Uploaded by User87426

9. Makalah SCADA Ivan Luthfi Rizal LT3A 3.31.18.0.10

advertisement
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PENGOPERASIAN SCADA PADA
GARDU INDUK GILIMANUK PENYULANG PELABUHAN PT PLN AREA
PENGATUR DISTRIBUSI BALI
Ivan Luthfi Rizal (LT3A/10)
Email : [email protected]
Dosen Pembimbing :Yusnan Badruzzaman, S.T, M. Eng.
Jurusan Teknik Elektro Polines
Jl. Prof. Sudarto Tembalang Semarang INDONESIA
Abstrak
Pada sistem kelistrikan terdapat banyak macam-macam pelanggan dengan tingkat yang berbeda-beda, hal
tersebut dapat menimbulkan kerumitan dalam pengoperasian dan pelayanan. Sistem tersebut dibangun dari keadaan
yang sederhana, yang kemudian berkembang sesuai kebutuhan beban. Sampai pada saat ini system dirasakan sudah
demikian besar dan sudah demikian kompleks. Setiap aktifitas membutuhkan peningkatan pelayanan pelanggan dan
efisiensi operasinalnya. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan tersebut. Pertama komunikasi
data untuk pengolahan informasi, kedua teknologi komunikasi yang dapat mentransfer data-data untuk operasi system.
Dalam situasi seperti ini, pengolahan secara konvensional jelas tidak dapat mencover kebutuhan sehingga dapat
berakibat terhadap mutu pelayanan.
Perkembangan teknologi dan informasi telah membawa era baru dalam semua aspek kehidupan. Dalam
system ketenagalistrikan di Negara-Negara maju telah menggunakan system SCADA berbasis digital telah
memberikanalternative pengolahan yang sangat efektif dan efesien. Pada makalah ini SCADA digunakan sebagai
software untuk mengolah data pada peralatan kelisrikan system SCADA dengan tujuan untuk peningkatan
pelayanan pelanggan danefisiensi operasional ketenagalistrikan.
Kata Kunci - Manuver, Remote, Scada.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang
sanagat vital bagi kebutuhan masyarakat sehari-hari dalam
kebutuhan rumah tangga maupun industry. Tenaga listrik harus
selalu tersedia dalam jumlah yang cukup pada waktu yang
tepat, dengan keandalan yang tinggi dan mempunyai mutu
yang baik. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan
pengaturan yang baik dalam persediaan dan dalam penyaluran
sistem tenaga listrik secara merata dan keandalan sistem dan
mutu yang baik sangat dibutuhkan suatu sistem yang
terintegrasi.
Dalam rangka meningkatkan mutu yang baik dan
kehandalan sistem pasokan listrik, maka PT. PLN (Persero)
menggunakan sistem SCADA (Supervisory Control And Data
Acquisition) sebagai pengawasan kontrol dan pengambilan
data dari jarak jauh, mulai dari pengambilan data pada
peralatan pembangkit atau Gardu Induk, pengolahan
informasi yang diterima, sampai reaksi yang ditimbulkan
dari hasil pengolahan informasi.
PLN (Persero) mempunyai visi diakui sebagai
perusahaan kelas dunia yang dinilai dari SAIDI ( System
Average InteruptionDuration Index ) dan SAIFI ( System
AverageInteruption Frequency Index ). Untuk itu diperlukan
sistem operasi yang mempunyai keandalan baik. Sehingga
dapat meminimalisir pemadaman untuk menjaga kepuasan
pelanggan. Dengan begitu, maka akan dicapainya misi
perusahan, menjadi diakui sebagai perusahaan kelas dunia
yang bertumbuh kembang dengan potensi insani.
PT. PLN ( Persero ) Area Pengatur Distribusi Bali
merupakan salah satu Bagian dari PT. PLN ( Persero )
Distribusi Jawa Barat dan Banten yang berfungsi sebagai
pengatur keandalan sistem distribusi diprovinsi Bali. Dalam
suatu perusahaan jasa khususnya Perusahaan Listrik Negara,
masalah yang dihadapi sangatlah komplek.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1) Apa fungsi SCADA di PT. PLN
2) Bagiamana system SCADA pada PLN Area Pengatur
Distribusi Bali secara umum ?
