Uploaded by User97577

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM DASAR DASAR PE

advertisement
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
BABUL RAHMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Menyelesaikan Matakuliah
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Oleh
BABUL RAHMAN
E 281 16 278
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
:
Laporan Lengkap Praktikum
Perlindungan Tanaman
Tujuan
:
Mengetahui Jenis, Gejala Serangan dan
Pengendalian dari Hama, Penyakit dan Nematoda
pada Tanaman
Nama
:
Babul Rahman
Stambuk
:
E 281 16 278
Kelompok
:
LIMA (5)
Pragram Studi
:
Agroteknologi
Fakultas
:
Pertanian
Universitas
:
Tadulako
Dasar-Dasar
Palu, November 2017
Mengetahui,
Asisten Penanggung Jawab
Koordinato Asisten
I Made Dwikarya Putra
E 281 15 194
Wulandari
E 281 13 110
Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Matakuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Ir. Burhanuddin Nasir, MP.
Nip.196206181989031001
RINGKASAN
Serangga tergolong dalam phylum Arthropoda, sub-phylum Mandibulata,
class Insecta. Serangga terbagi menjadi tiga bagian ruas yakni kepala (caput)
(yang terdapat sepasang antena, sepasang mata majemuk, tiga buah ocelli, dan
seperangkat alat mulut), tiga ruas membentuk toraks (yang masing-masing
segmen terdapat tiga pasang tungkai, memiliki dua pasang sayap yang melekat
pada segmen ke dua dan ketiga dari toraks yang berfungsi sebagai alat gerak), dan
11 ruas membentuk abdomen (yang itumbuhi oleh spirakel, timpanum, alat
genitalia, dan dilengkapi dengan ovipositor).
Hama yang menyerang tanaman dapat mengakibatkan terjadinya
penyimpangan dan juga ketidak normalan pada tanaman sehingga dapat
menyebabkan kehilangan hasil tanaman. Kerugian pada budidaya tanaman
seringkali diakibatkan oleh Organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga
perlu diadakannya perlindungan tanaman dengan tujuan meminimalisir kerugian
yang disebabkan oleh OPT.
Penyimpanan hasil-hasil pertanian yang dilakukan dengan tidak benar
akan mengakibatkan penurunan kualitas hasil pertanian tersebut. Penurunan hasil
kualitas disebabkan oleh adanya serangan jamur, bakteri, dan hama. Jenis
serangga hama yang menyerang hasil penyimpanan pertanian di dalam gudang
yakni diantaranya dari ordo coleoptera atau sebangsa kumbang. Salah satu cara
dalam pengendalian hama gudang adalah dengan mengetahui jenis hama apa yang
menyerang dan bagaimana cara hama tesebut berkembang biak.
Salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian dari golongan jamur
yang merupakan sekelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat
tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan
spora, namun tidak memiliki klorofil. Cendawan atau jamur tidak memiliki akar
maupun batang dan daun, serta tidak memiliki sistem pembuluh seperti pada
tumbuhan tingkat tinggi.
Mikroorganisme tanah yang dapat merugikan tanaman dapat
mengakibatkan tanaman yang menjadi inang mikroba pengganggu tersebut seperti
tanamantumbuh tidak normal, tanaman layu, menguning, kerdil dan sebagainya
maka tanaman tersebut sudah dapat dipastikan bahwa tanaman tersebut
mengalami gangguan baik biotik maupun abiotik.
Nematoda merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat
menguntungkan bagi tanaman maupun ada juga yang dapat merugikan tanaman.
Tubuh nematoda bila diamati di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing
mikroskopis dengan ukur tubuh yang sangat kecil dan berwarna bening.
Nematoda habitatnya terdapat di dalam tanah. Saat nematoda menyerang tanaman
akan menyebabkan tanaman tersebut layu, menguning bahkan dapat menjadi mati
apabila serangan nematoda tersebut sudah parah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
laporan ini dengan judul “Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
mata kuliah Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Selama pelaksanaan praktikum ini penyusun banyak mendapatkan arahan,
bimbingan, saran serta dorongan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan
praktikum dan penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
Oleh karenanya, dengan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Ir. Burhanuddin Nasir, MP. selaku dosen penanggung jawab
praktikummata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.
2.
I Made Dwikarya Putra. Selaku koordinator asisten penanggung jawab
praktikum mata kuliah Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.
3.
Wulandari. selaku asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah
Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman.
Akhir kata, Alhamdulillahi Rabbil Alamin semoga Allah SWT
Memberikan imbalan yang setimpal atas kebaikan dan jasa-jasa mereka, serta
tulisan ini mendapat ridho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak.
Palu, November 2017
penyusun
KATA PENGANTAR
Ucapan rasa syukur dan puji tidak bosan-bosan selalu kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena setiap curahan rahmat serta anugerah-Nya, sehingga
kami mampu merampungkan laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Adapun penyusunan laporan percobaan ini adalah dengan maksud supaya
dapat mengetahui morfologi serangga, jenis-jenis ordo, jenis-jenis penyakit,
jamur, bakteri dan virus serta mengenal nematoda pada tanaman.
Lewat pencatatan pengamatan ini, beragam tantangan telah penulis
rasakan, oleh sebab itu, selesainya laporan pengamatan ini tentu saja bukan hanya
sekedar kerja keras dari penulis semata-mata. Tetapi karena bantuan dan
dukungan yang diberikan oleh segenap pihak yang terlibat.
Berkaitan
menghaturkan
dengan
ucapan
perihal
terima
ini,
kasih
penulis
disertai
sebanyak-banyaknya
keikhlasan
kepada
hati
dosen
penanggungjawab dan para asisten praktikumyang telah selalu membina penulis
untuk penyelesaian laporan ini.
Terkait membuat laporan pengamatan ini, penulis benar benar menyadari
ditemukan banyak keterbatasan yang ada pada laporan ini. Dengan sebab itu,
penulis sungguh-sungguh meminta saran beserta kritik yang membangun dari
segenap pihak agar laporan pengamatan selanjutnya bisa lebih baik lagi dan dapat
berguna bagi khalayak umum.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN
UCAPAN TERIMAKASIH
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Tujuan .......................................................................................
1.3 ManfaatPraktikum…………………………………………….
1
5
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Morfologi .............................................................
2.1.1 Caput .................................................................................
2.1.2 Toraks ...............................................................................
2.1.3 Abdomen ..........................................................................
7
7
7
8
2.2 Ordo Serangga .........................................................................
2.1.1 Pengenalanordosecaraumum ............................................
2.1.1.1Ordo Orthoptera .....................................................
2.1.1.2Ordo Hemiptera .....................................................
2.1.1.3 Ordo Coleoptera ...................................................
2.1.1.4Ordo Lepidoptera ...................................................
2.1.1.5 Ordo Homoptera ...................................................
2.1.1.6 Ordo Odonata .......................................................
2.1.1.7 Ordo Diptera .........................................................
2.1.1.8 Ordo Hymenoptera ...............................................
2.1.1.9 Ordo Dermaptera ..................................................
2.1.1.10 Ordo Isoptera ......................................................
2.1.1.11 Ordo Neuroptera .................................................
2.1.2 DaurHidup ........................................................................
2.1.2.1Belalang pedang (Sexava sp.) ................................
2.1.2.2Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) .....
2.1.2.3Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ........
2.1.2.4 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) .......
9
9
9
10
11
11
12
13
13
14
14
15
16
16
16
18
19
20
2.1.2.5 Penggerek buah kakao
(Conopomorpha cramerella) ............................................
2.1.2.6Ulat daun bawang merah (Spodopteraexigua) ......
2.1.2.7Kutu daun (Aphis sp.) ............................................
2.1.2.8Lalat buah pada cabe (Bactrocera sp.) ..................
2.1.2.9Capung (Neurothemis sp.) .....................................
2.1.3GejalaSerangan ..................................................................
2.1.3.1 Belalang pedang (Sexava sp.) ...............................
2.1.3.2Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) .....
2.1.3.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) .......
2.1.3.4Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)..................
2.1.3.5 Penggerek buah kakao ..........................................
(Conopomorpha cramerella) ............................................
2.1.3.6Ulat daun bawang merah (Spodopteraexigua) ......
2.1.3.7Kutu daun (Aphis sp.) ............................................
2.1.3.8Lalat buah pada cabe (Bactrocera. sp) ..................
20
21
21
21
22
24
24
24
24
25
25
25
25
26
26
2.3 Pengenalan Hama Gudang ....................................................
2.3.1Pengenalanhamagudangsecaraumum ...............................
2.3.1.1Kumbangberas ( Sitophilus oryzae L.) .................
2.3.1.2Kumbang tepung (Tribolium sp)..........................
2.3.1.3 Kumbang jagung ( Sitophilus zeamays) ..............
2.3.1.4Kumbang kacang hijau.........................................
(Callosobruchuschinensis) ..................................
2.3.1.5 Kumbang kopra (Necrobiarufipes) .....................
2.3.2 DaurHidup ........................................................................
2.3.2.1 Kumbangberas ( Sitophilus oryzae L.) ................
2.3.2.2Kumbang tepung (Tribolium sp) .........................
2.3.2.3 Kumbang jagung ( Sitophilus zeamays) ..............
2.3.2.4 Kumbang kacang hijau........................................
(Callocaprochuschenensis) .............................................
2.3.2.5 Kumbang kopra ( Necrobiar afipes ) ..................
2.3.3 GejalaSerangan .................................................................
2.3.3.1 Kumbang beras ( Sitophilus oryzae L.) ...............
2.3.3.2 Kumbang tepung (Tribolium sp) ........................
2.3.3.3 Kumbang jagung ( Sitophilus zeamays) ..............
2.3.3.4 Kumbang kacang hijau........................................
(Callocaprochuschenensis) .............................................
2.3.3.5 Kumbang kopra ( Necrobiar afipes ) ..................
27
27
27
27
28
28
28
29
29
29
30
30
30
30
31
31
31
31
32
32
32
32
2.4 Pengenalan Penyakit yang diSebabkan oleh Jamur ............
2.4.1Klasifikasi dan Morfologi ..................................................
2.4.1.1Alternariaporri .....................................................
2.4.1.2Colletotrichum capsici .........................................
2.4.1.3 Aspergilus niger ..................................................
2.4.1.4 Fusarium oxyporum ............................................
33
33
33
33
33
34
2.4.2 DaurHidup .......................................................................
2.4.2.1Alternariaporri .....................................................
2.4.2.2 Colletotrichum capsici ........................................
2.4.2.3Aspergilus niger ...................................................
2.4.2.4 Fusarium oxyporum ............................................
2.4.3GejalaSerangan ................................................................
2.4.3.1Alternariaporri .....................................................
2.4.3.2Colletotrichum capsici .........................................
2.4.3.3Aspergilus niger ...................................................
2.4.3.4Fusarium oxyporum .............................................
34
34
35
35
35
36
36
36
37
37
2.5 Pengenalan Penyakit Disebabkan olehBakteri dan Virus ...
2.5.1Blood Disease Bacterium(BDB) .......................................
2.5.2Pseudomonas Solanacearum ............................................
2.5.3Peanut Mottle Virus(PMoV) .............................................
2.5.4Peanut Strippe Virus(PStV) ..............................................
2.5.5 Tungro ..............................................................................
2.5.6Klasifikasi ..........................................................................
2.5.6.1 Blood Disease Bacterium(BDB) .........................
2.5.6.2 Pseudomonas Solanacearum ..............................
2.5.6.3 Peanut Mottle Virus(PMoV) ...............................
2.5.6.4 Peanut Strippe Virus(PStV) ................................
2.5.6.5 Tungro .................................................................
2.5.7 Daur Hidup .......................................................................
2.5.7.1 Blood Disease Bacterium(BDB) .........................
2.5.7.2 Pseudomonas Solanacearum ..............................
2.5.7.3 Peanut Mottle Virus(PMoV) ...............................
2.5.7.4 Peanut Strippe Virus(PStV) ................................
2.5.7.5 Tungro .................................................................
2.5.8Gejala Serangan ...............................................................
2.5.8.1 Blood Disease Bacterium(BDB) .........................
2.5.8.2 Pseudomonas Solanacearum ..............................
2.5.8.3 Peanut Mottle Virus(PmoV) ...............................
2.5.8.4 Peanut Strippe Virus(PStV) ................................
2.5.8.5 Tungro .................................................................
2.5.9 Pengendalian Secara Umum...........................................
2.5.9.1 Blood Disease Bacterium(BDB) .................................
2.5.9.2 Pseudomonas Solanacearum ...............................
2.5.9.3 Peanut Mottle Virus(PmoV)........................................
2.5.9.4 Peanut Strippe Virus(PStV) .................................
2.5.9.5 Tungro .........................................................................
37
37
38
38
38
39
39
39
39
40
40
40
40
40
41
41
41
41
42
42
43
43
43
44
44
44
44
45
46
46
2.6 Pengenalan Nematoda .............................................................
2.6.1 Sistematika Nematoda Meloidogyne spp. .......................
47
47
2.6.2 Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp. ....................
2.6.3 Morfologi dan Cara menginfeksi tanaman ......................
2.6.4 Teknik ekstrasi Cematoda Meloidogyne spp...................
48
48
49
BAB III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu....................................................................
3.2 AlatdanBahan ...........................................................................
3.3 CaraKerja ..................................................................................
50
50
52
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PengenalanMorfologiSerangga ......................................................
4.1.1 Hasil ..................................................................................
4.1.2 Pembahasan ......................................................................
4.2 Pengenalan Ordo-OrdoSerangga................................................
53
53
54
54
4.2.1 Hasil ...........................................................................................
4.2.2 Pembahasan................................................................................
54
59
4.3 Pengenalan Hama Gudang..........................................................
4.3.1 Hasil ...........................................................................................
4.3.2 Pembahasan................................................................................
61
65
4.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur ..................
4.4.1 Hasil ...........................................................................................
4.4.2 Pembahasan................................................................................
69
71
4.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh
Bakteri Dan Virus ......................................................................
4.5.1 Hasil ..................................................................................
4.5.2 Pembahasan ......................................................................
73
73
75
4.6 Penegenalan Nematoda ..............................................................
4.6.1 Hasil .........................................................................................
4.6.2 Pembahasan ..............................................................................
61
69
78
78
79
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...............................................................................
5.2 Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
83
86
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Morfologi Belalang (Valanga nigricornis) .............................................
53
2.
Gejala Serangan Belalang (Valanga nigricornis) Pada Tanaman
Jagung (Zeamays) ...............................................................................
53
3
Morfologi Kepik Hijau(Nezara virudula) ...............................................
55
4.
Gejala Serangan Kepik Hijau(Nezara viridula) Pada Tanaman Kacang
hijau(Phaseolus radiatus) .......................................................................
55
5.
Morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta).......................................
55
6.
Gejala Serangan Walang Sangit(Leptocorixa acuta) padaDaun Jagung
(Zea mays) ...............................................................................................
56
7.
Larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha Cramerella) ................
56
8.
Gejala Serangan Larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha
Cramerella)pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao) .........................
56
Morfologi Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) ..................
57
9.
10. Gejala seranganulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) pada Daun
Bawang Merah (Allium oscolonicum) .................................................... 57
11. Morfologi Kumbang Helem(Coccinella arcuta) ...................................
57
12. Morfologi Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros.).................................
58
13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros)pada Pohon
Kelapa(Cocos nucifera) ..........................................................................
58
14. Morfologi Kutu Dauun (Alcurodicus destructor Mask.) ........................
58
15. Gejala serangan Kutu Dauun (Alcurodicus destructor Mask) pada
Daun Cabai (Aphium graveolens). ..........................................................
59
16. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae). .....................................
62
17. Gejala Serangan Kubang Beras (Sitophilus oryzae) pada TanamanPadi
(Oriza sativa). .........................................................................................
62
18. Morfologi Kumbang Tepung (Triboliumsp.). .........................................
62
19. Gejala Serangan Kumbang Tepung (Triboliumsp) pada Tepung. ..........
63
20. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) .................................
