Uploaded by indriratnapuri

Proposal TA1 Indri Ratna Puri 3311171131

advertisement
EFEKTIVITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK ETANOL
DAUN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum (Jacq) Gern)
PADA MENCIT JANTAN SWISS WEBSTER
PROPOSAL TUGAS AKHIR
INDRI RATNA PURI
33111711131
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
HALAMAN PENGESAHAN
EFEKTIVITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK ETANOL
DAUN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum (Jacq) Gern)
PADA MENCIT JANTAN SWISS WEBSTER
Januari 2021
INDRI RATNA PURI
3311171131
Disetujui oleh:
apt. Puspa Sari Dewi, S.Si, M.Si.
Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M.Si
Pembimbing
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Efektivitas Imunostimulan Ekstrak Etanol Daun Ginseng Jawa (Tallinum
paniculatum (Jecq) Gern) Pada Mencit Jantan Swiss Webster” dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari proposal ini adalah untuk memenuhi
persyaratan melakukan penelitian tugas akhir dengan upaya menyelesaikan
program sarjana pada Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Jenderal Achmad Yani.
Penulisan proposal ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan selama
proses penyusunan proposal berlangsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. apt. Afifah B. Sutjiatmo, MS selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Ibu apt. Ririn Puspadewi, S. Si., M.Si selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Ibu apt. Wulan Anggraeni, S. Farm., M.Si selaku dosen wali akademik
atas segala bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
4. Ibu apt. Puspa Sari Dewi S., M.Si selaku dosen pembimbing
atas
dukungan, bimbingan serta nasehat yang telah diberikan kepada penulis.
5. Ibu Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M., Si. Selaku dosen pembimbing atas
dukungan, bimbingan serta nasehat yang telah diberikan kepada penulis.
6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
7. Seluruh staf administrasi dan laboratorium Program Studi Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
8. Keluarga penulis, bapak Suharto, ibu Ros Rosidah, Ira Rikmasari dan Ida
Rahmawati yang selalu memberikan dukungan serta kasih sayang.
9. Sahabat, Adinda Jamilatunnisa, Widy Salma Filani, Salmaher Wardah
Amani, Rika, Nisrina Ayu, Maulinda Sri Anjani yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
ii
10. Teman-teman seperjuangan tugas akhir, teman seangkatan seperjuangan
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan proposal ini.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
mendatang yang lebih baik.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya serta
memberi balasan pahala atas semua bantuan serta kebaikan kepada pihak-pihak
yang senantiasa membantu penyusunan proposal tugas akhir ini
Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dan bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan serta dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Cimahi, Februari 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................2
1.4 Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1 Tinjauan Tentang Tanaman Ginseng Jawa .....................................................3
2.2 Tinjauan Tentang Manfaat dan Khasiat Ginseng Jawa...................................4
2.3 Tinjauan Tentang Metabolit Sekunder Pada Ginseng Jawa ...........................6
2.4 Tinjauan Tentang Flavonoid ...........................................................................7
2.5 Tinjauan Tentang Imunostimulan ...................................................................8
2.4 Tinjauan Tentang Ekstraksi ............................................................................8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................9
3.1 Alat Penelitian .................................................................................................9
3.2 Bahan Penelitian .............................................................................................9
3.3 Hewan Percobaan............................................................................................9
3.4 Prosedur Penelitian .........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................14
LAMPIRAN ...........................................................................................................16
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
III.1 Rencana Kerja ................................................................................................18
IV.1 Perkiraan Biaya ..............................................................................................19
v
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. TAHAPAN KERJA ...................................................................................18
2. PENGUJIAN IMUNOSTIMULAN ..........................................................19
3. RENCANA KERJA ...................................................................................16
4. PERKIRAAN BIAYA ...............................................................................17
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk melindungi
dan mempertahankan keutuhan tubuh dari bahaya yang menyerang tubuh.
Dikatakan pula bahwa imunomodultaor terutama dibutuhkan untuk kondisi
dimana status sistem imun akan mempengaruhi kondisi pasien dan penyebaran
penyakit, seperti pada kasus terapi adjuvan yang melibatkan infeksi bakteri, fungi
atau virus (Tjandrawinata, 2005).
