Uploaded by setyaharti4

Makalah Wali Songo

advertisement
DISUSUN OLEH :
Nama : Aulya Noer Rahmat
( 04 )
: Budi Setiawan
( 07 )
: Febri Novianto
( 12 )
: Ginanjar Dwi Prasetyo ( 13 )
Kelas : 3 TGB
SMK N 2 PENGASIH
KULON PROGO, D. I. YOGYAKARTA
SUNAN BONANG
A. BIOGRAFI SUNAN BONANG
Sunan Bonang memiliki nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim. Sunan
Bonang dilahirkan pada tahun 1465 masehi. Beliau adalah salah satu putera dari
Sunan Ampel dengan nama ibunya adalah Nyai Ageng Manila yang merupakan
puteri adipati Tuban. Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama
marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.
Sunan Bonang dikabarkan juga masih memiliki hubungan darah dengan Nabi
Muhammad SAW.
Berikut ini adalah silsilah dari Sunan Bonang hingga sampai Nabi Muhammad
SAW.
Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) bin
Sunan Ampel (Raden Rahmat) Sayyid Ahmad Rahmatillah bin
Maulana Malik Ibrahim bin
Syekh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Khan) bin
Ahmad Jalaludin Khan bin
Abdullah Khan bin
Abdul Malik Al-Muhajir (dari Nasrabad,India) bin
Alawi Ammil Faqih (dari Hadramaut) bin
Muhammad Sohib Mirbath (dari Hadramaut) bin
Ali Kholi' Qosam bin
Alawi Ats-Tsani bin
Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
Alawi Awwal bin
Ubaidullah bin
Muhammad Syahril
Ali Zainal 'Abidin bin
Hussain bin
Ali bin Abi Thalib (dari Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAW).
Sunan Bonang mempelajari berbagai ilmu agama Islam dari pesantren sang
ayah (Sunan Ampel) di Ampel Denta. Setelah dirasa sudah cukup mahir dan cukup
umur, Sunan Bonang mulai berdakwah dengan berkelana ke pelosok negeri. Ia pergi
ke Kediri yang masyarakatnya masih menganut Hindu. Di sana ia mendirikan masjid
Sangkal Daha dan mendirikan Pasujudan Sunan Bonang yang sangat terkenal.
Dalam berkelananya itu, Sunan Bonang akhirnya menetap di desa kecil di
Lasem Jawa Tengah yaitu kurang lebih berjarak 15 km dari Rembang. Daerah itu
kemudian terkenal dengan nama Bonang – sesuai nama Sunan Bonang. Di sana
Sunan Bonang mendirikan pesantren yang saat ini bernama Watu Layar. Sunan
Bonang juga ditunjuk sebagai imam besar Kesultanan Demak, beliau juga diangkat
sebagai panglima tertinggi.
Sunan Bonang tetap mengunjungi daerah-daerah terpencil untuk
menyebarkan Islam. Daerah seperti Tuban, Pati, Madura bahkan Pulau Bawean
yang sangat sulit dijangkau pernah disentuh dengan dakwahnya.
Ajaran yang dibawa Sunan Bonang adalah campuran dari ajaran tasawuf dan
ahlussunnah. Sunan Bonang sangat menguasai ilmu fiqih, usuludin, tasawuf,
seni,sastra dan arsitektur. Sunan Bonang juga mendalami ilmu kebatinan dan ilmu
dzikir. Bagi masyarakat yang pernah dikunjunginya, Sunan Bonang terkenal karena
keahliannya dalam menemukan sumber air bagi daerah yang kering.
Dalam menyampaikan ajaran Islam, Sunan Bonang piawai memadukannya
dengan tradisi masyarakat disana. Sunan Bonang juga bekerja sam adengan
muridnya yaitu Sunan Kalijaga dalam menciptakan media penyampaian dakwah
yang mudah difahami masyarakat.