63
21. Gejala serangan Kubang Jagung (Sitophilus oryzae) pada
TanamanPadi (Oriza sativa). ..................................................................
63
22. Morfologi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis). ..........
64
23. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus
chinensis)pada Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) .....................
64
23. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rifupes) ......................................
64
24. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia Rifupes) pada Biji Kopra
65
25. Buah Cabai (Capsicum annum) yang Diduga Terserang Penyakit
Busuk Buah Cabai yang Disebabkan oleh Jamur Colletotrichum
capsici .....................................................................................................
69
26. Roti Yang Terserang jamur Aspergilus Niger.........................................
70
27. Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang diduga terserang
penyatakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum ......
70
28. Pada Batang Tanaman Pisang (Musa sp.) yang diduga terserang
penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum .........
70
29. Pada Daun Tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) yang
diduga terserang penyakit layu yang
disebabkan oleh jamur
Alternaria porri .......................................................................................
73
30. Buah dan Batang Pisang (Musa paradisiacal) yang Terserang
Penyakit Darah BDB (Blood Disease Bacterium) ..................................
73
31. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang terserang Layu Bakteri
yang Disebabkan Oleh Pseudomonas solanacearum .............................
74
32. Tanaman Kacang Tanah ( Arachi hypogeae L )yang Terserang PStV
(Peanut Stripe Virus). .............................................................................
74
33. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L ) yang Terserang PStV
(Peanut Stripe Virus). .............................................................................
74
34. Tanaman Padi yang Terserang Virus Tungro(Penyakit Kerdil Hampa) .
75
35. Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.) yang Terserang
Nematoda Meloidogyne spp ...................................................................
78
36. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di
bawah mikroskop ....................................................................................
78
37. Morfologi Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x di
bawah mokroskop ...................................................................................
79
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Serangga adalah binatang terbanyak di dunia. Serangga mempuyai nama
lain insekta dan hexapoda. Kata insekta atau insect berasal dari kata insecare.
Kata tersebut mengandung dua arti, yaitu in berarti “menjadi” dan secare berarti
“memotong” atau “membagi”. Jadi, insekta berarti binatang yang mempunyai
tubuh terbagi-bagi atau bersegmen-segmen. Sedangkan hexapoda terdiri dari dua
kata hexa dan poda. Hexa mempunyai arti “enam” dan poda mempunyai arti
“kaki” sehingga hexapoda berarti binatang berkaki enam. Golongan binatang
secara berurutan akan terdiri atas beberapa phyila, satu phyila terdiri atas
beberapa klas, demikian seterusnya yang berarti jumlahnya akan terus
meningkat dalam setiap kelompok. Kelompok spesies/ jenis terdiri atas
sekitar satu juta nama (Rahmawati, 2012).
Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme
pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman
dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. gangguan
yang disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan
diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman. Resiko ini
merupakan konsekuensi logis dari setiap perubahan ekosistem yang terjadi akibat
budidaya tanaman. Hama dari jenis serangga merupakan kendala yang dihadapi
oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya
dan hasil produksi pertanian.
Hama tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga dapat menurunkan
produkttifitas tanaman dan menurunkan nilai ekonomis dari hasil produksi
tanaman dan dapat menyebabkan tanaman akan layu dan bahkan mati
(Rahmawati, 2012).
Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan
kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan
hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis
serangga yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat
hama. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas
serangga (insecta), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi
jenis-jenis serangga hama pengganggu tanaman. Hama gudang merupakan hama
yang sering menyerang bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam
penyimpanan dan gejala yang ditimbulkan sangat merugikan. Hama gudang
mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang
di lapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas
yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.Walaupun
hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang
terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya masing-masing
memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang
produk dalam gudang (Rahmawati, 2012).
Umumnya petani tidak dapat membedakan antara tanaman yang terserang
hama dan tanaman yang terserang penyakit. Secara biologi Penyakit tumbuhan
adalah proses fisiologi yang tidak normal dalam badan tumbuhan, yang dapat
menyebabkan kerugian langsung pada petani, karena dapat mengurangi kualitas
dan kuantitas hasil. Penyakit yang menyerang tanaman biasanya menimbulkan
gejala-gejala atau ciri khas sehingga dapat memudahkan untuk mengetahui
penyakit yang menyerang tanaman. Penyakit tumbuhan salah satunya dapat
disebabkan oleh jamur. Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak,
berkembang biak dengan spora namun tidak memiliki klorofil, tumbuhnya berupa
thallus (belum ada defferensiasi menjadi akar, batang dan daun) serta tidak
mempunyai sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Agar
terhindarnya tanaman dari penyakit yang disebabkan oleh jamur, maka
pengetahuan lebih lanjut tentang jamur harus dikembangkan untuk mendapatkan
pengendalian peyakit yang efektif dan ramah lingkungan dengan eksploitasi agens
hayati (Tjahjadi, 2008).
Penyakit-penyakit yang diderita tanaman disebabkan oleh patogen bakteri
dan virus yang mneyerang tanaman. Adanya penyakit yang diderita tanaman
dapat menyebabkan tanaman tidak bisa memberikan hasil yang baik secara
kualitas dan kuantitas. Sehingga mengakibatkan kerugian hasil panen yang
diharapkan oleh orang yang membudidayakan tanaman tersebut. Bakteri adalah
mikroorganisme bersel satu dengan ukuran sangat kecil yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop. Bakteri berkembang biak dengan cara
membelah diri, serta mengambil bahan makanan secara parasitis dengan cara
menghisapnya melalui dinding sel. Bakteri diketahui memiliki empat bentuk,
diantaranya berbentuk batang (baksilus), bulat (kokkus), koma (vibrion), dan
spiral (spirilum). Virus merupakan organisme subselular yang berukuran sangat
kecil, lebih kecil dari bakteri sehingga hanya dapat dilihat menggunakan
mikroskop elektron dan hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup sehingga
virus disebut parasit yang biotroph. Gejala serangan penyakit virus sering tidak
dapat dibedakan dengan gejala kekurangan unsur hara, pengaruh faktor
lingkungan yang ekstrim ataupun pengaruh pencemaran bahan kimia. Yang
membedakan penyakit tanaman karena serangan virus dengan penyakit tanaman
Non-patogenik (yang bukan disebabkan oleh patogen) adalah bahwa penyakit
tanaman yang terserang virus dapat ditularkan pada tanaman yang sehat,
sedangkan tanaman Non-patogenik tidak dapat ditularkan. Agar terhindarnya
tanaman dari penyakit, maka pengetahuan lebih lanjut tentang bakteri dan virus
harus dikembangkan untuk mendapatkan pengendalian peyakit yang efektif
(Triharso, 2005).
Penyakit
yang
terjadi
pada
tumbuhan
dapat
disebabkan
oleh
mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan
mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis
tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya
penyakit pada tumbuhan seperti jamur, bakteri, virus dan nematoda. Nematoda
termasuk filum hewan, didalamnya termasuk nematoda parasit tanaman dan
hewan, serta spesies nematoda yang hidup bebas. Nematoda parasit tanaman
merupakan parasit obligat, mengambil nutrisi hanya dari sitoplasma sel tanaman
hidup.
Beberapa nematoda parasit tanaman adalah ektoparasit, hidup di luar
inangnya sehingga menyebabkan kerusakan berat pada akar dan dapat menjadi
vektor virus yang penting. Spesies lain, ada yang hidup di dalam akar, bersifat
endoparasit migratori dan sedentari. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan
juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang
tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit
karena dapat
masuk
kedalam jaringan pembuluh pada akar
tanaman
(Ismawati, 2010).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengenalan Bagian-Bagian Morfologi Serangga
yaitu untuk mengetahui bagian-bagian morfologi serangga dan fungsinya masingmasing. Kegunaan dari praktikum ini agar praktikan mengetahui bagian-bagian
morfologi serangga dan fungsinya masing-masing.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Ordo-Ordo Serangga yaitu untuk
mengetahui ordo-ordo dari setiap serangga dan morfologinya serta dapat
mengetahui gejala tanaman yang terserang serangga. Kegunaan dari praktikum ini
yaitu agar praktikan dapat mengetahui morfologi serangga dan gejala serangan
Yng ditimbulkan akibat hama dan agar memudahkan pengklasifikasikan serangga
hama tersebut.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Hama Gudang yaitu untuk mengetahui
jenis-jenis hama yang menyerang pada tempat-tempat penyimpanan hasil
pertanian. Kegunaan praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui
morfologi serangga dan gejala serangga yang ditimbulkan akibat hama gudang.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Penyakit Jamur yaitu untuk mengetahui
gejala-gejala penyakit pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur, dan cara
menginokulasi dan mengisolasi pada media PDA. Kegunaan dari prktikum ni agar
praktikan dapat membedakan jenis-jenis jamur pada tanaman inangnya, dan
mengetahui bagaimana cara mengikolasi dan mengisolasi mikroorganisme
khususnya jamur pada media.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Penyakit Bakteri dan Virus yaitu untuk
mengetahui ciri morfologi tanaman yang terserang oleh bakteri dan virus pada
tanaman, serta mengetahui dan memahami cara isolasi mikroorganisme terutama
bakteri dan virus secara baik dan benar. Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar
praktikan dapat membedakan ciri morfologitanaman yang terserng oleh bakteri
dan virus, serta dapat melakukan bagaimana cara mengisolasi bakteri.
Tujuan dari prakatikum Pengenalan Nematoda yaitu untuk mengetahui ciri
morfologi, gejala serangan, teknik ekstraksi, dan tekniki pengendalian nematoda
pada tanaman. Kegunaan dari praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui ciri
morfologi, gejala serangan, teknik ekstraksi, dan tekniki pengendalian nematoda
pada tanaman.
1.3
Manfaat Praktikum
Untuk mengetahui jenis ordo-ordo serangga, hamam gudang serta gejala
serangan dan pengendalian hama, penyakit, dan Nematoda pada beberapa jenis
tanaman pertanian.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengenalan Morfologi
2.1.1 Caput
Caput merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk
pengumpulan tanaman dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan
syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sklerit.
Sklerit-sklerit ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura yang tampak sebagai alur.
Kutikula pada kepala mengalami penonjolan kearah dalam, membentuk rangka
kepala bagian dalam, yang disebut tentorium (Pracaya, 2007).
2.1.2 Thoraks
Dada (thoraks) terdiri atas tiga segmen yaitu prothoraks (anterior) adalah
bagian depan dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai
depan, mesothoraks (tengah) bagian tengah dari thoraks dan sebagai tempat atau
dudukan bagi sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan dan metathoraks
(posterior) bagian belakang bagi thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi
sepasang tungkai belakang dan sepasang sayap belakang. Karena pada torak
terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura
tidak bersayap). Torak bagian dorsal disebut notum (Pracaya, 2007).
2.1.3
Abdomen
Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat
pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen serangga terdiri dari beberapa
ruas, rata-rata 9 sampai 10 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi
sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang
mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral disebut sternit, dan bagian
ventral berupa membran disebut pleura. Perkembangan evolusi serangga
menunjukkan adanya tanda-tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan
banyaknya ruas abdomen. Serangga betina dewasa yang tergolong apterygota,
seperti Thysanura, memiliki ovipositor yang primitive dimana bentuknya terdiri
dari dua pasang embelan yang terdapat pada bagian bawah ruas abdomen
kedelapan dan kesembilan. Sesungguhnya, terdapat sejumlah serangga yang tidak
memiliki ovipositor, dengan demikian serangga ini menggunakan cara lain untuk
meletakkan telurnya. Jenis serangga tersebut terdapat dalam ordo Thysanoptera,
Mecoptera, Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Serangga ini biasanya akan
menggunakan abdomennya sebagai ovipositor. Beberapa spesies serangga dapat
memanfaatkan abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan telurtelurnya (Pracaya, 2007).
2.2
Ordo Serangga
2.2.1
Pengenalan ordo secara Umum
2.2.1.1 Ordo orthoptera
Ordo orthoptera berasal dari kata orthos yang artinya ”lurus” dan pteron
artinya “sayap”. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang.
Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena
menebal/mengeras dan disebut Tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar
dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di
bawah sayap depan. Seringkali ini disebut juga belalang (Valanga nigricornis)
(Rioardi, 2009).
Pada ordo ini, alat-alat tambahan lain pada caput antara lain dua buah
(sepasang) mata facet, sepasang antena, serta tiga buah mata sederhana (occeli).
Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas)
pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut
Tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiaptiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada
ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). beberapa jenis serangga anggota ordo
Orthoptera antara lain yaitu kecoa (Periplaneta sp.), belalang sembah/mantis
(Otomantis sp.) dan belalang kayu (Valanga nigricornis). Ada mulutnya bertipe
penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang
mandibula,
sepasang
maxilla
dengan
masing-masing terdapat
palpus
maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya (Hansamunahito, 2006).
2.2.1.2 Ordo hemiptera
Ordo hemiptera hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Ordo
Hemiptera atau bangsa kepik memiliki anggota yang besar dan sebagian besar
anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa atau imago),
namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator yang menghisap cairan
tubuh serangga lain, anggota ordo ini umumnya memiliki dua pasang sayap
(beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian
pangkal dan bagian ujung membranus yang disebut Hemelytra. Pada bagian
kepala dijumpai adanya mata facet dan occeli (Hansamunahito, 2006).
Golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap
depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal,
sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis. Metamorfose
bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia :
telur, menjadi nimfa, lalu menjadi dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang
belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut
pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat
pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo hemiptera, rostum tersebut
muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas
memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran,
yakni saluran makanan dan saluran ludah (Rioardi, 2009).
2.2.1.3 Ordo coleoptera
Ordo coleoptera artinya coleos berarti “seludang” dan pteron berarti
“sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti
seludang
berfungsi
untuk
menutup
sayap
belakang
dan
bagian
tubuh. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur kemudian larva lalu kepompong (pupa) dan menjadi dewasa
(imago). Alat mulut bertipe penggigit pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik (Rioardi, 2009).
Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat
ditemui pada bagian habitat subcortical (dibawah kulit kayu dan fungi). Anggota
ordo ini ada yang bertindak sebagai hama namun ada pula yang bertindak sebagai
predator bagi serangga lain termasuk hama, memiliki sayap depan yang menebal
serta tidak memiliki vena (Hartati, 2009).
2.2.1.4 Ordo lepidoptera
Ordo lepidoptera berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya
“sayap”. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada
imagonya
bertipe
mulut
menghisap. Metamorfose
bertipe
sempurna
(Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia yaitu telur kemudian larva
lalu kepompong dan menjadi dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki
thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Tipe alat mulut
seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga
dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut Proboscis, palpus maxillaris dan
mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna
Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang
berwarna-warni. Pada kepala dijumpai alat mulut seranga bertipe pengisap,
sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa
tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya
mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe
sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur-larvakepompong-dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun
abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain :
Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah
(Attacus atlas L), Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura) (Rioardi, 2009).
2.2.1.5 Ordo homoptera
Ordo homoptera homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap”
serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian
dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak
bersayap. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur menjadi nimfa dan menjadi dewasa. Baik nimfa maupun
dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Alat mulut juga bertipe
pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Ordo
Homoptera atau bangsa wereng dan kutu, anggota ini secara morfologi mirip
dengan anggota ordo hemiptera namun yang membedakannya yaitu pada bagian
sayap depan dan tempat pemuncuan rostumnya. Sayap depan ordo ini memiliki
tekstur yang homogeny biasa keras semua atau membranus semua, sedangkan
sayap belakang bersifat membranus. Anggota ordo Homoptera memiliki
morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya
antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan
rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang
homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang
bersifat membranus (Rioardi, 2009).
2.2.1.6 Ordo odonata
Odonata merupakan serangga purba yang dapat dijadikan model dalam
penelitian filogenetik yang mempelajari garis kekerabatan antara fosil dengan
serangga modern. Fosil serangga menyerupai Odonata yang sangat terkenal
adalah Meganeura yang hidup pada periode karbon yaitu kira-kira 300 juta tahun
yang lalu. Meganeura monyi merupakan serangga terbesar yang diketahui pernah
ada di bumi yaitu panjang bentangan sayapnya mencapai 75 cm (Rioardi, 2009).