3) Bagaimana SOP Jaringan Gardu Induk
GiliManuk Penyulang Pelabuhan
1.3 Tujuan
1) Mengetahui fungsi SCADA di PT. PLN
2) Mengetahui sistem SCADA pada PLN Area Pengatur
Distribusi Bali secara umum
3) Mengetahui SOP Jaringan Gardu Induk
Gilimanauk Penyulang Pelabuhan
2.2 Operasional SCADA PLN APD Bali
II. DASAR TEORI
2.1 Definisi SCADA
SCADA singkatan dari Supervisory Control and Data
Acquisition. Dimaksudkan dengan SCADA adalah suatu sistem
pengawasan, pengendalian dan pengolahan data secara real time.
Real time dalam sebuah sumber disebutkan, “real time”dalam
ungkapan yang sederhana dikatakan bahwa, pemakai bertanya
kepada sistem komputer lalu sistem komputer mengolah dan
menjawabnya. Sistem ini disebut juga sebagai sistem interaktif
karena ada dialog antara pemakai dan sistem komputer dan
hasilnya tersedia segera.”
SCADA adalah salah satu sistem pengendalian yang
mengefisienkan pengoperasian jaringan tenaga listrik.
Karena dengan sistem SCADA jaringan dapat dimonitoring,
dikendalikan dan dimanuver secara remote. Tujuan utama
pengoperasian sistem adalah untuk mempertahankan keadaan
normal selama mungkin. Bila terjadi gangguan, operator harus
bertindak cepat untuk memulihkan sistem menjadi normal
kembali, sedangkan dalam keadaan gawat dispatcher harus
mampu mengambil tindakan yang sesuai sehingga pemulihan
terlaksana dengan baik dan cepat. Pengendalian berbasis SCADA
bertujuan untuk membantu operator mendapatkan sistem
pengoperasian optimum dan pengendalian sistem tenaga listrik
yang lebih mudah. Dalam mengelola sistem jaringan distribusi
lamanya waktu pemulihan gangguan merupakan kriteria penting
yang digunakan untuk menilai kinerja pada sistem pengoperasian
jaringan dan pelayanan gangguan. Untuk hal itu, maka sistem
pengendali dilengkapi dengan seperangkat SCADA. Perangkat
ini digunakan sebagai sarana untuk memantau dan
mengendalikan sistem tenaga secara terpusat dari pusat
pengendali.
Secara umum system SCADA di gunakan dalam distribusi
tenaga listrik untuk memonitor :
1. Mengetahui posisi saklar LBS ( terbuka / tertutup).
2. Mengetahui posisi saklar PMT ( terbuka /
tertutup).
3. Mengetahui posisi Recloser ( terbuka / tertutup).
4. Perintah untuk membuka atau menutup PMT.
5. Perintah untuk membuka / menutup LBS.
6. Perintah untuk membuka / menutup Recloser.
7. Mengetahui
besaran-besaran
pengukuran
tegangan,arus,frequency,faktor daya.
8. Mengetahui lokasi daerah yang mengalami gangguan
listrik.
9. Mengetahui kurva beban.
Gambar 1. Skema sistem scada
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang diberi kewenangan oleh Pemerintah
dan diserahi tugas semata-mata untuk melaksanakan usaha
penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, serta
diberikan tugas untuk melaksanakan pekerjaan usaha penunjang
tenaga listrik. Dalam menjalankan usahanya, PT PLN terdiri dari
beberapa proses bisnis inti yang dibagi menjadi 3 unit bisnis yaitu
unit bisnis pembangkitan, unit bisnis penyaluran dan unit bisnis
distribusi. Di Bali terdapat kantor bisnis distribusi atau yang di
kenal sebagai Kantor Distribusi Bali, yang bertugas menyediakan
dan mengawasi penyediaan tenaga listrik yang ada di daerah Bali
dan Nusa Tenggara. Untuk menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya di Bali, Kantor Distribusi dibantu oleh 3 Unit Kantor
Area (Bali Selatan, Timur dan Utara), 13 Unit Kantor Rayon, dan
1 Unit Kantor Area Pengatur Distribusi (APD). Area Pengatur
Distribusi Bali adalah unit pelaksana dibawah PT PLN Distribusi
Bali yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan
kegiatan operasi jaringan distribusi real time, baik secara kendali
jauh (remote control) maupun melalui perintah kepada Pengatur
Jaringan (PJ) dan atau Area Jaringan (AJ), sehingga dicapai
pengoperasian jaringan yang optimal, yang memaksimalkan
penjualan listrik dengan tingkat keandalan maksimum, serta
mengelola dan 2 mengembangkan Suvervisory Control And Data
Acquisition (SCADA) yang ada agar selalu mengikuti kebutuhan
operasional jaringan yang selalu berkembang. Dalam
menjalankan tugas pokok tersebut, PT PLN APD Bali memiliki
aset yang tak hanya tersebar di lingkungan PT PLN APD Bali,
namun juga tersebar di beberapa tempat seperti di Gardu Induk
(GI), Jaringan Distribusi (JarDis) dan Rayon.
