ANALISIS UPAYA PELESTARIAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN KHAS KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT DISUSUN OLEH: MUHAMMAD NUR ALAM SAPUTRA PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negeri tropika karena sebagian besar wilayahnya berada di daerah tropis yang dilalui garis khatulistiwa. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian nasional terutama dalam mengentaskan kemiskinan (BPT Pertanian 2009). Potensi pertanian setiap wilayah berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kondisi geografis dan agroklimat. Faktor tersebut menjadikan suatu wilayah memiliki komoditas pertanian unggulan dan khas yang tidak dimiliki wilayah lain. Widayanto (2000) menuliskan komoditas unggulan merupakan komoditas yang mampu memberikan sumbangan pendapatan bagi wilayah yang bersangkutan. Sedangkan komoditas khas adalah sejumlah komoditas yang dapat dibudidayakan/dikembangkan di suatu daerah berdasarkan analisis kesesuaian agroekologi (tanah dan iklim) pada suatu daerah tertentu (BPPP 2015). Sektor pertanian Kabupaten Cianjur merupakan sumber pendapatan asli daerah. Luas lahan sawah di Kabupaten Cianjur pada tahun 2018 seluas 66 934.09 ha dan menjadi penyumbang yang cukup besar untuk jumlah produksi padi di Provinsi Jawa Barat yakni mencapai 1 158 159.1 ton pada tahun 2018 dengan rata-rata produksi 7 ton/ha lahan. Sektor pertanian berkontribusi sebanyak 32.20% dari keseluruhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2018 lebih kecil dari tahun 2015 yang berkontribusi sebesar 34.4% (BPS 2018). Kabupaten Cianjur memiliki komoditas pertanian lokal yang menjadi kebanggaan dan ciri khas kabupaten ini, Komoditas tersebut antara lain Beras Pandanwangi dan Ayam Pelung. Kabupaten Cianjur telah dikenal masyarakat sebagai penghasil beras Pandanwangi (Beras Cianjur), dan Ayam Pelung dan Pemerintah Kabupaten Cianjur telah menetapkan bahwa beras Pandanwangi dan Ayam Pelung merupakan komoditas pertanian unggulan dan khas Kabupaten Cianjur (BPS 2015). Padi Pandanwangi merupakan jenis padi aromatik varietas lokal khas Cianjur yang perlu dilestarikan. Padi Pandanwangi memiliki beberapa keunggulan dibanding beras jenis lain di antaranya Beras Pandanwangi beraroma wangi pandan, citarasa yang enak, khas, kenyal dan pulen (Suparman 2015). Padi Pandanwangi memerlukan persyaratan lahan yang spesifik sehingga tidak semua lahan yang terdapat di Cianjur dapat ditanami Padi Pandanwangi. Hanya tujuh kecamatan saja yang baik untuk ditanami Padi Pandanwangi yakni Kecamatan Cianjur, Kecamatan Warungkondang, Kecamatan Gekbrong, Cugenang, Cilaku, Cibeber, Campaka. Jika ditanam di luar kecamatan tersebut, maka padi yang dihasilkan tidak akan sebaik di tujuh kecamatan tersebut. Sedangkan untuk budidaya Ayam Pelung terkonsentrasi di Kecamatan Cibeber dan Cugenang. Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C) mencatat jumlah petani Padi Pandanwangi pada tahun 2015 sebanyak 857 orang dengan luas areal tanam sekitar 448.24 ha, dengan produksi permusim tanam sekitar 2 241 ton Gabah Kering Panen (GKP) atau 1 121 ton beras Pandanwangi (Suparman 2015). Ayam Pelung merupakan salah satu rumpun ayam lokal yang menjadi aset nasional, khususnya Kabupaten Cianjur yang dilindungi dan dilestarikan (Nataatmidjaja et al 1990). Bobot Ayam Pelung lebih besar dibandingkan Ayam Kampung pada umumnya. Ayam Pelung dewasa dapat mencapai 4-6 kg bahkan pernah mencapai bobot 8 kg dengan tinggi 40-50 cm. Ayam Pelung disenangi masyarakat karena suara kokok yang panjang, mengalun dan berirama indah. Menurut Nataatmidjaja et al (2003), Ayam Pelung memiliki potensi untuk