Uploaded by randyhermawan000

JURNAL IBNU

advertisement
PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET BAN
TERHADAP KUAT TEKAN MARSHALL PADA CAMPURAN
BETON ASPAL
Ibnu Kurnia Ramdhan
#
Prodi Teknik Sipil, Universitas Merdeka Madiun, Jl. Serayu No. 79, Madiun, 63133
E-mail: [email protected]
Abstract— Motor vehicles in Indonesia are increasing every year, the increase in motorized vehicles is dominated by passenger
vehicles, trucks, buses and motorbikes. Along with the increasing load on the pavement, the hard layer material is demanded to be
more able to continue and spread the received load to the layer underneath it. One of the efforts to improve the function of asphalt is
by using additives or additives. The purpose of this study was to determine the effect of adding tire rubber to the asphalt concrete
layer mixture in terms of Marshall parameters. By using the Marshall test, the resistance or stability to the plastic melt of the asphalt
mixture will be obtained.
Keywords—: Marshall, tire rubber, asphalt concrete
Abstract— Kendaraan bermotor di Indonesia meningkat tiap tahunnya, peningkatan kendaraan bermotor didominasi oleh
kendaraan penumpang, truk, bis dan sepeda motor. Seiring dengan meningkatnya beban pada perkerasan jalan, maka bahan lapis
keras dituntut lebih mampu meneruskan dan menyebarkan beban yang diterima ke lapisan yang ada dibawahnya. Salah satu upaya
untuk meningkatkan fungsi aspal dengan menggunakan bahan tambah atau aditif. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh penambahan karet ban pada campuran lapisan aspal beton ditinjau dari parameter marshall. Dengan menggunakan test
uji marshall maka akan diperoleh ketahanan atau stabilitas terhadap kelelehan plastis dari campuran aspal tersebut
Kata Kunci—: Marshall, karet ban, beton aspal
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kendaraan bermotor di Indonesia meningkat tiap
tahunnya, peningkatan kendaraan bermotor didominasi oleh
kendaraan penumpang, truk, bis dan sepeda motor. Seiring
dengan meningkatnya beban pada perkerasan jalan, maka
bahan lapis keras dituntut lebih mampu meneruskan dan
menyebarkan beban yang diterima ke lapis yang berada
dibawahnya.
Kondisi jalan yang baik terjadi karena ditunjang dari
perencanaan perkerasan yang sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Perkerasan jalan di Indonesia pada saat ini
umumnya menggunakan jenis perkerasan kaku dan
perkerasan fleksibel. Dalam beberapa kasus yang terjadi,
banyak konstruksi jalan yang mengalami masa kerusakan
dalam masa pelayanan tertentu.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan
meningkatkan fungsi aspal sebagai bahan pengikat dengan
menggunakan bahan tambah atau aditif. Dengan tambahan
bahan additive tersebut karakteristik aspal sebagai bahan ikat
akan lebih baik, antara lain: (a) viskositas meningkat, (b)
tingkat keplastisan meningkat (rentang antara titik lembek
traas breaking point), (c) kohesi bitumen meningkat, (d)
ketahanan terhadap deformasi permanen meningkat, (e)
ketahanan terhadap kelelehan pada suhu rendah meningkat,
(Suprapto, 2004:22).
