Uploaded by akbarnaufal

PANCASILA PADA DIRI GENERASI MUDA

advertisement
PANCASILA PADA DIRI GENERASI MUDA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Pancasila
Disusun oleh
Akbar Naufal Makarim
40040318650039
SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI REKAYASA OTOMASI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pancasila pada Diri Generasi Muda”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
Pancasila di Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Otomasi, Sekolah
Vokasi, Universitas Diponegoro. Selain itu, makalah ini juga sebagai pengingat
kembali untuk kita sebagai generasi muda, terutama mahasiswa sebagai kalangan
intelektual akan nilai-nilai yang seharusnya selalu kita bawa untuk mempersiapkan
masa depan sebagai penerus tonggak kepemimpinan di negara ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Dalam penulisan makalah ini tentu penulis tidak pernah luput dari kekurangan,
baik kekurangan dalam tata bahasa maupun kekurangan dalam konteks penyajian
makalah ini, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis sangatlah terbatas. Oleh
karena itu, sudilah pembaca dapat memahami dan memaklumi atas hal tersebut.
Segala bentuk kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
makalah ini yang akan dapat penulis jadikan evaluasi kedepannya. Semoga makalah
ini dapat membantu pembaca sekalian baik dalam rangka memperluas wawasan
maupun dalam rangka mengingat kembali Nilai-nilai Pancasila yang harus selalu
kita bawa dalam kehidupan sehari-hari.
Semarang, Juni 2020
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 5
A. Pengertian Nasionalisme ......................................................................... 5
B. Pengertian Globalisasi ............................................................................. 6
C. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia ......................................... 7
D. Pancasila sebagai Pandangan dan Tujuan Hidup Bangsa ....................... 9
E. Upaya Penanaman Nilai-nilai Pancasila pada Generasi Muda ............... 13
F. Menumbuhkan Generasi Muda Cinta Pancasila ..................................... 16
BAB II PENUTUP ............................................................................................ 18
A. Kesimpulan ............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah telah membuktikan pada khalayak umum bahwa generasi muda
senantiasa memegang peranan strategis dalam menggerakkan perubahan kehidupan
dan menciptakan sejarah baru bagi bangsa dan negara. Mereka mewarnai sejarah
yang dilahirkan secara tidak sempurna, menjadi suatu masa yang lebih baik dan
sempurna, serta menjadi tokoh perubahan peradaban yang dinanti-nanti banyak
kalangan baik tingkatan masyarakat maupun bangsa dan negara kita tercinta.
Catatan sejarah menyebutkan hampir seluruh sejarah penting yang tercipta di
negeri ini dilakukan atas peran serta generasi muda, seperti berdirinya berbagai
organisasi perintis pergerakan nasional awal abad 20, gelora 1928, 1945, 1966,
hingga 1998. Fenomena tersebut sekaligus menunjukkan betapa signifikannya
keberadaan pemuda dalam konteks ke-Indonesia-an. Wajah Indonesia masa depan
dapat tergambar dari potret para generasi muda masa kini. Mental, karakter,
eksistensi, kemampuan, dan peran pemuda sangat menentukan arah masa depan
bangsa. Eksistensi Indonesia di masa lalu sangatlah ditentukan oleh kepiawaian dan
kekuatan para pemuda dalam menopang beban bangsa ini. Sungguh sebuah posisi
strategis bagi para pemuda dalam arus sejarah bangsa. Oleh karena itu masa depan
bangsa Indonesia adalah karakteristik pemuda yang ada saat ini. Merekalah, kitalah,
nahkoda yang akan membawa perahu besar, yaitu Negara Indonesia untuk
mengarungi lautan, membawa perahu tersebut selamat dalam pelayaran atau
mungkin sebaliknya, membuat perahu itu tenggelam karena menabrak “karang”
globalisasi.
Ya, benar, salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini
adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi
muda yang disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk di negara
kita tanpa filter atau seleksi yang baik. Hal ini berakibat pada nilai-nilai luhur
bangsa banyak diabaikan hampir di sebagian besar generasi muda. Berbagai
permasalahan yang timbul akibat rasa nasionalisme dan kebangsaan yang memudar
banyak terjadi belakangan ini, banyak generasi muda atau pemuda yang mengalami
3
disorientasi, dislokasi dan terlibat pada suatu kepentingan yang hanya
mementingkan diri pribadi atau sekelompok tertentu dengan mengatasnamakan
rakyat sebagai alasan dalam kegiatannya.