menjadi ayam pedaging karena bobot tubuh yang besar. Keunikan suara dan bobot yang dimiliki Ayam Pelung dapat menjadi daya tarik bagi turis mancanegara dan turis lokal (Kuswardani 2002). Menurut Iskandar (2005), Ayam Pelung dipelihara oleh masyarakat umumnya sebagai tambahan penghasilan harian berupa penjualan daging, telur dan Ayam Pelung jantan apabila bersuara baik. Populasi Ayam Pelung di Kabupaten Cianjur diperkirakan sekitar 16 750 ekor meningkat dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 15 253 ekor (Direktorat Pembibitan Ternak 2013). Pertumbuhan populasi Ayam Pelung tidak terlalu signifikan setiap tahunnya, sebab minat masyarakat secara umum untuk membudidayakan Ayam Pelung masih rendah. Menurut hasil wawancara pendahuluan di lokasi penelitian, faktor penyebab rendahnya minat untuk membudidayakan Ayam Pelung antara lain Ayam Pelung dianggap bukan ayam produksi melainkan komoditas ayam hias sehingga sulit menjualnya karena pasar sangat spesifik yang terbatas pada penghobi/penggemar. Populasi Ayam Pelung yang terkonsentrasi pada Kecamatan Cibeber dan Cugenang dapat mengancam kelestarian Ayam Pelung, karena apabila wabah virus unggas menyerang penularan akan sangat cepat di sekitar lokasi populasi Ayam Pelung. Komoditas pertanian unggulan khas Cianjur perlu dilakukan pengembangan agar komoditas tersebut tetap lestari dan hasil produksi meningkat sehingga kesejahteraan pelaku usaha menjadi lebih baik, kebutuhan konsumen terpenuhi dan mendorong tumbuhnya perekonomian daerah. Pengembangan dilakukan dengan memperbaiki pola usaha, dan pengelolaanya dari segi manajerial dan kelembagaan. Perumusan Masalah Produksi dan luas lahan Padi Pandanwangi yang menurun dan juga terkonsentrasinya budidaya Ayam Pelung mengancam upaya pelestarian kedua komoditas tersebut sebagai komoditas unggulan dan khas dari Kabupaten Cianjur. Tantangannya adalah bagaimana upaya untuk melestarikan potensi keunggulan dan kekhasan komoditas dari Kabupaten Cianjur tersebut dilakukan lebih baik. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Komoditas khas adalah komoditas yang ada di suatu wilayah yang memiliki perbedaan mencolok dari kualitas, bentuk, rasa, dan ukuran yang tidak dimiliki oleh wilayah lain. Komoditas pertanian khas di Kabupaten Cianjur perlu dikembangkan agar komoditas pertanian khas Cianjur tetap lestari. Permasalahan yang terjadi di antaranya menurunya produksi Padi Pandanwangi, dan populasi Ayam Pelung terkonsentrasi di beberapa kecamatan. Berdasarkan kondisi tersebut perlu dilakukan analisis kelayakan usaha tani untuk menentukan pola usaha dan pengelolaan yang tepat agar usaha tani komoditas pertanian khas Cianjur menguntungkan dan permasalahan teratasi sehingga komoditas pertanian khas Cianjur tetap lestari. Kerangka pemikiran disajikan pada Gambar. Komoditas pertanian unggulan khas Kabupaten Cianjur Permasalahan : - Menurunnya produksi Padi Pandanwangi - Menurunnya jumlah petani yang mengusahakan komoditas pertanian unggulan khas Cianjur - Pertumbuhan populasi Ayam Pelung tidak signifikan - Populasi Ayam Pelung terkonsentrasi Kelayakan usaha tani Pendapatan meningkat Kelembagaan pengelolaan Permasalahan teratasi Gambar Kerangka Pemikiran Metode Pengumpulan Data Responden dalam penelitian ini adalah petani Padi Pandanwangi, peternak Ayam Pelung, dinas dan instansi terkait. Jumlah populasi petani Pandanwangi sebanyak 857 orang dan populasi peternak tidak diketahui secara pasti. Pengumpulan data dilakukan dengan purposive sampling yaitu dengan syarat petani tergabung dalam Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C), dan berada di wilayah Kecamatan Warungkondang