Upaya mengurangi sampah ban kendaraan telah dilakukan
dengan berbagai cara salah satunya dengan menggunakannya
sebagai bahan dalam campuran aspal. Dalam penggunaan
ban bekas sebagai bahan tambah (additive) aspal telah diteliti
oleh USDepartment of Transportation Federal Highway
Administration di Amerika sejak tahun 1986. Hasilnya
penggunaan ban hasil parutan ban bekas mampu mereduksi
kerusakan pada perkerasan lentur yang diakibatkan oleh
faktor cuaca dan lalu lintas (AASHTO, 1982). Selanjutnya
untuk mengetahui karakteristik campuran, menentukan
ketahanan atau stabilitas terhadap kelelehan plastis (flow)
dari campuran aspal maka di lakukan dengan menggunakan
Test Marshall.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka dilakukan penelitian
tentang Pengaruh Penambahan Limbah Karet Ban Terhadap
Kuat TekanMarshall Pada Campuran Beton Aspal.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji adalah bagaimana
campuran lapisan aspal beton tanpa penamabahan karet ban
dan bagaimana campuran serta pengaruh lapisan aspal beton
dengan penambahan karet ban sebesar 1%, 3% 5%, 7%
ditinjau dari parameter masrhallnya.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu, penelitian
dilakukan di laboratorium Universitas Merdeka Madiun
dengan menggunakan kadar karet ban sebesar 1%,3%,5%,
dan 7% serta parameter marshall.
D. Tujuan
Untuk mengetahui campuran lapisan aspal benton dengan
atau tanpa penambahan karet ban sebesar 1%, 3% 5% dan 7%
ditinjau dari parameter marshall.
E. Manfaat
Manfaat dari penulisan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh penambahan bahan tambahan karet ban
terhadap campuran lapisan aspal beton serta mengetahui cara
pengujian campuran lapisan aspal beton dengan parameter
marshall.
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Lapis permukaan (surface) struktur Perkerasan jalan
adalah lapisan atas badan jalan yang menggunakan bahan–
bahan khusus yang secara konstruktif lebih baik dari
materaial lapis pondasi dan tanah dasar, untuk itu lapis
permukaan ini mempunyai persyaratan yaitu kuat, awet,
kedap air, rata, tidak licin, murah dan mudah dikerjakan.
1) Ban Bekas
Penggunaan ban bekas sebagai bahan tambah
(additive) aspal telah diteliti oleh US Department of
Transportation Federal Highway Administration di
Amerika sejak tahun 1986. Hasilnya penggunaan parutan
ban bekas mampu mereduksi kerusakan pada perkerasan
lentur yang diakibatkan oleh faktor cuaca dan lalu lintas
(Sugiyanto, 2008 dikutip dari AASHTO, 1982).
Road Research Centre, Ministry of Public Work di
Kuwait menyatakan penambahan 2% latek dan 5%
parutan ban bekas terhadap aspal dapat mencegah
terjadinya retak-retak, bleeding dan memperkecil
terjadinya pelepasan butir pada permukaan perkerasan
lentur. Kurniati (2004) dan Sugianto, G, 2008),
penggunaan ban dalam bekas pada campuran aspal beton
mampu meningkatkan ketahanan terhadap deformasi
permanen akibat jejak roda kenderaan.
2) Recycling dengan Campuran Bahan Tambah Ban Karet
Bekas
Keuntungan teknologi daur ulang tersebut antara
lain mengembalikan kekuatan perkerasan lama tanpa
meninggikan atau menambah elevasi permukaan jalan,
memanfaatkan kembali bahan perkerasan lama,
mempertahankan
geometrik
jalan,
mengatasi
ketergantungan akan material baru
penghematan
material, perbaikan kualitas lapis permukaan atas.
Dalam pemilihan jenis daur ulang tersebut biasanya
mempertimbangkan kondisi permukaan, lalulintas,
ketersediaan alat konstruksi yang dipilih. Daur ulang in
place biasanya hanya bisa dilakukan apabila tingkat
ketebalan daur ulang (penggarukan dan 16 penggelaran
kembali) yang dilakukan dan dibutuhkan tidak terlalu
tebal sekitar 2,5 cm. Sementara daur ulang in plant
biasanya dilakukan apabila bahan yang didaur ulang dan
digelar kembali dalam jumlah cukup banyak (Junius dkk,
2011). Penambahan sebagai bahan tambah dengan persen
tertentu akan menghasilkan nilai struktur yang efektif.
