Nama : Siti Nurul Laili NIM : 12208183065 Kelas : Tadris Biologi 4 D Mata Kuliah : Genetika Dosen Pengampu : M. Iqbal Filayani, M.Si Peranan Genetika terhadap Bidang Pertanian Rekayasa genetika (genetic engineering). Kemajuan yang telah dicapai dalam bidang bioteknologi tanaman telah membantu mempercepat dan meningkatkan penenlitian menuju ke arah pemahaman biosintesis. Berbagai penelitian telah berhasil dilakukan untuk memanipulasi enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme. Teknik rekayasa genetika dilakukan dengan mengubah susunan genetic dari sel untuk menghasilkan organisme yang lebih unggul. Teknik rekayasa genetika tekah dilakukan dengan menggunakan bakteri Agrobacterium tumafaciens atau transformasi genetic secara langsung dengan menggunakan Polyethilene glycol (PEG) dan particle gun. Kemampuan bakteri Agrobacterium tumafaciens yang mampu mentransfer TDNA ke dalam nucleus dan berintegrasi ke dalam kroosom tanaman inilah yang dimanfaatkan oleh penenliti untuk melakukan rekayasa genetika. Ekspresi dari gen yang ditransfer kedalam tanaman telah banyak diteliti terutaman pengaturan ekspresinya. Teknologi rekayasa genetika telah berkembang untuk meningkatkan kandungn nutrisi tertentu seperti beta karoten pada padi, kandungan protein dan nutrisi lainnya pada ubi kayu, meninkatkan kandungan minyak dan pengaturan komposisi minyak biji-bijian baik yang dipakai sebagai minyak makan maupun sebagai bahan baku diesel. Hasil penelitian transformasi genetic terhadap tanaman obat seperti Echinea purpurea dapat meningkatkan komposisi alkaloid secara signifikan. Demikian pula transformasi genetic mengginakan A. rhizogenes telah berhasil meningkatkan produksi artemimisin 4,8 mg/l dari kultur A.annua. Kegiatan penelitian rekayasa genetik telah dilakukan di berbagai lembaga penelitian seperti Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian dan balai-balai penelitian di Lingkup Badan Litbang Pertanian, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, dan berbagai perguruan tinggi seperti IPB, ITB, UGM, Univ Udayana. Penelitian telah dilakukan antara lain pada perbaikan ketahanan tanaman pangan, industri dan hortikultura terhadap cekaman biotik dan abiotik. Rekayasa genetika dipilih apabila sumber gen tidak dijumpai pada koleksi plasma nutfah tanaman tertentu, namun sumber tersebut tersedia pada spesies tanaman lain atau bahkan pada organisme yang berbeda, misalnya terdapat pada mikroba (bakteri, virus, fungi, dsb), serangga atau hewan lain. Menurut James, 2003 dan Achmad, 2005 tanaman transgenik menawarkan keuntungan sebagai berikut : a. Meningkatkan produktivitas tanaman dan berkontribusi terhadap keamanan pangan, pakan b. Mengkonservasi biodiversitas melalui penggunaan tanaman transgenik sebagai land saving technologi c. Mengefisienkan input dan lingkungan menjadi lebih berkelanjuta d. Meningkatkan kestabilan produksi tanaman e. Menguntungkan secara ekonomis dan sosial, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Marka molekuler. Marka molekuler dapat menjadi alat bantu dalam pemuliaan tanaman. Marka molekuler dapat diperoleh dengan pendekatan pemetaan, analisis DNA dengan microarrays dan allel mining. Perkembangan yang relatif mutakhir untuk mengidentifikasi gen-gen yang berasosiasi dengan sifat tertentu dengan relatif cepat adalah teknologi DNA microarrays. Teknologi ini dapat mengkuantifikasi puluhan ribu sekuen yang berbeda dalam satu asai dan telah digunakan secara luas dalam penelitian-penelitian biologi. Sehingga, dengan DNA micro arrays dapat diketahui gen-gen yang berkaitan erat dengan sifat