STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PENGOPERASIAN SCADA PADA GARDU INDUK GILIMANUK PENYULANG PELABUHAN PT PLN AREA PENGATUR DISTRIBUSI BALI Ivan Luthfi Rizal (LT3A/10) Email : [email protected] Dosen Pembimbing :Yusnan Badruzzaman, S.T, M. Eng. Jurusan Teknik Elektro Polines Jl. Prof. Sudarto Tembalang Semarang INDONESIA Abstrak Pada sistem kelistrikan terdapat banyak macam-macam pelanggan dengan tingkat yang berbeda-beda, hal tersebut dapat menimbulkan kerumitan dalam pengoperasian dan pelayanan. Sistem tersebut dibangun dari keadaan yang sederhana, yang kemudian berkembang sesuai kebutuhan beban. Sampai pada saat ini system dirasakan sudah demikian besar dan sudah demikian kompleks. Setiap aktifitas membutuhkan peningkatan pelayanan pelanggan dan efisiensi operasinalnya. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan tersebut. Pertama komunikasi data untuk pengolahan informasi, kedua teknologi komunikasi yang dapat mentransfer data-data untuk operasi system. Dalam situasi seperti ini, pengolahan secara konvensional jelas tidak dapat mencover kebutuhan sehingga dapat berakibat terhadap mutu pelayanan. Perkembangan teknologi dan informasi telah membawa era baru dalam semua aspek kehidupan. Dalam system ketenagalistrikan di Negara-Negara maju telah menggunakan system SCADA berbasis digital telah memberikanalternative pengolahan yang sangat efektif dan efesien. Pada makalah ini SCADA digunakan sebagai software untuk mengolah data pada peralatan kelisrikan system SCADA dengan tujuan untuk peningkatan pelayanan pelanggan danefisiensi operasional ketenagalistrikan. Kata Kunci - Manuver, Remote, Scada. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sanagat vital bagi kebutuhan masyarakat sehari-hari dalam kebutuhan rumah tangga maupun industry. Tenaga listrik harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup pada waktu yang tepat, dengan keandalan yang tinggi dan mempunyai mutu yang baik. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan pengaturan yang baik dalam persediaan dan dalam penyaluran sistem tenaga listrik secara merata dan keandalan sistem dan mutu yang baik sangat dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi. Dalam rangka meningkatkan mutu yang baik dan kehandalan sistem pasokan listrik, maka PT. PLN (Persero) menggunakan sistem SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) sebagai pengawasan kontrol dan pengambilan data dari jarak jauh, mulai dari pengambilan data pada peralatan pembangkit atau Gardu Induk, pengolahan informasi yang diterima, sampai reaksi yang ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi. PLN (Persero) mempunyai visi diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang dinilai dari SAIDI ( System Average InteruptionDuration Index ) dan SAIFI ( System AverageInteruption Frequency Index ). Untuk itu diperlukan sistem operasi yang mempunyai keandalan baik. Sehingga dapat meminimalisir pemadaman untuk menjaga kepuasan pelanggan. Dengan begitu, maka akan dicapainya misi perusahan, menjadi diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang dengan potensi insani. PT. PLN ( Persero ) Area Pengatur Distribusi Bali merupakan salah satu Bagian dari PT. PLN ( Persero ) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang berfungsi sebagai pengatur keandalan sistem distribusi diprovinsi Bali. Dalam suatu perusahaan jasa khususnya Perusahaan Listrik Negara, masalah yang dihadapi sangatlah komplek. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1) Apa fungsi SCADA di PT. PLN 2) Bagiamana system SCADA pada PLN Area Pengatur Distribusi Bali secara umum ? 3) Bagaimana SOP Jaringan Gardu Induk GiliManuk Penyulang Pelabuhan 1.3 Tujuan 1) Mengetahui fungsi SCADA di PT. PLN 2) Mengetahui sistem SCADA pada PLN Area Pengatur Distribusi Bali secara umum 3) Mengetahui SOP Jaringan Gardu Induk Gilimanauk Penyulang Pelabuhan 2.2 Operasional SCADA PLN APD Bali II. DASAR TEORI 2.1 Definisi SCADA SCADA singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition. Dimaksudkan dengan SCADA adalah suatu sistem pengawasan, pengendalian dan pengolahan data secara real time. Real time dalam sebuah sumber disebutkan, “real time”dalam ungkapan yang sederhana dikatakan bahwa, pemakai bertanya kepada sistem komputer lalu sistem komputer mengolah dan menjawabnya. Sistem ini disebut juga sebagai sistem interaktif karena ada dialog antara pemakai dan sistem komputer dan hasilnya tersedia segera.” SCADA adalah salah satu sistem pengendalian yang mengefisienkan pengoperasian jaringan tenaga listrik. Karena dengan sistem SCADA jaringan dapat dimonitoring, dikendalikan dan dimanuver secara remote. Tujuan utama pengoperasian sistem adalah untuk mempertahankan keadaan normal selama mungkin. Bila terjadi gangguan, operator harus bertindak cepat untuk memulihkan sistem menjadi normal kembali, sedangkan dalam keadaan gawat dispatcher harus mampu mengambil tindakan yang sesuai sehingga pemulihan terlaksana dengan baik dan cepat. Pengendalian berbasis SCADA bertujuan untuk membantu operator mendapatkan sistem pengoperasian optimum dan pengendalian sistem tenaga listrik yang lebih mudah. Dalam mengelola sistem jaringan distribusi lamanya waktu pemulihan gangguan merupakan kriteria penting yang digunakan untuk menilai kinerja pada sistem pengoperasian jaringan dan pelayanan gangguan. Untuk hal itu, maka sistem pengendali dilengkapi dengan seperangkat SCADA. Perangkat ini digunakan sebagai sarana untuk memantau dan mengendalikan sistem tenaga secara terpusat dari pusat pengendali. Secara umum system SCADA di gunakan dalam distribusi tenaga listrik untuk memonitor : 1. Mengetahui posisi saklar LBS ( terbuka / tertutup). 2. Mengetahui posisi saklar PMT ( terbuka / tertutup). 3. Mengetahui posisi Recloser ( terbuka / tertutup). 4. Perintah untuk membuka atau menutup PMT. 5. Perintah untuk membuka / menutup LBS. 6. Perintah untuk membuka / menutup Recloser. 7. Mengetahui besaran-besaran pengukuran tegangan,arus,frequency,faktor daya. 8. Mengetahui lokasi daerah yang mengalami gangguan listrik. 9. Mengetahui kurva beban. Gambar 1. Skema sistem scada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi kewenangan oleh Pemerintah dan diserahi tugas semata-mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, serta diberikan tugas untuk melaksanakan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik. Dalam menjalankan usahanya, PT PLN terdiri dari beberapa proses bisnis inti yang dibagi menjadi 3 unit bisnis yaitu unit bisnis pembangkitan, unit bisnis penyaluran dan unit bisnis distribusi. Di Bali terdapat kantor bisnis distribusi atau yang di kenal sebagai Kantor Distribusi Bali, yang bertugas menyediakan dan mengawasi penyediaan tenaga listrik yang ada di daerah Bali dan Nusa Tenggara. Untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di Bali, Kantor Distribusi dibantu oleh 3 Unit Kantor Area (Bali Selatan, Timur dan Utara), 13 Unit Kantor Rayon, dan 1 Unit Kantor Area Pengatur Distribusi (APD). Area Pengatur Distribusi Bali adalah unit pelaksana dibawah PT PLN Distribusi