Contohnya dalam pementasan wayang, Sunan Bonang sangat piawai
menjadi dalang. Sunan Bonang menggubah lakon dan memasukkan ajaran Islam
yang membuat penonton secara sadar ataupun tidak akhirnya menjadi pemeluk
Islam yang benar. Sunan Bonang juga menggubah gamelan jawa yang saat itu
sangat kental dengan ajaran Hindu. Sunan Bonang menambahkan instrumen
Bonang. Gubahannya sangat kental dengan nuansa dzikir yang selalu
mengingatkan masyarakat akan Alloh SWT. Salah satu karya Sunan Bonang yang
sangat legendaris dan terkenal adalah tembang “Tombo Ati” atau lagu “Obat Hati”.
Saat ini lagu tersebut dibawakan oleh penyanyi religi Opick.
Sunan Bonang wafat tahun 1525 masehi. Makam aslinya sebenarnya berada
di desa Bonang. Akan tetapi yang saat ini sering diziarahi adalah makam yang di
Tuban. Mengapa seperti ini, karena konon saat beliau meninggal, seorang murid
yang dari Madura ingin membawa jenazah gurunya untuk dimakamkan di Madura.
Namun murid tersebut hanya berhasil membawa kain kafannya serta bajunya saja.
Saat sampai Tuban, sang murid dari Madura dicegat oleh murid Sunan Bonang yang
dari Tuban. Oleh sang murid yang dari Tuban, murid yang dari Madura disangka
membawa jenazah sang Guru. Mereka pun berebut dan murid dari Tuban tadi
berhasil membawa kain kafan dan baju-baju Sunan Bonang yang dikira jenazah
Sunan Bonang, dia kemudian menguburkannya di Tuban.
B. STRATEGI DAKWAH SUNAN BONANG
 Menerapkan Kebijaksanaan dalam Berdakwah
 Menggunakan Media Karya Seni untuk Berdakwah
 Musik merupakan media yang dilakukan Sunang Bonang untuk
menyampaikan teori-teori Islam kepada masyarakat. Alat musik yang
digunakan Sunan Bonang berupa gamelan yang diberi nama Bonang.
 Beliau membunyikan alat musiknya sangat merdu dan menarik simpati setiap
orang yang mendengarnya. Sehingga Sunan bonang tinggal mengisi ajaranajaran Islam kepada mereka.
 Menggunakan Media Karya Sastra untuk Berdakwah
C. WILAYAH DAKWAH SUNAN BONANG
Raden Makdum berdakwah di daerah Rembang, Tuban dan Lasem.
SUNAN DRAJAT
A. BIOGRAFI SUNAN DRAJAT
Sunan Drajat bernama asli Raden Syari­fuddin atau Raden Qosim yang
merupakan putra dari Sunan Ampel. Beliau adalah sosok yang terkenal karena
kecerdasannya. Semasa kecil, Sunan Drajat menghabiskan waktunya di lingkungan
Islami di daerah Ampeldeta, sekarang Wonokromo di Surabaya.
Ketika dewasa dan cukup menguasai ilmu tentang Islam, Sunan Drajat
mendapat amanat dari ayahnya, Sunan Ampel untuk berdakwah di sekitar pesisir
barat Gresik. Setelah cukup lama menetap dan mengajarkan ilmu agama di desa
tersebut, kemudian Sunan Drajat pindah ke arah Selatan dimana akhirnya ia sampai
ke daerah yang dinamakan Desa Drajat. Dari sini jugalah Nama Sunan Drajat
berasal.
Beliau lantas menyebarkan agama Islam di desa drajat di kecamatan Paciran.
Tempat ini sendiri diberikan oleh kerajaan Demak atas permintaan Sunan Drajat
yang sebelumnya kesulitan menemukan lokasi yang strategis dalam melancarkan
dakwahnya di kawasan tersebut.
Beliau yang juga terkenal dengan jiwa sosialnya yang tinggi, sangat
memperha­tikan nasib kaum fakir miskin. Ia terle­bih dahulu mengusahakan
kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi
lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas
kemiskinan dan menciptakan kemakmuran. Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah
karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan dari kerajaan Demak untuk
mengatur wilayahnya yang mempu­nyai otonomi.