3) Marshall Test
Prosedur pengujian ini mengacu pada RSNI M-012003. Pengujian Marshall bertujuan untuk memeriksa dan
menentukan stabilitas campuran agregat dan aspal
terhadap kelelehan plastis (flow). Dari proses persiapan
benda uji sampai pemeriksaan dengan alat Marshall akan
diperoleh data sebagai berikut ini :
1. Kadar aspal
2. Berat volume
3. Stabilitas, menunjukkan kekuatan dan ketahanan
terhadap alur.
4. Kelelehan plastis (flow)
5. VIM, persen rongga dalam campuran.
6. VIM merupakan indikator dari durabilitas dan
kemungkinan bleeding.
7. VMA, persen rongga terhadap agregat. Merupakan
indikator durabilitas.
8. Hasil bagi Marshall (hasil bagi dari stabilitas dan
flow), merupakan indikator kelenturan terhadap
keretakan.
9. Penyerapan aspal, memberikan gambaran berapa
kadar aspal optimum.
10. Tebal aspal, merupakan petunjuk durabilitas
campuran.
B. Lapis Aspal Beton
Menurut Sukirman (2007:75) beton aspal adalah jenis
perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal,
dengan atau tanpa bahan tambahan. Material-material
pembentuk beton aspal dicampur di instalasi pencampur pada
suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi, dihamparkan,
dan dipadatkan.
C. Bahan Tambahan
Serbuk karet ban merupakan salah satu limbah karet dari
sisa bahan yang dihasilkan ban mobil atau truk yang berada
di kota Malang. Serbuk karet ban merupakan salah satu
bahan tambah yang diharapkan mampu meningkatkan
kualitas aspal dalam memenuhi karakteristik aspal sebagai
bahan ikat, serta meningkatkan karakteristik pada campuran
lapis aspal beton terutama pada stabilitas, fleksibilitas dan
durabilitas.
D. Parameter Marshall
Pengujian yang umum dilakukan untuk menentukan
kinerja beton aspal, terlihat bahwa hanya nilai stabilitas dan
flow yang ditentukan dengan mempergunakan alat marshall,
sedangkan
parameter
lainnya
ditentukan
melalui
penimbangan benda uji dan perhitungan.
E. Stabilitas
Pengujian nilai stabilitas adalah kemampuan maksimum
beton aspal padat menerima beban sampai terjadi kelelehan
plastis (Sukirman, 2007:102).
F. Kelelahan(Flow)
Pengujian kelelehan (flow) adalahbesarnya perubahan
bentuk plastis daribeton aspal padat akibat adanya bebas
sampai batas keruntuhan (Sukirman,2007:102).
G. Void The Compacted Mixture (VIM)
VIM adalah volume pori yang masih tersisa setelah
campuran beton aspal dipadatkan. VIM ini dibutuhkan untuk
tempat bergesernya butir-butir agregat, akibat pemadatan
tambahan yang terjadi oleh repetisi beban lalu lintas, atau
tempat jika aspal menjadi lunak akibat meningkatnya
temperatur. VIM yang terlalu besar akan mengakibatkan
beton aspal padat berkurang kekedapan airnya, sehingga
berakibat meningkatnya proses oksidasi aspal yang dapat
mempercepat penuaan aspal dan menurunkan sifat durabilitas
beton aspal. VIM yang terlalu kecil akan mengakibatkan
perkerasan mengalami bleeding jika temperature meningkat
(Sukirman, 2007:80).
b.
c.
Melakukan uji statistik menggunakan analisis
varian satu arah.
Menarik kesimpulan
D. Diagram Alir
H. Void The Mineral Aggregate (VMA)
Menurut Sukirman (2007:85) pori dalam agregrat
campuran adalah banyaknya pori atau rongga di antara
butirbutir agregrat di dalam beton aspal padat.
I.
Marshall Qoutient
Menurut Sukirman (2007:102) marshall quotient adalah
perbandingan antara nilai stabilitas dan flow.
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu kerangka pendekatan pola
pikir dalam rangka menyusu dan melaksanakan suatu
penelitian. Tujuan dari adanya metodologi penelitian adalah
untuk mengarahkan proses berfikir dan proses kerja untuk
menjawab permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut.