Imunomodulator adalah suatu senyawa yang dapat mempengaruhi sistem imun
humoral maupun seluler. Ada dua tipe imunomodulator, yaitu imunostimulator
(meningkatkan sistem imun) dan imunosupresor (menekan sistem imun).
Beberapa senyawa yang terkandung dalam tumbuhan mempunyai efek
imunostimulator dan imunosupresor, Imunomodulator berkaitan dengan aktivitas
dan kapasitas makrofag (Rahim,M., 2017).
Kondisi stress dapat mempengaruhi semua fungsi homeostasis tubuh mulai dari
kardiovaskular sampai fungsi imun. Umumnya, terjadi penekanan sistem imun
menyebabkan penyakit defisiensi imun. Agar tubuh dapat terus mempertahankan
keutuhannya diperlukan obat yang dapat digunakan untuk mengembalikan serta
memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu. Imunomodulator merupakan
obat-obatan yang dapat mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun,
termasuk didalamnya imunostimulator dan imunosupresan (Baratawidjaja, 2010).
Salah satu cara mempertahankan sistem imun adalah dengan pemberian
imunomodulator, terutama zat yang meningaktkan sistem imun (Kusmardi dan
Triana, 20017).
Adanya senyawa bioaktif yang dapat meningkatkan sistem aktivitas sistem imun,
sangat membantu untuk mengatasi penurunan sistem imun dan senyawa-senyawa
tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Daun Ginseng Jawa secara
empiris digunakan untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh (Rusli dan Towaha,
2010).
Ginseng jawa (Tallinum paniculatum (jacq.) Gaertn) merupakan tumbuhan yang
bagian daunnya mengandung banyak senyawa metabolit sekunder, salah satunya
adalah flavonoid. Flavonoid tersebut banyak dimanfaatkan dalam berbagai
bidang, misalnya farmasi. Pengujian aktivitas farmakologi dari daun Ginseng
jawa saat ini lebih banyak menujukkan adanya efek antifertilitas, anti radang,
aktivitas estrogenik (Tanamol, 2013; Rahmi, 2011; Sumastuti, 1999). Hasil
pengujian efek farmakologi terhadap ekstrak daun ginseng jawa menunjukan efek
biologi yang beragam, yaitu antibakteri, dan antikeputihan (Prasetyaningrum,
2014). Skrining fitokimia dan standarisasi terhadap ekstrak ginseng jawa
1
menunjukan adanya flavonoid, saponin, tannin dan senyawa polifenol lain
(Suharsanti, 2014).
Secara tradisional bagian daun dan akar tumbuhan ginseng jawa digunakan untuk
mengobati diare, penyakit paru-paru, gangguan pada gastroinstentinal,
Dysmenorrhea, gangguan limpa, disfungsi ereksi, infertilitas pada pria, ulserasi,
infeksi pada kulit, mengobati penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran kemih
(Gamage, R.N.N.; Hasanthi, K.B. Hasanthi, Kumari, 2017; S. E.L. Tolouei et al.,
2020).
Pada penelitian sebelumnya daun ginseng jawa terbukti mempunyai kemampuan
sebagai imunostimulan, penelitian perlu dilakukan lebih mendalam terhadap dosis
efektif ekstrak etanol dalam daun Ginseng Jawa sebagai imunostimulan sehingga
diharapkan dapat mengetahui konsentrasi optimum dari ektrak etanol daun
ginseng jawa.