Sebelum ada Scada
Operasional manual PLN APD Bali
Setelah ada Scada
Sistem Scada PLN APD Bali
2.3 Komponen Sistem SCADA
Komponen Sistem Scada
2.3.1 Master Station
Master station berfungsi untuk mengolah data yang
diterima dari system tenaga listrik (Pusat listrik, Gardu Induk
dll) yang ada fasilitas SCADA untuk dimonitor oleh operator
melalui peralatan bantu yang disebut Human Machine
Interface (HMI). Master station terdiri dari :
1. Komputer utama (Main Computer)
2. Front-end computer
3. Human Master Interface (HMI)
4. Peralatan pendukung (UPS, telekomunikasi)
2.3.2 Human Machine Interface (HMI)
Human Machine Interface adalah suatu peralatan
diruang control yang berfungsi sebagai perantara antara
operator (dispatcher) dengan sistem komputer. Dengan adanya
Human Machine Interface memudahkan operator memonitor
system jaringan tenaga listrik yang ada di wilayahnya.
2.3.3 Remote Terminal Unit
Remote Terminal Unit (RTU)berfungsi untuk
mengumpulkan data status dan pengukuran peralatan tenaga
listrik, kemudian mengirimkan data dan pengukuran tersebut
ke Master Station (pusat control) setelah diminta oleh Master.
Disamping itu RTU berfungsi melaksanakan perintah dari
master station (remote control).
RTU terpasang pada setiap Gardu Induk (GI) atau pusat
pembangkit yang masuk dalam sistem jaringan tenaga listrik.
Remote Terminal Unit (RTU) terdiri dari komponen- komponen
antara lain:
1. Central Processing Unit (CPU)
2. Memory
3. Modul Input / Output (I / O)
4. Modul Power supply
5. Telemetering (TM) yang datang dari CT, VT melalui
transducer disambung langsung ke modul Analog input.
6. Telesinyal (TS) yang datang dari peralatan GI(PMT,
PMS, ES, Trafo dll) disambung langsung ke modul digital
input.
7. Telekontrol digital (TC) yang dkeluarkan dari modul analog
output disambung ke peralatan pembangkit atau Gardu induk
(PMT, PMS, ES dll) yang dilengkapi dengan motor
penggerak untuk dikontrol dari pusat pengatur. Telecontrol
analog (TC) yang dikeluarkan dari modul analog output
disambung ke Unit Pembangkit yang bisa diatur
pembebanannya
2.4 Sistem Telekomunikasi Scada
Sistem telekomunikasi di dalam SCADA mencakup media
komunikasi
serta
peralatan
pendukungnya. Media
komunikasi ini menjadi penghubung antara master station
dengan remote station untuk melakukan pertukaran data. Media
dikatakan baik apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
Ketersediaan yang sangat tinggi
Integritas data yang sangat tinggi
Mendukung operasi real time
Efisiensi transfer informasi yang tinggi
Operasi yang bebas interferensi elektromagnetik yang
tinggi.
Meskipun fiber optic mempunyai banyak keunggulan tapi
ternyata tidak semua gardu induk dapat langsung dipasang media
ini karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan. Solusi
lain adalah menggunakan wifi untuk menyambungkan dengan
gardu induk terdekat kemudian disambungkan dengan fiber
optic. Cara setting commline pada perangkat yang terhubung
dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Komunikasi GPRS Titik Remote SUTM 20 kV PLN APD
Bali menggunakan jasa vendor PT. Indonesia
Comnet Plus (PT.Icon+), PT.Telkomsel dan PT. XL Axiata
untuk jalur dan routing jaringan telekomunikasi. Bandwidth
Link Komunikasi DCC APD Bali :
• Link RCC Jawa Timur–RCC Bali = 2 Mbps (Clear
Channel)
Komunikasi Wifi Titik Remote SUTM 20 kV Beberapa
media komunikasi data yang dipakai PLN
APD Bali antara lain :
2.4.1 Fiber Optic
Fiber Optic merupakan media komunikasi dimana data di
konversi menjadi sinyal cahaya kemudian dilewatkan melalui
pipa yang terbuat dari kaca (serat optik). Media ini paling
banyak digunakan oleh PT.Indonesia Comnet sebagai vendor
penyedia layanan komunikasi di PLN APD Bali. Keunggulan
fiber optic dibanding media komunikasi yang lain adalah :
a. Mempunyai lebar bandwitch yang besar.