Ordo odonata terdiri atas capung (Dragonflies) dan capung jarum
(Damselflies) yang terbagi menjadi tiga subordo yaitu Anisoptera (8 famili),
Zygoptera (17 famili), dan Anisozygoptera (1 famili; 10 famili telah punah).
Spesies Odonata di dunia yang telah terindetifikasi sekitar ± 7.000 spesies.
Banyaknya spesies serangga ini di bumi telah mengilhami para peneliti
melakukan berbagai research yang digunakan untuk kepentingan manusia dengan
model odonata (Rioardi, 2009).
2.2.1.7 Ordo diptera
Serangga anggota ordo diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,
pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu
pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat
keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai
adanya antene dan mata facet. Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang
perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak
berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun
ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe
coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat
predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.)
lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ) (Rioardi, 2009).
2.2.1.8 Ordo hymenoptera
Kata
hymenoptera
berasal
dari
bahasa
yunani
yaitu
uman
atau hymen (kulit tipis, membrane) dan ptera (sayap) yang berarti sayap serangga
ini tipis seperti membrane yg halus, sayap depan lebih besar dari satap belakang.
Sebagian besar ordo ini merupakan pemakan serangga lain. Hymenoptera terbagi
menjadi dua subordo yaitu, chalastogastra dan clistogastra. Hymenoptera
Mengalami metamorfosis sempurna, tipe alat mulut mandibulata yang dilengkapi
flabellum sebagai alat pengisapnya. (Rioardi, 2009).
2.2.1.9 Ordo darmaptera
Dermaptera berasal dari bahasa yunani yaitu derma (kulit) dan ptera
(sayap). Kata dermaptera tersebut menunjukan tekstur dan tegmina (penutup
tubuh) dan dasar dari sayap. Dermaptera mudah dikenali dengan ciri ujung
belakangnya seperti sapit serta badannya datar, sempit dan berwarna coklat atau
hitam. Serangga ini banyak terdapat didaerah lembab seperti batang pisang atau
dibawah kulit tanaman yang telah mati. Spesies darmaptera banyak berfungsi
sebagai predator mereka menggunakan capit untuk menangkap lalu memakannya
(Hartati, 2009).
2.2.1.10 Ordo isoptera
Isoptera berasal dari kata isos (sama)dan pteron (sayap). Anai–anai atau
rayap adalah serangga-serangga sosial pemakan selolusa yang berukuran sedang
merupakan ordo Isoptera, secara relatif kelompok kecil dari serangga yang terdiri
kira-kira 1900 jenis di dunia. Mereka hidup dalam masyarakat-masyarakat dengan
organisasi yang tinggi dan terpadu, atau koloni–koloni, dengan individu–individu
yang secara morfologi dibedakan menjadi bentuk–bentuk berlainan atau kastakasta yaitu reproduktif, pekerja, dan serdadu yang melakukan fungsi–fungsi
biologi yang berbeda. Rayap adalah serangga social yang hidup dalam suatu
komunitas yang disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup
lebih lama bila tidak berada dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah
efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing-masing kasta
mempunyai bentuk dan peran yang berada dalam kehidupannya.
Dibandingkan dengan serangga social lainnya dalam hal ini semut, rayap
memiliki beberapa kemiripan. Oleh karena itu, beberapa orang kerap kali
menyebut rayap sebagai ”semut putih”. Namun demikian perbedaan antara
organisme tersebut sesungguhnya cukup banyak, bahkan semut merupakan salah
satu musuh utama rayap (Hartati, 2009).
2.2.1.11 Ordo neuroptera
Kata lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, yaitu lepidos (sisik) dan
ptera (sayap). Jadi, artinya sayap serangga yang bersisik. Ukuran serangga ini ada
yang kecil dan ada yang besar. Jumlah sayapnya ada empat buah dan tertutup
dengan sisik. Antenanya ada yang seperti sikat dan ada yang seperti benang.
Bagian mulutnya saling berhubungan membentuk tabung. Bagian mulutnya
dilengkapi alat untuk mengigit. Selain itu, serangga ini memiliki alat penghisap
yang berbentuk spiral (Pracaya, 2007).
Ordo lepidoptera mencakup ngengat (moth) dan kupu-kupu (butterfly).
Perbedaan kupu-kupu dan ngengat yaitu berdasarkan waktu aktifnya dan ciri
morfologinya. Umumnya, kupu-kupu aktif di siang hari (diurnal), sedangkan
ngengat aktif di malam hari (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap
dengan cara menegakkan sayapnya, sehingga tampak permukaan bawah dari
sayapnya. Ngengat hinggap dengan sayap terlipat horizontal diatas tubuh. Kupukupu biasanya memiliki warna yang indah dan cerah sedangkan ngengat
cenderung gelap (cokelat dan abu-abu).
Antena kupu-kupu berbentuk benang (filiform) dan membesar di
ujungnya, sedangkan hampir semua ngengat memiliki antena seperti bulu burung
atau seperti sisir (Triplehorn dan Johnson, 2005).
2.2.2
Daur Hidup
2.2.2.1 Belalang pedang (Sexava sp.)
Telur berasal dari belalang betina, dan pada masa reproduksi belalang
jantan akan memasukkan spermathopore kedalam ovipositor belalang betina.
Sperma memasuki sel telur melalui saluran halus yang disebut micropyles.
Setelah dibuahi belalang betina akan meletakkan telurnya pada tanaman, mungkin
pada batang, daun, atau pada bunga. Atau ada juga lho belalang betina yang
menaruh telurnya di dalam tanah menggunakan ovipositor untuk memasukkan
telur sekitar 1 sampai 2 inci di bawah tanah. Dalam jangka waktu 3 sampai 4 hari
belalang betina akan mengeluarkan semua telurnya, selain itu pada masa bertelur
belalang betina mampu meletakkan ratusan butir telur. Telur-telur itu tersimpan di
dalam tanah sampai berbulan-bulan lamanya, dan akan menetas pada musim
panas. Dan setelah telur menetas menjadi nimfa belalang sudah tidak
memperdulikan anaknya (Rahmawati, 2012).
Tahapan selanjutnya adalah memasuki fase nimfa, yaitu menetas nya telur
belalang menjadi nimfa, dengan bentuk seperti belalang dewasa tetapi berukuran
kecil, belum memiliki sayap, dan alat reproduksi. Selain itu nimfa masih berwarna
putih, tetapi setelah terkena pancaran sinar matahari warnanya akan berubah
menjadi warna khas belalang (cokelat atau hijau). Masa hidup belalang menjadi
nimfa adalah 25 sampai 40 hari.
Dan selama masa pertumbuhan akan berganti kulit sekitar 4 sampai 6 kali
hingga menjadi belalang dewasa dan akan mendapat tambahan sayap fungsional.
Untuk menjadi belalang dewasa dan bersayap, nimfa harus berganti kulit untuk
yang terakhir setelah menjalani fase nimfa selama satu bulan. Setelah 14 hari
menjadi belalang bersayap, maka akan terbentuklah belalang dewasa yang mampu
bereproduksi, hal in dilakukan untuk melestarikan spesies nya agar tidak punah
(Rahmawati, 2012)
2.2.2.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)
Telur helopeltis diletakkan di dalam jaringan tanaman ,baik pada buah
maupun pada ujung-ujung ranting muda. Tetapi pada umumnya telur Helopeltis
diletakkan pada buah. Telur diletakkan dengan alat peletak telurnya (ovipositor)
ke dalam jaringan tanaman sedalam kira-kira 2 sampai 3 m. Pada setiap tempat
terdapat 2 sampai 3 telur. Tempat-tempat telur diletakkan berbekas noda coklat
tua ,dan selain itu juga di tandai dengan keluarnya sepasang benang halus
berwarna putih yang muncul dari setiap ujung telur. Masa inkubasi telur rata-rata
6,4 (6 sampai 7) hari. Setelah menetas, nimfa segera menghisap cairan tanaman
pada bagian tanaman yang masih lunak, misalnya buah, ujung ranting muda, dan
tunas-tunas muda (Rioardi, 2009).
Pada nimfa muda tidak diketemukan ciri khusus, yaitu beberapa tonjolan
yang tumbuh
tegak lurus pada punggungnya. Ujung tonjolan tersebut
membengkak seperti gada. Beda antara serangan muda dan dewasa, selain
dicirikan oleh tonjolan, juga belum bersayap.
Gerakan nimfa lamban, dan jarang meninggalkan buah tempat mereka
makan. Rata-rata stadium nimfa berlangsung 11,7 (11 sampai 13) hari. Nimfa
mengalami lima kali pergantian kulit. Nimfa kurang menyukai cahaya matahari
langsung. Untuk itu mereka cenderung bersembunyi di bagian-bagian buah dan
tunas yang terlindung dan gelap. Pada Helopeltis dewasa ditandai dengan
keluaranya sayap, dan sebuah tonjolan tumpul yang tumbuh tegak lurus pada
pungunggnya. Seluruh tubuhnya berwarna hitam, hanya pada bagian abdomen
(ekor) belakang di sebelah bawah yang terdapat warna putih. Serangga terbang
seperti nyamuk. Serangga jantan lebih ramping sedangkan yang betina dicirikan
oleh abdomen yang gemuk. Lama hidup serangga betina rata-rata 17,6 (11 sampai
28) hari, yang jantan rata-rata 22,1 (11 sampai 40) hari. Seekor Helopeltis betina
dapat menghasilkan telur rata-rata 121,9 (67 sampai 229) butir. Lamanya periode
dari saat telur diletakkan sampai Helopeltis dewasa siap meletakkan telurnya
(siklus hidup) berlangsung 21 sampai 27 hari. Sebagaimana sifat mikung, indung
juga menghindari adanya cahaya matahari langsung (Rioardi, 2009).
2.2.2.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Siklus hidup kumbang kelapa bervariasi tergantung pada habitat dan
kondisi lingkungannya. Musim kemarau yang panjang dengan jumlah makanan
yang sedikit akan memperlambat perkembangan larva serta ukuran dewasa yang
lebih kecil dari ukuran normal. Satu siklus hidup hama ini dimulai dari telur
sampai dewasa sekitar 6 sampai 9 bulan. Stadia yang merusak adalah pada stadia
kumbang dengan ciri-ciri kumbang berwarna hitam dan bagian bawah dari badan
berwarna cokelat kemerahan.
Cula kumbang kelapa jantan lebih panjang dari betina. Selain pada
tanaman kelapa, kumbang kelapa juga menyerang tanaman kelapa sawit, pinang,
nibung sagu dan jenis tanaman palma lainya. Pada fase telur, jangka waktunya 8
sampai 12 hari, instar pertama jangka waktunya 10 sampai 21 hari, instar kedua
jangka waktunya 12 sampai 21 hari, instar ketiga jangka waktunya 60 sampai 165
hari, purpura jangka waktunya 8 sampai 13 hari, pupa jangka waktunya 17 sampai
28 hari, dewasa betina 274 hari, dewasa jantan 192 hari dan totalnya 115 sampai
260 hari. Kumbang Kelapa betina akan meletakkan telur pada sisa-sisa bahan
organik yang telah melapuk. Kemudian larva tumbuh dan berkembang dengan
adanya sisa-sisa bahan organik tersebut. Salah satu tempat berkembang biaknya
adalah tumpukan batang kelapa, tanaman kelapa mati yang masih berdiri,
tumpukan kayu lapuk, limbah ternak dan limbah saw mill (Rahmawati, 2012).
2.2.2.4 Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Telur Oryctes rhinoceros berbentuk bulat dan berwarna putih. Stadia
telur lamanya 8 sampai 12 hari. Larva yang keluar berwarna putih dengan mulut
berwarna merah coklat, kepala berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki.
Larva Oryctes
rhinoceros mengalami
tiga
instar
(pergantian
kulit)
dan
membutuhkan waktu 2 sampai 4 bulan untuk perkembangannya. Variasi waktu
perkembangan larva dipengaruhi oleh jenis makanan dan iklim. Tempat
perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang masih tegak maupun telah mati,
timbunan kulit buah kopi/kakao, ampas tebu, timbunan limbah penggilingan padi,
timbunan pupuk kompos, pupuk kandang dan timbunan serbuk gergaji.
Larva instar terakhir masuk ke tanah sedalam ± 30 cm dan tidak aktif
selama 8 sampai 13 hari (masa prapupa). Pupa berwarna coklat dan terbungkus
kokon yang dibuat dari tanah ataun sisa-sisa serat tanaman. Lama stadia pupa 17
sampai 28 hari (Nyoman, 2005).
2.2.2.5 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Siklus hidupnya dimulai dari telur-telur berwarna kuning
jingga
berbentuk lonjong pipih dan berukuran 0.5 mm x 0.3 mm, diletakkan satu
persatu oleh ngengat betina pada alur-alur permukaan buah. 6 sampai 7 hari
kemudian larva berwarna kekuningan yang panjangnya 1 mm keluar dari telur,
langsung menggerek ke dalam buah dan tetap tinggal di dalam buah sampai
menjelang berkepompong. Larva membuat liang gerekan di bawah kulit buah dan
di antara biji serta memakan daging buah (Harianto, 2009).
2.2.2.6 Ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua)
Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian
bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan
lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih
tembus pandang. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan uraturat daun sehingga daun akan berlubang-lubang. Pada siang hari ulat bersembunyi
dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam
hari (Pracaya, 2007).
2.2.2.7 Kutu daun (Aphis sp.)
Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu
dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan.Tahapan pertama
nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena. Tahap
nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen,
mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna
tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh
masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki
tampak lebih gelap daripada warna tubuh (Rioardi, 2009).
2.2.2.8 Lalat buah pada cabe (Bactrocera sp.)
Siklus hidup lalat buah sekitar 20-28 hari, dan selama hidupnya kawin
dan bertelur dapat menghasilkan 1200 butir Kehidupan dan perkembangan lalat
buah dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya suhu, kelembaban dan
ketersediaan inang. Ketiga faktor tersebut cukup terpenuhi di wilayah tropis
seperti Indonesia sehingga sangat mendukung perkembangan populasi lalat buah.
Di daerah tropis lalat buah hanya mendapat gangguan iklim lebih kecil
dibandingkan di wilayah lain. misalnya daerah sedang dan dingin. Selain itu,
ketersediaan makanan di wilayah tropis lebih besar oleh karena itu serangga
termasuk lalat buah selalu mendapat pakan yang cukup. Di musim hujan, populasi
lalat buah mencapai puncaknya (Rioardi, 2009).
2.2.2.9 Capung (Neurothemis sp.)
Capung melakukan proses perkawinan di udara dalam kondisi terbang dan
membutuhkan waktu berjam-jam lamanya. Setelah melakukan perkawinan maka
capung betina akan bertelur. Dan telur-telur itu akan di letakkan atau ditempelkan
pada tumbuhan yang ada di air dan memastikan bahwa wilayah tersebut bebas
dari polusi. Serta terdapat banyak mikroorganisme air yang dapat dijadikan
sebagai sumber makanan larva capung. Induk capung dapat menghasilkan telur
sekitar 100.000 butir telur. Telur capung diselimuti dengan lendir, dan akan terasa
licin jika di pegang, selain itu telur-telur ini akan menetas dalam waktu dua hari
hingga tujuh hari atau tergantung pada iklim suatu tempat, semakin dingin maka
akan memakan waktu yang lebih lama untuk menetas. Telur yang telah menetas
dan menjadi larva akan berkembang dan hidup di wilayah dasar perairan.
Larva menggunakan insang internal untuk bernafas. Meskipun merupakan
makhluk air, larva capung dapat hidup di darat walaupun di pindahkan berjamjam lamanya. larva capung akan sering berganti kulit sampai mengalami
metamorfosis menjadi nimfa (Harianto, 2009).
Nimfa capung hidup sebagai karnivora yang ganas, tubuhnya berukuran
besar dan biasa memakan berudu, anak ikan atau bahkan memangsa sesamanya.