Oleh karena itu, disusunlah makalah “Pancasila pada Generasi Muda” untuk
mengingatkan kembali bagaimana kita sebagai generasi muda seharusnya berpijak
dan bertindak sesuai dengan Nilai-nilai Luhur Bangsa Indonesia yang terkandung
dalam Pancasila.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan nasionalisme?
2.
Apa yang dimaksud dengan globalisasi?
3.
Bagaimana kedudukan Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia?
4.
Bagaimana Pancasila dapat menjadi pandangan hidup bangsa?
5.
Bagaimana upaya penanaman Pancasila pada generasi muda bangsa?
6.
Bagaimana upaya menumbuhkan generasi muda cinta Pancasila?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari nasionalisme
2.
Untuk mengetahui pengertian dari globalisasi
3.
Untuk mengetahui kedudukan Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia
4.
Untuk mengetahui Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
5.
Untuk mengetahui upaya penanaman Pancasila pada generasi muda
bangsa
6.
Untuk mengetahui cara menumbuhkan generasi muda cinta Pancasila
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nasionalisme
Pancasila adalah dasar negara, ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan
hidup bangsa, yang di dalamnya terkandung nilai dasar, nilai instrumental dan nilai
praksis. Selain itu Pancasila sebagai ideologi terbuka setidaknya memiliki dua
dimensi nilai-nilai, yaitu nilai-nilai ideal dan aktual. Namun nilai-nilai itu
kondisinya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawa globalisasi, sehingga
berdampak terjadinya pergeseran peradaban, yang juga membawa perubahan
pemaknaan dan memposisikan Pancasila (Sultan Hamengku Buwono X, Kongres
Pancasila IV, UGM 2012). Pengaruh-pengaruh budaya asing akan bisa dihindari
jika kita generasi muda mampu menyaring budaya asing dengan menggunakan
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar acuan dalam kehidupan kita.
Paham nasionalisme muncul sekitar tahun 1779 dan mulai dominan di Eropa
pada tahun 1830. Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18 sangat besar
pengaruhnya
berkembangnya
gagasan
nasionalisme
tersebut.
Sedangkan
nasionalisme Indonesia adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa
Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sejak abad
ke-19 dan ke-20, muncul benih-benih nasionalisme.
Nasionalisme berasal dari kata „nation‟ yang berarti bangsa. Terkadang kata
“nasionalisme” itu sendiri telah sering disalahartikan oleh masyarakat.
Nasionalisme sering diartikan sebagai paham chauvinisme yang berarti paham yang
merendahkan bangsa lain dan menjunjung tinggi bangsa sendiri dengan cara yang
berlebihan. Persepsi yang salah tentang kata “nasionalisme” perlu mendapat
tanggapan dari masyarakat itu sendiri karena nasionalisme dapat menghantarkan
dan menjadikan suatu bangsa tersebut menjadi bangsa yang besar. Seperti pepatah
mengatakan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa-jasa
pahlawannya”. Pepatah tersebut menjelaskan arti kata “nasionalisme” yang
sebenarnya, apapun tantangan dan hambatannya bangsa dan negara sendiri yang
utama. Nasionalisme yang benar mengutamakan kepentingan nasional tanpa
mengabaikan tanggung jawab global.
5
Di samping beberapa pendapat di atas tentang nasionalisme, berikut ini
beberapa pengertian nasionalisme dari beberapa tokoh. Menurut Ernest Renan,
nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara. Sedangkan Otto Bauer
mengatakan bahwa nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter
yang timbul karena perasaan senasib. Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil
suatu kesimpulan, di dalam nasionalisme terkandung suatu makna kesatuan dan
cinta tanah air, mencintai bangsa dan negara dengan mewujudkan persatuan bangsa
dari berbagai ragam perbedaan.
B. Pengertian Globalisasi
Definisi globalisasi secara umum adalah proses integrasi internasional yang
terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek
kebudayaan lainnya. Globalisasi juga dapat diartikan sebagai proses mendunia atau
menyeluruh dimana setiap orang tidak mengenal atau terikat oleh batas-batas
wilayah negara, artinya setiap individu dapat berhubungan dan bertukar informasi
kapan pun dan dimana pun melalui media cetak maupun elektronik.
Ada beberapa definisi global yang dikemukakan oleh beberapa orang adalah
sebagai berikut :
1.