Bali yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan kegiatan operasi jaringan distribusi real time, baik secara kendali jauh (remote control) maupun melalui perintah kepada Pengatur Jaringan (PJ) dan atau Area Jaringan (AJ), sehingga dicapai pengoperasian jaringan yang optimal, yang memaksimalkan penjualan listrik dengan tingkat keandalan maksimum, serta mengelola dan 2 mengembangkan Suvervisory Control And Data Acquisition (SCADA) yang ada agar selalu mengikuti kebutuhan operasional jaringan yang selalu berkembang. Dalam menjalankan tugas pokok tersebut, PT PLN APD Bali memiliki aset yang tak hanya tersebar di lingkungan PT PLN APD Bali, namun juga tersebar di beberapa tempat seperti di Gardu Induk (GI), Jaringan Distribusi (JarDis) dan Rayon. Sebelum ada Scada Operasional manual PLN APD Bali Setelah ada Scada Sistem Scada PLN APD Bali 2.3 Komponen Sistem SCADA Komponen Sistem Scada 2.3.1 Master Station Master station berfungsi untuk mengolah data yang diterima dari system tenaga listrik (Pusat listrik, Gardu Induk dll) yang ada fasilitas SCADA untuk dimonitor oleh operator melalui peralatan bantu yang disebut Human Machine Interface (HMI). Master station terdiri dari : 1. Komputer utama (Main Computer) 2. Front-end computer 3. Human Master Interface (HMI) 4. Peralatan pendukung (UPS, telekomunikasi) 2.3.2 Human Machine Interface (HMI) Human Machine Interface adalah suatu peralatan diruang control yang berfungsi sebagai perantara antara operator (dispatcher) dengan sistem komputer. Dengan adanya Human Machine Interface memudahkan operator memonitor system jaringan tenaga listrik yang ada di wilayahnya. 2.3.3 Remote Terminal Unit Remote Terminal Unit (RTU)berfungsi untuk mengumpulkan data status dan pengukuran peralatan tenaga listrik, kemudian mengirimkan data dan pengukuran tersebut ke Master Station (pusat control) setelah diminta oleh Master. Disamping itu RTU berfungsi melaksanakan perintah dari master station (remote control). RTU terpasang pada setiap Gardu Induk (GI) atau pusat pembangkit yang masuk dalam sistem jaringan tenaga listrik. Remote Terminal Unit (RTU) terdiri dari komponen- komponen antara lain: 1. Central Processing Unit (CPU) 2. Memory 3. Modul Input / Output (I / O) 4. Modul Power supply 5. Telemetering (TM) yang datang dari CT, VT melalui transducer disambung langsung ke modul Analog input. 6. Telesinyal (TS) yang datang dari peralatan GI(PMT, PMS, ES, Trafo dll) disambung langsung ke modul digital input. 7. Telekontrol digital (TC) yang dkeluarkan dari modul analog output disambung ke peralatan pembangkit atau Gardu induk (PMT, PMS, ES dll) yang dilengkapi dengan motor penggerak untuk dikontrol dari pusat pengatur. Telecontrol analog (TC) yang dikeluarkan dari modul analog output disambung ke Unit Pembangkit yang bisa diatur pembebanannya 2.4 Sistem Telekomunikasi Scada Sistem telekomunikasi di dalam SCADA mencakup media komunikasi serta peralatan pendukungnya. Media komunikasi ini menjadi penghubung antara master station dengan remote station untuk melakukan pertukaran data. Media dikatakan baik apabila memenuhi syarat sebagai berikut : a. b. c. d. e. Ketersediaan yang sangat tinggi Integritas data yang sangat tinggi Mendukung operasi real time Efisiensi transfer informasi yang tinggi Operasi yang bebas interferensi elektromagnetik yang tinggi. Meskipun fiber optic mempunyai banyak keunggulan tapi ternyata tidak semua gardu induk dapat langsung dipasang media ini karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan. Solusi lain adalah