sebagai sentra produksi beras Pandanwangi. Kriteria untuk responden peternak yaitu tergabung kedalam Himpunan Penggemar dan Peternak Ayam Pelung Indonesia (HIPPAPI), dan berada di wilayah sentra produksi Ayam Pelung. Dalam penelitian ini diambil sebanyak 90 responden petani Padi Pandanwangi, dan 47 responden peternak Ayam Pelung. Untuk menentukan sampel petani Padi Pandanwangi menggunakan Rumus Slovin karena jumlah populasi petani diketahui, dan untuk jumlah sampel peternak Ayam Pelung diambil menggunakan kaidah pengambilan contoh sosial statistika yaitu minimal 30 data atau sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal (Walpole 1992). Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan panduan wawancara. Rumus Harga Pokok Produksi sebagai berikut: Total Biaya (Rupiah) (HPP) = Total Produksi (unit) Dimana HPP adalah Harga Pokok Produksi (Rupiah per unit) HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha Tani Padi Pandawangi Usaha tani adalah kegiatan yang ditujukan untuk menghasilkan output (penerimaan) dengan input fisik, tenaga kerja dan modal sebagai korbanannya. Analisis usaha tani menggunakan laporan laba-rugi usaha asumsi perhitungan sebagai berikut: 1. Luas lahan rata-rata : 1 hektar 2. Produksi per tahun ( 2 kali tanam) : 12.9 ton padi Malai Kering Pungut (GKP) 3. Harga jual rata-rata GKP per kg : Rp6 600 4. Loss (kehilangan) : 0.4 % per tahun Asumsi tersebut didasarkan pada data profil petani responden. Petani memperoleh penerimaan dari hasil penjualan Gabah Kering Panen (GKP). Sebesar 0.4% dari GKP yang dihasilkan disisihkan untuk benih. Input yang digunakan unuk menjalankan usaha tani Padi Pandanwangi yaitu lahan, alat dan mesin pertanian, benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja. Pendapatan yang diterima oleh petani merupakan hasil dari selisih antara penerimaan dangan biaya. Berdasarkan buku Persyaratan Permohonan Indikasi Geografis yang ditulis MP3C bahwa potensi hasil GKP dalam setiap musim tanam per hektar lahan sebesar 7.4 ton. Sedangkan ratarata hasil menurut MP3C sebesar 5.4 ton. Hasil panen Padi Pandanwangi dalam satu tahun 2 kali musim tanam sebesar 12 900 kg dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP). Petani menjual GKP yang dihasilkan dari 2 kali masa tanam per tahun sebesar 12 850 kg atau 99.6% dari total GKP yang diproduksi. Sebanyak 50 kg atau sebesar 0.4 % disisihkan untuk dijadikan benih pada periode tanam selanjutnya. Rata-rata hasil penjualan GKP per hektar lahan per tahun dengan 2 kali masa tanam sebesar Rp84 810 000. Total biaya yang dikeluarkan petani terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, biaya operasional dan biaya zakat. Total biaya per hektar lahan yang dikeluarkan oleh petani dalam 2 kali musim tanam sebesar Rp34 248 250. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari tenaga kerja manusia, dan tenaga kerja mesin. Tenaga kerja manusia terdiri dari pria dan wanita yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga pria digunakan ketika tahap persiapan lahan dengan jumlah 12 orang bekerja selama 10 hari per hektar lahan dua kali musim tanam. Kegiatan pada tahap persiapan lahan antara lain membersihkan jerami, mencangkul tanah dan membajak lahan. Pada tahap penanaman sebagian besar menggunakan tenaga wanita. Tenaga kerja wanita yang dibutuhkan pada tahap penanaman per hektar lahan sebanyak 10 orang bekerja selama 6 hari. Sedangkan pada tahap proses penyiangan dan pamanenan menggunakan tenaga kerja pria dan wanita. Tahap penyiangan dilakukan sebanyak dua kali setiap musimnya yaitu pada usia padi 30 hari setelah tanam dan 120 hari setelah tanam dengan jumlah