Malcom Waters, seorang professor sosiologi dari Universitas Tasmania,
berpendapat, globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat
pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting
yang terjelma di dalam kesadaran orang.
2.
Emanuel Richter, guru besar pada ilmu politik Universtas Aashen, Jerman,
berpendapat, bahwa globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan
yang menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi
kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3.
Princenton N Lyman, mantan duta besar AS di Afrika Selatan, berpendapat
bahwa globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling
ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara di dunia dalam hal
perdagangan dan keuangan.
4.
Selo Soemardjan, bapak Sosiologi Indonesia, berpendapat bahwa Globalisasi
adalah terbentuknya organisasi dan komunikasi antara masyarakat di seluruh
dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah yang sama.
6
C. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia
Proses terjadinya Pancasila tidak seperti ideologi-ideologi lainnya yang hanya
merupakan hasil pemikiran seseorang saja, namun melalui suatu proses kausalitas
yaitu sebelum disahkan menjadi dasar negara, nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup bangsa sekaligus sebagai filsafat
hidup bangsa Indonesia. Dalam pengertian inilah maka bangsa Indonesia sebagai
kausa materialis dari Pancasila. Pandangan dan filsafat hidup itu merupakan
kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia yang
menimbulkan tekad bagi dirinya untuk mewujudkannya dalam sikap tingkah laku
dan perbuatannya. Pandangan hidup dan filsafat hidup itu merupakan motor
penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan
hidup inilah maka dapat diketahui cita-cita yang hendak dicapai bangsa, gagasangagasan
kejiwaan
apakah
yang
hendak
diwujudkan
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai
Pancasila itu tercermin dalam khazanah adat istiadat, kebudayaan, serta kehidupan
keagamaannya.
Nilai-nilai itu sebagai buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar
bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata
nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa
yang memberi corak, watak, dan ciri masyarakat serta bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan masyarakat atau bangsa lain. Kenyataan yang demikian
ini merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jati diri bangsa Indonesia.
D. Pancasila sebagai Pandangan dan Tujuan Hidup Bangsa
Sebagai suatu negara Indonesia telah mengikrarkan bahwa falsafah atau
ideologi bangsanya adalah ideologi Pancasila. Segala hal telah tertanam dalam
nilai-nilai Pancasila, termasuk tujuan bangsa, cita-cita bangsa, hingga pedoman
berperilaku. Selain itu Pancasila juga merupakan cerminan jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia.
Sebagai pandangan hidup bangsa Pancasila sebenarnya telah berabad-abad
mewarnai dan membentuk sikap dan cara hidup rakyat Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku yang mendiami tidak kurang dari 13.660 pulau di wilayah Indonesia.
Disebut sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, Pancasila juga memberikan suatu
7
kekhasan yang dimiliki bangsa Indonesia dan merupakan pembeda dari bangsa lain.
Salah satu ciri khas dalam bersikap yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah
sikap toleransi dan terdapat banyak ciri khas bangsa Indonesia yang tercantum
dalam nilai-nilai Pancasila.
Pandangan hidup bangsa termasuk di dalamnya adalah tujuan bangsa. Dalam
nilai-nilai Pancasila juga telah tertanam inti sari tujuan bangsa Indonesia, salah
satunya adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila .
Hal tersebut tertanam dalam sila ke-5 yang berbunyi “ Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Peran generasi muda dalam mewujudkan tujuan dan
penghayatan Pancasila sebagai pedoman dalam berbangsa sangatlah penting
utamanya dalam membentuk jiwa nasionalisme. Setelah memahami apa saja nilainilai yang ada dalam Pancasila, yang harus dilakukan adalah dengan
membudayakan dan mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam sila-sila Pancasila itu
dalam kehidupan sehari-hari.
Namun pada Era Reformasi dibarengi masuknya pengaruh globalisasi, nilainilai Pancasila sebagai pandangan dan tujuan hidup bangsa seakan terlupakan.
Namun masyarakat utamanya generasi muda tidak menyadari bahwa hal itu sangat
krusial untuk merusak pandangan serta tujuan bangsa. Dalam kehidupan sosial,
masyarakat kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya terjadi konflik-konflik yang
pada akhirnya melemahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam
bidang budaya, kesadaran masyarakat atas keluhuran budaya bangsa Indonesia
mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi disorientasi kepribadian bangsa yang
diikuti dengan rusaknya moral generasi muda 5.- Terlihat dari merosotnya
nasionalisme para generasi muda dan perilaku yang cenderung meniru kebudayaan
bangsa lain.
