menarik saja tetapi harus memperhatikan kualitas dari ruang hijau. Dengan adanya ruang terbuka maka membutuhkan tingkat pencahayaan alami dan buatan yang nyaman agar penggunanya dapat beraktivitas dengan lancar dan dapat meningkatkan jumlah pengunjung. Pencahayaan ini pun dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami dapat berupa sinar matahari (Ginanjar, 2012). Pencahayaan buatan adalah segala bentuk cahaya dari perangkat buatan manusia (Juningtyastuti dkk., 2012). Kebutuhan pencahayaan suatu ruangan berbeda dengan ruangan lainnya sehingga harus mengenali ruangan dengan kegiatan apa pencahayaan yang dan seharusnya diberi menggunakan jenis pencahayaan yang bagaimana (Karlen & Benya, 2010). Untuk fungsi toko retail, tingkat pencahayaan minimal yang disarankan adalah 500 lux, ruang kantor 350 lux, hunian 250 lux serta cafe dan restaurant 250 lux (Thojib & Adhitama, 2013,) pencahayaan. Seperti pada Lifestyle Center yang merupakan tipe pusat perbelanjaan terbuka yang dapat menampung fasilitas perbelanjaan dan rekreasi serba guna untuk melayani skala regional, beradaptasi dengan 2. METODOLOGI Metode pengumpulan data yang dilakukan pada ulasan ini yaitu deskriptif yang diperoleh dari beberapa jurnal dan artikel. 2 3. Pencahayaan (Iluminate) Pencahayaan penerangan posisi matahari, sedangkan pencahayaan merupakan salah satu faktor yang penting buatan berasal dari lampu dengan berbagai untuk menciptakan lingkungan yang baik, jenis yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. nyaman, dan berkaitan dengan produktivitas Untuk manusia. Lingkungan yang baik akan dapat pencahayaan di dalam dan di luar ruangan, memberikan kenyamanan dan meningkatkan maka diperlukan sumber pencahayaan sesuai produktivitas pengunjung (Adi Putra & fungsi Madyono, 2017). Tingkat penerangan yang membutuhkan intensitas pencahayaan yang baik memberikan kemudahan bagi seseorang berbeda - beda. Kuantitas dan kualitas dalam melihat objek yang dikerjakannya pencahayaan secara jelas dan cepat. Sedangkan tingkat ditentukan oleh rasio pencahayaan dalam penerangan ruang serta refleksi cahaya (Tongkukut & yang atau dipengaruhi oleh posisi bangunan terhadap buruk dapat mengakibatkan efek negatif pada tubuh, memenuhi ruang. kebutuhan Karena yang setiap baik akan ruangan antara lain As"ari, 2016). seperti kelelahan mata, keluhan pegal di 3.1 Pencahayaan Alami sekitar area mata, serta sakit kepala di sekitar area mata. Pencahayaan yang optimal Sumber pencahayaan alami yang tercapai apabila objek yang dilihat mata paling utama dimanfaatkan oleh manusia memiliki warna sesuai dengan warna aslinya adalah (Tongkukut & As"ari, 2016). Kenyamanan pencahayaan alami memiliki standarisasi visual ditentukan oleh kuat penerangan / untuk setiap jenis ruangannya, tergantung tingkat pencahayaan (E), kualitas warna pada kegiatan dan fungsi dari ruangan (colour rendering) , dan tingkat penyilauan tersebut (Setiawan, 2013). cahaya matahari. Tingkat (Latifah dkk., 2013). 3.2 Pencahayaan Buatan Berdasarkan sumber cahaya, Selain pencahayaan terbagi menjadi dua yaitu mendapatkan pencahayaan pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami, perencanaan elemen-elemen alami berasal dari sinar matahari yang perancangan arsitektur dan interior yang masuk ke dalam ruang bangunan melalui harus dilaksanakan bukaan pada fasad bangunan dan sangat pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan dengan baik yaitu 3 memiliki peran sebagai pembangun suasana secara langsung ke benda-benda yang perlu (as image builder), persepsi visual (visual diterangi. perception) , dan estetika yang akan menyampaikan citra (image) suatu bangunan komersial kepada pengunjung (Savitri, 2007). Tabel : Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan 2. Distribusi pencahayaan semi langsung (semi direct lighting) Pada sistem pencahayaan semi langsung, sebanyak 60 – 90% cahaya diarahkan langsung kepada benda-benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya akan dipantulkan ke langit- langit dan dinding. 