EFEKTIVITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK ETANOL DAUN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum (Jacq) Gern) PADA MENCIT JANTAN SWISS WEBSTER PROPOSAL TUGAS AKHIR INDRI RATNA PURI 33111711131 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2021 HALAMAN PENGESAHAN EFEKTIVITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK ETANOL DAUN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum (Jacq) Gern) PADA MENCIT JANTAN SWISS WEBSTER Januari 2021 INDRI RATNA PURI 3311171131 Disetujui oleh: apt. Puspa Sari Dewi, S.Si, M.Si. Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M.Si Pembimbing Pembimbing i KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Efektivitas Imunostimulan Ekstrak Etanol Daun Ginseng Jawa (Tallinum paniculatum (Jecq) Gern) Pada Mencit Jantan Swiss Webster” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari proposal ini adalah untuk memenuhi persyaratan melakukan penelitian tugas akhir dengan upaya menyelesaikan program sarjana pada Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani. Penulisan proposal ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan selama proses penyusunan proposal berlangsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Prof. Dr. apt. Afifah B. Sutjiatmo, MS selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani. 2. Ibu apt. Ririn Puspadewi, S. Si., M.Si selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani. 3. Ibu apt. Wulan Anggraeni, S. Farm., M.Si selaku dosen wali akademik atas segala bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 4. Ibu apt. Puspa Sari Dewi S., M.Si selaku dosen pembimbing atas dukungan, bimbingan serta nasehat yang telah diberikan kepada penulis. 5. Ibu Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M., Si. Selaku dosen pembimbing atas dukungan, bimbingan serta nasehat yang telah diberikan kepada penulis. 6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani. 7. Seluruh staf administrasi dan laboratorium Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani. 8. Keluarga penulis, bapak Suharto, ibu Ros Rosidah, Ira Rikmasari dan Ida Rahmawati yang selalu memberikan dukungan serta kasih sayang. 9. Sahabat, Adinda Jamilatunnisa, Widy Salma Filani, Salmaher Wardah Amani, Rika, Nisrina Ayu, Maulinda Sri Anjani yang selalu memberikan dukungan dan semangat. ii 10. Teman-teman seperjuangan tugas akhir, teman seangkatan seperjuangan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang yang lebih baik. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya serta memberi balasan pahala atas semua bantuan serta kebaikan kepada pihak-pihak yang senantiasa membantu penyusunan proposal tugas akhir ini Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan. Cimahi, Februari 2021 Penulis iii DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ....................................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................1 1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................2 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................2 1.4 Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3 2.1 Tinjauan Tentang Tanaman Ginseng Jawa .....................................................3 2.2 Tinjauan Tentang Manfaat dan Khasiat Ginseng Jawa...................................4 2.3 Tinjauan Tentang Metabolit Sekunder Pada Ginseng Jawa ...........................6 2.4 Tinjauan Tentang Flavonoid ...........................................................................7 2.5 Tinjauan Tentang Imunostimulan ...................................................................8 2.4 Tinjauan Tentang Ekstraksi ............................................................................8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................9 3.1 Alat Penelitian .................................................................................................9 3.2 Bahan Penelitian .............................................................................................9 3.3 Hewan Percobaan............................................................................................9 3.4 Prosedur Penelitian .........................