8
Perlu adanya kesadaran untuk mengatasi kemerosotan nilai pandangan dan
tujuan bangsa ini guna memperkukuh jati diri bangsa Indonesia yang sesuai dengan
Pancasila. Dalam upaya ini perlu diupayakan secara serius suatu penelitian
mengenai aspek-aspek sosial budaya dan lainnya pada masyarakat Indonesia, dan
kemudian diikuti dengan suatu program aksi pembentukan dan pemasyarakatan
nilai-nilai budaya “baru”, yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 sehingga
mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman dimasa mendatang. Serta dapat
meluruskan kembali Pancasila sebagai pandangan dan tujuan hidup bangsa.
E. Upaya Penanaman Nilai-nilai Pancasila pada Generasi Muda
Pandangan hidup suatu bangsa mempunyai arti yang menuntun, karena dengan
pandangan hidup yang dipegang secara teguh, bangsa tersebut memiliki landasan
fundamental yang menjadi pegagan dalam memecahkan segala masalah yang
dihadapi ( H. Muzayin Ar, 1990 : 15). Tidak adanya pandangan hidup maka suatu
bangsa akan dapat dengan mudah dimasuki oleh pandangan hidup bangsa lain, dan
suatu
bangsa
akan
dapat
pula
terombang-ambing
dalam
menghadapi
permasalahannya sendiri, pergaulan antar bangsa di dunia maupun permasalahan
umat manusia pada umumnya.
Bangsa Indonesia berhasil merumuskan dan menentukan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu Pancasila harus ditanamkan pada setiap
rakyat Indonesia, dan khususnya pada generasi muda sebagai penerus bangsa.
Sebelum dapat merealisasikan Nilai-nilai Pancasila, agar lebih mudah dengan
menguraikan nilai dasar Pancasila yang terdapat dalam masing-masing sila, sebagai
berikut :
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam pelaksanaan di setiap bidang wajib adanya landasan oleh keimanan
dan ketakwaan. Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia juga telah
berkembang berbagai Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Agama dan kepercayaan tersebut telah menjadi budaya batin bangsa yang
mendidik kita semua untuk saling menghormati antar sesama anggota
masyarakat.
9
H.Muzayin Ar, (1990 : 23) mengatakan bahwa, “ … masyarakat yang
berbeda agama dan kepercayaan. Juga mengajarkan kita saling kerja sama dan
bahu membahu dalam usaha-usaha memajukan kesejahteraan negara dan
bangsa serta masyarakat. Oleh karena itu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang berwatak sosialistis-religius artinya suka bergotong royong yang
dijiwai oleh ajaran agamanya”.
Memiliki suatu kepercayaan tentu saja sudah menjadi hak asasi manusia.
Setiap orang berhak memilih dan mempercayai suatu ajaran agama sesuai
dengan kehendaknya. Tidak boleh ada paksaan dari pihak manapun untuk
mempercayai suatu agama atau kepercayaan, dan merupakan masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Serta
setiap individu harus menaati dan melaksanakan setiap ajaran-Nya serta
menjauhi larangan-Nya.
Berdasarkan sila Ketuhanan, maka peran para generasi muda dapat
diimplementasikan dalam kehidupan di era modern kini, seperti :
a. Meyakini dengan benar bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta
alam semesta beserta isinya, termasuk manusia.
b. Iman (percaya) dan takwa dengan keyakinan yang dipilih, dan
diimplementasikan dalam perbuatan sehari-hari yang berupa ibadah
dan berupa amalan-amalan baik kepada sesama.
c. Berupaya untuk selalu mempelajari ajaran Tuhan pada kitab-Nya guna
memperluas pemahaman tentang ajaran agama.
d. Berlaku hormat terhadap pemeluk agama lain dengan cara tidak
merendahkan dan menilai salah terhadap ajaran agama lain.
e. Berupaya untuk memperkuat kerukunan antar umat beragama selaku
warganegara yang sama yaitu warganegara Indonesia.
f. Memberikan kebebasan kepada orang lain tentang hak memilih agama
yang diyakininya.
g. Berupaya membangun kerja sama dengan umat beragama lain dalam
bidang-bidang sosial dan pembangunan nasional.