tertentu dalam waktu yang cepat. Fasilitas untuk melakukan teknologi ini telah tersedia di Badan Litbang Pertanian yang nantinya akan digunakan untuk mengidentifikasi gen-gen yang memiliki nilai penting dalam bagi perakitan varietas-varietas unggul baru. Dalam periode lima tahun ke depan teknologi ini akan digunakan untuk mengidentifikasi gen-gen yang bersosiasi dengan toleran terhadap kekeringan pada padi. Kekeringan merupakan salah satu cekaman abiotik yang paling penting yang membatasi produksi padi. Informasi mengenai toleransi terhadap cekaman kekeringan pada padi juga akan sangat bermanfaat untuk menidentifikasi gen-gen toleran kekeringan pada tanaman-tanaman lainnya, seperti jagung, mengingat padi merupakan tanaman model untuk dan tingkat kemiripan yang sangat tinggi dalam urutan gen dan fragmen DNA pada genom dari spesies-spesies tanaman sereal. Perkembangan di bidang pemetaan marka molekuler, penemuan gen, dan tersedianya sekuen genom dapat digunakan untuk pencarian alel-alel yang berguna (allele mining). Pendekatan allele mining dapat digunakan untuk mengidentifikasi aIel-aIel yang bermanfaat untuk mengatasi masalah cekaman biotik dan abiotik yang menjadi kendala penting dalam budidaya padi, seperti ketahanan terhadap HDB, bias, toleran terhadap kahat fosfor (P) maupun keracunan besi (Fe). Seiring dengan kemajuan di berbagai aspek biologi dan genetika, marka molekuler telah dikembangkan dan merupakan alat bantu yang sangat baik bagi pemulia dan ahli genetik untuk menganalisis genom tanaman. Sistem ini telah merevolusi bidang pemetaan genetik. Dalam hubungannya dengan manfaatnya sebagai alat bantu seleksi tanaman atau yang dikenal dengan marker-aided selection (MAS), teknologi ini lebih efektif dibandingkan seleksi secara langsung atau fenotipik. Keuntungan MAS antara lain: a. Mampu menyeleksi pada tahap awal pertumbuhan tanaman untuk sifat yang diekspresikan pada fase lanjut pertumbuhan b. Mampu menyeleksi sifat-sifat yang sangat sulit, mahal, atau menyita waktu untuk diamati secara c. Mampu membedakan homozigot dari heterozigot untuk banyak lokus dalam satu generasi tanpa perlu uji progeny d. Mampu menyeleksi beberapa sifat dalam waktu yang bersamaan. Dengan kelebihan yang dimiliki marka molekuler tersebut dimungkinkan untuk menghasilkan varietas baru dalam waktu yang relatif lebih cepat. Varietas Angke dan Code merupakan contoh hasil perakitan dengan MAS yang berurut-turut membawa gen xa5 dan Xa7 yang efektif untuk menanggulangi HDB. Penggunaan marka molekuler akan terus dilanjutkan melalui identifikasi marka-marka molekuler yang terpaut dekat dengan gen-gen penting pada tanaman padi, seperti untuk toleran terhadap keracunan aluminium dan tahan penyakit bias yang masih sedang berlangsung. Selain itu, melalui kerjasama dengan IRRI melalui The Challenge Programs akan dirakit tanaman padi yang toleran terhadap kekahatan P dengan bantuan marka molekuler. Marka molekuler juga telah dimanfaatkan sebagai alat bantu seleksi dalam perakitan tanaman, sebagai contoh dalam perakitan padi tahan bakteri hawar daun yang menghasilkan varietas Code dan Angke serta dalam seleksi kopi Arabika untuk ketahanan terhadap nematoda. Teknik dan fusi protoplas. Teknik ini dapat mempercepat perolehan tanaman haploid ganda homozigos (galur murni) , sehingga siklus pemuliaan dapat leb!h singkat, karena seleksi sifat tertentu dapat dilakukan langsung pada generasi awal. Oleh karena itu, dibandingkan dengan sistem pemuliaan konvensional, keuntungan lain dari penggunaan teknik ini dalam program pemuliaan ialah menghemat biaya, waktu dan tenaga kerja. Teknik