3. Distribusi pencahayaan difus (general diffuse lighting) Pada sistem pencahayaan difus, sebanyak 40 – 60% cahaya diarahkan kepada permukaan yang perlu diterangi, selebihnya lagi menerangi langit-langit dan dinding untuk kemudian dipantulkan. Sumber : Standarisasi Nasional SNI 03-6575-2001 cahayanya, (1998) dalam Wibiyanti pencahayaan semi tidak sistem pencahayaan semi tidak langsung, cara pencahayaan Distribusi langsung (semi indirect lighting) Pada 3.3 Distribusi Pencahayaan Berdasarkan 4. distribusi sebanyak 60 – 90% cahaya diarahkan ke menurut ILO langit-langit dan dinding bagian atas dan (2008) serta sisanya ke bawah. Dengan demikian, Grondzik dan Kwok (2010) dapat dibedakan langit-langit memerlukan perhatian lebih menjadi lima macam, yaitu (Kristian dkk., dengan dilakukannya pemeliharaan yang 2018) : baik 1. Distribusi pencahayaan langsung (direct 5. Distribusi pencahayaan tidak langsung lighting) Pada sistem pencahayaan langsung, (indirect lighting) Pada sistem pencahayaan sebanyak 90 – 100% cahaya diarahkan tidak langsung, sebanyak 90 – 100% cahaya diarahkan ke langit- langit dan dinding 4 bagian atas kemudian dipantulkan untuk ini biasanya digunakan di ruangan menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh yang memiliki luasan cukup besar. langit-langit dapat dijadikan sumber cahaya, Warna maka diperlukan pemeliharaan yang baik. cenderung berwarna putih dingin yang 3.4 Jenis Lampu Menurut Terdapat Saputro beberapa dkk., jenis lampu (2013), yang digunakan pada bangunan ataupun area. Beberapa jenis lampu yang dapat digunakan yaitu : cahaya secara yang dihasilkan psikologis dapat menyejukan ruangan. c. Lampu HPL Lampu HPL (High Power LED) merupakan jenis lampu yang berfungsi untuk penerangan proyek proyek bangunan atau pertambangan. a. Lampu Pijar Lampu pijar menghasilkan cahaya dengan memanaskan serabut pijar atau filamen sehingga suhunya yang dikeluarkan lampu ini relatif tinggi. Lampu jenis ini sangat cocok untuk diletakkan pada ruang santai, lampu meja, maupun lampu gantung. Karena lampu pijar sangat cocok untuk menciptakan nuansa klasik dan hangat pada ruangan. Selain itu, lampu HPL digunakan juga untuk penerangan ruangan, aquarium, dan sebagainya. Lampu HPL dapat menghasilkan cahaya yang lebih terang daripada lampu pijar. d. Lampu CFL Lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp) merupakan jenis lampu sorot pengembangan dari jenis lampu neon dengan ukuran yang lebih kecil. Jenis lampu ini memiliki b. Lampu Fluorescent/TL (Tube Lamp) Lampu Fluorescent atau TL (Tube Lamp) merupakan jenis lampu berbentuk tabung kaca yang di dalam tabungnya terdapat sedikit mercury dan gas argon warna putih lembut alami atau cahaya siang hari sehingga biasa digunakan pada lampu meja dan lampu sorot hingga perlengkapan dekoratif. dengan tekanan rendah serta serbuk fosfor. Lampu 5 e. Lampu Halogen yang terang. Lampu ini sangat Lampu Halogen merupakan multifungsi karena ukuran dan warna jenis lampu pijar biasa akan tetapi yang berisi yang digunakan untuk berbagai keperluan. Lampu Lampu ini biasa digunakan pada filamen dibungkus tungsten dengan kaca. halogen termasuk lampu dengan beragam serta fleksibel