10
2.
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Kesadaran akan kehendak tentang kemanusiaan adalah jiwa yang
merasakan bahwa manusia itu ingin selalu berhubungan. Manusia yang satu
memerlukan manusia lainnya dan sebaliknya, maka manusia harus
bermasyarakat ( H.A.W Wijaya 2000 : 15). Hidup manusia tidak lepas dari
hubungan dengan manusia lain, tanpa berhubungan ataupun bermasyarakat
manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Dengan ini pula manusia
disebut sebagai makhluk sosial.
Dalam sila ini, Bangsa Indonesia mengutarakan pentingnya memandang
persamaan manusia, seperti persamaan hakikat, martabat, hak, dan kewajiban.
Utamanya dalam menggunakan hak asasi manusia. Hak asasi ini diakui oleh
undang-undang, tidak hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Dalam sila
ini diperlukan pula peraturan-peraturan untuk membatasi agar tidak sampai
terjadi kesewenang-wenangan terhadap orang lain.
Banyak hal yang dapat dilakukan para generasi muda untuk
mengimplementasikan nilai-nilai sila ini pada kehidupan sehari-hari utamanya
pada era modern kini, seperti :
a. Mengakui persamaan derajat dan persamaan hak serta kewajiban antar
sesama,
b. Tidak membedakan perlakuan terhadap sesama karena disebabkan
oleh perbedaan suku, keturunan, warna kulit, agama, dan status sosial,
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa,
d. Saling mencintai, menghargai, dan menghormati sesama manusia,
e. Melakukan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dengan tujuan
membantu meringankan beban penderitaan orang lain,
f. Berani membela kebenaran dengan dasar keadilan.
Di era modern ini, Pancasila mampu menjadi pedoman, utamanya bagi
para generasi muda untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan, sesuai dengan sila
ke-2. Diharapkan pula pada penanaman nilai Pancasila dengan upayanya,
menghapuskan
permasalahan-permasalahan
dengan
latar
belakang
kemanusiaan.
11
3.
Persatuan Indonesia
Mengacu pada semboyan Bangsa Indonesia “ Bhineka Tunggal Ika”, yang
berasal dari bahasa Sansekerta dengan mengutip dari kitab Sutasoma, karangan
Mpu Tantular. Semboyan itu berarti “berbeda-beda tapi tetap satu jua”,
mencerminkan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa kepulauan dengan
berbagai kemajemukan di dalamnya dan dapat bersatu.
Bangsa Indonesia bukan merupakan bangsa yang dimiliki oleh suatu etnis
tertentu saja, Bangsa Indonesia adalah milik bersama. Dalam mempersatukan
Indonesia peran generasi muda juga berpengaruh, pada Kongres Sumpah
Pemuda para pemuda dari berbagai etnis bersepakat untuk bersatu, dan
peristiwa itu menjadi landasan awal terwujudnya persatuan Indonesia.
Pada Sila ini dapat ditanamkan nilai-nilai kesatuan dalam berbangsa.
Dimana kesatuan itu meliputi : Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.
Bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang berbeda dengan bangsa lain
dan memiliki kekhasan sendiri. Tercermin dari bersatunya Indonesia dengan
perbedaan- perbedaan yang ada. Dalam hal ini pula rasa nasionalisme sangat
diperlukan guna memperkukuh persatuan Indonesia.
Upaya yang dapat diamalkan para generasi muda saat ini dapat dilakukan
dalam berkehidupan berbangsa dan bertanah air, antara lain :
a. Memiliki kebanggaan berbangsa dan bertanah air Indonesia,
b. Ikut serta dalam upaya bela negara,
c. Berperan aktif dalam usaha pembangunan nasional,
d. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara,
e. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan,
f. Mengikuti jejak-jejak para pahlawan bangsa yang telah berjasa
membela tanah air dengan berbagai kegiatan,
g. Memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
Pada era modern ini, penanaman rasa nasionalisme pada generasi muda
adalah faktor terpenting guna mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Melihat dari pembahasan sisi historis diatas, bahwa tekad untuk
mempersatukan Indonesia dan rasa nasionalisme para generasi muda terdahulu
12
dapat dijadikan sumber inspirasi dan motivasi guna membangun rasa
nasionalisme.
Oleh karenanya, generasi muda sebagai penerus cita-cita perjuangan
bangsa yang besar terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan jiwa
persatuan tersebut disertai dengan sikap rela berkorban untuk kepentingan
nasional serta memupuk rasa kebangsaan sebagai bangsa Indonesia dimanapun
ia berada.