tenaga kerja 10 orang, bekerja selama 6 hari. Sedangkan tahap pemanenan membutuhkan tenaga kerja sejumlah 10 orang, bekerja selama 10 hari. Sebagian besar petani membayar tenaga kerja pada proses pemanenan dengan cara dibayar oleh gabah. Setiap 10 kg gabah yang dipanen maka tenaga kerja memperoleh 1 kg gabah. Jika pembayaran dalam bentuk uang, maka pekerja memperoleh Rp500/kg gabah yang dipanen. Rata-rata tenaga kerja memiliki jam kerja sebanyak 6 jam kerja. Tenaga kerja atau yang biasa disebut dengan buruh tani bekerja mulai dari pukul 6 pagi hingga jam 12 siang. Total waktu kerja dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja) penggunaan tenaga kerja dari proses pengolahan tanah hingga pemanenan sebesar 28 HOK untuk tenaga kerja keluarga dan 300 HOK tenaga kerja luar keluarga. Pendapatan bersih yang diterima setelah dikurangi seluruh biaya yang diterima oleh petani per hektar lahan dua kali masa tanam dalam satu tahun sebesar Rp50 561 750. Bagi petani penggarap, pendapatan tersebut harus dibagi dengan pemilik lahan dengan persentase bagi hasil masing-masing sebesar 50% dari pendapatan bersih yang diterima. Besar pendapatan yang diterima petani penggarap sebesar Rp25 280 875/tahun atau Rp2 106 740/bulan. (Tabel 32) Harga Pokok Produksi (HPP) menggambarkan minimum harga per unit produk yang dihasilkan atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi per unit produk. Harga Pokok Produksi Padi Pandanwangi Rp2 655/kg. Harga jual GKP Padi Pandanwangi Rp6 600/kg, sehingga marjin keuntungan sebesar 3 945. Jika dibandingkan dengan padi varietas IR, harga produksi padi IR lebih rendah yaitu Rp1 863/kg dengan harga GKP Rp4 000/kg, sehingga margin keuntungan Padi IR Rp2 137/kg. Dengan demikian Padi Pandanwangi lebih menguntungkan. Analisis titik impas atau Break Even Point (BEP) menggambarkan jumlah minimum Padi Pandanwangi yang harus diproduksi agar petani tidak merugi. Jumlah minimum Padi Pandanwangi yang harus diproduksi yaitu 5 189 kg. Analisis Usaha Ternak Ayam Pelung Biaya investasi/modal awal untuk mendirikan usaha ternak Ayam Pelung di antaranya biaya lahan, kandang, DOC dan peralatan. Lahan yang digunakan adalah lahan sewa dengan luas 100 m untuk pemeliharan 100 ekor DOC. Peternak dapat memanfaatkan lahan pekarangan rumah agar tidak mengeluarkan biaya sewa lahan. Kandang yang dibangun merupakan kandang sederhana dengan bahan baku bambu dan kayu kaso. Kandang dan peralatan kandang memiliki umur ekonomis selama 5 tahun. Peralatan kandang yang diperlukan di antaranya nampan pakan, galon air, terpal, instalasi listrik, suntikan, lampu, tempat mengeram, instalasi air. DOC yang dibutuhkan sebanyak 100 ekor dengan harga Rp 30 000/ekor. Total biaya investasi Rp 14 468 400. Input produksi yang digunakan menjadi biaya yang dikeluarkan oleh peternak. Input produksi berupa pembelian pakan, obat-obatan, listrik dan air, sekam, biaya penyusutan kandang dan peralatan ternak. Budidaya ternak skala kecil dilakukan sendiri oleh peternak (tanpa pekerja). Pendapatan yang diterima peternak merupakan selisih antara penerimaan dangan biaya total yang dikeluarkan. Total biaya yang dikeluarkan peternak sebesar Rp28 433 680 terdiri dari biaya tetap Rp6 693 680, biaya variabel Rp17 950 000 dan biaya operasional Rp3 790 000. biaya terbesar yang dikeluarkan oleh peternak adalah biaya pakan. Laba oprasional Rp14 966 320/tahun sekaligus sebagai laba bersih dengan nilai pendapatan per bulan Rp1 454 027. Harga Pokok Produksi (HPP) menggambarkan minimum harga per unit produk yang dihasilkan atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi per unit produk. Rata-rata Harga Pokok