1.2. Identifikasi Masalah
Berapa konsentrasi optimum dari ekstrak daun ginseng jawa (Tallinum
paniculatum) yang dapat berefek sebagai imunostimulan?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui konsentrasi optimum dari ekstrak daun ginseng jawa (Tallinum
paniculatum) yang dapat berefek sebagai imunostimulan
1.4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan febuari 2021 di laboratorium
farmakologi Universitas Jenderal Achmad Yani yang berada di Jalan Terusan
Jenderal Sudirman Kota Cimahi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ginseng Jawa (Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn)
Ginseng jawa
(Talinum paniculatum) merupakan tumbuhan dari suku
Portulacaceae. Suku Portulacaceae memiliki sebaran di seluruh dunia dan paling
banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis termasuk Afrika Utara, Amerika
Selatan dan Asia Timur. Keluarga ini terdiri dari sekitar 20 genus dan kurang
lebih 500 jenis. Genus Talinum terdiri dari sekitar 23 spesies, contohnya adalah
Talinum paniculatum yang telah digunakan banyak negara di seluruh dunia untuk
mengobati berbagai penyakit karena dipercaya memiliki khasiat obat dan
kemampuan penyembuhkannya yang menjanjikan. T. paniculatum merupakan
tanaman tropis berasal dari kawasan Amerika tropis dan menyebar ke beberapa
negara seperti Brazil, Ghana, Nigeria, Meksiko, Sri Lanka dan Indonesia. Bagian
daun dan batang muda tanaman ini dapat dimakan dan digunakan sebagai sayuran
untuk konsumsi manusia. T. paniculatum juga dikenal sebagai Jewels of Opar,
Fame flower, Maria gorda dan di Indonesia dikenal dengan nama ginseng jawa
atau som jawa (Gamage, R.N.N.; Hasanthi, K.B. Hasanthi, Kumari, 2017; Ramos
et al., 2010).
Taksonomi dari tumbuhan ginseng jawa adalah sebagai berikut :
Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Anak kelas
: Caryophyllidae
Bangsa
: Caryophyllales
Suku
: Portulacaceae
Marga
: Talinum
3
Jenis
: Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn
(UPT Materia Medika, 2016).
Ginseng jawa merupakan tumbuhan tahunan yang memiliki tinggi kurang
lebih 50 cm. Akar tumbuhan ini berbentuk cembung, berdaging mengandung
banyak air dan warnanya coklat tua. Ginseng jawa memiliki batang berdaging
dan berwarna hijau di bagian atas, memiliki struktur agak berkayu, pada
pangkal batang berwarna ungu tua atau kecoklatan. Bagian daun memiliki
bentuk yang sederhana, berseling, tidak memiliki tangkai daun, tidak
memiliki stipula, berbentuk bulat telur sunsang atau seperti mata lembing
berukuran 2.0 - 6.5 × 0.8 - 2.5 mm, struktur daun berdaging, memiliki ujung
daun yang tumpul, pangkal daun nyaris berbentuk segitiga sunsang.
Tumbuhan ini memiliki bunga terminal, bercabang banyak, gagang bunga
panjang dan berbentuk silinder. Termasuk kedalam bunga biseksual, memiliki
susunan yang teratur dan simetris. Memilki 2 kelopak bunga yang tidak saling
berlekatan, berbentuk bulat telur dengan ukuran 1,7 × 1,5 mm, berwarna
coklat. Memiliki 5 mahkota bunga tidak saling berlekatan, berbentuk bulat
telur sunsang atau elips berukuran 3,0 × 2,0 mm, berwarna merah muda.
Bunga tumbuhan ginseng jawa memiliki benang sari yang banyak, tidak
saling berlekatan dengan panjang 1,5 - 2,0 mm, tidak memiliki filamen yang
sama. Memiliki 3 putik dalam 1 bunga, ovoid ovarium berukuran sekitar 0,8
x 0,8 mm, plasentasi sentral bebas, model ramping dengan panjang 1,2 mm,
berwarna merah muda. Kapsul buah berbentuk bulat, buah tumbuhan ginseng
jawa berwarna-warni seperti permata dan memiliki biji yang banyak. Biji
tumbuhan ginseng berbentuk bundar seperti ginjal dengan ukuran 0,8 x 0,8
mm dan berwarna hitam mengkilat (Oo.Nwe, 2020).
2.2. Manfaat dan Khasiat Ginseng Jawa
Daun T. paniculatum (Jacq.) Gaertn digunakan sebagai sayuran dan
digunakan juga sebagai obat seperti tonik untuk organ reproduksi. Tumbuhan
ini juga digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati tukak dan
4
infeksi mikroba. Ia memiliki metabolit sekunder seperti tanin, steroid dan
triterpen (Oo. Nwe, 2020).