4.
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Khidmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Masyarakat Indonesia terdahulu telah mengenal sistem bermusyawarah
dalam
menyelesaikan
masalah-masalah
utamanya
yang
menyangkut
kepentingan bersama, yang sampai saat ini masih berkembang di daerah
pedesaan. Seperti dalam pemilihan kepala desa, maka masyarakat melakukan
musyawarah untuk menentukan kepala desa yang baru.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, pada intinya adalah merujuk pada sistem
“demokrasi” yang di anut oleh bangsa Indonesia. Demokrasi di Indonesia juga
dapat diartikan sebagai pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dan ciri khas kepribadian bangsa kita salah satunya adalah, tindakan bersama
baru dapat diambil bilamana telah diputuskan bersama.
Sistem-sistem pengambilan keputusan dengan bersama, atau sesuai
dengan kepribadian khas bangsa Indonesia itulah yang disebut dengan
Demokrasi Pancasila, yaitu suatu sistem demokrasi yang dijiwai dan
diintegrasikan dengan nilai sila-sila Pancasila. Dalam pelaksanaannya
demokrasi ini harus dijiwai oleh sila Ketuhanan YME, yang diliputi oleh rasa
Kemanusiaan yang adil dan beradab yang disemangati dengan rasa Persatuan
Indonesia, serta ditunjukkan ke arah pencapaian Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia ( Muzayin Ar 1990 : 29).
Peran generasi muda juga dapat terimplementasikan dalam sila ini.
Utamanya pada aktivitas-aktivitas yang bersinggungan dengan kepentingan
orang banyak. Upaya pengamalan nilai-nilai sila ini dapat dilakukan dengan
berbagai kegiatan, seperti :
13
a. Berupaya untuk mengutamakan musyawarah hingga mencapai kata
mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
b. Tidak
memaksakan
kehendak
kepada
orang
lain
dalam
bermusyawarah.
c. Mengutamakan kepentingan bersama, berbangsa dan bernegara diatas
kepentingan individu.
d. Berupaya untuk melaksanakan hasil musyawarah dengan tulus, ikhlas
dan bertanggung jawab.
e. Menjunjung tinggi rasa keimanan, kemanusiaan, persatuan, dan
keadilan dalam bermusyawarah.
Pada era modern kini, kecenderungan generasi muda untuk tidak
memusyawarahkan setiap masalah sangat tinggi. Dengan kemajuan teknologi
para generasi muda termanjakan dengan proses instan dalam bertindak dan
dalam beraktivitas. Generasi Muda juga akan tertanam rasa nasionalisme jika
mewujudkan sila ini. Sifat musyawarah dan gotong royong yang merupakan
ciri khas bangsa Indonesia, dan jika setiap permasalahan di selesaikan dengan
musyawarah maka akan tergerus konflik-konflik atas nama individu.
5.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial juga berarti keadilan yang berlaku bagi setiap hubungan
manusia dan masyarakat. Sesama anggota masyarakat adil juga diartikan
apabila setiap warga negara dapat menikmati hasil yang sesuai dengan fungsi
dan peranannya dalam masyarakat. Dapat dikatakan pula sila keadilan sosial
ini melandasi segala ikhtiar dalam upaya terciptanya pemerataan rasa keadilan
untuk kepentingan kesejahteraan bersama.
Keadilan juga dapat diartikan sebagai keberhasilan pemerataan
pembangunan. Peran pemerintah dalam pembangunan nasional juga sangat
penting, utamanya dalam pembuatan kebijakan dan aturan perundangundangan. Begitu pun dengan peran generasi muda, dengan melakukan
perbuatan yang bermanfaat bagi sesama anggota masyarakat, tidak berbuat
merugikan kepentingan orang banyak, serta tidak berpola hidup konsumtif juga
telah membantu mewujudkan keberhasilan pemerataan keadilan.