Nimfa capung bernafas menggunakan insang yang ada di dalam rektum nya di
ujung perut. Selain itu nimfa capung akan mengalami beberapa kali pergantian
kulit (ekdisis). Tiap tahapan diantara pergantian kulit disebut instar. Tergantung
dari jenis spesies nya, pergantian kulit bisa terjadi 8 sampai 12 kali.
Umur nimfa juga dapat mencapai empat minggu sampai beberapa tahun.
Tetapi sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, bisa
hingga 4 tahun lamanya. Ketika sudah benar-benar berkembang dalam kondisi
lingkungan dan cuaca yang mendukung, nimfa akan menyelesaikan tahap
metamorfosis nya menjadi capung dewasa dan merayap keluar dari air
menggunakan ranting tanaman. Capung ini akan keluar dari kulit nimfa, dan kulit
nimfa ini disebut dengan exuvia. Pada tahap ini capung sangatlah tidak berdaya
dan sering menjadi mangsa untuk aves dan insektivora lainnya. Capung muda ini
memiliki sayap yang belum berkembang dan memiliki kepala dan thoraks yang
telah terlihat pembagiannya, tubuh yang masih lunak dan warna tubuh yang belum
sempurna. Selanjutnya capung muda tersebut hidup di daratan dengan
bergerak menggunakan sayapnya. Setelah dewasa biasanya capung dewasa aka
hidup selama dua bulan sampai empat bulan (Harianto, 2009)
2.2.3
Gejala Serangan
2.2.3.1 Belalang pedang (Sexava sp.)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh belalang pedang (Sexava sp.)
yaitu memakan daun kelapa, dan daun tanaman lainnya, hingga daun kelapa
menjadi berlubang-lubang (Anonim, 2009).
2.2.3.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)
Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao
yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih
berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding
buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan
rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK
disebabkan oleh enzim heksokinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase
and malic enzyme polymorphisms yang disekresi-kan oleh PBK (Suparno, 2009).
2.2.3.3 Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gejala yang ditimbulkan oleh larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
yaitu pada batang yang telah ditebang dan sudah lama diatas tanah, maka terlihat
batang tersebut sangat rapuh atau lapuk dan sangat lembab dan jika batang yang
lapuk tersebut dipotong, maka akan terlihat banyaknya larva yang berada pada
batang tersebut dan ditempat tersebut akan sangat lembab, karena pada habitatnya
larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ini hidupnya ditempat yang sangat
lembab dan dipohon kelapa yang telah ditebang (Sosromarsono, 2005).
2.2.3.4 Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gejala
serangan
yang
ditimbulkan
oleh
kumbang
kelapa
(Oryctes rhinoceros) adalah ujung daun kelapa menjadi patah. Gejala serangan
yang ditimbulkan yaitu menyebabkan Pucuk kelapa menjadi rusak, daun yang
mudah menjadi patah, pelepah kelapa menjadi tumbang dan penyerangan dalam
jumlah besar kadang apucuk tanaman akan abusuk dan tanaman kelapa akan mati
(Sosromarsono, 2005).
2.2.3.5 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao
yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih
berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding
buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan
rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK
disebabkan oleh enzim hek-so-kinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase
and malic enzyme polymorphisms yang disekresikan oleh PBK (Suparno, 2009).
2.2.3.6 Ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua)
Gejala-gejala
serangan
yang
ditimbulkan
oleh
ulat
bawang
(Spodoptera exigua) adalah ditandai dengan adanya lubang pada daun bawang
yang pada akhirnya daun akan patah dan habis. Namun serangan dalam skala
besar akan mengakibatkan gundulnya daun pada semua populasi tanaman. Dan
bagian yang diserang akan berwarna pucat dan kering (Anonim, 2009).
2.2.3.7 Kutu daun (Aphis sp.)
Kutu daun ini merusak penampilan buah tanaman. Kutu muda hidup dan
menghisap cairan kelopak bunga, tunas, atau buah muda. Kutu dewasa
mengeluarkan semacam tepung putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Pada
fase dewasa, kutu daun mengeluarkan sejenis cairan gula yang biasanya cairan
gula tersebut akan didatangi oleh semut hitam. Pengaruh kutu daun, jelaga hitam
dan semut ini membuat penampilan buah jelek walaupun sebenarnya rasa buah
tidak terlalu dipengaruhi. Warna hitam pada daun & tangkai adalah suatu zat yang
dihasilkan oleh hama tersebut. Kalau sudah terlalu hitam akan menutup daun
untuk melakukan fotosintesis, mengakibatkan pohon akan tumbuh menjadi kerdil,
kelopak daun mengecil, sulit untuk berbunga berbuah dan lama kelamaan pohon
bisa mati kering (Caspiati, 2009).
2.2.3.8 Lalat buah pada cabe (Bactrocera. sp)
Gejala serangan yang ditimbulkan pada buah cabai mengalami
pembusukan namun pada buah cabai tidak mengalami pengeringan buah cabai
membusuk namun lembek. Lalat buah (Dacus sp.) banyak dijumpai di berbagai
buah, permukaan tanah dekat tanaman buah-buahan.
Lalat sering ditemukan
istrahat pada daun-daun dan bunga-bunga di terik matahari.
Secara umum
bertindak sebagai hama yang cukup penting pada buah-buahan seperti jeruk,
jambu, nangka, apel, dll (Anonim, 2009).
2.3
Pengenalan Hama Gudang
2.3.1
Pengenalan Hama Gudang secara Umum
2.3.1.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan
bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat
enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai
segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas.
Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang
tubuh kumbang dewasa ± 3,5 sampai 5 mm, tergantung dari tempat hidup
larvanya. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika
bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang
ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
2.3.1.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)
Kumbang tepung diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum
Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Tenebrionidae, genus
Tribollium, dan spesies Tribollium sp. Kumbang dewasa berbentuk pipih,
berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih
agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan
panjang ± 5 sampai 6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5
mm (Wagianto, 2008).
2.3.1.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
Kumbang
jagung
diklasifikasikan
dalam
kingdom
Animalia,
filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, family Curculionidae, genus
Sitophilus, dan spesies Sitophilus zeamays. Kumbang dewasa berwarna coklat
kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di
bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuningkuningan.
Panjangnya 2,5 sampai 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang.
Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku). Larvanya putih gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Nonadita, 2008).
2.3.1.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
Kumbang kacang hijau diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum
Arthropoda,
kelas
Insecta,
ordo
Coleoptera,
famili
Bruchidae, genus
Callosobruchus, dan spesies Callosobruchus chinensis. Ukuran tubuh kumbang
Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative
kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh kumbang kacang
Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya
berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian
kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak
gelap. Pronotum
halus,
elytra
berwarna
cokelat
agak
kekuningan
dan
memiliki ukuran tubuh sekitar 5 sampai 6 mm (Borror, 2009).
2.1.3.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Kumbang kopra diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum
Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Cleridae, genus Necrobia, dan
spesies Necrobia rufipes. Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili
Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang, berwarna cemerlang,
pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antena Clubbed atau kadang
Serrate atau Pectinate. Perbedaan kumbang jantan dan betina dewasa terletak
pada ukuran tubuh, kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dari
betinanya. Pada kumbang betina memiliki embelan ovipositor, memiliki sepasang
ovari, ruas abdomen 8 atau 9, satu sistem saluran telur yang dijalurkan keluar bila
mana hendak bertelur. Sedangkan kumbang jantan, pada ruas abdomen ke 10
memiliki alat kelamin berupa penis, memiliki organ penjepit bagian luar dan
organ penusuk bagian median (Abumutsanna, 2008).
2.3.2
Daur Hidup
2.3.2.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
Kumbang betina dapat mencapai umur 3 sampai 5 bulan dan dapat
menghasilkan telur sampai 300 sampai 400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir
beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut
sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan
bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur
berlangsung selama ± 7 hari. Larva yang telah menetas akan langsung menggerek
butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan
tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di
dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28 sampai 90 hari,
tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini
tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis
produk yang diserang (Naynienay, 2008).
2.3.2.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)
Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus
hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang
merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang
kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6 sampai 11 kali,
tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6 sampai 7 kali,
ukuran larva dewasa dapat mencapai 8 sampai 11 mm. Menjelang terbentuknya
pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi
imago akan kembali masuk ke material. Seklus hidup dari kumbang ± 35- sampai
42 hari (Wagianto, 2008).
2.3.2.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
Kumbang betina akan mengunyah lubang kecil di dalam inti biji,
kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya. Kumbang betina dapat bertelur
300 hingga 400 telur selama lebih dari satu bulan. Telur akan menetas dalam
beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Kemudian
menjadi kepompong, selanjutnya menjadi kumbang dewasa. Seluruh siklus hidup
berlangsung dari empat hingga tujuh minggu (Nonadita, 2008).
2.3.2.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada
permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3
sampai 5 hari.
Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur
yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur
diletakkan. Lama stadia larva adalah 4 sampai 6 hari. Produk yang diserang akan
tampak berlubang (Borror, 2009).
2.3.2.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Kumbang betina bertelur hingga 30 telur per harinya di dalam retakan
atau celah yang terluka. Telur membutuhkan antara empat dan enam hari untuk
menetas. Larva akan tumbuh selama 30 hingga 140 hari, menjadi kurang aktif dan
mencari tempat yang gelap untuk menjadi kepompong. Tahapan kepompong
bervariasi antara 6 dan 21 hari. Kumbang dewasa akan segera kawin setelah
tumbuh dari tahapan kepompongnya dan dapat hidup hingga 14 bulan
(Abumutsanna, 2008).
2.3.3
Gejala Serangan
2.3.3.1 Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
Gejala
serangan
yang
diakibatkan
oleh
kumbang
tepung
(Tribolium sp.) adalah pada tepung yang sudah terserang dalam waktu lama
tepung akan menjadi menggumpal dan berwarna agak kekuning-kuningan
(Wagianto, 2008).
2.3.3.2 Kumbang tepung (Tribollium sp.)
Gejala
serangan
yang
diakibatkan
oleh
kumbang
tepung
(Tribolium sp.) adalah pada tepung yang sudah terserang dalam waktu lama
tepung akan menjadi menggumpal dan berwarna agak kekuning-kuningan
(Wagianto, 2008).
2.3.3.3 Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
Kumbang jagung (Sitophilus
zeamays)
menyerang jagung
yang
disimpan. Butir jagung yang diserang berlubang-lubang hingga hancur menjadi
bubuk. Serangga ini juga menyerang bahan lain seperti kopra, gandum, beras,
sorgum dan biji-bijian lain (Maulana, 2009).
2.3.3.4 Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)
Gejala serangan kumbang kacang hijau yaitu pada biji kacang hijau
dikenali dengan adanya lubang-lubang pada butiran kedelai. Biji kedelai yang
terserang kumbang ini juga merupakan tempat berlindung serangga. Kadangkadang tampak serangga keluar dari dalam lubang gerekan (Abumutsanna, 2008).
2.3.3.5 Kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Telur diletakkan di celah-celah bahan yang tersembunyi. Setelah
menetas, larva membuat liang gerek yang berkelok-kelok pada bahan. Saat
menjelang menjadi kepompong,
larva membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran air
liurnya dan sisa gerekan. Mereka bersifat merusak, baik dalam tahap larva
maupun dewasa, meski demikian tahap larva adalah yang paling merusak
(Abumutsanna, 2008).
2.4
Pengenalan Penyakit yang diSebabkan oleh Jamur
2.4.1
Klasifikasi dan Morfologi
2.4.1.1 Alternaria porri
Alternaria porri yang menyerang bawang merah (Allium ascolonicum)
diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, divisi Eumycota, ordo Hypales, family
Dematiaceae, genus Alternaria, dan spesies Alternaria porri. Morfologi
jamur Alternaria porri berbentuk konidium berwarna coklat dan seperti gada
terbalik dengan ukuran 145 sampai 370 mm dan mempunyai sekat yang
membujur dan melintang (Hanudin, 2006).
2.4.1.2 Colletotrichum capsici
Colletotrichum capsici diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, divisio
Ascomycota, kelas Sodariomycetes, ordo Phyllachorales, famili Phyllachoraceae,
genus Colletotrichum, dan spesies Colletotrichum capsici. Jamur C. capsici ini
mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya
sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai
keseluruh bagian tumbuhan (Budi, 2012).
2.4.2.3 Aspergilus niger
Aspergilus niger dikalasifikasikan dalam kingdom Myceteae, divisi
Amatigomycota, kelas Ascomycetes, ordo Eurotiales, genus Aspergillus, spesies
Aspergilus niger. Aspergilus niger ini mempunyai morfologi bulu dasar warna
putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai
hitam. Hifa bersekat dan memiliki banyak inti (multiseluler), kelapa konidia bulat,
berwarna hitam, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar
dengan bertambahnya umur. Konidispora memiliki dinding yang halus, hialin
tetapi juga berwarna coklat (Pracaya, 2007).
2.4.2.4 Fusarium oxyporum
Fusarium oxyporum
diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, filum
Ascomycota, kelas Sordariomycetes, ordo Hypocreales, family Nectriaceae, genus
Fusarium, dan spesies Fusarium oxyporum. F. oxysporum , jamur ini mempunyai
ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat parasitoit pada organism
lain serta didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah yang
rendah sekali Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman
yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan
meristem pada ujung akar (Pracaya, 2007).
2.4.2
Daur Hidup
2.4.2.1 Alternaria porri
Daur penyakit dimulai dengan bercak keungu-unguan terdapat pada daun,
konidiofor konidiofor dibentuk satu persatu atau secara berkelompok, konidia
multiseluler dibentuk pada ujung ujung konidiofor. Setiap sel konidium mampu
berkecambah, penyakit disebarkan melalui udara dan perkecambahan maksimum
terjadi pada pukul 8 pagi sampai 2 siang. Perkembangan penyakit sangat
dipengaruhi oleh angin, curah hujan, pengairan dan penyemprotan. Sporulasi
terjadi pada malam hari dengan kelembaban relatif tinggi. Ketika jaringan bawang
rentan, spora jamur berkecambah, tabung kecambah menembus stomata dan
secara langsung bergerak terus sampai ke epidermis (Semangun, 2006).
2.4.2.2 Colletotrichum capsici
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada
tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu jamur pada buah masuk ke dalam ruang
biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji
buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, nantinya dapat menginfeksi
buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang
tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah
hijau jamur ini menyerang daun dan batang.
Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit,
seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi jamur C. capsici hanya terjadi
melalui luka–luka (Suryanto, 2010).
2.4.2.3 Aspergilus niger
Aspergilus niger secara alamiah ada dimana-mana, terutama pada
makanan, sayuran yang telah basi, pada sampah daun atau tumpukan kompos dan
juga ada di roti yang sudah kadaluwarsa. Konidia biasanya terdapat di udara baik
di dalam maupun di luar ruangan dan sepanjang tahun. Penyebaran melalui
inhalasi konidia yang ada diudara (Laila, 2006).
2.4.2.4 Fusarium oxyporum
Daur hidup jamur Fusarium oxyporum pada tanaman tomat (Solanum
lycopersicum) yaitu jamur mengadakan penginfeksi pada bagian tanah. Tanah
yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. jamur menginfeksi
pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan
berkembang di berkas pembuluh (Semangun, 2006).
Daur hidup dari jamur F. oxysporum yang ada pada tanaman Pisang yaitu
bersumber dari tanah yang berbentuk miselium yaitu berupa benang-benang halus
atau dalam semua bentuk konidiumnya dan memiliki tiga macam spora yakni
antara lain mikrokonidium, makrokonidium, serta klamidiospora (Roma, 2009).
2.4.3
Gejala Serangan
2.4.3.1 Alternaria porri
Gejala serangan dari cendawan Alternaria porri yakni pada daun
terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Ukuran bercak bervariasi
tergantung pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut, bercak-bercak tampak
menyerupai cincin dengan warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan
atau keunguan yang dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang dapat meluas
kebagian atas atau bawah bercak, dan ujung daun mengering. Permukaan bercak
bisa juga berwarna coklat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab
(Pracaya, 2007).