menggunakan wifi untuk menyambungkan dengan gardu induk terdekat kemudian disambungkan dengan fiber optic. Cara setting commline pada perangkat yang terhubung dapat dilihat pada gambar dibawah ini Komunikasi GPRS Titik Remote SUTM 20 kV PLN APD Bali menggunakan jasa vendor PT. Indonesia Comnet Plus (PT.Icon+), PT.Telkomsel dan PT. XL Axiata untuk jalur dan routing jaringan telekomunikasi. Bandwidth Link Komunikasi DCC APD Bali : • Link RCC Jawa Timur–RCC Bali = 2 Mbps (Clear Channel) Komunikasi Wifi Titik Remote SUTM 20 kV Beberapa media komunikasi data yang dipakai PLN APD Bali antara lain : 2.4.1 Fiber Optic Fiber Optic merupakan media komunikasi dimana data di konversi menjadi sinyal cahaya kemudian dilewatkan melalui pipa yang terbuat dari kaca (serat optik). Media ini paling banyak digunakan oleh PT.Indonesia Comnet sebagai vendor penyedia layanan komunikasi di PLN APD Bali. Keunggulan fiber optic dibanding media komunikasi yang lain adalah : a. Mempunyai lebar bandwitch yang besar. b. Memiliki kecepatan transmisi tinggi c. Ukuran relatif kecil d. Mempunyai rugi-rugi yang relatif kecil e. Keamanan dan kehandalan tinggi Setting Commline di Gardu Induk 2.4.2 Digital Radio Digital radio merupakan komunikasi yang memanfaatkan udara bebas sebagai media transfer data melalui antena. PLN APD Bali mulai meninggalkan media ini karena mudah terinterfensi oleh sinyal lain yang mempunyai frekuensi berdekatan maupun pengaruh cuaca sehingga komunikasi ini dinilai kurang reliable. 2.4.3 Data GPRS (General Packet Radio Service) Data GPRS merupakan salah satu media komunikasi data wireless yang disediakan oleh operator seluler. Bentuk komunikasi ini pada penerapan di APD Bali dapat dilihat pada gambar 4.18. Jenis komunikasi ini digunakan PLN APD Bali untuk : a. Menghubungkan master dengan LBS/Recloser digardu hubung. b. Monitoring kwh meter pembanding (incoming 20 kV) di tiap gardu induk. Dalam penerapannya PLN APD Bali menggunakan jasa network VPN PT.Telkomsel dan PT. Excelcomindo, akan tetapi karena komunikasi ini sering mengalami gangguan sehingga secara perlahan PLN APD Bali mulai mengganti dengan media wifi. 2.5 Fungsi Scada pada Distribusi Energi Listrik Fungsi utama SCADA yang pada sistem distribusi listrik antara lain : a. Telekontrol (Perintah jarak jauh) Remote Control(Pengendalian jarak jauh) Adalah fasilitas dalam SCADA yang berfungsi untuk melakukan eksekusi (buka / tutup) peralatan sistem tenaga listrik yang ada di gardu induk atau pembangkit dari control center. SCADA dapat melakukan pengoperasian peralatan switching pada Gardu Induk atau Pusat Pelabuhan 10.1 Pembangkit yang jauh dari pusat kontrol. Telecontrolling digunakan untuk membuka dan menutup PMT (circuit breaker) sisi 150 kV, baik untuk Line Feeder maupun untuk Trafo Distribusi. b. Telemetering (Pengukuran jarak jauh) Adalah fasilitas dalam sistem SCADA yang berfungsi untuk memantau besaran-besaran pengukuran yang ada di gardu induk atau pembangkit dari control center. keypoint harus tetap memperhatikan koordinasi proteksi recloser tersebut dengan peralatan prteksi lain yang terdapat di penyulang yang sama. 2.6.2 LBS LBS (Load Breaker Switch) merupakan alat switching yang dapat dioperasikan (lepas ataupun tutup) dalam keadaan bertegangan dan berbeban. Seiring dengan perkembangan teknologi dan permintaan pelanggan, beberapa LBS saat ini sudah di lengkapi dengan fitur deteksi arus gangguan. LBS yang dilengkapi fitur deteksi arus gangguan ini dapat digunakan sebagai keypoint pada JTM. LBS ini bukan termasuk peralatan