Uploaded by User96468

jtptunimus-gdl-anwarnimg2-7076-3-babii

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian remaja
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain,
seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering
pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung
antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja
awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan
masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja
disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap,
dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik
(Hurlock, 2004).
2. Ciri-ciri masa remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan
periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri–ciri
tertentu yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja
sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa
remaja sebagai periode bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari
identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan dan
masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa
peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan
yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek
perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara
umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa
remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun
adalah masa remaja akhi (Monks, Knoers & Haditomo,. 2002).
7
8
3. Tahap perkembangan remaja
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap
yaitu ((Monks, Knoers & Haditomo, 2002):
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir abstrak
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk kencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktifitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berpikir abstrak
4. Perkembangan fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri
seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih
lanjut mengenai kedua hal tersebut
a. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002)
disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:
9
1) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila
telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi
pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun.
2) Remaja perempuan
Jika
remaja
perempuan
sudah
mengalami
menarche
(menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah
dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding
dalam rahim yang banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2003), Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja
adalah sebagai berikut :
1) Remaja laki-laki
a) Bahu melebar, pinggul menyempit
b) Petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada,
tangan, dan kaki
c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
d) Produksi keringat menjadi lebih banyak
2) Remaja perempuan
a) Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar
dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara
menjadi lebih besar dan lebih bulat.
b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang
poripori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar
keringat menjadi lebih aktif.
c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada
pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga
memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.
d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
10
5. Karakteristik remaja
Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa
remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan1415 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek:
a. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi
ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan
munculnya ciri-ciri sekunder.
b. Psikomotor,
gerak-gerik
tampak
canggung
dan
kurang
terkoordinasikan serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
c. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik
mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan
dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
d. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman
tetapi bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat
kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.
e. Perilaku kognitif
1) Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah
logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang
bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas,
2) Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang
terpesat,
3) Kecakapan
dasar
khusus
(bakat)
mulai
menujukkan
kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
f. Moralitas
1) Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi
pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang
tua.
2) Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji
kaidahkaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam
perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
11
3) Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat
dengan tipe idolanya.
g. Perilaku Keagamaan
1) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan
mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
2) Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
3) Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas
pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar
dirinya.
h. Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian
1) Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang,
harga
diri,
dan
aktualisasi
diri)
menunjukkan
arah
kecenderungannya.
2) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum
terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya
masih dapat berubah-ubah dan silih berganti.
3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis
identitasnya
yang
sangat
dipengaruhi
oleh
kondisi
psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.
4) Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak
(teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski
masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
6. Perkembangan perilaku seksual remaja
Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan
serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada
laki-laki maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan
perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis
remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam
minat remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya peningkatan perhatian
remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh factor perubahan-
12
perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2003). Remaja
perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi
remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekar
yang menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004).
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat
penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan
jenis.
Matangnya
fungsi-fungsi
seksual
maka
timbul
pula
dorongandorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual.
Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku
seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan.
Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan
pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut
mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Pangkahila
dalam Soetjiningsih, 2004).
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih
aktif secara seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli
berpendapat hal ini dikarenakan adanya perbedaan sosialisasi seksual
antara remaja perempuan dan remaja laki-laki. Bahkan hubungan seks
sebelum menikah dianggap ”benar” apabila orang-orang yang terlibat
saling
mencintai
ataupun
saling
terikat.
Mereka
sering
merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan
pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta. Sejumlah peneliti
menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja laki-laki,
mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara seksual adalah
karena jatuh cinta (Santrock, 2003).
13
B. Perilaku
1. Pengertian perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta
interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi,
lama, dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak
sadar (Green, (1980) dalam Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2007) seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi
biologis adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara,
menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus Skinner membedakan perilaku menjadi dua:
a
Perilaku tertutup (Covert Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b.
Perilaku terbuka (Overt Behavior)
Repon seseorng terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat orang lain.
Skinner dalam Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa perilaku
adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
tanggapan atau respon, respon dibedakan menjadi dua respon:
14
1) Respondent response atau reflexive respon, ialah respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relatif tetap.
Responden respon (Respondent behaviour) mencakup juga emosi
respon dan emotional behaviour.
2) Operant respons atau instrumental respon adalah respon yang timbul
dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini
disebut reinforsing stimuli atau reinforcer.
Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Aspek-aspek
dalam diri individu yang sangat berperan/berpengaruh dalam perubahan
perilaku adalah persepsi, motivasi dan emosi. Persepsi adalah
pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran,
penciuman serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan
bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam
motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2003).