Produksi per ekor Ayam Pelung setara pedaging Rp111 505/ekor. Rata-rata harga jual Ayam Pelung setara pedaging (harga agregat) Rp170 196/ekor, sehingga marjin keuntungan sebesar Rp58 691/ekor Ayam Pelung pedaging. Harga jual agregat lebih tinggi dibanding harga ayam pedaging yang hanya Rp60 000/ekor, karena harga agregat terdongkrak oleh harga Ayam Pelung hias. Break Even Point (BEP) atau analisis titik impas menggambarkan jumlah minimum Ayam Pelung yang harus diproduksi agar peternak tidak mengalami kerugian. Usaha dikatakan tidak untung atau tidak rugi apabila jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya produksi yang keluarkan. Jumlah minimum Ayam Pelung yang harus diproduksi berdasarkan harga agregat setara pedaging yaitu 167 ekor. Jika analisis titik impas (BEP) menggunakan harga ayam pedaging tanpa menjual ayam hias dan telur, maka minimum ayam pedaging yang harus diproduksi sebanyak 474 ekor dalam satu tahun. Rekomendasi Pengembangan Usaha Tani Rekomendasi Pengembangan Padi Pandanwangi 1. Pemerintah daerah : a. Meningkatkan minat petani terutama petani generasi muda dengan mendorong penggunaan teknologi modern (modernisasi) dalam pengelolaan pertanian. Seperti penggunaan mesin penanam otomatis (transplanter), mesin panen otomatis (harvester), penggunaan drone dalam pengawasan, dan pengelolaan lahan pertanian seperti mengawasi kondisi gulma, air irigasi, kesehatan tanaman, penyemprotan nutrisi dan obat. b. Memberikan insentif, bantuan benih, pupuk bagi petani yang menanam Padi Pandanwangi dan menjaga standar minimal harga di tingkat petani. c. Peningkatan kualitas SDM petani dengan memberikan pembinaan teknik budidaya padi yang efektif menggunakan teknologi melalui penyuluhan, sekolah singkat bagi petani, yang bekerja sama dengan universitas, swasta dan pemerintah daerah. d. Pemerintah membantu hasil panen Padi Pandanwangi agar cepat diserap pasar dengan cara pelatihan pemasaran beras sehingga petani mampu memasarkan beras ke pasar modern. e. Kebijakan tata ruang wilayah dengan membangun wilayah khusus pelestarian untuk melindungi lahan Padi Pandanwangi sebagai upaya mencegah konversi lahan tani. 2. Petani a. Petani yang memiliki penguasaan lahan yang sempit membentuk kelompok agar biaya yang dikeluarkan dapat lebih efisien dan penerimaan menjadi meningkat. b. Membuat jadwal tanam yang serentak dengan menyeragamkan jenis varietas padi yang ditanam. c. Membangun komunikasi dengan kelembagaan penyuluhan agar alur informasi berjalan dengan baik. 3. Perguruan tinggi a. Mereduksi masa tanam melalui penelitian tanpa merubah kemurnian Padi Pandanwangi. b. Menciptakan teknologi pemanen yang lebih efisien dari ani-ani. 4. Lembaga keuangan a. lembaga keuangan menyediakan pinjaman modal yang mudah bagi petani. 5. Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C) a. Menjaga beras Pandanwangi dari pemalsuan melalui inspeksi pasar yang rutin dan menindak tegas pelaku pemalsuan. b. Membantu petani dalam pemasaran beras Pandanwangi melalui pelatihan. pemasaran beras agar petani dapat memasok beras ke pasar modern. c. Membangun kelembagaan petani yang solid dengan menjalin hubungan baik antar petani Padi Pandanwangi melalui forum diskusi sehingga petani saling membantu dalam menjalankan usaha tani Padi Pandanwangi. 