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................14 LAMPIRAN ...........................................................................................................16 iv DAFTAR TABEL Tabel Halaman III.1 Rencana Kerja ................................................................................................18 IV.1 Perkiraan Biaya ..............................................................................................19 v vi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. TAHAPAN KERJA ...................................................................................18 2. PENGUJIAN IMUNOSTIMULAN ..........................................................19 3. RENCANA KERJA ...................................................................................16 4. PERKIRAAN BIAYA ...............................................................................17 vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk melindungi dan mempertahankan keutuhan tubuh dari bahaya yang menyerang tubuh. Dikatakan pula bahwa imunomodultaor terutama dibutuhkan untuk kondisi dimana status sistem imun akan mempengaruhi kondisi pasien dan penyebaran penyakit, seperti pada kasus terapi adjuvan yang melibatkan infeksi bakteri, fungi atau virus (Tjandrawinata, 2005). Imunomodulator adalah suatu senyawa yang dapat mempengaruhi sistem imun humoral maupun seluler. Ada dua tipe imunomodulator, yaitu imunostimulator (meningkatkan sistem imun) dan imunosupresor (menekan sistem imun). Beberapa senyawa yang terkandung dalam tumbuhan mempunyai efek imunostimulator dan imunosupresor, Imunomodulator berkaitan dengan aktivitas dan kapasitas makrofag (Rahim,M., 2017). Kondisi stress dapat mempengaruhi semua fungsi homeostasis tubuh mulai dari kardiovaskular sampai fungsi imun. Umumnya, terjadi penekanan sistem imun menyebabkan penyakit defisiensi imun. Agar tubuh dapat terus mempertahankan keutuhannya diperlukan obat yang dapat digunakan untuk mengembalikan serta memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu. Imunomodulator merupakan obat-obatan yang dapat mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun, termasuk didalamnya imunostimulator dan imunosupresan (Baratawidjaja, 2010). Salah satu cara mempertahankan sistem imun adalah dengan pemberian imunomodulator, terutama zat yang meningaktkan sistem imun (Kusmardi dan Triana, 20017). Adanya senyawa bioaktif yang dapat meningkatkan sistem aktivitas sistem imun, sangat membantu untuk mengatasi penurunan sistem imun dan senyawa-senyawa tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Daun Ginseng Jawa secara empiris digunakan untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh (Rusli dan Towaha, 2010). Ginseng jawa (Tallinum paniculatum (jacq.) Gaertn) merupakan tumbuhan yang bagian daunnya mengandung banyak senyawa metabolit sekunder, salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid tersebut banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang, misalnya farmasi. Pengujian aktivitas farmakologi dari daun Ginseng jawa saat ini lebih banyak menujukkan adanya efek antifertilitas, anti radang, aktivitas estrogenik (Tanamol, 2013; Rahmi, 2011; Sumastuti, 1999). Hasil pengujian efek farmakologi terhadap ekstrak daun ginseng jawa menunjukan efek biologi yang beragam, yaitu antibakteri, dan antikeputihan (Prasetyaningrum, 2014). Skrining fitokimia dan standarisasi terhadap ekstrak ginseng jawa 1 menunjukan adanya flavonoid, saponin, tannin dan senyawa polifenol lain (Suharsanti, 2014). Secara tradisional bagian daun dan akar tumbuhan ginseng jawa digunakan untuk mengobati diare, penyakit paru-paru, gangguan pada gastroinstentinal, Dysmenorrhea, gangguan limpa, disfungsi ereksi, infertilitas pada pria, ulserasi, infeksi pada kulit, mengobati penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran kemih (Gamage, R.N.N.; Hasanthi, K.B. Hasanthi, Kumari, 2017; S. E.L. Tolouei et al., 2020). Pada penelitian sebelumnya daun ginseng jawa terbukti mempunyai kemampuan sebagai imunostimulan, penelitian perlu dilakukan lebih mendalam terhadap dosis efektif ekstrak etanol dalam daun Ginseng Jawa sebagai imunostimulan sehingga diharapkan dapat mengetahui konsentrasi optimum dari ektrak etanol daun ginseng jawa. 1.2. Identifikasi Masalah Berapa konsentrasi optimum dari ekstrak daun ginseng jawa (Tallinum paniculatum) yang dapat berefek sebagai imunostimulan? 1.3. Tujuan Penelitian Mengetahui konsentrasi optimum dari ekstrak daun ginseng jawa (Tallinum paniculatum) yang dapat berefek sebagai imunostimulan 1.4. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan febuari 2021 di laboratorium farmakologi Universitas Jenderal Achmad Yani yang berada di Jalan Terusan Jenderal Sudirman Kota Cimahi. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ginseng Jawa (Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn) Ginseng jawa (Talinum paniculatum) merupakan tumbuhan dari suku Portulacaceae. Suku Portulacaceae memiliki sebaran di seluruh dunia dan paling banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis termasuk Afrika Utara, Amerika Selatan dan Asia Timur. Keluarga ini terdiri dari sekitar 20 genus dan kurang lebih 500 jenis. Genus Talinum terdiri dari sekitar 23 spesies, contohnya adalah Talinum paniculatum yang telah digunakan banyak negara di seluruh dunia untuk mengobati berbagai penyakit karena dipercaya memiliki khasiat obat dan kemampuan penyembuhkannya yang menjanjikan. T. paniculatum merupakan tanaman tropis berasal dari kawasan Amerika tropis dan menyebar ke beberapa negara seperti Brazil, Ghana, Nigeria, Meksiko, Sri Lanka dan Indonesia. Bagian daun dan batang muda tanaman ini dapat dimakan dan digunakan sebagai sayuran untuk konsumsi manusia. T. paniculatum juga dikenal sebagai Jewels of Opar, Fame flower, Maria gorda dan di Indonesia dikenal dengan nama ginseng jawa atau som jawa (Gamage, R.N.N.; Hasanthi, K.B. Hasanthi, Kumari, 2017; Ramos et al., 2010). Taksonomi dari tumbuhan ginseng jawa adalah sebagai berikut : Regnum : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Anak kelas : Caryophyllidae Bangsa : Caryophyllales Suku : Portulacaceae Marga : Talinum 3 Jenis : Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn (UPT Materia Medika, 2016). Ginseng jawa merupakan tumbuhan tahunan yang memiliki tinggi kurang lebih 50 cm. Akar tumbuhan ini berbentuk cembung, berdaging mengandung banyak air dan warnanya coklat tua. Ginseng jawa memiliki batang berdaging dan berwarna hijau di bagian atas, memiliki struktur agak berkayu, pada pangkal batang berwarna ungu tua atau kecoklatan. Bagian daun memiliki bentuk yang sederhana, berseling, tidak memiliki tangkai daun, tidak memiliki stipula, berbentuk bulat telur sunsang atau seperti mata lembing berukuran 2.0 - 6.5 × 0.8 - 2.5 mm, struktur daun berdaging, memiliki ujung daun yang tumpul, pangkal daun nyaris berbentuk segitiga sunsang. Tumbuhan ini memiliki bunga terminal, bercabang banyak, gagang bunga panjang dan berbentuk silinder. Termasuk kedalam bunga biseksual, memiliki susunan yang teratur dan simetris. Memilki 2 kelopak bunga yang tidak saling berlekatan, berbentuk bulat telur dengan ukuran 1,7 × 1,5 mm, berwarna coklat. Memiliki 5 mahkota bunga tidak saling berlekatan, berbentuk bulat telur sunsang atau elips berukuran 3,0 × 2,0 mm, berwarna merah muda. Bunga tumbuhan ginseng jawa memiliki benang sari yang banyak, tidak saling berlekatan dengan panjang 1,5 - 2,0 mm, tidak memiliki filamen yang sama. Memiliki 3 putik dalam 1 bunga, ovoid ovarium berukuran sekitar 0,8 x 0,8 mm, plasentasi sentral bebas, model ramping dengan panjang 1,2 mm, berwarna merah muda. Kapsul buah berbentuk bulat, buah tumbuhan ginseng jawa berwarna-warni seperti permata dan memiliki biji yang banyak. Biji tumbuhan ginseng berbentuk bundar seperti ginjal dengan ukuran 0,8 x 0,8 mm dan berwarna hitam mengkilat (Oo.Nwe, 2020). 2.2. Manfaat dan Khasiat Ginseng Jawa Daun T. paniculatum (Jacq.) Gaertn digunakan sebagai sayuran dan digunakan juga sebagai obat seperti tonik untuk organ reproduksi. Tumbuhan ini juga digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati tukak dan 4 infeksi mikroba. Ia memiliki metabolit sekunder seperti tanin, steroid dan triterpen (Oo. Nwe, 2020). Dalam pengobatan tradisional, Talinum paniculatum digunakan untuk mengobati urine yang berbau tidak sedap, gangguan saluran cerna, kelemahan fisik dan kelemahan tubuh umum lainnya. Daunnya digunakan secara topikal dalam pengobatan edema, inflamasi pada kulit dan lesi kulit superfisial, seperti luka kecil dan goresan. Pemberian rebusan serbuk akar T.paniculatum diindikasikan untuk mengobati penyakit kudis, distensi saraf dan arthritis. Di Cina timur dan beberapa negara Amerika Selatan, rebusan akar tanaman ini juga telah digunakan secara oral dalam pengobatan inflamasi pada saluran cerna dan digunakan juga dalam pengobatan pneumonia (Ramos et al., 2010). Ekstrak metanol daun dan akar tumbuhan ginseng jawa memiliki aktivitas antiimplantasi dan dapat menyebabkan keguguran pada hewan uji. Dosis ekstrak daun dan akar Talinum paniculatum yang diberikan adalah 100 mg/kg dan 1000 mg/kg pada tikus hamil. Peningkatan dosis ekstrak akar dan daun secara signifikan meningkatkan persentase aktivitas antiimplantasi. Ekstrak daun dan akar T.paniculatum juga dilaporkan menyebabkan keguguran pada hewan uji secara signifikan. Selain memiliki aktivitas sebagai antiimplantasi, ekstrak daun dan akar ginseng jawa juga memilki aktivitas antifertility dengan pemberian dosis yang sama yaitu 100 mg/kg dan 1000 mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antifertility ekstrak daun lebih besar dibandingkan dengan ekstrak akar (Thanamool, 2013). Adiputra (2019) melaporkan bahwa ekstrak daun ginseng jawa dapat mecegah terjadinya hiperlipidemia dengan cara meningkatkan aktivitas LPL (Lipoprotein Lipase) yang menyebabkan penurunan kadar trigliserida. Ekstrak etanol dari daun Talinum paniculatum dapat menghambat pertumbuhan Serratia marcescens dan Staphylococcus aureus dengan Minimun Inhibitory Concentration (MIC) adalah 250 dan 500 µg/mL. Sedangkan, untuk fraksi N-hesan dari daun T.paniculatum dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan Micrococcus luteus dan Candida albicans dengan kadar MIC adalah 31,2 μg/mL dan fraksi etil asetat dengan kadar MIC yang 5 sama yaitu 31,2 μg/mL dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli (REIS et al., 2015). Telah dilakukan penelitian aktivitas anti bakteri berbagai ekstrak daun ginseng jawa yang dilakukan secara in vitro. Hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak air, metanol dan aseton dari daun ginseng jawa memiliki aktivitas anti bakteri terhadap Escherichia coli dan Stapylococcus aureus pada pemberian dosis ekstrak yaitu 50 mg/mL dan 100 mg/mL (Gamage, R.N.N.; Hasanthi, K.B. Hasanthi, Kumari, 2017). Penelitian oleh Tolouei et al., (2019) menunjukkan bahwa Talinum paniculatum memiliki efek diuretik setelah pemaparan dalam waktu lama pada pemberian dosis 30 mg/kg, 100 mg/kg dan 300 mg/kg. Selain potensinya sebagai agen diuretik, Talinum paniculatum telah terbukti efektif dalam meningkatkan ekskresi ion Na +, K+ dan Cl- oleh ginjal. Efek diuretik yang ditimbulkan ini berhubungan dengan aktivasi kalsium channel yang berkontribusi pada peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Talinum paniculatum tidak menyebabkan toksisitas setelah pemaparan dalam waktu lama. Oleh karena itu, T. paniculatum dapat dianggap aman pada tikus Wistar pada dosis diuji 30 mg/kg dan 300 mg/kg (S. E.L. Tolouei et al., 2020). 2.3. Metabolit Sekunder pada Ginseng Jawa Reis et al., (2015) melaporkan bahwa pada skrining fitokimia ekstrak alkohol : air (7:3 v/v) daun dari Talinum paniculatum mengandung metabolit sekunder seperti steroid, saponin, dan tanin. Pada fraksi etil asetat positif mengandung steroid, triterpen, dan saponin dan pada fraksi n-heksan positif mengandung steroid dan triterpen. Penelitian dengan spektrofotometri massa digunakan untuk mengetahui senyawa fitokimia apa sajah yang ada pada tumbuhan T. paniculatum. Diperoleh hasil bahwa senyawa utama pada ekstrak alkohol : air (7:3 v/v), fraksi etil aseta, dan fraksi n- heksan adalah campesterol, stigmasterol, dan sitosterol. Ekstrak metanol akar ginseng jawa memiliki 5 kandungan senyawa fitosterol yaitu β-sitosterol, stigmasterol, stigmastan-3-ol, stigmast-22-en-3-ol dan 6 campesterol. Selain itu, juga diketahui mengandung senyawa asam lemak. Ekstrak metanol daun ginseng jawa memiliki 4 kandungan senyawa fitosterol yaitu β-sitosterol, stigmatanol, stigmasterol dan campesterol. selain fitosterol juga memiliki kandungan senyawa fitol, α-tokoferol dan asam lemak (Thanamool, 2013). Setyowati Hani dan Setyani Wahyuning (2019) melaporkan bahwa hasil skrining fitokimia ekstrak etanol 95% daun ginseng jawa mengandung metabolit sekunder flavonoid, saponin dan polifenol. 2.4. Flavonoid Flavonoid adalah senyawa bioaktif yang banyak ditemukan dalam banyak tumbuhan, kecuali pada lumut tanduk tidak terdapat senyawa flavonoid. Pada flavonoid terdapat gugus fenolik (polifenol) yang penting dan memiliki bermacam-macam fungsi, seperti merlindungi dari paparan sinar ultraviolet dan cahaya tampak, untuk penyerbukan pada bunga, sebagai hormon pada tumbuhan dan inhibitor enzim tertentu (Setyowati & Setyani, 2019). Flavonoid adalah merupakan senyawa turunan propilbenzena tersubstitusi fenil yang memiliki jumlah atom karbon 15 (C15) dengan susunan karbon C6-C3-C6. Senyawa flavonoid memiliki beberapa jenis seperti, flavan, flavon, flavonol, flavanon, antosianidin. proantosianidin, khalkon, dihidrokhalkon dan auron. Biosintesis flavonoid dikatalisis oleh enzim chalcone sintase (CHS). Substrat p-coumaroyl-CoA yang berasal dari jalur sinamat (fenilpropanoid) dan malonyl-CoA yang berasal dari jalur asetat-malonat poliketida diubah oleh CHS menjadi naringenin chalcone. Naringenin chalcone dikatalisis oleh chalcone isomerase (CHI) menjadi narangenin. Naringenin adalah prekursor umum untuk biosintesis senyawa flavonol, antosianin, proantosianidin, flavon, dan isoflavon (Yonekura-Sakakibara et al., 2019). Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang banyak dilaporkan memiliki aktivitas anti inflamasi. Mekanisme kerja flavonoid sebagai anti inflamsi dapat melalui beberapa jalur. Flavonoid bekerja menghambat enzim siklooksigenase dan enzim lipooksigenase menyebabkan terganggunya sintesis prostaglandin sebagai mediator respon inflamasi, sehingga inflamasi dapat berkurang. Selain itu, flavonoid dapat menghambat degranulasi neutrofil, normalnya leukosit 7 bergerak bebas di daerah sel endotel tetapi, pada keadaan inflamasi leukosit akan menumpuk pada dinding sel endotel. Flavonoid bekerja dengan cara mengurangi adesi leukosit dengan dinding sel endotelium sehingga menurunkan respon inflamasi. Senyawa ini juga memiliki mekanisme kerja menghambat pelepasan histamine dari sel mast dan menghambat akumulasi histamin. Flavonoid menghambat enzim c-AMP fosfodietarase menyebabkan kadar c-AMP dalam sel mast meningkat sehingga, mencegah ion kalsium masuk kedalam sel dan histamin tidak dilepaskan maka, respon inflamasi berkurang (Khotimah. Siti Nurul, Muhtadi, 2017). 2.5. Imunostimulan Imunomodulator adalah suatu senyawa yang dapat mempengaruhi sistem imun humoral maupun seluler. Ada dua tipe imunomodulator, yaitu imunostimulator (meningkatkan sistem imun) dan imunosupresor (menekan sistem imun). Beberapa senyawa yang terkandung dalam tumbuhan mempunyai efek imunostimulator dan imunosupresor, Imunomodulator berkaitan dengan aktivitas dan kapasitas makrofag (Rahim,M., 2017). Imunostimulan merupakan alternatif untuk penggunaan vaksin dan antibiotik dalam perlindungan terhadap serangan penyakit (Robertsen et al.,1990). Mekanisme kerja imunostimulan adalah dengan cara meningkatkan aktivitas oksidatif netrofil, memperbesar kegiatan sel-sel fagosit seperti makrofag dan limfosit T atau daya kerja sel sitotoksik lainnya, serta menginduksi proteinprotein sitokin seperti interleukin, interferon, faktor nekrosis tumor, protein Caktif komplemen dan lisosim (Fletcher, 1982). 2.6. Ekstraksi Untuk memisahkan senyawa metabolit sekunder dari tanamannya dilakukan proses ekstraksi, dimana proses ini menggunakan pelarut yang sesuai untuk menarik senyawa metabolit sekunder dalam tanaman dengan prinsip like dissolve like, pelarut polar akan melarutkan atau menarik zat aktif yang polar, sedangkan pelarut non polar akan melarutkan zat aktif yang non polar juga. 8 Proses ekstraksi berlangsung secara kontinu sampai mencapai kesetimbangan konsentrasi zat aktif di dalam sel dan di luar sel simplisia. (Marjoni, 2016). Refluks dikerjakan pada kondisi panas diskontinyu, sedangkan sokletasi dikerjakan pada kondisi dibandingkan sokletasi panas yakni kontinyu. pelarut Keuntungan refluks yang digunakan lebih sedikit dan bila dibandingkan dengan maserasi dibutuhkan waktu ekstraksi yang lebih singkat (Kristanti, 2008). 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan hewan, timbangan analitik, alat suntik, sonde oral tikus, tabung vakum, Blood Roller Mixer, Hematology Analyzer, penangas air, alat-alat gelas yang dipergunakan di laboratorium, refluks, krus, tanur, oven, desikator, cawan penguap. 3.2. Bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun ginseng jawa (Tallinum paniculatum (Jacq) Gern) berasal dari Kebun Tanaman Obat Manoko Lembang, aquadest, pereaksi diluen, pereaksi cleancer, etanol 50%, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorf, pereaksi Liebermann Burchard, asam klorida 2N, serbuk magnesium, gelatin 1%, amil alkohol, kloroform, ammonia, vanilin 10%, H2SO4, besi (III) klorida, eter. 3.3. Hewan Uji Pada penelitian ini menggunakan hewan mencit putih galur swiss webster sejumlah 25 ekor. Hewan yang digunakan berasal dari Laboratorium Farmakologi dan Terapi UNPAD yaitu tikus jantan dengan berat badan sekitar 150-200 gram. Hewan uji dibiarkan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan penelitian selama 7 hari sebelum diberi perlakuan. 3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Persiapan Sampel Simplisia daun ginseng jawa diperoleh dari Kebun Tanaman Obat Manoko Lembang, Jawa Barat dan sebelumnya telah dilakukan determinasi tumbuhan. 10 3.4.2. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia i) Pemeriksaan Organoleptik Parameter organoleptis simplisia meliputi pendeskripsian bentuk, warna, baud an rasa menggunakan pacaindra. Penentuan parameter ini dilakukan untuk memberikan pengenalan awal yang sederhana dan subjektif (Depkes RI, 2000) ii) Penetapan Kadar Sari Larut Air Dilakukan maserasi 5 g serbuk simplisia dengan 100 mL air jenuh kloroform P menggunakan labu bersumbat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan selama 18 jam. Disaring cepat, 20 mL filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata ( yang telah ditara) di atas penangas air hingga kering, residu dipanaskan pada suhu 105 oC hingga bobot tetap. Hitung kadar % sari larut air (Depkes RI, 