b. Memiliki kecepatan transmisi tinggi
c. Ukuran relatif kecil
d. Mempunyai rugi-rugi yang relatif kecil
e.
Keamanan dan kehandalan tinggi
Setting Commline di Gardu Induk
2.4.2 Digital Radio
Digital radio merupakan komunikasi yang memanfaatkan udara
bebas sebagai media transfer data melalui antena. PLN APD
Bali mulai meninggalkan media ini karena mudah terinterfensi
oleh sinyal lain yang mempunyai frekuensi berdekatan
maupun pengaruh cuaca sehingga komunikasi ini dinilai kurang
reliable.
2.4.3 Data GPRS (General Packet Radio Service)
Data GPRS merupakan salah satu media komunikasi data
wireless yang disediakan oleh operator seluler. Bentuk
komunikasi ini pada penerapan di APD Bali dapat dilihat pada
gambar 4.18. Jenis komunikasi ini digunakan PLN APD Bali
untuk :
a. Menghubungkan master dengan LBS/Recloser
digardu hubung.
b. Monitoring kwh meter pembanding (incoming 20 kV)
di tiap gardu induk.
Dalam penerapannya PLN APD Bali menggunakan jasa
network VPN PT.Telkomsel dan PT. Excelcomindo, akan tetapi
karena komunikasi ini sering mengalami gangguan sehingga
secara perlahan PLN APD Bali mulai mengganti dengan media
wifi.
2.5 Fungsi Scada pada Distribusi Energi Listrik
Fungsi utama SCADA yang pada sistem distribusi listrik
antara lain :
a. Telekontrol (Perintah jarak jauh) Remote
Control(Pengendalian jarak jauh)
Adalah fasilitas dalam SCADA yang berfungsi untuk
melakukan eksekusi (buka / tutup) peralatan sistem tenaga listrik
yang ada di gardu induk atau pembangkit dari control center.
SCADA dapat melakukan pengoperasian peralatan switching
pada Gardu Induk atau Pusat
Pelabuhan 10.1
Pembangkit yang jauh dari pusat kontrol. Telecontrolling
digunakan untuk membuka dan menutup PMT (circuit
breaker) sisi 150 kV, baik untuk Line Feeder maupun
untuk Trafo Distribusi.
b. Telemetering (Pengukuran jarak jauh)
Adalah fasilitas dalam sistem SCADA yang berfungsi
untuk memantau besaran-besaran pengukuran yang ada di
gardu induk atau pembangkit dari control center.
keypoint harus tetap memperhatikan koordinasi proteksi
recloser tersebut dengan peralatan prteksi lain yang
terdapat di penyulang yang sama.
2.6.2 LBS
LBS (Load Breaker Switch) merupakan alat switching
yang dapat dioperasikan (lepas ataupun tutup) dalam
keadaan bertegangan dan berbeban. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan permintaan pelanggan,
beberapa LBS saat ini sudah di lengkapi dengan fitur
deteksi arus gangguan. LBS yang dilengkapi fitur deteksi
arus gangguan ini dapat digunakan sebagai keypoint pada
JTM. LBS ini bukan termasuk peralatan proteksi, jadi
dalam penempatanya sebagai keypoint di jaringan lebih
fleksibel daripada recloser.
SCADA dapat melakukan pengukuran terhadap
parameter besaran listrik yang ada pada gardu induk dan
jaringan SUTM secara jarak jauh lalu menampilkannya
pada Pusat Kontrol. Besaran- besaran yang dapat diukur
adalah sebagai berikut:
a. Tegangan bus bar.
b. Daya aktif dan reaktif unit pembangkit.
c. Daya aktif dan reaktif trafo 500/ 150 KV,
150/30 KV dan 150/22 KV.
d. Daya aktif dan reaktif penghantar/penyulang. e.