pencahayaan rumah tinggal. intensitas cahaya yang cukup kuat sehingga banyak dipakai untuk 3.5 Studi Kasus Penelitian - Penelitian Terkait pencahayaan tanaman atau pohon Studi kasus studi ini berasal dari hias, patung, dinding, kolam ikan, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul kolam renang, dan benda – benda artikel lain yang berada di taman. Pencahayaan Alami dan Buatan Terhadap f. Lampu HID Lampu HID (High Intensity review "Pengaruh Distribusi Visual dan Fungsional Lifestyle Center". Studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui Discharge) merupakan jenis lampu distribusi pencahayaan yang yang dapat menghasilkan cahaya dalam dengan sangat terang. Namun, lampu pembahasannya dalam bentuk pencahayaan HID ini sebaiknya tidak digunakan buatan dalam kaitannya dengan komersial. untuk rumah menghasilkan tinggal radiasi UV penelitian ini. digunakan Adapun karena a. Peran Pencahayaan Buatan dalam yang Pembentukan Suasana dan Citra cukup besar. Lampu HID biasanya Ruang Komersial (Savitri, 2007) digunakan untuk pencahayaan di Penelitian ini dilakukan area yang sangat luas. Misalnya untuk stadion, pencahayaan terhadap pembentukan lapangan atau toko berukuran besar. g. Lampu LED Lampu LED (Light Emitting mengetahui peran suasana dan citra pada cafe dan restoran di kota Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus Diode) LED didefinisikan sebagai secara salah satu jenis lampu hemat energi kuesioner. Hasil dari penelitian ini sehingga dapat memancarkan cahaya adalah: (1) segmen pasar masyarakat literatur dan pembagian 6 muda lebih fleksibel dalam menerima pencahayaan berintensitas tinggi maupun rendah, sedangkan segmen pasar masyarakat tua lebih memilih pencahayaan dengan suasana yang menarik perhatian pengunjung restoran. 4. KESIMPULAN Berdasarkan tinjauan pustaka, intensitas tinggi (2) penggunaan penelitian sebelumnya meneliti pengaruh lampu berbagai konfigurasi pencahayaan toko pada pijar lebih disukai oleh responden karena berkesan hangat persepsi dan nyaman secara visual. pelanggan. Menurut Quartier, Vanrie dan b. Pengaruh Pencahayaan LED ruang, Cleempoel emosi, (2014) terhadap Suasana Ruang Cafe dan pencahayaan Restoran (Kurniawati, 2008) mengubah atmosfer komersial dan Penelitian untuk ini mengetahui dilakukan potensi yang dan respons menyatakan bahwa digunakan untuk dapat dalam membantu lingkungan menciptakan pengalaman toko yang spesifik. Menurut dimiliki oleh lampu LED pada Schielke pencahayaan buatan pada cafe dan menyarankan restoran. Penelitian ini dilakukan pengaturan dengan metode empiris yang berupa mempengaruhi citra merek toko di mana studi analisa pencahayaan terhadap studi kasus yang dipilih pencahayaan peneliti. Hasil dari penelitian ini pencahayaan adalah meningkatkan kepustakaan dan pencahayaan LED dapat dan Leudesdorff bahwa jenis (2015) toko pencahayaan dekorasi aksen, dapat (misalnya, wall washing, penggembalaan) emosi dan positif dapat dan menghasilkan suasana ruang cafe meningkatkan identitas toko. Singkatnya, dan restoran yang lebih atraktif dan penataan pencahayaan dengan pencahayaan dinamis. Lampu LED juga dapat aksen tambahan harus memberikan efek menjadikan dalam menguntungkan untuk toko. Cahaya putih ruangan menjadi efektif karena satu hangat lebih diterima secara positif daripada macam cahaya putih dingin (Gago dkk., 2015) menghasilkan pencahayaan luminaire berbagai dapat macam 7 REFERENCES Adi Putra, B. G., & Madyono, G. (2017, Desember). Jurnal Optimasi Sistem Industri. Analisis Intensitas Cahaya Pada Area Produksi Terhadap Keselamatan Dan Kenyamanan Kerja Sesuai