2000). iii) Penetapan Kadar Sari Larut Etanol Dilakukan maserasi 5 g serbuk simplisia dengan 100 mL etanol P menggunakan labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan selama 18 jam. Disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol, 20 mL filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata ( yang telah ditara) di atas penangas air hingga kering, residu dipanaskan pada suhu 105 oC hingga bobot tetap. Hitung kadar % sari larut etanol (Depkes RI, 2000). iv) Penetapan Kadar Abu Total Sebanyak 2 g simplisia dimasukan kedalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara. Pijarkan pada suhu 600±25 oC, dinginkan didalam desikator lalu, timbang sampai bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji dinyatakan dalam % b/v (Depkes, 2000) v) Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam 11 Abu yang didapat dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 mL asam sulfat selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam dengan penyaringan menggunakan kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas. Kemudian pijarkan sampai mencapai bobot konstan. Kadar abu tidak larut asam dihitung terhadap berat bahan uji dinyatakan dalam % b/v (Depkes, 2000) vi) Penetapan Susut Pengeringan Sebanyak 1 g simplisia dimasukan kedalam botol timbang bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan dengan suhu 105 o C selama 30 menit. Didinginkan pada desikator lalu ditimbang, sebelum ditimbang botol penimbang digoyangkan hingga isinya rata. Kemudian, masukan kedalam oven dan tutup botol dibiarkan terbuka. Panaskan dengan suhu 105 oC selama 1 jam, kemudian timbang dan ulangi pemanasan sampai beratnya konstan (Depkes RI, 2000). 3.4.3. Ekstraksi Daun Ginseng jawa Sebanyak 1 kg serbuk simplisia daun gingseng jawa (Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn) yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam labu bulat, ditambahkan heksana secukupnya dan direfluks selama 7 jaum. Ekstraksi dilakukan sebanyak 4 kali ulangan. Ekstrak yang dihasilkan disaring, kemudian filtratnya di pekatkan dengan menggunakan labu penguap putar pada suhu 40o C sehingga diperoleh ekstrak kental dan dihitung rendemennya. Ampasnya dikering anginkan lalu setelah kering, direfluks kembali menggunakan etanol dengan cara yang sama seperti heksana. Filtrat yang dihasilkan lalu dipekatkan sehingga didapatkan ekstrak kasar dan dihitung rendemennya. 3.4.4. Penapisan Fitokimia i) Pemeriksaan Flavonoid 12 Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa ditambah 100 mL air panas lalu, didihkan selama 5 menit dan disaring. 5 mL filtrat ditambah serbuk Magnesium dan HCl 1 mL kemudian, kocok kuat. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga (Depkes RI, 1989). ii) Pemeriksaan Alkaloid Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu, ditambahkan dengan 1 ml HCL 2N dan 9 ml aquadest, panaskan di atas penangas air pada suhu 100 oC selama 2 menit, dinginkan dan saring. Filtrat dibagi dua lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan pereaksi Dragendorf, positif alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah. Tabung kedua ditambahkan pereaksi Mayer, positif alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna putih (Depkes RI, 1989). iv) Pemeriksaan Saponin Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10 ml air panas, dinginkan, kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih setinggi ±3 cm bertahan selama 10 menit dan pada penambahan HCL buih tidak hilang (Depkes RI, 1989). v) Pemeriksaan Tanin Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa ditambah 50 mL air dan didihkan selama 15 menit, dinginkan dan saring filtrat dengan kertas saring. Lalu, tambahkan 2 tetes FeCl3 1%. Adanya tanin ditunjukan dengan terbentuknya warna biru tua (tanin galat) atau hijau kehitaman (tanin katekuat) dan pada penambahan gelatin terbentuk endapan putih (Depkes RI, 1989). vi) Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid 13 Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa ditambah 2 ml etanol dalam tabung reaksi, dipanaskan sebentar, kemudian dinginkan dan saring. Filtrat diuapkan lalu tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Lieberman-Bouchard). Adanya terpenoid ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna menjadi merah bata atau ungu dan adanya steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau biru (Depkes RI, 1989). 