Frekuensi Sistem
1. Mengumpulkan data-data di sisi proses
(pembangkit / gardu induk).
2. Mengirimkan data ke master (pusat pengatur /
control centre).
3. Mengolah data untuk berbagai aplikasi pengaturan dan
manajemen (kelistrikan).
4. Mendistribusikan informasi ke komputer / master lain
melalui local area networks.
Besaran seperti daya, arus dan tegangan di seluruh
bagian sistem nantinya berpengaruh pada perencanaan
maupun pelaksanaan operasi sistem tenaga.
2.8 Fungsi sistem SCADA bagi pengatur jaringan
(Dispatcher)
c. Telesignaling
Adalah fasilitas dalam sistem SCADA yang berfungsi
untuk memantau status/indikasi peralatan sistem tenaga
listrik yang ada di gardu induk atau pembangkit dari
control center.
SCADA dapat mengetahui status dari peralatan listrik
yang diamati secara jarak jauh. Scada mengumpulkan
informasi mengenai kondisi sistem dan indikasi operasi,
kemudian menampilkannya pada pusat kontrol secara real
time. Setiap perubahan kondisi sistem langsung dapat
diketahui tanpa menunggu laporan dari Operator di Gardu
Induk dan pusat tenaga listrik. Informasi indikasi perlu
untuk mengetahui bahwa operasi yang dijalankan (seperti
pemutusan Circuit Breaker) telah berhasil. Keadaan yang
dapat dipantau adalah sebagai berikut :
a. Status PMT/PMS.
b. Alarm-alarm seperti proteksi dan peralatan lain.
c. Posisi kontrol jarah jauh.
d. Posisi perubahan tap transformator.
e. Titik pengesetan unit pembangkit tertentu.
2.6 Keypoint
2.6.1 Recloser
Recloser merupakan salah satu peralatan proteksi pada
JTM yang mampu melepaskan beban saat terjadi
gangguan dan mampu menutup kembali (reclose)
sesuai dengan setting yang ditetapkan. Penempatan
recloser di jaringan sangat membantu mengatasi
gangguan temporer dan membagi jaringan menjadi
section-section yang lebih kecil. Penempatanya sebagai
2.7 Fungsi Sistem SCADA di PT. PLN (Persero)
1. Mengetahui kapan untuk membuuka atau menutup tutup
switch pada jaringan yang diawasi.
2. Mengetahui besaran tegangan, arus, dan frekuensi di
setiap penyulang pada jaringan.
3. Untuk mengetahui Indikasi alarm, seperti Ground Fault,
Over Current, Suplly Fault, Over/Under Voltage.
2.9 Standart
Operasional
Penyulang Pelabuhan
Prosedur
Pelabuhan 10.1
Diagram Single Line APD BALI
Single Line Diagram Bali
Pelabuhan 10.1
STANDAR OPERASI PROSEDUR
PENYULANG PELABUHAN GARDU INDUK GILIMANUK
SINGLE LINE SISTEM TITIK MANUVER
BEBAN
KE PELABUHAN
Pool I
TRF I
15 MVA
Pura Dalem
P. PELABUHAN
TRF I
15 MVA
Pool I
P. MELAYA
BEBAN
KE MELAYA
OPERASI JARDIST. 20 KV PENYULANG PELABUHAN
REFERENSI BEBAN (A)
NO
1
1
PENYULANG
P.PELABUHAN
SEKSI - I
SIANG
MALAM
10
16
DIMANUVER KE
PENYULANG
P.MELAYA
KONDISI
NORMAL
AWAL : PMT. 20 kV P. Pelabuhan ( TUTUP )
PT PLN (Persero) Distribusi
Bali Area Pengatur Distribusi
Bali Jalan Diponogoro No:17
Denpasar - Bali
PROSEDUR
Operasi
REFERENSI BEBAN (A)
BEBAN MENJADI ( A )
SIANG
MALAM
SIANG
MALAM
37
60
47
76
AKHIR : GD. Pelabuhan Gilimanuk (TUTUP )
Kode Unit
APD BALI
No.Dok.
PR.10.1
Kode Penyulang
PR.10.1.10.1
Revisi
1
Tgl.Terbit
01-Mei-07
Halaman
dari 3 Halaman
Pelabuhan 10.1
PT PLN (Persero) Distribusi Bali Area
Pengatur Distribusi Bali Jalan Diponogoro
No:17
Denpasar - Bali
PROSEDUR
Operasi
Kode Unit
APD BALI
No.Dok.