2.4.3.2 Collectotrichum capsici
Gejala serangan awal dari Collectotrichum capsici, yaitu gejala serangan
awal berupa bercak cokelat kehitaman pada permukaan buah, kemudian meluas
dan akhirnya menjadi busuk dan lunak. Pada pusat bercak akan terlihat titik-titik
hitam yang merupakan kelompok seta dan kodium. Pada serangan berat
menyebabkan buah menjadi kering, mengerut, dan berwarna seperti jerami padi.
Pada buah cabai yang terserang Collectotricum caprici gejala yang di timbulkan
yaitu pada kulit buah terdap bercak-bercak hitam, dan pada bagian tengah terdapat
barcak berwana putih (Triharso, 2005).
2.4.3.3 Aspergilus niger
Gejala serangan Aspergilus niger yaitu yang sangat jelas terlihat yaitu
pada roti yang telah kadaluwarsa, saat kita mendapatkan roti yang kadaluawarsa,
maka kita akan mendapatkan seperti serabut-serabut atau juga semacam spora
yang berwarna hijau tua pada roti itulah yang dinamakan Aspergilus niger roti
sehingga roti tidak dapat lagi dikonsumsi (Laila, 2006).
2.4.3.4 Fusarium oxysporum
Gejala serangan Fusarium oxyporum yang mana awalnya tulang-tulang
daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi
layu. Layu total dapat terjadi antara 2 sampai 3 minggu setelah terinfeksi.
Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna
menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka
waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin
pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang
tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini (Irzayanti, 2008).
2.5
Pengenalan Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri dan Virus
2.5.1
Blood Disease Bacterium (BDB)
Ralstonia solanacearum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk
batang dengan ukuran 0,5 sampai 0,7 x 1,5 sampai 2,5 μm, berflagela, bersifat
aerobik, tidak berkapsula, serta membentuk koloni berlendir berwarna putih
(Semangun, 2006).
2.5.2
Pseudomonas solanacearum
Sifat morfologi P. solanacearum berukuran 0,5–0,7 x 1,5–2,5 mikron,
berbentuk
batang dengan ujung membualat, tidak membentuk kapsul,
tanpa spora, motil dengan satu flagela polar, isolat yang virulen umumnya
flagelnya pendek dan pergerakan lambat (Fahri, 2008).
2.5.3
PMoV (Peanut Mottle Virus)
PMoV termasuk dalam kelompok Potyvirus, dengan ukuran lebar 12 nm
dan panjang 750 nm, mempunyai benang RNA tunggal yang tersusun atas 9500
nukleotida. Dalam sitoplasma sel-sel daging daun (Mesofil) terdapat badan
inklusi berbentuk cakra (Pinwheel inclusion), melingkar, berkeping-keping dan di
dekatnya terdapat zarah-zarah virus tersebut (Hidayat, 2009).
2.5.4
PStV (Peanut Strippe Virus)
Virus PStV mempunyai zarah-zarah berbentuk batang lentur, mempunyai
panjang 700-750 nm, bertahan terhadap keasaman antar PH 4 sampai 8.
Sedangkan bilur pada daun kacang tanah disebabkan oleh Virus Bilur Kacang
Tanah atau PStV (Peanut Stripe Virus). Zarah virus PStV berbentuk batang lentur
yang panjangnya ± 750 nm, didalam sel tanaman sakit terdapat badan inklusi yang
mirip dengan cakra (Hidayat, 2009).
2.5.5
Tungro
Penyakit kerdil hampa yang menyerang pada tanaman padi disebut juga
Penyakit
tungro.
Penyakit
ini
disebabkan
oleh
dua
bentuk
partikel
virus tungro yang berasosiasi yakni virus batang (Rice Tungro Bacilliform Virus
atau RTBV) yang berukuran panjang 100-300 nano meter
dan lebarnya 30
sampai 35 nano meter, sedangkan virus tungro bulat (Rice Tungro Spherical Virus
atau RTSV), bergaris tengah 30 nano meter (Rahmawati. 2012).
2.5.6
Klasifikasi
2.5.6.1 Blood disease bacterium (BDB)
Blood
disease
bacterium
(BDB)
disebabkan
oleh
bakteri
Ralstonia solanacearum yang diklasifikasikan dalam kingdom Bakteri, filum
Proteobacteria,
kelas
Ralstoniaceae,
genus
Beta
Proteobacteria,
Ralstonia,
dan
ordo
spesies
Burkholderiales,
Ralstonia
famili
solanacearum
(Semangun, 2006).
2.5.6.2 Pseudomonas solanacearum
Pseudomonas solanacearum diklasifikasikan dalam kingdom Bacteria,
filum Proteobacteria, kelas Gama Proteobacteria, ordo Pseudomonadales, famili
Pseudomonadaceae,genus Pseudomonas,dan spesies Pseudomonas solanacearum
(Nur, 2013).
2.5.6.3 PMoV (Peanut mottle virus)
PMoV (Peanut Mottle Virus) diklasifikasikan dalam group IV (+) sense
RNA
Viruses,
famili
Potyviridae,
genus
Potyvirus,
dan
spesies
Peanut mottle virus (Hidayat, 2009).
2.5.6.4 PStV (Peanut strippe virus)
PStV (Peanut Mottle Virus) diklasifikasikan dalam group IV (+)
sense RNA Viruses, famili Potyviridae, genus Potyvirus, dan spesies
Peanut stripe virus (Hidayat, 2009).
2.5.6.5 Tungro
RTBV (Rice tungro bacilliform virus) diklasifikasikan dalam group VII
(dsDNA-RT),
famili
Caulimoviridae,
genus
Tungrovirus,
dan
spesies
Rice tungro bacilliform virus (Rahmawati. 2012).
RTSV (Rice Tungro Spherical Virus) diklasifikasikan dalam group IV
((+)ssRNA),
famili
Sequiviridae,
genus
Waikavirus,
dan
spesies
Rice tungro spherical virus (Rahmawati. 2012).
2.5.7
Daur Hidup
2.5.7.1
Blood disease bacterium (BDB)
Siklus hidup bakteri (Rostalnia solanacearum) pada pisang (Musa spp.)
yaitu bakteri dapat bertahan pada akar dan pada tanaman yang mempunyai
hubungan dekat dengan pisang. Adanya luka pada akar akan meningkatkan
infeksi. Pada saat masuk ke dalam akar bakteri berkembang sepanjang akar
menuju ke batang, dan jamur akan berkembang secara meluas dalam jaringan
pembuluh (Hadisutrisno, 2008).
2.5.7.2 Pseudomonas solanacearum
Siklus hidup bakteri Pseudomonas solanacearum pada tanaman tomat
(Lycopersicum esculentum) yaitu mengadakan penginfeksi pada bagian tanah dan
tanaman. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari bakteri ini
bakteri menginfeksi pada bagian akar, terutama pada bagian yang telah luka, lalu
menetap dan berkembang di berkas pembuluh tanaman (Semangun, 2006).
2.5.7.3 PMoV (Peanut mottle virus)
Daur hidup PMoV (Peanut Mottle Virus) pada kacang tanah
(Arachis hypogeae L.) dapat diketahui dari ditularkannya penyakit oleh kutu
daun Aphis
craccivora . Satu
untuk menularkan
penyakit.
sampai
Dalam
tiga
ekor
kutu
telah
cukup
badan
kutu,
virus
hanya
dapat
bertahan selama 24 jam karena virus bersIfhat nonpersisten, Selanjutnya kutu
yang mengandung virus sudah dapat menularkan virus ke tanaman sehat jika
dibiarkan mengisap selama 3 menit (Semangun, 2006).
2.5.7.4 PStV (Peanut Strippe Virus)
Daur hidup PStV (Peanut Stripe Virus), penyakit ditularkan secara
mekanis oleh serangga dan dapat terbawa oleh biji tanaman sakit. PStV
ditularkan oleh kutu daun, dengan cara yang sama pada PmoV (Hidayat, 2009).
2.5.7.5 Tungro
Dalam siklus hidupnya, virus tungro dibawa oleh wereng coklat
(Nilaparvata lugens), dengan mengisap tanaman sakit dan menyebarkannya
melalui jaringan tanaman padi. Penularan penyakit pada wereng hijau berlangsung
secara nonpersisten, yaitu segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah mengisap
tanaman, dan menimbulkan tanda serangan setelah 6 sampai 9 hari kemudian
(Rahmawati, 2012).
2.5.8
Gejala serangan
2.5.8.1 Blood Disease Bacterium (BDB)
Biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya
tandan buah. Mula-mula satu atau dua daun (nomor 3 atau 4 dari daun termuda)
berubah warnanya tanpa menunjukkan perubahan-perubahan lain. Dari ibu tulang
daun keluarlah garis kekuningan ke tepi daun. Keadaan ini dapat berlangsung
lama sampai buah hampir menyelesaikan proses pemasakannya.
Tetapi mendadak keadaannya menjadi kritis. Dalam jangka waktu satu
minggu semua daun menguning dan dalam jangka waktu beberapa hari daun-daun
tadi menjadi coklat (Hadisutrisno, 2008).
Disebut penyakit darah karena jika akar atau batang tanaman sakit
dipotong, akan keluar cairan kental yang berwarna merah dari berkass
pengangkutan yang merupakan lendir bakteri (ooze) yang mengadung massa dari
koloni bakteri. perubahan khas pada buah ialah mula-mulanya berkass pembuluh
berwarna kuning atau coklat. perubahan ini meluas ke plassenta dan parenkim
buah. bahkan juga ke berkas pembuluh kulit buah. seterusnya seluruh buah
terserang menguning dan isisnya terlarut sedikit demi sedikit. ruang dalam buah
yang dalam berisi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang
mengandung banyak bakteri. ketika buah dipotong lendir tersebut akan keluar
(Hadisutrisno, 2008).
Apabila batang tanaman yang terinfeksi penyakit dipotong dan ditekan,
maka akan terlihat berkas pembuluh yang berwarna coklat dan mengeluarkan
massa lendir berwana keabuan. Apabila batang yang dipotong tersebut
dimasukkan ke dalam air jernih, maka akan mengeluarkan benang putih halus
yang merupakan massa bakteri (Hadisutrisno, 2008).
2.5.8.2 Pseudomonas solanacearum
Tanaman yang diserang penyakit ini lebih cepat layu. Tanaman yang
telah terinfeksi, daunnya masih hijau tetapi kemudian tiba-tiba layu, terutama
pucuk daun yang masih muda, dan daun bagian bawah menguning.
Tanaman
yang terinfeksi menjadi kerdil, daun menggulung ke bawah,
dan kadang-kadang terbentuk akar adventif sepanjang batang tomat. Tanaman
yang terserang biasanya akan roboh dan mati (Semangun, 2006).
2.5.8.3 PMoV (Peanut mottle virus)
PMoV (Peanut mottle virus) dapat dilihat dari belang-belang pada daun
yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak
melekuk, dan tepi daun agak menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu
tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincincincin
klorotis.
Olehnya, PMoV sering juga
disebut
penyakit belang
(Semangun, 2006).
2.5.8.4 PStV (Peanut strippe virus)
Gejala serangan PStV (Peanut stripe virus) terlihat dari adanya garisgaris putus-putus (Diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang
berat, serta terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali
dengan gejala penyakit belang. PStV sering juga disebut dengan penyakit
bilur (Tjahjadi, 2008).
2.5.8.5 Tungro
Gejala serangan awal di lahan biasanya khas dan menyebar secara acak.
Daun
padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye
dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah
dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam.
Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami
pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari
malai
normal
selain
(Rahmawati,2012).
itu
banyak
malai
yang
tidak
berisi
(hampa)
2.5.9
Pengendalian secara umum
2.5.9.1
(BDB) Blood Disease Bacterium
Penggunaan bibit yang sehat. Beberapa literatur menyebutkan bahwa
bibit yang sehat dapat diperoleh dari rumpun yang terinfeksi, namun untuk
sumber bibit sebaiknya digunakan hanya rumpun yang benar-benar sehat. Bibit
dikembangkan dari pohon induk yang jelas sumbernya dan diketahui bebas dari
BDB. Untuk perbanyakan bibit dengan kultur jaringan sebaiknya dilakukan
pengecekan kesehatan sumber eksplan sebelum diperbanyak (Anaf, 2008).
2.5.9.2 Pseudomonas solanacearum
Pengendalian Pseudomonas solanacearum yang dapat dilakukan adalah
dengan Sanitasi, agar lingkungan kebun agar selalu bersih. Menerapkan sistem
drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu.
Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme
antagonis untuk membunuh bakteri perusak, Isolasi spot, yaitu membungkus
bunga tanaman dengan kain agar tidak di kunjungi oleh serangga penular sampai
selesai pembungaan serta eradikasi/pemusnahan, yaitu menebang semua tanaman
yang ada pada lahan tersebut, dan diganti dengan tanaman yang tahan terhadap
penyakit (Anaf, 2008).
2.5.9.3 PMoV (Peanut Mottle Virus)
Pengendalian PMoV (Peanut Mottle Virus) yaitu dengan varietas Tahan
Penanaman varietas kacang tanah yang tahan terhadap infeksi virus belang kacang
tanah merupakan cara pengendalian yang efektif, murah cocok dengan
pengendalian lain dan mudah diterima petani. Namun sejauh ini belum ditemukan
varietas tanaman kacang tanah yang tahan terhadap serangan PMoV. Namun ada
jenis kacang tanah liar yang sangat tahan terhadap serangan, yaitu Arachis diogoi,
A. helodes, A. globrata. Pendekatan bioteknologi melalui rekayasa genetika untuk
menghasilkan
tanaman
transgenik
diharapkan
dapat
membantu
upaya
pembentukan tanaman yang tahan terhadap serangan infeksi PmoV (Anaf, 2008).
Benih Sehat Bebas Virus. Benih sehat merupakan modal utama dalam
pengendalian serangan virus. Penggunaan benih asalan dari tanaman sebelumnya
yang terserang inveksi PMoV sering menjadi penyabab terjadinya ledakan
penyakit terutama saat populasi vector tinggi. Penggunaan varietas yang tidak
menularkan PMoV melaui benih juga merupakan upaya mengurangi intensitas
serangan PMoV di lapang. Benih yang kecil dan keriput menunjukan presentase
penularan yang lebih tinggi disbanding benih normal. Oleh karena itu penggunaan
benih besar/normal dapat mengurangi sumber inokulum.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan benih bebas virus member
dampak nyata pada daerah yang lingkungannya relatif bersih dari sumber-sumber
inokulum. Tetapi tidak member pengaruh nyata pada daerah endemic atau
terkontaminasi virus seperti di lahan percobaan (Anaf, 2008).
2.5.9.4 PStV (Peanut Strippe Virus)
Di lapang, penyebaran PStV ditentukan oleh kelimpahan dan aktivitas
vector, sehingga logikanya pengendalian vector dengan insektisda dapat menekan
populasi vector yang selanjutnya menekan penyakit. Namun untuk virus- virus
nonpersisten (seperti PStV), penyemprotan insektisida tidak efektif menekan
intensitas virus meskipun dapat mengurangi populasi vector. Insektisida
umumnya tidak mengakibatkan serangga mati secara cepat, sehingga sebelum
mati serangga tersebut masih mampu mengisap dan menularkan virus ke tanaman
lain (Anaf, 2008).
2.5.9.5 Tungro
Waktu tanam tepat Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi
populasi wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu.Waktu tanam
diupayakan agar pada saat terjadinya puncak populasi, tanaman sudah memasuki
fase generatif (berumur 55 hari atau lebih).Karena serangan yang terjadi setelah
masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti (Anaf, 2008).
Tanam serempak Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak
dilakukan secara serempak. Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan
inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro,
sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan
keberadaan sumber inokulum (Anaf, 2008).