3.4.5 Penyiapan sediaan i.) Pembuatan Suspensi Na CMC 0,5% Sebanyak 0,5 gram Na CMC dimasukan kedalam mortir yang berisi 10 ml aquadest panas. Kemudian didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan aquadest hangat kemudian dimasukan ke dalam beaker glass dan dicukupkan volumenya dengan aquadest hangat sampai 100 ml. ii.) Pembuatan Suspensi Karbon Tinta cina (pelikan B-17) 1,6% v/v disuspensikan dengan larutan gelatin 1% dalam larutan garam fisiologik iii.) Pembuatan Suspensi Stimuno forte 6,5 mg/kgbb Sebanyak 20 tablet ditimbang kemudian dihitung bobot rata-rata tablet kemudian dihitung kesetaran tablet dengan cara bobot yang diinginkan dibagi kekuatan sediaan lalu dikali bobot rata-rata tablet. Hasil kesetaraan ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu terukur, kemudian ditambahkan suspensi Na CMC 0,5% sampai tanda batas iv.) Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Ginseng Jawa Dilakukan dengan cara dibuat tiga sediaan sesuai perlakuan yang akan dilakukan dimana dibuat tiga dosis, yaitu dosis 1,2,dan 3. Ekstrak dimasukan kedalam mortir kemudian ditambhan suspensi Na CMC 0,5% 14 dan digerus sampai homogen, kemudian dimasukan kedalam labu terukur, dan kemudian ditambahkan Na CMC 0,5% sampai tanda batas. 3.4.5. Pengujian Imunostimulan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Pengujian efek imunostimulan dari ekstrak etanol daun ginseng jawa (Tallinum paniculatum (Jecq) Gern) dengan metode penentuan jumlah leukosit. Hewan percobaan yaitu mencit putih jantan, digunakan sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok secara acak. Pada pengujian ini mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Hewan dikelompokan atas 5 kelompok yang antara lain : 1. Kelompok 1 (kontol negatif) : Na CMC 0,5% 2. Kelompok II (kontrol positif) : Stimuno forte 6,5 mg/kgbb 3. Kelompok III : Ekstrak dosis 1 4. Kelompok IV : Ekstrak dosis 2 5. Kelompok V : Ekstrak dosis 3 Hewan dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam. Tiap-tiap hewan percobaan diberikan sediaan uji satu kali sehari secara peroral selama 6 hari. Pada hari ke 7 darah diambil melalui vena ekor. Kemudian dimasukan ke dalam tabung vakum.Darah dihitung jumlah leukositnya dengan alat hematology analyzer. Parameter yang digunakan adalah sel leukosit yang berperan dalam sistem imun, yaitu sel neutofil dan eosinofil. Nilai normal neurofil adalah 36-73% dan nilai normal eosinofil adalah 0-6%. Peningkatan jumlah sel leukosit menujukan adanya peningkatan imunitas. Semakin besar jumlah sel leukosit maka proses fagositosis meningkat dan eliminasi antigen semakin cepat. 15 Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah T-test dengan menggunakan aplikasi SPSS. 16 DAFTAR PUSTAKA Baratawidjadja, K. G. 1998. Imunologi Dasar. FKUI. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000): Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Emelda, A., Wati, A., Arman, Taufik, M., & Kurniawaty, R. (2020). Immunomodulator Activity and Antirheumatoid Arthritis Extract of Ethyl Acetate Ginseng Bugis Talinum Paniculatum (jacq.) Gaertn). Journal of Global Pharma Technology, 12(2), 246–251. Fletcher, T.C. 1982. Non-specific defence mechanisms of fish. Dev. Comp. Immunology.2:123' Gamage, R.N.N.; Hasanthi, K.B. Hasanthi, Kumari, K. D. K. P. (2017). A Comparative Study on In Vitro Antibacterial Activity of Different Leaf Extracts of Medicinal Plant Talinum paniculatum. 3. Khotimah, Siti Nurul, Muhtadi, A. (2017). Riview Artikel: Beberapa Tumbuhan Yang Mengandung Senyawa Aktif Antiinflamasi. Farmaka,Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, 14(2), 28–40. Kresno, 2010, Diagnosis dan Prosedur Lab. Edisi V. Jakarta : FKUI Kusmardi, K. S. , dan Triana, E. E. 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Johar (Cassia siamea Lamk. ) Terhadap Peningkatan Aktivitas da Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag. Laporan Penelitian. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kristianti, A. N., 2008, Buku Ajar Fitokimia, Airlanggan University Press, Surabaya Oo, N. (2020). Comparative Morphological and Histological Studies of Talinum Triangulare (Jacq.) Willd. and Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn. (Myanmar Ginseng). J. Myanmar Acad. Arts Sci, 13(48), 253–266. Rahim. Et al (2017). (Immunostimulatory Effect Of Leaf Extract Kasturi (Mangifera Casturi) In Mice). 6 (1): 10-19. Rahmi, Eriani, K. & Widyasari, 2011. Potency of Java Ginseng (Talinum paniculatum Gaertn.) Root Extract on Quality and Viability of Mice Sperm. Jurnal natural, 11:7-10. Ramos, M. P. O., Silva, G. D. D. F., Duarte, L. P., Peres, V., Miranda, R. R. S., De Souza, G. H. B., Belinelo, V. J., & Filho, S. A. V. (2010). Antinociceptive and edematogenic activity and chemical constituents of Talinum paniculatum Willd. J. Chem. Pharm. Res, 2(6), 265–274. Reis, L. F. C. Dos, Cerdeira, C. D., Paula, B. F. De, Silva, J. J. Da, Coelho, L. F. L., Silva, M. A., Marques, V. B. B., Chavasco, J. K., & Alves-Da-Silva, G. (2015). Chemical Characterization And Evaluation Of Antibacterial, Antifungal, Antimycobacterial, And Cytotoxic Activities Of Talinum paniculatum. Revista Do Instituto de Medicina Tropical de São Paulo, 57(5), 397–405. 