Dengan Standar Pencahayaan, 10(2), 115. Gago, E. J., Muneer, T., Knez, M., & Koster, H. (2015). Renewable and Sustainable Energy Reviews. Natural light controls and guides in buildings. Energy saving for electrical lighting, reduction of cooling load, 41, 1-13. Ginanjar, G. G. (2012). Pengujian Intensitas Pencahayaan Di Gedung Perpustakaan Universitas Siliwangi Dengan Simulasi Menggunakan Software Dialux, 10( 3), 1-9. Grondzik, W. T., Kwok, A. G., Stein, B., & Reynolds, J. S. (2010). Mechanical and Electrical Equipment for Building Eleventh Edition. Amerika Serikat: John Wiley and Sons, Inc. Indrani,. Hartono, T. C., & Kristanto, L. (2019). Jurnal Dimensi Arsitektur. Studi Efektivitas Pencahayaan Atrium Lenmarc Mall di Surabaya, 7( 1), 601-608. Juningtyastuti, Warsito, A., & hadisusanto, F. (2012, Agustus). Jurnal Momentum. Optimisasi Kinerja Pencahayaan Buatan Untuk Efisiensi Pemakaian Energi Listrik Pada Ruangan Dengan Metode Algoritma Genetika, 13(2). Karlen, M., & Benya, J. R. (2010). Dasar-Dasar Desain Pencahayaan. Jakarta: Erlangga. Kristian, M. S., Leonardo, & Halim, E. A. (2018, Juli). Serat Rupa Journal of Design. Pengaruh Cara Distribusi Pencahayaan Buatan Pada Kenyamanan Bercengkrama Pengunjung Kafe, 2( 2), 148. Kurniawati, L. (2008). Pengaruh pencahayaan l.e.d terhadap suasana ruang cafe dan restoran. Latifah, N. l., Anugrah, D. A., Ayunani, M. D., & Garini, K. W. (2013, Oktober). Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Kajian Sistem Pencahayaan yang Mempengaruhi Kenyamanan Visual pada Ruang A dan Ruang Sayap Galeri Selasar Sunaryo NUR, 1(3), 1-12. Leudesdorff, M., & Schielke, T. (2015). Impact of lighting design on brand image for fashion retail stores. 10.1177/1477153514541831 Quartier, K., Vanrie, J., & Cleempoel, K. V. (2014, September). Journal Of Environmental Psychology. As Real As It Gets: What Role Does Lighting Have On Consumer's Perception Of Atmosphere, Emotions And Behavior?, 39, 32-39. Saputro, J. H., Sukmadi, T., & Karnoto. (2013). Transmisi. Analisa Penggunaan Lampu LED Pada Penerangan Dalam Rumah, 15(1), 19-27. Savitri, M. A. (2007). Peran Pencahayaan Buatan dalam Pembentukan Suasana dan Citra Ruang Komersial. 8 Setiawan, A. (2013). Jurnal Intra. Optimasi Distribusi Pencahayaan Alami Terhadap Kenyamanan Visual Pada Toko “Oen” Di Kota Malang, 1( 2), 1-10. Soegandhi, S. J., Indrani, H. C., & Dora, P. E. (2015). Jurnal Intra. Optimasi Sistem Pencahayaan Buatan pada Budget Hotel di Surabaya, 3(2), 45-56. Thojib, J., & Adhitama, M. S. (2013, Desember). Review of Urbanism and Architectural Studies. Kenyamanan Visual Melalui Pencahayaan Alami Pada Kantor, 11( 2), 10-15. Tongkukut, S. H. J., & As"ari. (2016). Jurnal Mipa Unsrat. Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatan, 5( 2), 108-112. Wibiyanti, P. I. (2008). Kajian Pencahayaan pada Industri Kecil Pakaian Jadi dan Pembuatan Tas di Perkampungan Industri Kecil, Penggilingan Tahun 2008. Depok: Universitas Indonesia. Widiyantoro, H., Muladi, E., & Vidiyanti, C. (2017, Februari). Jurnal Arsitektur, Bangunan & Lingkungan. Analisis Pencahayaan Terhadap Kenyamanan Visual Pada Pengguna Kantor (Studi Kasus:Kantor PT Sandimas Intimitra Divisi Marketing di Bekasi), 6( 2), 65-70. Yuniar, E., Dwicahyo, S., Harmanda, S. J., Putra, D. K., & Wijaya, F. R. (2014, April). Jurnal Reka Karsa Teknik Arsitektur Itenas Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Kajian Pencahayaan Alami pada Bangunan Villa Isola Bandung, 2(1), 1-11. SNI 03-6575-2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung, Badan Standarisasi Nasional-BSN, Jakarta. 9