Menanam varietas tahan Menanam varietas tahan merupakan komponen
penting dalam pengendalian penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu
mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng
hijau.Walaupun terserang, varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal,
sehingga dapat menghasilkan secara normal. Sejumlah varietas tahan yang
dianjurkan untuk daerah NTB antara lain: Tukad Patanu, Tukad Unda,
Bondoyudo dan Kalimas. IR-66, IR-72 dan IR-74.Sejumlah varietas Inpari yang
baru dilepas juga dinyatakan tahan tungro. Hasil penelitian di daerah endemis
membuktikan Tukad Unda cukup tahan dengan intensitas serangan 0,0% sampai
9,14% sedangkan varietas peka IR-64 berkisar 16,0% sampai 79,1%. Penelitian di
Lanrang Sulawesi Selatan juga menunjukkan daya tahan Tukad Patanu terhadap
tungro dengan intensitas serangan 18,20% sedangkan varietas peka Ciliwung
mencapai 75,7% (Anaf, 2008).
2.6
Pengenalan Nematoda
2.6.1
Sistematika Nematoda Meloidogyne spp.
Nematoda Meloidogyne spp. diklasifikasikan dalam kingdom Animalia,
filum Nematoda, kelas Secernentea, ordo Thylenchida, famili Heteroderidae,
genus Meloidogyne, dan spesies Meloidogyne spp. (Mutmainna, 2013).
2.6.2
Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp.
Siklus hidup bakteri (Rostalnia solanacearum) pada pisang (Musa spp.)
yaitu bakteri dapat bertahan pada akar dan pada tanaman yang mempunyai
hubungan dekat dengan pisang. Adanya luka pada akar akan meningkatkan
infeksi. Pada saat masuk ke dalam akar bakteri berkembang sepanjang akar
menuju ke batang, dan jamur akan berkembang secara meluas dalam jaringan
pembuluh (Subagia, 2008).
2.6.3
Morfologi dan Cara Menginfeksi Tanaman
Nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya sekitar 200 sampai
1.000 mikron (1.000 mikron = 1 mm). Namun, ada beberapa yang panjangnya
sekitar 1 cm. Nematoda biasa hidup di dalam atau di atas tanah. Umumnya
nematoda yang hidup di atas tanah sering terdapat di dalam tanah terdapat di
dalam jaringan tanaman di antara daun-daun yang melipat, di tunas daun, di dalam
buah,
di
batang,
atau
di
bagian
tanaman
lainnya.
Nematoda
juga
ada yang hidup di dalam tanaman (endoparasit) dan ada juga yang di luar
tanaman (ektoparasit)
Mekanisme
(Pracaya, 2007).
penyerangan
oleh Meloidogyne spp.
dimulai
dengan
masuknya nematoda kedalam akar tumbuhan melalui bagian-bagian epidermis
yang terletak dekat tudung akar. Nematoda ini mengeluarkan enzim yang dapat
menguraikan dinding sel tumbuhan terutama terdiri dari protein, polisakarida
seperti pektin sellulase dan hemisellulase serta patin sukrosa dan glikosida
menjadi bahan-bahan lain. Meloidogyne spp. mengeluarkan enzim selulase yang
dapat menghidrolisis selulosa enzim endopektin metal transeliminase yang dapat
menguraikan pektin. Dengan terurainya bahan-bahan penyusun dinding sel ini
maka dinding sel akan rusak dan terjadilah luka. Selanjutnya nematode ini
bergerak diantara sel-sel atau menembus sel-sel menuju jaringan sel yang
kemudian menetap dan berkembangbiak kemudian nematoda tersebut masih
mengeluarkan enzim proteolitik dengan melepaskan IAA (Indole Acetic Acid)
yang merupakan heteroauksin tritopan yang diduga membantu terbentuknya puru
(Mutmainna, 2013).
2.6.4
Teknik Ekstraksi Nematoda Meloidogyne spp.
Cara kerja untuk mengekstraksi nematoda yaitu susun berturut-turut dari
bawah nampan plastik, nampan saringan, kasa dan tisu. Ambil sampel kemudian
ratakan pada tisu yang telah disiapkan tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan
secara perlahan, sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh
tisu dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2 x
24 jam. Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan
disaring dengan menggunakan saringan 200 mesh.
Cuci saringan dengan air bersih menggunakan botol semprot. Kemudian
masukkan suspensi nematoda ke dalam botol dan disimpan dalam lemari
pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk
pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda di bawah
mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan
diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah
mikroskop compound (Pracaya, 2007).
BAB III. METODE PRAKTEK
3.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum mata kuliah Dasar–dasar Perlindungan Tanaman, tentang
Pengenalan Serangga, Ordo-ordo Serangga, pengenalan hama gudang, pengenalan
penyakit jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus, pengenalan nematode,
bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas
pertanian, Universitas Tadulako. Sedangakan waktu Praktikum dilaksanakan
pada hari kamis tanggal 28 september 2017 sampai 2 november 2017, dimulai
dari pukul 15.00 s/d 17.00 WITA.
3.2.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum tentang pengenalan bagian-
bagian morfologi serangga, pengenalan ordo-ordo serangga, pengenalan hama
gudang, pengenalan penyakit jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus,
pengenalan nematoda yaitu alat tulis-menulis atau buku gambar A4, papan bedah,
jarum pentul, dan toples, talang, kain kasa, keranjang, cutter, mikroskop,
handsprayer, cawan petri, corong, saringan, buku gambar, Atk, dan camera
digital, aquades.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah belalang
kayu (Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorisa acuta), kepik hijau
(Nezara
viridulla),
kumbang
helm
(Coccinella
arcuta),
ulat
grayak
(Spodoptera litura), belalang pedang (Sexava sp) dan gejala serangannya, kepik
penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) dan gejala serangannya, larva kumbang
kelapa (Oryctes rhinoceros) dan gejala serangannya, penggerek buah kakao
(Conophomorpha cramerella) dan gejala serangannya, ulat daun bawang merah
(Spodoptera exigua) dan gejala serangannya, kutu daun (Aphis sp.) dan gejala
serangannya, lalat buah pada cabai (Bactrocera sp) dan gejala serangannya,
capung (Neurothemis sp) dan gejala serangannya, kumbang beras (Sitophilus
oryzaae L) dan gejala serangan, kumbang tepung (Tribolium sp) dan gejala
serangan, kumbang jagung (Sitophilus zeamays) dan gejala serangan, kumbang
kacang hijau (Callosobruchus chinensis L) dan gejala serangan, kumbang kopra
(Necrobia rufipes) dan gejala serangan, daun bawang yang terserang Alterina
porri, buah cabai yang terserang Collectotrichum capsici, roti yang terserang
Aspergilus niger, tanaman tomat yang terserang Fusarium oxyporum, tanaman
pisang yang terserang
Fusarium oxyporum, sampel tanaman kacang tanah yang
terserang PMoV (Peamut Mottle Virus), sampel tanaman kacang tanah yang
terserang PStV (Peamut Strippe Virus), tanaman padi yang terserang virus
Tungro, buah pisang yang terserang oleh (BDB) Blood Disease Bacterium, batang
pisang yang terserang oleh (BDB) Blood Disease Bacterium, tanaman tomat yang
terserang Pseudonomas solanacearum, tanaman seledri (Aphium graveolensi L),
dan tissue.
3.3.
Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum pengenalan bagian-bagian morfologi serangga,
pengenalan ordo-ordo serangga, pengenalan hama gudang, pengenalan penyakit
jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus, yaitu pertama-tama siapkan bahan
specimen serangga, kemudian letakkan dipapan bedah dan ditusuk memakai
jarum pentul, dan mengamati bagian morfologi serangga satu persatu, kemudian
specimen serangga yang belum mati direndam dalam toples yang berisi alkohol
70%, kemudian spesimen digambar pada buku gambar dan berikan keterangan
pada masing-masing bagian morfologi serangga.
Cara kerja pada praktikum pada Pengenalan Nematoda yaitu siapkan talang,
keranjang, dan kain kasa, Letakkan keranjang diatas talang, setelah itu lapisi
(tutup) keranjang dengan kain kasa atau tissue, kemudian potong kecil-kecil akar
tanaman seledri (Aphium graveolensi L) dengan panjang satu cm dan letakkan
diatas keranjang yang telah dilapisi tissue, setelah itu isi talang tersebut dengan
aquades secukupnya, inkubasi bahan yang telah siap salama 1x24 jam didalam
laboratorium, setelah 1x24 jam didalam laboratorium, tiriskan air rendaman akar
tersebut, kemudian saring air dan masukkan kedalam cawan petri secukupnya.
Kemudian amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x, selanjutnya gambar
morfologi dari nematoda puru akar dan tanaman seledri (Aphium graveolensi L)
yang terserang serta berikan keterangan pada gambar tersebut.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Pengenalan Morfologi Serangga
4.1.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil
sebagai berikut.
Ket:
1. Caput (Kepala)
2. Thorax (Dada)
3. Abdomen (Perut)
Gambar 1: Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)
Ket :
Lubang-lubang pada daun.
Gambar 2: Gejala Serangan Belalang (Valanga nigricornis) pada Tanaman
Jagung (Zea mays)
4.1.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui morfologi
belalang (valanga nigricornis) adalah terdiri dari kepala (caput), mata, antena,
sayap depan, sayap belakang, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang,
ovipositor. Belalang termasuk dalam ordo orthoptera
Ordo ini memliki mulut belalang kayu penggigit dan pengunyah yang
memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla masingmasing terdapat palpus maxillarisntuya dan labium dengan palpus labialisnya
sehingga belalang kayu akan merusak tanaman dari bagian pinggir (Abdi, 2009).
Gejala yang di timbulkan yaitu lubang-lubang pada daun. Contohnya
pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang menyebabkan daun
berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun
Ordo ini memliki mulut belalang kayu penggigit dan pengunyah yang
memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla masingmasing terdapat palpus maxillarisntuya dan labium dengan palpus labialisnya
sehingga belalang kayu akan merusak tanaman dari bagian pinggir (Abdi, 2009).
4.2 Pengenalan Ordo-Ordo Serangga
4.2.1 Hasil
Dari pengamatan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang
morfologi serangga beserta pengenalan Ordo-ordo Serangga Hama Tanaman di
peroleh hasil sebagai berikut :
Ket :
1.
2.
3.
4.
5.
Antena
Caput
Thotax
Sayap
Abdomen
Gambar 3. Morfologi Kepik Hijau(Nezara viridula)
Ket :
Bercak hitam pada
tanaman kacang hijau
Gambar 4. Gejala Serangan Kepik Hijau pada Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus).
Ket :
1.
2.
3.
4
5
Gambar 5. Morfologi Walang sangit (Leptocorixa acuta)
Antena
Caput
Thotax
Sayap
Abdomen
Ket :
Adanya terdapat
bercak-bercak hitam dan
busuk pada bulir padi.
Gambar 6. Gejala Serangan Walang Sangit(Nezera virudulla) Pada daun jagung
(zae mays).
Ket :
1. Caput
2. Abdomen
3. Kaki semu
Gambar 7. Morfologi larva Penggerek Buah Kakao(Conopomorpha Cramerella)
Ket :
Pada buah kakao
mengalami
perubahan
bentuk dari biji menjadi
linak dan berwarna hitam
mengeras.
Gambar 8. Gejala Serangan larva Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha
cramerella) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao)
Ket :
1. Caput
2. Abdomen
3. Kaki semu
Gambar 9. Morfologi Ulat Daun Bawang(Spodoptera exigua).
Ket :
Daun bawang
mengalami luka yang
berwarna bening atau
menipis
Gambar 10. Gejala Serangan Ulat Daun Bawang(Spodoptera exigua) Pada Daun
bawang(Allium Cepa).
Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Elytra
Gambar 11. Morfolgi Kumbang Helm(Megalocaria dilatata).
Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Elytra
Gambar 12. Morfologi Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros.)
Ket :
1. Pelepah kelapa
berlubang
2. Terdapat bintik
sobekan pada
daun kelapa
Gambar 13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa(Oryctes rhinoceros) Pada Pohon
Kelapa(Cocos nucifera)
Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Sayap
Gambar 14. Morfologi Kutu Daun (Alcurodicus destructor Mask)
Ket :
Terdapat bercakbercak pada daun cabai.
Gambar
17. Gejala Serangan kutu Daun(Aphis gossypii.)pada Daun Cabai
(Aphium graveolens).
Gambar 15. Gejala Serangan kutu daun (Alcurodicus destructor Mask) pada
Daun Cabai (Aphium graveolens)
4.2.2 Pembahasan
Pengamatan morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Tampak terlihat
antena, caput, toraks, dan abdomen.Walang sangit (Leptocorixa acuta) merupakan
hewan yang mempertahankan dirinya dari gangguan predator lain dengan
mengeluarkan bau yang tidak sedap.Serangan ini terdapat pada tanaman budidaya
terutama pada tanaman padi.
Gejala dari serangan walang sangit (Leptocorixaacuta) yaitu pada daun
tanaman yang di serang terdapat lubang-lubang kecil yang menyerupai gejala
serangan belalang (Hartanti, 2009).
Pada pengamatan Kepik hijau (Nezara viridulla )mempunyai tiga bagian
tubuh utama yaitu caput, thoraks, dan abdomen. Kepik hijau tergolong dalam
serangga yang memeiliki sayap setengah atau perisai, dengan memakan dengan
cara menusuk mengisap.
Gejala dari serangan kepik hijau (Nezara viridulla)
yaitu pada buah
tanaman yang terserang menjadi hampa dan batang tanaman menjadi layu
sehingga mengakibatkan tanaman menjadi mati (Saputra, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan, kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
memiliki ciri morfologi yaitumempunyai caput, thorax, dan abdomen.Tubuh
Kumbang tersebut berwarna hitam kecoklatan. Gejala serangannya yaitu pada
daun Kelapa (Cocos nucifera) nampak berlubang-lubang.
Pada fase imago, kumbang Oryctes rhynoceros berwarna gelap sampai
hitam sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus.Pada
bagian kepala terdapat satu tanduk dan cekungan dangkal pada permukaan
punggung ruas di belakang kepala.Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu bekas
gigitannya pada daun seperti bekas guntingan (Wijayanto, 2010).
Adapun hasil praktikum pada morfologi Ulat daun bawang merah
(Spodoptera axigua) pada tanaman bawang merah (Allium ascolonicum)
rentangan sayap ngengat panjangnya antara 25–30 mm. Sayap depan berwarna
coklat tua dengan garis-garis yang kurang tegas dan terdapat pula bintik-bintik
hitam. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergaris-garis hitam.
Gejala serangan pada Ulat daun bawang merah (Spodoptera axigua) pada
tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) pada bagian daun tanaman, baik
daun pada tanaman yang masih muda ataupun yang sudah tua.Setelah menetas
dari telur, ulat muda segera melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam
daun
bawang,
(Prabowo, 2009).
akibatnya
ujung
daun
nampak
berlubang/terpotong
Berdasarkan hasil pengamatan, larva penggerek buah kakao, memiliki ciri
morfologi yaitu mempunyai caput,abdomen dan kaki semu.Gejala serangan yang
ditimbulkannya yaitu pada biji buah nampak berwarna hitam, rusak dan plasenta
antara buah satu dengan lainnya saling menempel.
Dari hasil pengamatan praktikum yang kami lakukan morfologi pada
kutuh putih (Alcurodicus destructor Mask.)pada daun cabai (Mangifera indica)
yaitu terdiri dari kami memperoleh morfolgi kutuh putih pada daun mangga yang
terdiri atas tungkai, torax, abdomen, sayap, caput, mata dan mulut.
Morfologi pada kutu daun(Alcurodicus destructor Mask.)pada daun cabai
(Mangifera indica) yaitu berbentuk oval, datar, tertutup lapisan tebal seperti lilin,
sering hinggap di daun dan menghisap cairan sel daun (Prabowo, 2006).
Gejala serangan serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan
bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan berwarna kuning
kecoklatan.Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama caiaran daun habis
dan jaringan di sekililingnya terjadi nekorisis (Andisarwanto, 2010).
4.3 Pengamatan Hama Gudang
4.3.1 Hasil
Dari pengamatan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang
morfologi serangga beserta pengenalan Ordo-ordo Serangga Hama Tanaman di
peroleh hasil sebagai berikut :
Ket :
1.