proteksi, jadi dalam penempatanya sebagai keypoint di jaringan lebih fleksibel daripada recloser. SCADA dapat melakukan pengukuran terhadap parameter besaran listrik yang ada pada gardu induk dan jaringan SUTM secara jarak jauh lalu menampilkannya pada Pusat Kontrol. Besaran- besaran yang dapat diukur adalah sebagai berikut: a. Tegangan bus bar. b. Daya aktif dan reaktif unit pembangkit. c. Daya aktif dan reaktif trafo 500/ 150 KV, 150/30 KV dan 150/22 KV. d. Daya aktif dan reaktif penghantar/penyulang. e. Frekuensi Sistem 1. Mengumpulkan data-data di sisi proses (pembangkit / gardu induk). 2. Mengirimkan data ke master (pusat pengatur / control centre). 3. Mengolah data untuk berbagai aplikasi pengaturan dan manajemen (kelistrikan). 4. Mendistribusikan informasi ke komputer / master lain melalui local area networks. Besaran seperti daya, arus dan tegangan di seluruh bagian sistem nantinya berpengaruh pada perencanaan maupun pelaksanaan operasi sistem tenaga. 2.8 Fungsi sistem SCADA bagi pengatur jaringan (Dispatcher) c. Telesignaling Adalah fasilitas dalam sistem SCADA yang berfungsi untuk memantau status/indikasi peralatan sistem tenaga listrik yang ada di gardu induk atau pembangkit dari control center. SCADA dapat mengetahui status dari peralatan listrik yang diamati secara jarak jauh. Scada mengumpulkan informasi mengenai kondisi sistem dan indikasi operasi, kemudian menampilkannya pada pusat kontrol secara real time. Setiap perubahan kondisi sistem langsung dapat diketahui tanpa menunggu laporan dari Operator di Gardu Induk dan pusat tenaga listrik. Informasi indikasi perlu untuk mengetahui bahwa operasi yang dijalankan (seperti pemutusan Circuit Breaker) telah berhasil. Keadaan yang dapat dipantau adalah sebagai berikut : a. Status PMT/PMS. b. Alarm-alarm seperti proteksi dan peralatan lain. c. Posisi kontrol jarah jauh. d. Posisi perubahan tap transformator. e. Titik pengesetan unit pembangkit tertentu. 2.6 Keypoint 2.6.1 Recloser Recloser merupakan salah satu peralatan proteksi pada JTM yang mampu melepaskan beban saat terjadi gangguan dan mampu menutup kembali (reclose) sesuai dengan setting yang ditetapkan. Penempatan recloser di jaringan sangat membantu mengatasi gangguan temporer dan membagi jaringan menjadi section-section yang lebih kecil. Penempatanya sebagai 2.7 Fungsi Sistem SCADA di PT. PLN (Persero) 1. Mengetahui kapan untuk membuuka atau menutup tutup switch pada jaringan yang diawasi. 2. Mengetahui besaran tegangan, arus, dan frekuensi di setiap penyulang pada jaringan. 3. Untuk mengetahui Indikasi alarm, seperti Ground Fault, Over Current, Suplly Fault, Over/Under Voltage. 2.9 Standart Operasional Penyulang Pelabuhan Prosedur Pelabuhan 10.1 Diagram Single Line APD BALI Single Line Diagram Bali Pelabuhan 10.1 STANDAR OPERASI PROSEDUR PENYULANG PELABUHAN GARDU INDUK GILIMANUK SINGLE LINE SISTEM TITIK MANUVER BEBAN KE PELABUHAN Pool I TRF I 15 MVA Pura Dalem P. PELABUHAN TRF I 15 MVA Pool I P. MELAYA BEBAN KE MELAYA OPERASI JARDIST. 20 KV PENYULANG PELABUHAN REFERENSI BEBAN (A) NO 1 1 PENYULANG P.PELABUHAN SEKSI - I SIANG MALAM 10 16 DIMANUVER KE PENYULANG P.MELAYA KONDISI NORMAL AWAL : PMT. 20 kV P. Pelabuhan ( TUTUP ) PT PLN (Persero) Distribusi Bali Area Pengatur Distribusi Bali Jalan Diponogoro No:17 Denpasar - Bali PROSEDUR Operasi REFERENSI BEBAN (A) BEBAN MENJADI ( A ) SIANG MALAM SIANG MALAM 37 60 47 76 AKHIR : GD. Pelabuhan Gilimanuk (TUTUP ) Kode Unit APD BALI No.Dok. PR.10.1 Kode Penyulang PR.10.1.10.1 Revisi 1 Tgl.Terbit 01-Mei-07 Halaman dari 3 