17 Rusli dan Towaha, 2010, Som Jawa (Talinum paniculatum) Ginseng Indonesia Penyembuh Berbagai Penyakit. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman, 16 (2) Robertsen, B.; G. Roersted; R. Engstad and J' Raa' 1990. Enhancement of nonspecific diseases resistance in Atlantic salmon (Salmosalar L) by a glucan from Saccharonxyce Ecereuisiae cell-walls' J'of Fish Diseases.13: 391' Setyowati, H., & Setyani, W. (2019). Formulation of chewable lozenges of Som Jawa (Talinum paniculatum (jacq.) gaertn) leaves extract applied as antiscorbut Candida albicans. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 10(1), 14–23. Suharsanti, R., danWibowo, FX. S. 2014. Standarisasi Ekstrak Daun Som Jawa (Talinum paniculatum (Jacq) Gaetrn Untuk Menjamin Mutu Penggunaan Sebagai Obat Herbal. Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula. Pharmasi Sumastuti, R. 1999. Efek Anti Radang Infus Daun dan Akar Som Jawa (T. paniculatum) pada Tikus Putih in vitro. Warta Tumbuhan Obat Indonesia, 5:15-17. Thanamool, C., Papirom, P., Chanlun, S., Kupittayanant, S. 2013. Talinum paniculatum (Jacq.) Gertn: A Medicinal Plant With Potential Estrogenic Activity In Ovariectomized Rats. Int J Pharm Pharm Sci. 5(2): 478-485 Tjandrawinata, R.R., S. Maat dan D. Noviarny, 2005. Effect of standardized Phyllanthus niruri extract on changes in immunologic parameters: correlation between preclinical and clinical studies. Medika XXXI (6): 367371. Tolouei, S. E.L., da Silva, G. N., Curi, T. Z., Passoni, M. T., Ribeiro, D. C. K., Meldola, H. G., Grechi, N., Hey, G. S., Souza, R. I. C., dos Santos, A. C., Beltrame, O. C., Dalsenter, P. R., Martino-Andrade, A. J., & Gasparotto Junior, A. (2020). Effects of Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn. leaf extract on general toxicity and pubertal development of rats. Human and Experimental Toxicology, 1–12. Yonekura-Sakakibara, K., Higashi, Y., & Nakabayashi, R. (2019). The Origin and Evolution of Plant Flavonoid Metabolism. Frontiers in Plant Science, 10(August), 1–16. 18 LAMPIRAN 1 TAHAPAN KERJA Tanaman Ginseng Jawa (Tallinum paniculatum (Jacq) Gern) Determinasi - Sampling daun Daun Ginseng Jawa - Dicuci bersih Dikeringkan (lemari pengering 40oC) Diblender/digiling Diayak menggunakan mesh no. Serbuk simplisia - Ekstraksi dengan metode refluks - Pemeriksaan karakteristik simplisia Penapisan fitokimia Ekstrak pekat - Diuapkan dengan rotary evaporator Dikentalkan dengan penangas air Ekstrak kental Penapisan fitokimia Hitung % rendemen Hasil Hasil 19 LAMPIRAN 2 PENGUJIAN IMUNOSTIMULAN Mencit putih jantan swiss webster Di aklimatisasi selama 7 hari Diberi sediaan uji selama 6 hari dengan p.o Kelompok kontrol (Na CMC 0,5%) Kelompok pembanding (Stimuno forte) Kelompok uji ekstrak dosis 1 Kelompok uji ekstrak dosis 2 Kelompok uji ekstrak dosis 3 Dipuasakan selama 10 jam Pada hari ke 7 diinjeksikan suspensi karbon 1,6 % 0,2ml/20 g bb melalui vena ekor Diambil darah melalui vena ekor pada menit ke 5 dan menit ke 15 Ditentukan jumlah leukosit (neutrofil dan eosinofil) dengan alat Hematology Analyzer Analisis data 20 LAMPIRAN 3 RENCANA KERJA Tabel III.1 Rencana kerja No Uraian Bulan ke 12 1. Studi Pustaka 2. Proposal 3. Seminar TA I 4. Penelitian 5. Penulisan Skripsi 6. Seminar TA II 7. Sidang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 21 LAMPIRAN 4 PERKIRAAN BIAYA Tabel IV.1 Perkiraan biaya Bahan habis pakai Harga No. Bahan Jumlah 1. Tikus 25 ekor 35.000 875.000 2. Pakan 1 karung 200.000 200.000 3. Sekam kayu 2 karung 40.000 80.000 4. Pereaksi diluen 20 L 45.000 900.000 5. Etanol 2L 75.000 150.000 6. Pereaksi cleancer 1175 gram 600 705.000 TOTAL Satuan (Rp) Total (Rp) 2.910.000 22 Peralatan Harga No. Nama Barang Jumlah 1. Kandang hewan 5 buah 45.000 225.000 2. Sonde oral 5 buah 30.000 150.000 3. Botol minum hewan 5 buah 30.000 150.000 4. Spuit 1 mL 1 box 1.500 150.000 5. Spuit 3 mL 1 box 1.650 165.000 6. Spuit 5 mL 1 box 2.000 200.000 Satuan (Rp) Total (Rp) 1.040.000 TOTAL Lain-lain Jumlah Harga No. Nama Barang 1. Alat Tulis Kantor 2. Transportasi 150.000 3. Determinasi 500.000 Satuan (Rp) 100.000 TOTAL Total (Rp) 100.000 750.000 23 Total Pengeluaran Biaya No Material Jumlah (Rp) 1. Bahan habis pakai 2.910.000 2. Peralatan yang digunakan 1.040.000 3. Lain-lain 750.000 Total 4.700.000 24