2.
3.
4.
5.
Caput
Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Gambar 16. Morfologi Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)
Ket :
Goresan pada bagian
samping beras, lama kelamaan
akan hancur.
Gambar 17.Gejala Serangan kumbang beras (sithopphilus oryzae) pada Tanaman
padi(oriza sativa)
Ket :
1 Caput
2 Thorax
3 Abdomen
4. Kaki
5. Sayap
Gambar 18. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp)
Ket :
Tepung akan berwarna
kekuningan dan menggumpal.
Gambar 19.Gejala kumbang tepung (Tribolium sp) pada tepung
Ket:
1.
2.
3.
4.
5.
Caput
Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Gambar 20. Morfologi Kumbang Jagung ( Sitophilus zeamays)
Ket :
Bulir jagung tampak
berlubang dan mudah pecah.
Gambar 21.Gejala serangan Kumbang Jagung ( Sitophilus zeamays)pada
Tanaman Jagung (Zea mays)
Ket:
1.
2,
3
4.
5.
Caput
Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Gambar 22. Morfologi Kumbang Kacang Hijau ( Callocaprochus chenensis)
Ket :
Biji mengeluarkan
butiran dan berlubang
bahkan termakan hingga
tinggal sebagian.
Gambar 23. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau ( Callocaprochus
chenensis) pada kacan hijau
Ket:
1.
2.
3.
4.
5.
Gambar 23. Morfologi Kumbang Kopra ( Necrobia rafipes )
Caput
Thorax
Abdomen
Kaki
Sayap
Ket :
Tampak lubang-lubang
kecil dan berbau tidak sedap.
Gambar 24. Gejala Serangan Kumbang Kopra ( Necrobia rafipes ) pada biji kopra
4.3.2
Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui morfologi
kumbang beras (Sitophilus oryzae) terdiri dari kepala (caput), mata, sepasang
antena, alat mulut, sayap, tungkai 3 pasang, thorax dan abdomen.
Ciri
morfologi
dari
kumbang
beras
(Sitophilus
oryzae)
adalah memiliki mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen
dan ofipositor. Dan memiliki bentuk tubuh kecil dan memanjang. Larva
biasanya bersembunyi di dalam padi-padian dan biji lainnya tempat ia menjadi
kepompong Tidak berkaki Dewasa panjang 2-3mm. Lekukan melingkar di
rongga dada Bintik kemerahan pada erytra dan rostrum/moncong (Nonadita,
2008).
Pada pengamatan gejala serangan kumbang beras (Sitophilus oryzae)
seperti yang telah dilakukan, tampak bulir beras (Oryza sativa) berlubang-lubang
akibat dimakan oleh kumbang beras.
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras (Sitophilus
oryzae) adalah pada butir-butir beras yang terserang akan terdapat goresan pada
bagian-bagian samping beras. Dan apabila tahap serangannya sudah lama maka
butir-butir beras akan menjadi hancur (Nonadita, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kumbang tepung
(Tribolium sp.) diketahui kumbang tepung memiliki caput, sepasang antena,
memiliki sayap, mata, 3 pasang tungkai, alat mulut, thorax dan abdomen.
Morfologi dari kumbang tepung (Tribolium sp.) adalah memiliki sepasang
mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan
memiliki bentuk tubuh kecil dan memanjang. Dewasa panjang 0,5 mm. 4 pasang
kaki. Putih atau coklat pudar. Bergerak lambat. Larva - 6 kaki dan panjangnya 0,5
mm. Berwarna putih. Melewati dua tahap, tahap anak berkaki 8 (Nonadita, 2008).
Berdasarkan pengamatan gejala serangan yang telah dilakukan oleh
kumbang tepung (Tribolium sp.) tehadap tepung, yaitu diketahui bahwa tepung
yang terserang akan berwarna kekuningan dan menggumpal.
Kumbang tepung juga disebut hama bubuk beras, Tribolium bukan hama
yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada
komoditas beras ditemukan hama (Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga
hama bubuk ini. Hama (Tribolium Sp.) hanya memakan sisa komoditas yang telah
terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk tepung (hama
sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga
terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di rumah
(Nonadita, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan dari kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
diketahui memiliki caput, memiliki 3 pasang tungkai, mata, antena, alat mulut,
sayap, thorax, dan abdomen.
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,54,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena,
larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam
satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua
berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap
bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh
kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya
(Naynienay, 2008).
Berdasarkan pengamatan gejala serangan kumbang jagung (Sitophilus
zeamays) pada bulir biji jagung (Zea mays), diketahui bahwa pada bulir jagung
tampak lubang-lubang akibat serangan kumbang jagung.
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung
yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang
diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang
terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun
karena bercampur dengan air liur hama (Nonadita, 2008).
Dari hasil pengamatan morfologi kumbang kacang hijau (Conopomorpha
cramerella) diketahui morfolognya tersusun atas caput, thorax, abdomen, mata,
antena, alat mulut, 3 pasang tungkai dan sayap.
Morfologi kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki
sepasang mata, antena, thorax, kaki, kepala, tanduk, sayap, abdomen dan
ofipositor. Dan memiliki tubuh yang agak pendek di banding hama gudang
yang lainnya (Nonadita, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap gejala serangan
kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) terhadap bulir kacang hijau
diketahui bahwa kumbang kacang hijau mengakibatkan kacang hijau berlubang.
Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) yang
ditimbulkan pada biji kacang hijau adalah pada butir-butir buah yang terserang
berlubang-lubang dan mengeluarkan butiran-butiran yang sangat kecil dan kadang
juga biji yang terserang termakan hingga tinggal sebagian (Borror, 2009).
Berdasarkan
pengamatan
terhadap
kumbang
kopra (Necrobia
rufipes) diketahui bahwa morfologinya terdiri atas caput, thorax, abdomen, mata,
antena, 3 pasang tungkai, alat mulut, dan sayap.
Ciri morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes) adalah memiiki sepasang
mata, antena, thoraks, tanduk kaki, kepala, tanduk, sayap, abdomen dan
ofipositor. Dan memiliki bentuk tubuh lebih panjang dan lebih besar dari hama
gudang lainnya Dewasa 4 - 5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebirubiruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru
gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang atau oranye. Antena
berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua atau hitam
(Nonadita, 2008).
Dari hasil pengamatan terhadap gejala serangan kumbang kopra (Necrobia
rufipes) yaitu diketahui bahwa pada kopra yang terserang akan tampak lubanglubang kecil dan berbau tak sedap.
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang kopra (Necrobia rufipes)
adalah
pada
bagian pinggir kopra yang terserang terlihat goresan-goresan
bekas gigitannya,
sehingga kopra menjadi berkurang sedikit demi
sedi
kit (Nonadita, 2008)
4.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur
4.4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman yang terserang
penyakit, diperoleh hasil sebagai berikut:
Ket :
Bercak-bercak
pada permukaan cabai.
Gambar 25. Buah Cabai (Capsicum annum)
Colletotrichum capsici
yang
Terserang
hitam
Jamur
Ket :
Permukaan roti akan
berwarna
keunguan,
jika
terlalu parah akan berwarna
kehitam hitaman.
.
Gambar 26. Roti yang Terserang Jamur Aspergilus Niger
Ket :
·
Daun tomat tampak
layu, dan batang tomat yang
terlihat mengkerut.
Gambar 27. Tanaman
Tomat
(Solanum lycopersicum)
Jamur Fusarium oxysporum.
yang Terserang
Keterangan :
·
Tampak bercak merah
pada pinggir batang dan tengah
batang tampak bercak hitam.
Gambar 28. Batang Pisang (Musa paradisiaca)
Fusarium oxysporum.
yang
Terserang Jamur
4.4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada buah cabai
(Capsicum
annum) yang terserang jamur Colletotrichum capsici tampak terlihat bercakbercak berwarna hitam pada permukaan cabai juga terlihat cabai yang terserang
menjadi mengkerut.
Gejala yang serangan yang disebabkan oleh C. capsici pada tanaman cabai
(Capsicum annum), yaitu buah yang seperti kelihatan mengering pada biji dan
kulit luar pada buah cabai. Karena hanya pada bagian buah yang terserang yaitu
mengalami bercaka dan keriting (Semangun, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Permukaan roti terlihat
berwarna keunguan, jika terlalu parah akan berwarna kehitam hitaman. Hal ini
disebabkan jamur yang tumbuh di permukaan roti akan menyebabkan perubahan
warna pada roti tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman tomat
(Solanum lycopersicum) yang terserang Fusarium oxysporum tampak daun
tanaman tomat menjadi layu dan menjadi kekuningan serta batang tomat menjadi
mengkerut.
Gejala serangan F. oxyporum pada tomat (Solanum lycopersicum) yang
mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun
merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara 2-3 minggu
setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang
berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah
untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui
mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi.
Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini .
(Irzayanti, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan pada batang pisang (Musa paradisiaca) yang
terserang jamurFusarium oxyporum tampak bercak-bercak ungu pada pinggiran
batang dan pada bagian tengah batang tampak bercak kehitaman.
Gejala serangan jamur F. oxyporum pada tanaman pisang (Musa paradisiaca)
yaitu akan terlihat gejala serangan pada pinggiran pada batang pisang yang
mengakibatkan batang pisang akan terlihat kehitaman-hitaman dan terbentuk
benang-benang pada bagian dalam batang pisang. Kemudian disebarkan pada
batang pisang dan akan mengakibatkan batang pisang tersebut akan terjadi
pembusukan pada batang pisang dan kemudian tersebut akan terjadi pembusukan
pada buah pisang (Semangun, 2006).
Berdasarkan
merah (Allium
hasil pengamatan yang dilakukan pada daun bawang
ascolonicum) yang
terserang jamur Alternaria
porri tampak
bercak-bercak berwarna ungu pada daun, ujung daun kekuningan dan daun
tampak layu.
Gejala serangan yang ditimbulkan dari jamur A. porri ini yaitu terjadinya
bercak kecil berwarna putih sampai kelabu dan melekuk. Jika membesar bercak
tampak bercincin dan warna agak keunguan. Tepinya agak keunguan dan
dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang meluas agak jauh ke atas dan ke
bawah becak. Ujung daun yang sakit mengering. Bercak banyak terdapat pada
daun tua (Semangun, 2006).
4.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri Dan Virus
4.5.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada Praktikum Pengenalan Penyakit
Tumbuhan yang di sebabkan oleh Bakteri dan Virus, telah di peroleh hasil dengan
sebagai berikut :
Ket :
·
Tampak bercak ungu
pada daun yang lama kelamaan
menjadi
kekuningan
dan
orange.
Gambar29.Daun Bawang Merah (Allium ascolonicum)
Jamur Alternaria porri.
yang
Terserang
Ket:
1. Berair berwarna
merah pada bagian
tengah buah pisang
2. Terdapat belang
berwarna coklat,
berair dan berbau
busuk
Gambar 30. Buah dan Batang Pisang (Musa paradisiacal) yang Terserang
Penyakit Darah BDB (Blood Disease Bacterium).
Ket :
1. Pada bagian pucuk
terlihat layu dan
daunnya
menguning
2. Pada bagian dalam
batang terlihat
lendir berair.
Gambar 31. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) yang terserang Layu
Bakteri yang Disebabkan Oleh Pseudomonas solanacearum.
I.
II.
Ket :
Terdapat bercak
berwarna coklat pada
bagian daun yang tidak
beraturan
Gambar 32. Tanaman Kacang Tanah ( Arachi hypogeae L )yang Terserang PMoV
(Peanut motlee Virus).
Ket :
Terdapat bercak
berwarna coklat pada
bagian daun yang
terlihat seperti garis
putus putus.
Gambar 33. Tanaman Kacang Tanah ( Arachis hypogeae L ) yang Terserang PStV
(Peanut Stripe Virus).
Ket :
1. Ujung daun
menguning
terdapat bintikbinti kitam pada
daun.
2. Tanaman kerdil
dan bulir padi
hampa.
Gambar 34. Tanaman Padi yang Terserang Virus Tungro (Penyakit kerdil Hampa)
4.2
pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman pisang pada gambar 36,
baik pada buah pisang maupun batang pisang yang terserang penyakit darah yang
disebabkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB), menunjukkan adanya cairan
atau getah kental berwarna coklat kemerahan pada buah pisang yang dibelah, serta
menunjukkan adanya bercak berwarna coklat kemerahan, berair dan berbau busuk
pada bagian tengah batang pisang.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB)
pada buah pisang yaitu perkembangan buah menjadi terlambat, dimana pada saat
buah hampir masak buah berwarna kuning coklat dan busuk sedangakan
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB) pada
batang pisang yaitu pada batang pisang terdapat bercak merah dan apabila batang
dipotong akan mengeluarkan cairan yang berwarna coklat kemerahan dan berbau
kurang sedap (Andika, 2006).
Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman tomat yang terserang oleh
Pseudomonas solanecearum yaitu pada bagian pucuk terlihat layu dan pada
daunnya menguning kemudian pada dalam batang terlihat lendir berair.
Gejala serangan penyakit layu bakteri pada tomat, dapat dilihat dari menjadi
layunya beberapa daun terutama pada bagian pucuk tomat dan menguningnya
daun-daun tua (daun-daun sebelah bawah). Dan jika batang, cabang atau tangkai
daun tanaman sakit dibelah, maka akan tampak berkas pembuluh berwarna coklat.
Empulur sering juga berwarna kecoklatan. Pada stadium penyakit yang lanjut, bila
batang dipotong, dari berkas pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lendir
berwarna putih susu. Adanya massa lendir ini dapat dipakai untuk membedakan
penyakit layu bakteri dengan layu fusarium. Oleh karena itu penyakit layu bakteri
sering juga disebut penyakit lendir (Semangun, 2006).
Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman kacang tanah yang terserang
oleh Peanut Mottle VirusPMoV yaitu terdapat bercak-bercak coklat yabg terdapat
di antara tulang daun.
Pada Tanaman kacang tanah, Gejala serangan PMoV (Peanut Mottle Virus)
dapat dilihat dari belang-belang pada daun yang tidak teratur, berwarna hijau tua
dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk, dan tepi daun agak
menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu tanaman masih muda sering
menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotis. Olehnya,
PMoV sering juga disebut penyakit belang (Semangun 2006).
Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman kacang tanah yang terserang
olehPeanut Stripe Virus(PStV) yaitu terdapat bercak-bercak coklat pada tulang
daun sehingga hampir terlihat sama dengan gejala PMov.
Gejala serangan Peanut Stripe Virus (PStV) terlihat dari adanya garis-garis
putus-putus (diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat, serta
terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali dengan gejala
penyakit belang Semangun (2006).
Pada pengamatan terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa) yang terserang
virus Tungro yaitu menunjukkan ciri morfologi adanya bercak berwarna coklat
kehitaman pada batang, daun dan bulir padi serta ukuran tanaman yang kerdil.
Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye
dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah
dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan jumlah
anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang
terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi
(hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan (Semangun 2004).
4.6 Penegenalan Nematoda
4.6.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada Praktikum Pengenalan Nematoda pada
Tumbuhan telah di peroleh hasil dengan sebagai berikut :
Keterangan :
1. Terlihat daun
mengkerut dan
terdapat bercak-bercak
kecoklatan
2. Terlihat tangkai daun
menjadi layu
3. Terlihat bintil-bintil
pada akar.
Gambar 35. Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.) yang Terserang
Nematoda Meloidogyne spp.
Ket :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mulut
Faring
Usus
Ovarium
kutikula
Anus
Gambar 36. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x
di bawah mikroskop.
Ket:
1.
2.
3
4
5
6
Mulut
Faring
Usus
Ovarium
kutikula
Anus
Gambar 37. Morfologi Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x
di bawah mokroskop.
4.6.2
Pembahasan
Dari hasil pengamatan tanaman seledri (Apium graviolens L.) yang terserang
nematoda Meloidogyne spp. terlihat pada daunnya menjadi layu dan menguning,
tanaman tumbuh tidak normal, dan nampak pada akarnya berbintil-bintil, dan
dapat dilihat pada gambar 41.