Penelitian ini dilakukan dengan metode experimental.
B. Tempat Penelitian
Survey ini dilakukan di laboratorium Teknik Sipil
Universitas Merdeka Madiun
C. Tahapan Penelitian
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang du butuhkan dalam penelitian ini
yaitu : alat uji penetrasi, timbangan berat, alat uji
titik lembek, piknometer, alat uji titik nyala dan
titik bakar, tempat agregat, alat uji berat jenis,
alat cetak benda uji , alat los angeles (tes abrasi),
alat marshall, saringan standart ukuran, alat
pengering (oven), alat pemadat, dan alat bantu
lainnya.
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah agregat kasar (kerikil), agregat halus
(pasir) dan aspal serta limbah ban karet.
2. Persiapan Benda Uji
Dalam penelitian menggunakan benda uji yang
ditambahkan limbah karet ban sebanyak 1%, 3%, 5%,
7% sebagai sampel penelitian dengan kode sample
(A).
3. Pengujian Benda Uji
a. Pengujian Agregat
b. Pengujian Aspal
c. Pengujian Marshall
4. Analisis Data
Langkah-langkah analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
a. Memasukkan nilai masing-masing benda uji
hasil tes marshall, kemudian membuat rata-rata
nilai stabilitas, kelelehan/flow, VIM, VMA dan
marshall quotient.
Gambar 3.1 Diagram Alir
DAFTAR PUSTAKA
Anjarwati, Sulfah & Mahesa Anggi P. (2017), Pengaruh
Limbah Karet Ban Sebagai Campuran Aspal
Terhadap Karakteristik Marshall, pada Jenis
Perkerasan Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)
Kelas B. Universitas Muhammadiyah. Purwokerto.
Ritonga, Ahmad Hafizullah. (2017), Modifikasi Aspal
Polimer Memanfaatkan Karet Ban Bekas
Menggunakan Divenil Benzena dan Dikumil
Peroksida Melalui Proses Ekstrusi. Jurnal Kimia
Saintek dan Pendidikan.
Rini, Tiara Kusuma dkk. (2017), Pengaruh Penambahan
Limbah Karet Ban Terdahadap Kuat Tekan
Marshall pada Campuran Beton Aspal. Universitas
Borobudur, Jakarta.
Oktaviastuti, Blima dkk. (2017). Pengaruh Penambahan
Serbuk Ban Bekas Untuk Bahan Tambahan
Campuran ATB (Asphalt Treated Base). Jurnal Reka
Buana Volume 3 No 1.
Hariyadi, Heru dkk. (2018). Pengaruh Ukuran Crumb
Rubber Mesh #80 dan Mesh #120 (Serbuk Limbah
Ban Karet) pada Penambahan Campuran Lataston
untuk Perkerasan Jalan. Universitas Tidar
Martina, Nunung dkk. (2019). Pengaruh Serbuk dan Bekas
Sebagai Campuran Agregat Halus pada Campuran
Aspal Porous. Wahana Teknik Sipil Vol. 24 No. 2.
Septiawan, Tevit Dwi. (2013). Pengaruh Penggunaan Bahan
Tambah Serbuk Karet Ban pad Campuran Lapis
Aspal Beton. Jurnal Rekayasa Sipil Vol. 1 No. 1.
Prabudi, Darma & Kosim. (2015). Pengaruh Kinerja
Penambahan Karet Ban Bekas Sebagai Subtitusi
Pengganti Campuran Beraspal Daur Ulang pada
Lapis Permukaan Atas. Pilar Jurnal Teknik Sipil
Volume 12, No 2.
Cavallari, Jennifer M. dkk. (2011). Predictors of Dermal
Exposures to Polycyclic AromaticCompounds
Among Hot-Mix Asphalt Paving Workers. Oxforf
University Press
Nahfi, Ali dkk. (2019). Multi-objective Bayesian optimization
of super hydrophobic coatings onasphalt concrete
surfaces. Journal of Computational Design and
Engineering
Download