BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pusat Kesehatan Masyarakat disingkat Puskesmas, adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat (Supraba, 2017). Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan. Informasi atau laporan haruslah mempunyai kualitas yang relevan, tepat waktu, dan efisien agar dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Sedangkan informasi yang dibuat dengan cara keakuratan lebih manual mempunyai risiko kebenaran dan kecil. Kemungkinan terjadi kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja akan lebih besar, sehingga keakuratan informasinya pun berkurang. Sistem Informasi Kesehatan memberikan dasar-dasar untuk pengambilan keputusan dan memiliki empat fungsi utama: pembuatan data, kompilasi data, analisis penggunaan data. dan sintesis data, serta komunikasi dan Sistem informasi Kesehatan mengumpulkan data dari sektor kesehatan dan sektor lain dengan analisis data secara keseluruhan yang relevan serta ketepatan waktu dan mengkonversi data informasi untuk pengambilan keputusan (WHO, 2018). 1 menjadi 2 Dengan berakhirnya agenda Mellenium Develoment Goals (MDGs) pada akhir tahun 2015 para pemimpin dunia telah menyeruhkan agenda ambisius baru untuk meningkatkan kehidupan manusia dan melindungi bumi bagi generasi masa depan. Pasca agenda pembangunan 2015-2019 yang dikenal dengan istilah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Develoment Goals (SDGs) mengajukan 12 tujuan spesifik dengan 169 target yang saling berkaitan. Pada tujuan SDGs dan memajukan kesejahteraan diharapkan yang ke-3 yaitu bagi semua dapat menaggulangi berbagai memastikan orang disemua hidup sehat usia. SDGs masalah, termaksud tiga target agenda yang berhubungan secara khusus untuk masalah kesehatan diagenda MDGs sebelumnya yakni target MDGs 4 (Mengurangi tingkat kematian anak), MDG 5 (Meningkatkan kesehatan ibu) dan MDG 6 (Memerangi HIV/AIDS, malaria dan lainnya) dan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang berkualitas dan efektif maka akan membantu organisasi untuk mengambil keputusan dan dapat membantu untuk mencapai Tujuan Ke-3 dari SDGs (UNIC Indonesia, 2015). Salah satu Sistem Informasi Kesehatan di Negara Australia adalah Electronic Health Record (EHR). Dimana sistem ini merupakan komponen penting untuk manajemen informasi dalam suatu sistem kesehatan terpadu. Tujuan utama dari EHR adalah untuk memberikan dokumentasi mengenai catatan perawatan yang kemudian digunakan sebagai alat komunikasi antara tenaga kesehatan terhadap perawatan dengan konsumen (pasien) melalui kartu elektronik kesehatan (Bird et al, 2016). 3 Adanya sistem EHR di Australia dapat memecahkan sejumlah masalah dalam kesehatan, salah satunya yakni antara 44.000 orang dari 98.000 orang meninggal setiap tahun di Amerika Serikat karena kesalahan medis, dimana banyak kematian yang dikaitkan dengan reaksi obat yang sangat merugikan pasien akibat tidak adanya komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien. Serta sebuah studi dalam kesalahan medis praktek umum di Australiafaktor utama kesalahan medis adalah masalah komunikasi seperti tidak memberitahukan dokter dari hasil tindakan petugas kesehatan dengan pasien (Bhasale et al, 2005 dalam Bird et al, 2016) Salah satu sumber informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Negara Indonesia adalah Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). Puskesmas merupakan Kesehatan Kota. suatu lembaga Keberadaan Puskesmas resmi sangat dibawah dekat naungan Dinas dengan tingkat kesehatan dengan mayoritas masyarakat. Hal ini terjadi karena Puskesmas merupakan institusi pelayanan kesehatan yang paling muda di jangkau oleh masyarakat (Bastian, 2016). Dan untuk total jumlah Puskesmas per Desember 2018 di Indonesia yakni mencapai 9.993 Puskesmas dari 3.623 Puskesmas Rawat Inap dan 6.370 Puskesmas Non Rawat Inap yang tersebar di 34 Provinsi se-Indonesia (Pusdatin Kemkes RI, 2018). Secara nasional SP2TP mulai dilaksanakan sejak tanggal 18 februari 1981. Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 63/MENKES/SK/II/1981, serta telah disederhanakan melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pembinan Kesehatan Masyarakat Nomor 4 590/BM/DJ/INFO/V/1996. bahwa informasi menunjang yang Kedua surat dihasilkan dari keputusan SP2TP tersebut, dapat menekankan digunakan untuk proses adminstrasi manajemen pelayanan kesehatan (Vidyanto, 2019). SP2TP dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setiap awal bulan. Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota mengolah kembali laporan Puskesmas dan mengirimkan umpan baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat.Feed back terhadap laporan Puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan program (Suryani dan Solikhah, 2013) Dampak dari pada keterlambatan pelaporan atau tidak adanya laporan bulanan SP2TP yakni tidak digunakan sebagai tersedianya data informasi yang up to date yang dapat yang akurat /relevan bagi orang yang membutuhkan untuk dijadikan bahan referensi penelitian, dan tanpa adanya pencatatan dan pelaporan maka tidak adanya umpan balik di lintas sektor dari Puskesmas ke Dinkes Kota, Dinkes Kota ke Dinkes Provinsi, dan Dinkes Provinsi ke pusat untuk memberikan informasi sistem apa yang mesti dievaluasi kembali untuk memperbaiki mutu dalam pelayanan kesehatan, selain itu tanpa adanya pencatatan dan pelaporan maka kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat dan terdokumentasi wujudnya menjadi informasi untuk pengambilan keputusan selanjutnya dan tidak tersedianya data yang lengkap untuk kemudian dijadikan laporan tahunan atau buku profil tahunan Puskesmas (Ferri, 2019). 5 Dewasa ini Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari 2 Kota dan 15 Kabupaten, untuk jumlah puskesmas menurut Kabupaten/Kota pada keadaan 31 Desember 2018 mencapai 284 puskesmas yang terdiri dari Puskesmas rawat inap dan Puskesmas non rawat inap. Ada 82 Puskesmas rawat inap dan 202 Puskesmas non rawat inap yang tersebar di hampir seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Depkes Kota Kendari, 2018). Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskemas di Dinkes Provinsi, mengatakan bahwa Kota Kendari sudah termaksud salah satu Kabupaten/Kota yang melakukan Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskemas. Dengan alur pelaporan dari semua Puskesmas se-Kota Kendari yang pada tanggal 5 di bulan berjalan sudah semestinya melaporkan data bulanannya ke Dinkes Kota, kemudian pihak Dinkes Kota menganalisis data bulanan Puskesmas yang dilakukan oleh petugas pengelolahan data dan informasi di bidang perencanaan dan informasi yang selanjutnya hasil analisis data tersebut di kirim ke Dinkes Provinsi pada tanggal 10 dibulan berjalan sebagai umpan balik yang kemudian Dinkes Provinsi mengirim ke Pusat pada tanggal 15 dibulan berjalan, hanya saja waktu pelaporan dari Dinkes Kota ke Dinkes Provinsi kadang tidak sesuai waktu yang telah di tetapkan (Dinkes Provinsi Sultra, 2019). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada awal bulan Desember 2019 dengan pengelola data dan informasi di Dinkes Kota Kendari untuk mencari data SP2TP masih sangat sederhana, penyajian data belum tersajikan sebagaimana mestinya, yang seharusnya data harus sudah tersajikan 6 dalam bentuk laporan Triwulan. Saat ini, untuk mendapatkan informasi program SP2TP hanya tersedia pada buku profil tahunan Dinas Kesehatan Kota Kendari dan tidak lengkap untuk 15 Puskesmas se-Kota Kendari yang terdiri dari 5 Puskesmas rawat inap dan 10 Puskesmas non rawat inap. Pengiriman laporan SP2TP dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Kendari