Gejala serangannya terlihat pada akar tanaman yang menjadi berbintil-bintil,
sehingga berakibat pada sistem transportasi air dan unsur hara terganggu,
akibatnya akan berpengaruh keseluruh bagian permukaan tanaman, pertumbuhan
menjadi terhambat, daun menguning, dan dalam waktu yang rentan akan
mengakibatkan kematian pada tanaman (Tjahjadi, 2008).
Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang
kasar, bukan halus seperti lempeng. Nematoda biasanya
menyukai keadaan
lembab karena kelembaban juga berpengaruh terhadap dar hidup nematode.
Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak pori
dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga
mempunyai kelembapan yang cukup (Hidayat, 2009).
Berdasarkan pada pengamatan, perbedaan Nematoda meloidogyne spp.
jantan dan betina terletak pada bagian tubuh dan ukuran tubuhnya. Nematoda
jantan mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan
ekor. Ukuran nematoda jantan juga lebih panjang dari nematoda betina dan dapat
dilihat pada gambar 36 .
Nematoda jantan mempunyai bentuk seperti cacing kecil. Bagian tubuh
nematoda jantan terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Ukuran tubuh
nematoda jantan memanjang bergerak lambat didalam tanah, nematoda jantan
lebih panjang dibandingkan dengan nematoda betina. Panjang nematoda jantan
bervariasi maksimum 2 mm, kepalanya tidak berlekuk, panjang styletnya hampir
dua kali panjang stylet betina, ekornya pendek dan membulat (Hidayat, 2009).
Bentuk morfologi nematoda betina berdasarkan hasil pengamatan ini
berbeda dengan yang jantan. Nematoda betina mempunyai bagian tubuh yang
terdiri atas kepala, mata, perut, dan stylet. Namun tidak mempunyai ekor seperti
nematoda jantan. Nematoda betina memiliki bentuk tubuh seperti botol.
Bentuk morfologi nematoda betina berbeda dengan yang jantan. Nematoda
betina mempunyai bentuk yang mirip botol dan mempunyai bagian tubuh yang
terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan tidak mempunyai ekor. Nematoda
betina juga mempunyai sifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary)
mempunyai leher pendek dan tanpa ekor (Hidayat, 2009).
Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan lebarnya antara 0,3–0,4 mm, stiletnya
lemah dan panjangnya 12-15 mm melengkung ke arah dorsal serta mempunyai
pangkal knot yang jelas. Dari segi ukuran, nematoda betina mempunyai diameter
yang lebih besar dibanding nematoda jantan (Hidayat, 2009).
Teknik ekstrasi nematoda pada pengamatan ini menggunakan teknik yang
sederhana. Akar dari tanaman yag terserang nematoda dibersihkan, kemudian
menyediakan talang, keranjang, dan kain kasa, lalu keranjang ditutupi dengan
kain kasa dan tissue. Memotong tanaman yang terserang dengan panjang 1 cm
lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Memasukkan air aquades secukupnya
ke dalam talang, kemudian didiamkan selama 1x24 jam. Setelah didiamkan 1x24
jam, kemudian menyaring air rendaman akar dalam wadah. Kemudian
menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh pada cawan
petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
Nematoda bisa diekstrasi dari dalam jaringan tumbuhan dan dari dalam
tanah. Untuk mengekstrasi nematoda yang berasal dari dalam jaringan tumbuhan
yang berupa akar harus dibersihkan terlebih dahulu dan dipotong-potong
menjadibagian-bagian kecil dengan panjang
2-3 cm, dengan menggunakan
pencincang listrik selama 15-30 detik akan menghasilkan campuran nematoda,
campuran tersebut dituangkan keatas saringan.Saringan tetap dibiarkan dalam air
untuk menampung sisa jaringan tumbuhan, nematoda yang bergerak akan
menembus lubang saringan dan dapat dikumpulkan dari air yang berada dibawah
saringan tersebut. (Hutagalung, 2008)
Teknik ekstrasi sederhana juga digunakan dalam mengekstrasikan nematoda
yang berasal dari tanah. Alat-alat yang disediakan yaitu talang, keranjang, dan
kain kasa, cara kerjanya keranjang ditutupi dengan kain kasa dan tissue. Tanah
dimasukkan secukupnya ke dalam keranjang. Lalu memasukkan air aquades
secukupnya ke dalam talang, kemudian didiamkan selama 1x24 jam. Setelah
didiamkan 1x24 jam, kemudian menyaring air rendaman tanah dalam wadah.
Kemudian menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh
pada cawan petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
Pengekstraksian nematoda yang berasal dari tanah dapat dilakukan dengan
cara metode baskom. Masukkan 100 gr contoh tanah ke dalam baskom Adan
tambahkan air hingga merendamkan contoh tanah. Aduk, kemudian tuang
suspensinya ke dalam baskom plastik B. Endapan contoh tanah yang terdapat
pada baskom A tuangi kembali dengan air dan tuangi lagi suspense tersebut ke
dalam baskom B. Sisa partikel tanah kasar pada baskom A dibuang. Aduk
suspense pada baskom B, kemudian tuang ke dalam baskom A melalui saringan
125 mesh. Kemudian saringan diletakkan ke dalam cawan petri, dan tuangkan
suspensi dari baskom A.
Suspensi dalam cawan petri dibiarkan semalam. Dalam keadaan teraduk,
pipet suspensi nematode sebanyak 10 ml, kemudian tuang ke dalam cawan
penghitung. Pengamatan dapat dilakukan dibawah mikroskop (Hutagalung, 2008).
BAB V.
5.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bedasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Belalang kayu (Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorisa acuta),
kepik hijau (Nezara viridulla), kumbang helm (Coccinella arcuta), ulat
grayak (Spodoptera litura), lalat buah pada cabe (Dacus sp), kumbang
helm (Oryctes rhinoceros) dan capung (Anisoptera) memiliki morfologi
secara umum yaitu kepala (caput), thoraks, abdomen, mata, mulut, tungkai
dan antena.
2.
Belalang pedang (Sexava sp.) merupakan ordo orthoptera, buah kakao
(Helopeltis spp.) merupakan ordo hemiptera, larva kumbang kelapa
(Oryctes
rhinoceros)
dan
kumbang
kelapa
(Oryctes
rhinoceros)
merupakan ordo coleoptera, penggerek buah kakao (Conopomorpha
cramerella) dan ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua) merupakan
ordo lepidoptera, kutu daun (Aphis sp.) merupakan ordo homoptera, lalat
buah pada cabe ( Dacus sp.) merupakan ordo diptera dan capung
(Dragonflies) merupakan ordo odonata.
3.
Ciri morfologi dari kumbang beras (Sitophilus oryzae), kumbang tepung
(Tribolium sp.), kumbang jagung (Sitophilus zeamays), kumbang kacang
hijau (Conopomorpha cramerella), kumbang kopra (Necrobia rufipes)
secara umum memiliki mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala,
sayap, abdomen. Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras
(Sitophilus oryzae) adalah pada butir-butir beras yang terserang akan
terdapat goresan pada bagian-bagian samping beras. Gejala serangan yang
telah dilakukan oleh kumbang tepung (Tribolium sp.) tehadap tepung,
yaitu diketahui bahwa tepung yang terserang akan berwarna kekuningan
dan menggumpal.gejala serangan kumbang jagung (Sitophilus zeamays)
pada bulir biji jagung (Zea mays), diketahui bahwa pada bulir jagung
tampak
lubang-lubang.
gejala
serangan
kumbang
kacang
hijau
(Callosobruchus chinensis) terhadap bulir kacang hijau. Gejala serangan
yang
adalah
diakibatkan
pada
oleh
kumbang
kopra
(Necrobia
rufipes)
bagian pinggir kopra yang terserang terlihat goresan-
goresan bekas gigitannya.
4.
Daun bawang yang terserang Alterina porri pada daun bawang ini terdapat
bercak-bercak berwarna putih atau kelabu dan juga tampak berupa seperti
cincin dengan warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau
keunguan yang dikelilingi oleh zone berwarna kuning. Cabai (Capsicum
annum) yang terserang jamur Colletotrichumcapsici tampak terlihat
bercak-bercak berwarnah hitam, pada cabai terlihat lubang. Buah kakao
(Theobroma cacao) yang terserang jamur Phytophthorapalmivora terlihat
dimana Kakao (Theobroma cacao) permukaan kulit berwarna hitam
dengan
sedikit
bercak-bercak
(Lycopersicumesculentum)
lycopersici
terlihat
yang
gejala
berwarna
terserang
serangannya
kuning.
Fusarium
yaitu
Tomat
oxysporum
daun
tomat
(Lycopersicumesculentum) terlihat kering yang mana semua daunnya
mengkerut, warna batang terlihat berwarna hijau kekuning-kuningan.
Tanaman pisang (Musa sp.) yang diduga terserang penyakit layu Fusarium
yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum cubense tampak
pada batang pisang terlihat bahwa batang menjadi kemerah-merahan.
5.
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) yang terserang PMoV (Peanut
Mottle Virus), tampak bercak-bercak pada tulang daun, tanaman kacang
tanah (Arachis hypogeae) yang terserang PStV (Peanut Stripe Virus),
tampak pada permukaan daun terdapat bercak-bercak gelap, ada juga yang
bercak-bercak kekuningan yang hampir mirip dengan penyakit mosiak,
tanaman padi (Oryza sativa) yang terserang tungro, tampak warna
kekuningan pada pinggiran daun, dan pada bulir padi terlihat berisi namun
setelah
dipencet
terasa
bulir
tersebut
hampa,
buah
pisang
(Musa paradisiaca) yang terserangBDB (Blood Disease Bacterium), bila
dipotong, tampak bercak-bercak merah kehitaman pada permukaan daging
buah, dan tanaman tomat (Solanumlycopersicum) yang terserang
Pseudomonas solanacearum, tampak daun tanaman tomat menjadi layu,
akar terlihat rapuh, dan bila batang dipotong akan mengeluarkan lendir
yang jika dicelup ke air akan tampak benang-benang.
6.
Nematoda dapat berperan sebagai penyakit saat nematoda menyerang
tanaman melalui jaringan tanaman itu sehingga mengakibatkan tanaman
tidak dapat tumbuh dengan baik.Nematoda betina berbentuk seperti buah
pir dan berukuran lebih panjang dibanding nematoda jantan.
5.2
Saran
Saran saya pada praktikum Dasar-dasar Perlindingan Tanaman ini yaitu agar
kiranya alat-alat yang ada didalam Laboratorium Ilmu Tanah disimpan tempat
yang aman misalkan didalam lemari, agar saat dilaksanakan praktek tidak ada
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau alat yang didalam Laboratorium Ilmu
Tanah tidak ada yang pecah.
DAFTAR PUSTAKA
Abumutsanna, 2008. Hama Gudang. Bumi AksaraJakarta.
Abdi, 2009. Zat Pengatur Tumbuh.gramedia persada. Jakarta.
Anaf, 2008. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Andi Serwanto, 2010. Daur hidup kumbang tepung. BKPTN Indonesia Bagian
Timur. Makassar
Andika, 2006. Klasifikasi Penyakit Berdasarkan Tanaman yang Diserang.
Bhatara Karya Aksar: Jakarta.
Borror, 2009. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motschdan Strategi
pengendaliannya. Litbang Pertanian.
Rioardi, 2009. Menghilangka Daun Mangga Yang Terserang Kutu Putih. Bumi
Aksara: Jakarta.
Hansamunahito, 2006.Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara:
Jakarta.
Hanudin, 2006. Jamur Penyebab Penyakit Tanaman. Universitas Hasanuddin:
Makassar.
Hanudin,2008.Jamur Penyebab Penyakit Tanaman. Universitas Hasanuddin:
Makassar.
Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao: Jember.
Hartati, 2009. LaporanPraktikumZoologiArachnidadan Myriapoda.Jakarta: Bumi
Aksara.
Hase, 2009. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Hadisutrisno, 2008 Karakterisasi Bakteri Penyebab Blood Disease Pada Pisang.
Kanisius: Yogyakarta.
Hera, 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Hidayat, 2008.Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
________2009. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Hutagalung, L., 2008. Teknik Ekstras idan Membuat Preparat Nematoda Parasit
Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
Ifha, 2005. Produksi Antibodi Poliklonal Peanut Stripe Virus.
Irzayanti, 2008. Penyakit Tanaman Gejaladan Tanda. Skripsi Universitas
Muhamadiyah. Surakarta.
________2009. Penyakit Tanaman Gejaladan Tanda. Skripsi Universitas
Muhamadiyah. Surakarta.
Ismawati, 2010. Siklus Hidup Nematoda. Penebar Swadaya.Jakarta
Laila, 2006. Biologi : Sains dalam Kehidupan. Penerbit Yudhistira. Jakarta
Lugito,
2013. Pengenalan
Press.Yogyakarta.
Spesimen
Hama.
Gadjah
Mada
University
Maulana,
2009.
Analisis Mutu Benih 1, Pengujian Kesehatan Benih.
Erlangga. Jakarta.
Mutmainna, 2013. Penyakit Puru Akar pada Tanaman Tomat.
Naynienay, 2008. Penyakit Tumbuhan. Wikipedia Indonesia, Diakses pada
tanggal 19November 2017.
Nonadita, 2008. Klasifikasi Hama Kumbang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius..
Klasifikasi Hama Kumbang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Nonadita, 2008. Klasifikasi Hama Kumbang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Nur, 2013. Bakteriologi Penyakit Pada Tanaman yang Disebabkan Oleh Bakteri.
Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Nyoman, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Rahmawati. 2012. Hama dan penyakit tanaman . Pustaka baru press: Yogyakarta.
Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga.Penebar Swadaya: Jakarta.
Riordi, 2009. Morfologi Kumbang Helm.
____, 2009. Menghilangka Daun Mangga Yang Terserang Kutu Putih. Bumi
Aksara: Jakarta.
Silvia, 2005. Efektifitas Trichoderma sp. Dari Empat Lokasi Wilayah Banjar baru
.Jakarta: Bumi Aksara
Saleh, 2008. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Saputra 2006. Ordohemiptera. ordo-ordo-serangga. Institut Pertanian Bogor. IPB
Press, Bogor.
Semangun, 2006. Penyakit Tanaman Pangandi Indonesia. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Samangun, 2006. Teknik Identifikasi Bakteri. Jakarta: Rineka Cipta.
Sosromarsono, 2005. Klasifikasi Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros).
Suryanto, 2010. Klasifikasi Colletotrichum capsici.
Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Suparno, 2009. Klasifikasi Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.)
Suryanto, 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.
Tjahjadi, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.
______, 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius: Yogyakarta.
Triplehorn dan Johnson, 2005.Borror and Delong’s Introduction To The Study of
Insects 7th Edition. Graphic World. USA.
Prabowo 2009. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman.
Universitas andalas : Padang
Wagianto, 2008. Hama-Hama Tanaman Dalam Gudang. Bumi Aksara Ikhtiar:
Jakarta.
Wijayanto, 2010. Daur hidup kumbang kacang hijau. Dapertemen Pertanian
Republic Indonesia.
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Babul Rahman, lahir
di Desa salumbia pada tanggal 16 mei 1998.
Penulis merupakan anak dari pasangan suami-istri
bernama Djamri Samad dan Nuriah. Dan anak
kedua dari dua bersaudara. Penulis pertama kali
masuk sekolah ditaman kanak-kanak Asmahul
Husna,
desa
Salumbia,
kabupaten
Tolitoli,
Sulawesi Tengah.
Dilanjutkan Sekolah Dasar Negeri 2 Salumbia
pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan di SMP Negeri 3 Dondo dan lulus pada tahun 2013. Setelah itu
penulis melanjutkan pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan di
SMK Negeri 1 Tolitoli dan tamat pada tahun 2016. Kemudian pada tahun 2016
penulis melanjutkan ke perguruan tinggi kejenjang S1 di Universitas Tadulako
dan diterima melalui jalur Tambahan, Fakultas Pertanian, Program Studi
Agroteknologi,saat ini penulis berada disemester 3.
Download