14
Pengamalan sila ini pada generasi muda, seperti sila-sila lainnya juga dapat
dilakukan pada kehidupan sehari-hari, seperti :
a. Mengembangkan sikap-sikap adil dalam setiap perbuatan.
b. Berlaku adil dalam memperlakukan orang lain tanpa memandang suku,
warna kulit, agama, status sosial.
c. Saling menghormati hak-hak orang lain.
d. Berusaha menghindarkan segala bentuk permusuhan dan perpecahan
serta sikap hidup yang mementingkan diri sendiri.
e. Menumbuhkan rasa suka bekerja keras.
f. Menanamkan sikap suka rela membantu orang lain dalam masyarakat.
g. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
h. Melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi kepentingan
umum.
i. Menjauhi sikap hidup konsumtif dan mewah dan senantiasa untuk
hidup sederhana.
Dengan pengamalan sila ke lima ini oleh berbagai pihak maka akan
meminimalisir terjadinya kemiskinan, keterbelakangan, dan penindasan di
Indonesia, terjadinya banyak eksploitasi di Indonesia juga karena kurangnya
pengamalan sila keadilan. Keadilan juga merupakan watak khas kehidupan
bangsa yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan harus
dikembangkan serta dilestarikan oleh generasi muda guna membangun rasa
nasionalisme.
Upaya penanaman nilai-nilai Pancasila tidak boleh dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya karena merupakan satu kebulatan yang utuh. Tidak akan
dirasakan kegunaannya dalam masyarakat apabila tidak dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan dilandasi dengan
komitmen.
15
Pengamalan nilai-nilai Pancasila ini juga merupakan tugas bersama. Namun
agar tetap lestari dan dapat dikembangkan, peran generasi muda sangat penting.
Pada era modern kini tidak ada yang memfilter segala budaya modern yang masuk
ke dalam bangsa Indonesia kecuali Pancasila. Hanya dengan pengamalan dan
penghayatan Pancasila-lah yang dapat membangun jiwa nasionalisme dan
patriotisme pada generasi muda.
F. Menumbuhkan Generasi Muda Cinta Pancasila
Kini pada zaman informasi dan komunikasi yang semakin maju, generasi
bangsa telah mulai melupakan urgensi Pancasila. Kita lebih tertarik dengan
kehidupan gaya barat yang hedonis dan individualistis. Kita tidak lagi memikirkan
jiwa keadilan sosial dan kesejahteraan sosial yang menjadi salah satu nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Korupsi, kolusi, dan nepotisme kini telah menjadi
kebiasaan jika kita tidak mau berkata itu telah menjadi budaya. Banyak hal-hal yang
dulunya tabu kini telah menjadi suatu hal yang biasa, karena kita tidak lagi mau
mengkaji dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.
Eksistensi Pancasila sebagai pandangan hidup yang bernilai filosofis dan
sosiologis kini menjadi hal yang perlu untuk dikaji generasi bangsa. Penumbuhan
kembali Pancasila
sebagai pandangan hidup yang tersembunyi dalam jiwa
masyarakat Indonesia adalah hal yang mendesak dan persoalan utama kita sebagai
bangsa Indonesia. Padahal, Pancasila sejatinya merupakan kekayaan potensial yang
menjadi harta karun berharga bagi bangsa Indonesia. Maka dari itu sungguh sangat
sayang apabila ditinggalkan. Akan tetapi fakta berbicara pada kenyataannya
generasi muda Kian mengalami degradasi akan nilai Pancasila. Terbukti dengan
banyaknya mereka yang kian hari kian acuh terhadap Pancasila. Oleh karena itu
yang perlu dibangun kedepan bagi bangsa ini adalah melakukan langkah-langkah
cerdas untuk turut serta menumbuhkan kesadaran bangsa.
Problem ini dikhususkan bagi kalangan intelektual terutama mahasiswa
sebagai calon pengganti pemimpin bangsa di masa mendatang. Untuk memahami
makna serta kedudukan Pancasila sebenarnya, maka harus dilakukan suatu kajian
yang bersifat ilmiah. Hal ini merupakan tugas berat bagi kalangan intelektual untuk
mengembalikan persepsi rakyat yang keliru tersebut ke arah cita-cita bersama bagi
bangsa Indonesia dalam hidup bernegara.
16
Adapun hal-hal yang terpenting yang harus diramu menjadi beberapa gagasan
cerdas untuk menumbuhkan generasi muda yang cinta Pancasila, antara lain:
pertama, kita harus mulai menyadarkan para pemuda betapa pentingnya
menjunjung tinggi etika-etika Pancasila dalam menghadapi masuknya budaya asing
ke dalam negeri ini. Pancasila dijadikan sebagai filterisasi dampak negatif yang
kemungkinan akan muncul. Dengan jalan menanamkan sejak dini rasa cinta tanah
air dalam pengertian fungsi dan isi Pancasila, dengan memberi pemahaman akan
pentingnya keberadaan, kegunaan, dan Pengamalan Pancasila berikut nilai-nilai
yang berkaitan dengan cinta tanah air melalui pelatihan khusus ataupun seminar.