ini dapat mempercepat pemuliaan padi untuk menghasilkan padi varietas unggul atau padi tipe baru atau padi hibrida yang selain berdaya hasil tinggi dan mempunyai umur panen yang cocok dengan pola pertanaman di daerah tertentu juga toleran/tahan terhadap cekaman abiotiklbiotik. Sementara itu teknik fusi protoplas dilakukan dengan cara penggabungan protoplas dari tetua terpilih untuk mengatasi hambatan seksual yang akan terjadi bila dilakukan persilangan biasa baik persilangan antar spesies maupun dengan kerabat liarnya. Fusi protoplas telah digunakan untuk memperbaiki karakter-karakter agronomik dan ketahanan terhadap penyakit. Teknik ini dapat memperbaiki mutu dan sifat ketahanan tanaman padi terhadap penyakit melalui transfer sifat ketahanan dari kerabat liar. Teknik kultur jaringan. Teknik kultur jaringan dimanfaatkan untuk perbaikan tanaman, misalnya melalui seleksi in-vitro dan fusi protoplas. Seleksi in-vitro yang menghasilkan variasi somaklonal telah digunakan untuk merakit padi atau kedelai tahan kekeringan, tahan alumunium dan pH rendah, sedangkan fusi protoplas telah digunakan untuk meningkatkan kandungan minyak atsiri nilam dan ketahanan terung terhadap layu bakteri. Seleksi in-vitro merupakan salah satu metode kultur jaringan yang dapat menghasilkan perubahan genetik ke arah yang diinginkan dengan cara menginduksi terjadinya mutan-mutan yang mempunyai sifat ketahanan terhadap cekaman biotik maupun abiotik. Seleksi in-vitro dapat dilakukan untuk memperluas keragaman genetik tanaman terhadap cekaman penyakit yang mengeluarkan fitotoksin, misalnya untuk perakitan tanaman kentang atau tomat tahan P. infestans. Teknologi anti-sense DNA. Teknologi anti-sense DNA berkembang dengan tujuan mengatur penekanan gen (down regulated) agar agen yang bertanggung jawab terhadap penyakit atau sintesis toksin bias dihambat kerjanya. Analisi terhadap kelaianan bahkan kegagalan ekspresi seperti kejadian gen yang tidak bekerja pasca transkripsi (post transcriptional gene silencing) bisa dideteksi secara molekuler (Yunus et al., 2001) Teknik mutasi. Teknik mutasi baik secara kimia maupun melalui radiasi. Misalnya aplikasi mutasi perbaikan varietas tanaman sorgum yang telah dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIRBATAN). Upaya tersebut diarahkaan untuk memperbaiki sifat agronomi dan kualitas produk sorgum (biji dan hijauan) untuk dikembangkan sebagai sumber bahan pangan dan pakan ternak alternatif di daerah kering khususnya selama musim kemarau. Induksi mutasi untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman dilakukan dengan meradiasi benih (seeds) atau embrio (plantlets) dengan sinar Gamma bersumber dari Cobalt-60 yang terpasang pada alat Gamma Chamber. Seleksi tanaman dilakukan mulai generasi kedua (M2) setelah perlakuan radiasi, dan dilanjutkan pada generasi-generasi berikutnya, yaitu dengan memilih tanaman mutan yang menunjukkansifat agronomi unggul dibanding kontrol, sampai diperoleh tanaman yang homosigot. Selanjutnya, galur mutan unggul diuji daya hasilnya pada daerah kering seperti di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada musim kemarau (Soeranto, 2011). DAFTAR PUSTAKA Pawiroharsono. Suyanto. 2012. Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal. Jakarta : Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Vol 21. No 01 Susilowati. Retno. 2001. Jurnal Ilmiah Bioteknologi Sebagai Penunjang Pertanian Berkelanjutan. Vol 14. No 31 Sutrisno. 2006. Jurnal Ilmiah Peran Bioteknologi Dalam Pembangunan Pertanian Di Indonesia. Bogor : Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.