PR.10.1
Kode Penyulang
PR.10.1.10.1
Revisi
1
Tgl.Terbit
01-Mei-07
Halaman
dari 3 Halaman
KRONOLOGIS MANUVER
PETUGAS
NO
URAIAN
A P. Pelabuhan ( TRIP )
DISPAT APD
OPERATOR G I
AJ BALI UTARA
KETERANGAN
1
-
P. Pelabuhan di coba TUTUP remote
-
BILA BERHASIL : Dispatcher APD
menginformasikan jurnalnya ke AJ. Bali Utara
BILA GAGAL
B.I
Gangguan dipastikan di Seksi I
2
Dari Rec. Cekik sampai GI
a. Pengusutan Gangguan dilaksanakan diSEKSI-I
-
Gangguan Ditemukan langsung diatasi sesuai
SOP Kerja Lapangan
b. PMS. 20 kV P. Pelabuhan diKeluarkan
-
3
PMS. Ground P. Pelabuhan diMasukan
Penormalan Beban
-
PMS. Ground P. Pelabuhan diLepas
-
PMS. 20 kV P. Pelabuhan diMasukan
c. P. Pelabuhan diTUTUP remote
4
CATATAN :
BILA REMOTE GAGAL , PETUGAS DISPATCHER APD BALI DAPAT LANGSUNG MELAKUKAN PERINTAH KEPADA OPERATOR GARDU INDUK
ATAU PETUGAS LAPANGAN UNTUK MELAKUKAN PELEPASAN MAUPUN PEMASUKAN CB/ LBS SECARA MANUAL BAIK DI GARDU
INDUK , GARDU HUBUNG MAUPUN DI GARDU DISTRIBUSI
Catatan :
1. Bila remote gagal , petugas dispatcher apd bali
dapat langsung melakukan perintah kepada
operator gardu induk atau petugas lapangan untuk
melakukan pelepasa maupun pemasukancb/ lbs
secara manual baik di gardu induk , gardu
hubung maupun di gardu distribusi
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan melihat desain, konsep, dan melakukan
analisis terhadap penerapan teknologi SCADA,
khususnya pada fasilitas yang dimiliki oleh PT PLN
Persero APD Bali, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. SCADA ( Supervisory control and data aqusition)
adalah sistem yang dapat memonitor dan
mengontrol suatu peralatan atau sistem dari jarak
jauh secara real time
2. Penerapan SCADA pada proses supervisi distribusi
listrik terbukti meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam operasional distribusi listrik di
Bali.
3. Dengan memakai SCADA, kebutuhan akan sumber
daya manusia bisa digantikan dengan mesin yang
mempunyai tingkat kesalahan yang lebih rendah dan
lebih responsif dalam merespon secara cepat setiap
masalah yang diakibatkan.
4.
Pemakaian SCADA terbukti meningkatkan
keamanan dalam proses maintenance dan perawatan
peralatan listrik yang ada di lapangan.
5. Dalam melakukan pengalihan Beban besar tegangan,
Besar arus, kemampuan dalam memikul beban
sebuah penyulang harus di perhatikan.
Pelabuhan 10.1
1.
2.
3.
3.2 Saran
Untuk mengantisipasi kesalahan – kesalahan di
kemudian hari, khususnya dalam perawatan
hardware dan software, maka perlu dilakukan
beberapa hal sebagai berikut :
Melakukan perawatan pada perangkat keras secara
berkala dan perlu disiapkan perangkat pengganti
untuk
backup
sehingga
ketika
ada
perawatan/maintenance tidak akan menggangu
operasional distribusi pasokan listrik kepada
pelanggan.
2Perlu dilakukan update untuk memperkaya fitu fitur dari software yang sudah ada.
3 Perlu adanya antivirus yang baik dan selalu
terupdate untuk komputer – komputer yang
bertugas dalam operasional harian, untuk mencegah
kerusakan yang ditimbulkan oleh virus yang
jumlahnya terus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
.http://andrefabilozi.blogspot.co.id/2016/0
5/makalah-sistem-scada-supervisory.html
http://eprints.undip.ac.id/67178/6/10._BA
B_II.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2024930
5-R231091.pdf
5013_MAKALAH-RITEKTRA-2018PRIMA-MRT.pdf
10._BAB_II.pdf
Download