2. Perilaku ditentukan oleh 3 faktor:
Menurut Green (1980 dalam Notoatmodjo, 2007), perilaku ditentukan
oleh 3 faktor:
a. Faktor predisposisi (predidposing factors) yaitu faktor-faktor yang
dapat mempermudah terjadinya suatu perilaku.
b. Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) meliputi semua
karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang
mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu perilaku.
c. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang
memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman
atau kelompok sebaya, peraturan, undang-undang, surat keputusan
dari para pejabat pemerintahan daerah atau pusat (Notoatmodjo,
2003).
15
3. Perilaku Seksual pada Remaja
Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan
lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan
menurut agama. Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual
yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah
menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan
perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang
resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masingmasing (Mu’tadin, 2002).
Menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku
seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai
dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan,
memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan
bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja
ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang
merugikan remaja itu sendiri.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah
Remaja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro (2003-2004) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa
Tengah adalah, (1) faktor internal (pengetahuan, aspek-aspek kesehatan
reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi,
perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan
reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya
diri, usia, agama, dan status perkawinan), (2) faktor eksternal (kontak
dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai dan
norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu), (Suryoputro, et
al. 2006).
16
Menurut Sugiyono (2009) bahwa perilaku seks pra nikah pada remaja
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami
swadarma-nya sebagai pelajar.
Faktor dari dalam diri remaja yang dapat mempengaruhi seorang
remaja melakukan seks pranikah karena didorong oleh rasa ingin tahu
yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal
tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin
mengetahui
banyak
hal
yang
hanya
dapat
dipuaskan
serta
diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri (Sugiyono, 2009).
Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja
karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang
berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan
pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling
mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada
perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ
seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja
(seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh
(khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder),
melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan
sosial (Sugiyono, 2009)..
Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual
mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis
kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke
pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan
romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Sedangkan pada
kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang
timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat
adanya dorongan seks dan pertimbangan
moral sering kali
17
bertentangan.Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan
konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk
dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri
(Sugiyono, 2009).
b. Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orang tua yang
menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang
diinginkan.
Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi
karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka
juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi
pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan
independensi.
Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk
mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa
memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat
dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini
sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan
rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri
remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan
kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan
mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.
c. Faktor perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin
canggih yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja
termasuk hal-hal yang negatif. Remaja dewasa ini, dapat dengan
mudah mengakses situs, gambar atau juga tayangan porno lewat
internet dalam hp masing-masing.
18
Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja
dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton
film remaja yang berkebudayaan barat, melalui observational
learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat
diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang
tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta normanorma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda (Anonim, 2009).
d. Kurangnya pengetahuan remaja tentang seksual. Banyak orang tua
yang membatasi pembicaraan mengenai seksualitas dengan berbagai
alasan. Seksualitas dianggap masih tabu untuk dibicarakan bagi
kalangan orang tua kepada anaknya. Sehingga remaju terpacu untuk
mencari informasi di tempat lain, yang bisa jadi menjerumuskan
mereka.
Faktor yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual pranikah
juga dikemukakan oleh Tarwoto (2010) yaitu :
a. Adanya dorongan biologis
Dorongan biologis untukmelakukan hubungan seksual merupakan
insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja
hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dati luar,
misalnya dengan membaca buku atau melihat film/majalah yang
menampiikan gambar-gambar yang membangkitkan erotisme. Di era
teknologi informasi yang tinggi sekarang ini, remaja sangat mudah
mengakses gambar-gambar tersebut melalui telepon genggam dan
akan selalu dibawa dalam setiap langkah remaja.
b. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilainilai moral dan keimanan seseorang Remaja yang memiliki keimanan
kuat tidak akan melakukan seks pranikah, karena mengingat ini
merupakan dosa besar yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan
19
TuhanYang Mahakuasa. Namun, keimanan ini dapat sirna tanpa
bersisa
bila
remaja
dipengaruhi
oleh
obat-obatan
misalnya
psikotropika. Obat ini akan memengaruhi pik ran remaja sehingga
pelanggaran terhadap nilai-nilai agama dan moral dinikmati dengan
tanpa rasa bersalah.
c. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang
kesehatan
reproduksi
pada
remaja
dapat
disebabkan
karena
masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit
tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya
topik terkait reproduksi tabu dibicarakan dengan anak (remaja).
Sebingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
menjadi sangat kurang.
d. Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah
Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pranikah sangat penting
untuk dipertimbangkan; karena bila tidak ada kesempatan baik ruang
maupun waktu, maka hubungan seks pranikah tidak akan terjadi..
5. Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja
Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif
pada remaja, diantaranya sebagai berikut :
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja
diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri,
bersalah dan berdosa.
b. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya
dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
20
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan
sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja
perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi
tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut
(Sarwono, 2003).
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah
berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja,
dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang
tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual
dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta
meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang
(overt
behaviour).
Berdasarkan
pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo (2007),
dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :
21
a. Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini merupakan
tingkat pengertian yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar
tentang
obyek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
3. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden
22
(Notoatmodjo, 2007). Pengukuran pengetahuan ini berkaitan dengan
pengetahuan seks pra nikah beserta dampak-dampak yang ditimbulkannya.
Berdasarkan Waridjan kategori pengetahuan dapat digolongkan menjadi
pengetahuan baik jika kategori jawaban benar antara 80%-100%,
pengetahuan sedang jika jawaban benar antara 56%-79% dan katgeori
pengetahuan kurang jika jawaban benar kurang dari 56%.
4. Sumber – sumber pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan
sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2007) sumber pengetahuan dapat
berupa pemimpin – pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,
ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.
5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007) :
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan dan kerugian terhadap suatu tindakan.
b. Media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti
paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang.
23
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah
tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal
ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang tentang berbagai hal.
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi.
Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model
komunikasi
media
dengan
demikian
hubungan
sosial
dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
e. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar
organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari
berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
6. Pengetahuan tentang seks pranikah
Pengetahuan seksual pranikah remaja terdiri dari dari pemahaman tentang
seksualitas yang dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari
pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual, akibat seksual pranikah,
dan faktor yang mendorong seksual pranikah (Sarwono 2010).
Masyarakat masih sangat mempercayai pada mitos-mitos seksual yang
merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual. Kurangnya
24
pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat istiadat,
budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar
(Soetjiningsih, 2007). Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar di
kalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual
(mitos yang berkembang adalah hubungan seksual dapat mengurangi
frustasi, menyebabkan awet muda, menambah semangat belajar), akibat
hubungan seksual (mitos yang berkembang yaitu tidak akan hamil kalau
senggama terputus, hanya menempelkan alat kelamin, senggama 1-2 kali
saja, berenang dan berciuman bisa menyebabkan kehamilan), dan yang
mendorong hubungan seksual pranikah (mitos yang berkembang adalah
ganti- ganti pasangan seksual tidak menambah resiko PMS, pacaran perlu
variasi antara lain bercumbu, mau berhubungan seksual berarti serius
dengan pacar, sekali berhubungan seksual tidak akan tertular PMS, dan
sebagainya) (Sarwono, 2010)
D. Peran keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dalam
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Berdasarkan
UU NO.10 tahun 1992, tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit kecil dari masyarakat
yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya.
Peran keluarga dalam perkembangan remaja sangat penting karena keluarga
mempunyai beberapa fungsi seperti :
1. Fungsi afektif
Gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, saling
menghargai dan kehangatan di dalam keluarga.
25
2. Fungsi sosialisasi
Interaksi atau hubungan dalam keluarga, bagaimana keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3. Fungsi kesehatan
Sejauhmana keluarga menyediakan pangan, perlindungan dan merawat
anggota yang sakit, sejauhmana pengetahuan tentang masalah kesehatan,
kemampuan keluarga untuk melakukan 5 tugas kesehatan dalam
keluarga serta kemauan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan
yang sedang dihadapi.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan. Keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan
status kesehatan keluarga. Hal yang menjadi pendukung keluarga adalah
jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik,
fasilitas psikologis atau dukungan dari masyarakat setempat.
26
E. Kerangka Teori
Remaja
Remaja Awal
12-15 tahun
Remaja Menengah
15-18 tahun
Karakteristik Remaja
1. Fisik
2. Psikomotor
3. Bahasa
4. Perilaku kognitif
5. Sosial
Remaja Akhir
18-21 tahun
7. Konatif
8. Moralitas
9. Perilaku keagamaan
10. Emosi, Afektif
11. Kepribadian
Perilaku Seks
Pranikah Remaja
Faktor Internal Perilaku Seks
Pranikah Remaja
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Pengendalian diri
4. Rasa percaya diri
5. Usia
6. Pemahaman agama
(religiusitas)
7. Status perkawinan
8. Aktifitas sosial
9. Gaya hidup
Faktor Eksternal Perilaku
Seks pranikah
Pranikah Remaja
1. Peran Keluarga
2. Sumber informasi (media)
3. Sosial budaya
4. Nilai dan norma
Tebal : Diteliti
Tidak tebal : Tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Download