Kedua, di dunia pendidikan pelajaran Pancasila secara mandiri harus
dimasukkan dalam kurikulum di seluruh jenis, jenjang, dan jalur pendidikan.
Pendidikan Pancasila wajib dikembangkan dalam program kurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler. Oleh karena itu UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 perlu segera dilakukan uji materi karena tidak mencantumkan substansi
pendidikan Pancasila secara mandiri. Diharapkan agar para pemuda tidak pernah
lepas dari budayanya sendiri yaitu Pancasila. Pancasila masih berupa konsep
ideologis (moral knowing) dan belum menjadi konsep operasional (moral feeling)
yang dapat dijadikan aplikasi (moral action) dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
dapat diaplikasikan perlu saluran dan itu dimulai dari dunia pendidikan. Karena
pendidikan akan memiliki snowball effect terhadap kehidupan sosial budaya
masyarakat titik harapannya dunia pendidikan mampu mendidik generasi muda
bangsa agar cinta Pancasila sehingga mencintai negaranya. Karena generasi muda
adalah api masa depan Indonesia.
Ketiga, mengupayakan program-program pembudayaan nilai-nilai Pancasila,
karena pada kenyataannya program ini adalah bagian dari upaya merevitalisasi
ideologi kebangsaan.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila dan nasionalisme berdasarkan uraian sebelumnya merupakan prinsip
yang tidak bisa dipisahkan, utamanya dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara
Bangsa Indonesia. Pancasila dan nasionalisme juga merupakan roh dan jiwa bangsa
yang tergali kembali oleh para pendiri bangsa Indonesia dengan peran para generasi
muda.
Sejarah menunjukkan bahwa dalam perjalanan perjuangan bangsa Indonesia,
peran generasi muda dalam menyatukan bangsa hingga memerdekakan Indonesia
sangat menonjol. Pada saat itu para generasi muda dapat dikatakan berhasil dalam
menggelorakan nasionalisme dan merealisasikan nilai-nilai Pancasila. Mereka juga
telah menempatkan Pancasila sebagai dasar dalam menentukan segala arah gerak
dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bertanah air.
Pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila terhadap
generasi muda dapat dilakukan dengan banyak aktivitas yang dicontohkan dalam
pembahasan diatas. Pengamalan itu dapat berjalan dengan baik jika ada komitmen
dalam diri generasi muda., dan hal ini menjadi penting di era modern kini serta tidak
dapat terlaksana dalam satu dua hari saja, akan tetapi akan memakan waktu lama
karena harus melalui serangkaian proses.
Di era modern kini tantangan yang dihadapi generasi muda jauh lebih
kompleks dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Untuk itu pengamalan
terhadap nilai-nilai Pancasila sangat penting. Selain sebagai landasan dalam
beraktivitas Pancasila juga dapat menjadi filter dalam menyaring pengaruh asing
yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia.
B. Saran
Sebagian besar generasi muda Indonesia sejatinya masih memiliki hati yang
murni dan kemauan kuat untuk memperjuangkan bangsa Indonesia ke depan. Kaum
muda selalu memberikan harapan. Dari harapan itulah mereka berjuang. Semoga
para generasi muda Indonesia tidak ditidurkan dengan segala kemegahan era
modern kini, namun tetap menjadi generasi muda yang berjiwa Pancasila dan
18
nasionalis selalu berpikiran optimis untuk menggapai cita-cita luhur bangsa
Indonesia.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bo'a, Fais Yonas. Pancasila Dalam Sistem Hukum. Pustaka Pelajar, 2017.
Kaelan. Pendidikan Pancasila. PARADIGMA, 2014.
Rahayu, Minto. Pendidikan Kewarganegaraan. Grasindo, 2007.
Tanudirdjo, Daud Aris, et al. Generasi Muda Bicara Pancasila. Penerbit Ombak,
2013.
Van Bruinessen, Martin. NU; Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru.
LKIS PELANGI AKSARA, 1994.
Wahid, KH Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi; Esai-esai Pesantren. LKIS
PELANGI AKSARA, 2001.
20
Download