sering terlambat, seharusnya laporan sudah diterima setiap awal bulan tepatnya di tanggal 5 dibulan berjalan. Ada beberapa Puskesmas yang tidak dapat mengirimkan laporan secara tepat waktu. Terdapat 4 Puskesmas Puskesmas melaporkan laporan bulanan SP2TP tepat Poasia, Puskesmas waktu terdiri Lepo-lepo, Puskesmas dari Labibia dan Puskesmas Wua-wua serta 11 Puskesmas melaporkan laporan bulanan SP2TP tidak tepat dengan waktu yaitu: Puskesmas Mekar, Puskesmas Kandai, Puskesmas Perumnas Puskesmas Jati Raya, Puskesmas Puuwatu, Puskesmas Mokoau, Puskesmas Mata, Puskesmas Kemaraya, Puskesmas Benu-benua, Puskesmas Nambo, dan Puskesmas Abeli (Dinkes Kota Kendari, 2019). Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pelaksanaan Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas Lepo-lepo, Mokoau, Poasia, Nambo, Abeli, Mata, dan Labibia Kota Kendari. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu “ Bagaimana Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas Lepo-lepo, Mokoau, Poasia, Nambo, Abeli, Mata, 7 dan Labibia Kota Kendari Tahun 2019?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas Lepo-lepo, Mokoau, Poasia, Nambo, Abeli, Mata, dan Labibia Kota Kendari Tahun 2019 ? 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pelaksanaan program SP2TP dari aspek Input (SDM, Fasilitas, dan Dana) di Puskesmas Abeli Kota Kendari 2. Untuk mengetahui pelaksanaan program SP2TP dari aspek Procces (pencatatan dan pelaporan) di Puskesmas Abeli Kota Kendari. 3. Untuk mengetahui (ketepatan waktu pelaksanaan program SP2TP dari dalam pelaporan, pencatatan aspek output dan penyampaian Laporan Bulanan (LB-1, LB-2, LB-3 dan LB-4) ke Dinkes Kab/Kota) di Puskesmas Abeli Kota Kendari. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau sebagai bahan kajian pustakabagi peneliti selanjutnya. 1.4.2. Manfaat praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi petugas kesehatan dalam menerapkan SP2TP di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli dengan baik dan benar serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak 8 terkait untuk menjadikan acuan dalam penerapan sistem ini khususnya di Kota Kendari. 1.4.3. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu pengalaman berharga bagi peneliti sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat serta menambah wawasan dan pengetahuan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Ruang lingkup lokasi penelitian hanya terbatas pada Puskesmas Abeli Kota Kendari. 2. Ruang lingkup variabel penelitian hanya terbatas pada aspek input, proses, dan Output. 1.6 Definisi dan Istilah/Glosarium 1. SP2TP adalah singkatan dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas. 2. SIMPUS adalah singkatan dari Sistem Informasi Manajemen Puskesmas merupakan program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat puskesmas mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat. 9 3. SIKNAS adalah singkatan dari Sistem Informasi Kesehatan Nasional merupakan system informasi yang berhubungan dengan sistemsistem informasi lain baik secara nasional maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling menguntungkan. 4. UKP adalah singkatan dari Upaya Kesehatan Perorangan merupakan setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk serta mencegah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. 5. UKM adalah singkatan dari Upaya Kesehatan Masyarakat merupakan setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan masyarakat. 1.7 Organisasi/ Sistematika Proposal ini berjudul “ Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kendari Tahun 2019 ” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Nani Yuniar, S.Sos., M.Kes,(selaku Pembimbing I) dan Ibu Agnes Mersatika Hartoyo , S.KM., M.Kes (selaku Pembimbing II) 10 11