Sunan Drajat memperkenalkan Islam melalui konsep dakwah bil-hikmah,
dengan cara-cara bijak, tanpa memaksa. Dalam menyampaikan ajarannya, Sunan
menempuh lima cara. Pertama, lewat pengajian secara langsung di masjid atau
mushola. Kedua, melalui penyelenggaraan pendidikan di pesantren. Ketiga,
memberi fatwa atau petuah dalam menyelesaikan suatu masalah. Cara keempat,
melalui kesenian tradisional. Dalam hal terakhir, Sunan Drajat kerap berdakwah
lewat tembang pangkur dengan iringan gending. Beliau juga menyampaikan ajaran
agama melalui ritual adat tradisional, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran
Islam.
B. STRATEGI DAKWAH SUNAN DRAJAT
1. Menggunakan metode kesenian
Kesenian yang dipakai Raden Qasim adalah tembang Pangkur.
2. Menggunakan filosofi sendiri
Sunan Drajat dikenal memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga mempu
membuat makna filosofi sendiri. Filosofi tersebut dikenal ke tujuh sap tangga.
Berikut ini adalah bunyi filosofi :
–Memangun resep tyasing Sasoma (selalu membuat hati orang lain senang)
–Jroning suka kudu éling lan waspada (meski dalam suasana riang, kita harus
tetap ingat dan waspada)
–Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam
perjalanan untuk mencapai cita-cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk
rintangan)
–Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan nafsu-nafsu)
–Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh
keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita-cita luhur).
–Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai
dengan sholat lima waktu)
–Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong
kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup
marang wong kang kodanan(Berilah ilmu agar orang menjadi pandai,
Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada
orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)
3. Terjun langsung ke masyarakat untuk mengatasi berbagai macam masalah
C. WILAYAH DAKWAH SUNAN DRAJAT
Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat
kegiatan dakwah Sunan Drajat sekitar abad XV dan XVI Masehi. Sunan Drajat
memegang kendali kerajaan Demak di wilayah perdikan Drajat.
SUNAN MURIA
A. BIOGRAFI SUNAN MURIA
Raden Umar Said atau yang lebih dikenal dengan Sunan Muria merupakan
salah satu walisongo yang tinggal di daerah Gunung muria. Nama Muria diambil
dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara
kota Kudus. Selain akhlak yang sholeh, beliau terkenal memiliki kesaktian dalam
pertarungan.
Silsilah / Asal-usul Sunan Muria
Satu versi menyebutkan, Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Ahli
sejarah A.M. Noertjahjo (1974) dan Solihin Salam (1964, 1974) yakin dengan
versi ini. Berdasarkan penelusuran mereka, pernikahan Sunan Kalijaga dengan
Dewi Saroh binti Maulana Is-haq memperoleh tiga anak, yakni Sunan Muria,
Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah.
Versi lain memaparkan, Sunan Muria adalah putra Raden Usman Haji alias
Sunan Ngudung. Karya R. Darmowasito, Pustoko Darah Agung, yang berisi
sejarah dan silsilah wali dan raja-raja Jawa, menyebutkan Sunan Muria sebagai
putra Raden Usman Haji. Bahkan ada juga yang menyebutnya keturunan
Tionghoa.
Dalam bukunya, Runtuhnya Kerajaan Hindhu-Jawa dan Timbulnya Negaranegara Islam di Nusantara (1968), Prof. Dr. Slamet Muljana menyebutkan ayah
Sunan Muria,Sunan Kalijaga, tak lain seorang kapitan Tionghoa bernama Gan
Sie Cang. Sunan Muria disebut ''tak pandai berbahasa Tionghoa karena berbaur
dengan suku Jawa''.
Slamet mengacu pada naskah kuno yang ditemukan di Klenteng Sam Po
Kong, Semarang, pada 1928. Pemerintahan Orde Baru ketika itu khawatir
penemuan Slamet ini mengundang heboh. Akibatnya, karya Slamet itu masuk
dalam daftar buku yang dilarang Kejaksaan Agung pada 1971. Sayang sekali,
belum ada telaah mendalam mengenai berbagai versi itu.