Halaman Pelabuhan 10.1 PT PLN (Persero) Distribusi Bali Area Pengatur Distribusi Bali Jalan Diponogoro No:17 Denpasar - Bali PROSEDUR Operasi Kode Unit APD BALI No.Dok. PR.10.1 Kode Penyulang PR.10.1.10.1 Revisi 1 Tgl.Terbit 01-Mei-07 Halaman dari 3 Halaman KRONOLOGIS MANUVER PETUGAS NO URAIAN A P. Pelabuhan ( TRIP ) DISPAT APD OPERATOR G I AJ BALI UTARA KETERANGAN 1 - P. Pelabuhan di coba TUTUP remote - BILA BERHASIL : Dispatcher APD menginformasikan jurnalnya ke AJ. Bali Utara BILA GAGAL B.I Gangguan dipastikan di Seksi I 2 Dari Rec. Cekik sampai GI a. Pengusutan Gangguan dilaksanakan diSEKSI-I - Gangguan Ditemukan langsung diatasi sesuai SOP Kerja Lapangan b. PMS. 20 kV P. Pelabuhan diKeluarkan - 3 PMS. Ground P. Pelabuhan diMasukan Penormalan Beban - PMS. Ground P. Pelabuhan diLepas - PMS. 20 kV P. Pelabuhan diMasukan c. P. Pelabuhan diTUTUP remote 4 CATATAN : BILA REMOTE GAGAL , PETUGAS DISPATCHER APD BALI DAPAT LANGSUNG MELAKUKAN PERINTAH KEPADA OPERATOR GARDU INDUK ATAU PETUGAS LAPANGAN UNTUK MELAKUKAN PELEPASAN MAUPUN PEMASUKAN CB/ LBS SECARA MANUAL BAIK DI GARDU INDUK , GARDU HUBUNG MAUPUN DI GARDU DISTRIBUSI Catatan : 1. Bila remote gagal , petugas dispatcher apd bali dapat langsung melakukan perintah kepada operator gardu induk atau petugas lapangan untuk melakukan pelepasa maupun pemasukancb/ lbs secara manual baik di gardu induk , gardu hubung maupun di gardu distribusi III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dengan melihat desain, konsep, dan melakukan analisis terhadap penerapan teknologi SCADA, khususnya pada fasilitas yang dimiliki oleh PT PLN Persero APD Bali, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. SCADA ( Supervisory control and data aqusition) adalah sistem yang dapat memonitor dan mengontrol suatu peralatan atau sistem dari jarak jauh secara real time 2. Penerapan SCADA pada proses supervisi distribusi listrik terbukti meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam operasional distribusi listrik di Bali. 3. Dengan memakai SCADA, kebutuhan akan sumber daya manusia bisa digantikan dengan mesin yang mempunyai tingkat kesalahan yang lebih rendah dan lebih responsif dalam merespon secara cepat setiap masalah yang diakibatkan. 4. Pemakaian SCADA terbukti meningkatkan keamanan dalam proses maintenance dan perawatan peralatan listrik yang ada di lapangan. 5. Dalam melakukan pengalihan Beban besar tegangan, Besar arus, kemampuan dalam memikul beban sebuah penyulang harus di perhatikan. Pelabuhan 10.1 1. 2. 3. 3.2 Saran Untuk mengantisipasi kesalahan – kesalahan di kemudian hari, khususnya dalam perawatan hardware dan software, maka perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut : Melakukan perawatan pada perangkat keras secara berkala dan perlu disiapkan perangkat pengganti untuk backup sehingga ketika ada perawatan/maintenance tidak akan menggangu operasional distribusi pasokan listrik kepada pelanggan. 2Perlu dilakukan update untuk memperkaya fitu fitur dari software yang sudah ada. 3 Perlu adanya antivirus yang baik dan selalu terupdate untuk komputer – komputer yang bertugas dalam operasional harian, untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh virus yang jumlahnya terus meningkat. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. .http://andrefabilozi.blogspot.co.id/2016/0 5/makalah-sistem-scada-supervisory.html http://eprints.undip.ac.id/67178/6/10._BA B_II.pdf http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2024930 5-R231091.pdf 5013_MAKALAH-RITEKTRA-2018PRIMA-MRT.pdf 10._BAB_II.pdf