6. Pabrik beras a. pengeringan gabah menggunakan mesin pengering agar tidak bergantung pada kondisi cuaca. b. Kapasitas pabrik penggilingan ditingkatkan agar waktu antrian berkurang. Rekomendasi Pengembangan Ayam Pelung Rekomendasi pengembangan bertujuan agar Ayam Pelung dapat tetap dipertahankan kelestarianya. Berikut rekomendasi pengembangan Ayam Pelung yang dapat dilakukan oleh setiap stakeholder: 1. Pemerintah daerah a. Melakukan penyebaran populasi Ayam Pelung di wilayah Cianjur agar tidak terpusat di Kecamatan Cibeber. Penyebaran populasi dapat dilakukan dengan cara membagikan bibit DOC gratis ke masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian Ayam Pelung ketika terjadi penularan wabah virus unggas. b. Pemerintah dapat melakukan bantuan melalui subsidi penyediaan pakan ternak agar lebih terjangkau dan bantuan penyediaan bibit ternak galur murni (bukan persilangan). c. Rutin menyelenggarakan kontes Ayam Pelung tingkat nasional di Cianjur dengan hadiah yang menarik untuk meningkatkan peserta dan jumlah penghobi Ayam Pelung dan sebagai sarana promosi Ayam Pelung. d. Pengembangan Ayam Pelung di satu daerah tanpa ada ayam lain dan menjadikanya sebagai objek wisata edukasi sebagai upaya mempertahankan galur murni dan populasi. 2. Peternak a. Meningkatkan skala usaha agar keuntungan menjadi lebih optimal dengan menggabungkan peternak skala kecil agar input yang digunakan lebih efektif. b. Usaha ternak tidak hanya terfokus untuk menghasilkan ayam bersuara bagus saja, tapi peternak dapat memanfaatkan bobot Ayam Pelung sebagai sumber produksi daging. Peternak dapat menyilangkan Ayam Pelung dengan ayam jenis pedaging agar bobot ayam menjadi lebih besar namun tetap menjaga galur murni Ayam Pelung. c. Penerapan teknologi di bidang peternakan seperti penggunaan mesin tetas telur dan indukan buatan (brooder) sehingga siklus bertelur ayam betina dapat ditambah dalam satu tahun. d. Peternak menggunakan pakan tambahan dari limbah sayuran, sisa makanan rumah tangga dan rumah makan untuk menghemat biaya pakan. 3. Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Indonesia (HIPPAPI) Membangun kelembagaan ternak yang solid dengan menjalin hubungan baik antar peternak melalui forum diskusi sehingga peternak saling membantu dalam menjalankan usaha ternak Ayam Pelung. 4. Lembaga keuangan Lembaga keuangan menyediakan modal pinjaman dengan biaya bunga rendah kepada peternak agar peternak dapat mengembangkan usaha ternaknya. 5. Perguruan tinggi Perguruan tingga dapat membantu melakukan penelitian agar galur murni Ayam Pelung dapat tetap terjaga, mempercepat pertumbuhan bobot untuk ayam pedaging, membuat teknologi agar persentase telur yang menetas menjadi lebih banyak. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kajian Upaya Pelestarian Komoditas Pertanian Unggulan Khas Kabupaten Cianjur yang bertujuan agar komoditas pertanian unggulan khas Kabupaten Cianjur dapat tetap lestari maka upaya pelestarian yang perlu dilakukan adalah meningkatkan jumlah produksi komoditas pertanian unggulan khas Kabupaten Cianjur dengan cara: 1. Meningkatkan luas lahan produksi melalui pembukaan lahan pertanian untuk komoditas pertanian khas Kabupaten Cianjur, pengaturan tata ruang wilayah agar lahan pertanian komoditas khas Kabupaten Cianjur tidak beralih fungsi dan membangun wilayah pengembangan khusus untuk pelestarian. 2. Meningkatkan pendapatan petani melalui efisiensi penggunaan input produksi. Penggunaan input produksi mempengaruhi biaya produksi. Efisiensi dapat dicapai oleh petani dengan cara membentuk kelompok petani dalam menjalankan usaha tani sehingga usaha dijalankan secara bersama-sama agar tercapai skala ekonomi usaha yang memberikan peningkatan keuntungan bagi petani. 3. Menciptakan teknologi pertanian yang modern melalui kegiatan penelitian oleh lembaga penelitian atau perguruan tinggi kemudian menerapkanya kepada petani melalui pendidikan dan pelatihan sehingga teknologi sederhana yang selama ini diterapkan oleh petani dapat digantikan.