Sejauh ini, karya Umar Hasyim, Sunan Muria: Antara Fakta dan Legenda
(1983), bolehlah digolongkan penelitian awal yang mencoba menelusuri silsilah
Sunan Muria secara lebih ilmiah. Ia berusaha membedakan cerita rakyat dengan
fakta. Misalnya tentang Sunan Muria sebagai keturunan Tionghoa.
Umar mengumpulkan sejumlah pendapat ahli sejarah. Ternyata, keabsahan
naskah kuno tadi meragukan, karena telah bercampur dengan dongeng rakyat.
Walau begitu, Umar mengaku kadang-kadang terpaksa mengandalkan
penafsirannya dalam menelusuri jejak Sunan Muria. Hasilnya, Umar cenderung
pada versi Sunan Muria sebagai putra Sunan Kalijaga.
B. CARA BERDAKWAH SUNAN MURIA
''moderat'', mengikuti Sunan Kalijaga, menyelusup lewat berbagai tradisi
kebudayaan Jawa. Misalnya adat kenduri pada hari-hari tertentu setelah
kematian anggota keluarga, seperti nelung dino sampai nyewu, yang tak
diharamkannya.
Hanya, tradisi berbau klenik seperti membakar kemenyan atau menyuguhkan
sesaji diganti dengan doa atau salawat. Sunan Muria juga berdakwah lewat
berbagai kesenian Jawa, misalnya mencipta macapat, lagu Jawa. Lagu sinom
dan kinanti dipercayai sebagai karya Sunan Muria, yang sampai sekarang masih
lestari.
Lewat tembang-tembang itulah ia mengajak umatnya mengamalkan ajaran
Islam. Karena itulah, Sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata
ketimbang kaum bangsawan. Maka daerah dakwahnya cukup luas dan tersebar.
Mulai lereng-lereng Gunung Muria, pelosok Pati, Kudus, Juana, sampai pesisir
utara.
Cara dakwah inilah yang menyebabkan Sunan Muria dikenal sebagai sunan
yang suka berdakwah topo ngeli. Yakni dengan ''menghanyutkan diri'' dalam
masyarakat. Sasaran dakwah dari Sunan Muria adalah para pedagang, nelayan,
pelaut dan rakyat jelata. Ia adalah satu-atunya wali yang tetap mempertahankan
kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan islam.
Keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah
kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam
konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi
yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu.
Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang
berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar
Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan
Kinanti.
C. WILAYAH DAKWAH SUNAN MURIA
Tempat dakwahnya berada di sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya
diperlua meliputi Tayu, Juwana, kudus, dan lereng gunung muria. Ia dikenal
dengan sebutan sunan muria karena tinggal di gunung Muria.
Sampai kini, kompleks makam Sunan Muria, yang terletak di Desa Colo, tak
pernah sepi dari penziarah. Dalam seharinya tempat tersebut dikunjungi tak
kurang dari 15.000 penziarah.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.walisembilan.com/sunan-bonang-yekh-maulana-makdum-ibrahim/
21/11/2015 13:56
2. http://www.walisembilan.com/sunan-drajat-raden-qasim/
21/11/2015 13:58
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Drajat
21/11/2015 13:59
4. http://m.ceritamu.com/info/wali-songo/sunan-drajat/biografi
21/11/2015 14:01
5. http://ceritaislami.net/mengetahui-kisah-bagaimana-cara-sunan-drajat-berdakwah/
21/11/2015 14:03
6. https://www.facebook.com/permalink.php?id=158745520941674&story_fbid=161962
300619996
21/11/2015 14:03
7. http://nurnadhroh.blogspot.co.id/2014/05/sunan-drajat-memperkenalkan-ajaran.html
21/11/2015 14:04
8. https://majeliswalisongo.wordpress.com/2010/06/03/strategi-dakwah-wali-songo/
21/11/2015 14:04
9. http://kumpulanmakalah2012.blogspot.co.id/2015/01/makalah-strategi-dakwahstrategi-dakwah.html
21/11/2015 14:05
10. http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.co.id/2013/10/biografi-sunan-bonangwali-songo.html
21/11/2015 14:08
11. https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Bonang
21/11/2015 14:08
Download