Dalam pengobatan tradisional, Talinum paniculatum digunakan untuk
mengobati urine yang berbau tidak sedap, gangguan saluran cerna, kelemahan
fisik dan kelemahan tubuh umum lainnya. Daunnya digunakan secara topikal
dalam pengobatan edema, inflamasi pada kulit dan lesi kulit superfisial,
seperti luka kecil dan goresan. Pemberian rebusan serbuk akar T.paniculatum
diindikasikan untuk mengobati penyakit kudis, distensi saraf dan arthritis. Di
Cina timur dan beberapa negara Amerika Selatan, rebusan akar tanaman ini
juga telah digunakan secara oral dalam pengobatan inflamasi pada saluran
cerna dan digunakan juga dalam pengobatan pneumonia (Ramos et al., 2010).
Ekstrak metanol daun dan akar tumbuhan ginseng jawa memiliki aktivitas
antiimplantasi dan dapat menyebabkan keguguran pada hewan uji. Dosis
ekstrak daun dan akar Talinum paniculatum yang diberikan adalah 100 mg/kg
dan 1000 mg/kg pada tikus hamil. Peningkatan dosis ekstrak akar dan daun
secara signifikan meningkatkan persentase aktivitas antiimplantasi. Ekstrak
daun dan akar T.paniculatum juga dilaporkan menyebabkan keguguran pada
hewan uji secara signifikan. Selain memiliki aktivitas sebagai antiimplantasi,
ekstrak daun dan akar ginseng jawa juga memilki aktivitas antifertility
dengan pemberian dosis yang sama yaitu 100 mg/kg dan 1000 mg/kg. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antifertility ekstrak daun lebih besar
dibandingkan dengan ekstrak akar (Thanamool, 2013).
Adiputra (2019) melaporkan bahwa ekstrak daun ginseng jawa dapat
mecegah terjadinya hiperlipidemia dengan cara meningkatkan aktivitas LPL
(Lipoprotein Lipase) yang menyebabkan penurunan kadar trigliserida.
Ekstrak etanol dari daun Talinum paniculatum dapat menghambat
pertumbuhan Serratia marcescens dan Staphylococcus aureus dengan
Minimun Inhibitory Concentration (MIC) adalah 250 dan 500 µg/mL.
Sedangkan, untuk fraksi N-hesan dari daun T.paniculatum dilaporkan dapat
menghambat pertumbuhan Micrococcus luteus dan Candida albicans dengan
kadar MIC adalah 31,2 μg/mL dan fraksi etil asetat dengan kadar MIC yang
5
sama yaitu 31,2 μg/mL dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli
(REIS et al., 2015). Telah dilakukan penelitian aktivitas anti bakteri berbagai
ekstrak daun ginseng jawa yang dilakukan secara in vitro. Hasil penelitian
menyatakan bahwa ekstrak air, metanol dan aseton dari daun ginseng jawa
memiliki aktivitas anti bakteri terhadap Escherichia coli dan Stapylococcus
aureus pada pemberian dosis ekstrak yaitu 50 mg/mL dan 100 mg/mL
(Gamage, R.N.N.; Hasanthi, K.B. Hasanthi, Kumari, 2017).
Penelitian oleh Tolouei et al., (2019) menunjukkan bahwa Talinum
paniculatum memiliki efek diuretik setelah pemaparan dalam waktu lama
pada pemberian dosis 30 mg/kg, 100 mg/kg dan 300 mg/kg. Selain
potensinya sebagai agen diuretik, Talinum paniculatum telah terbukti efektif
dalam meningkatkan ekskresi ion Na +, K+ dan Cl- oleh ginjal. Efek diuretik
yang ditimbulkan ini berhubungan dengan aktivasi kalsium channel yang
berkontribusi pada peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Talinum
paniculatum tidak menyebabkan toksisitas setelah pemaparan dalam waktu
lama. Oleh karena itu, T. paniculatum dapat dianggap aman pada tikus Wistar
pada dosis diuji 30 mg/kg dan 300 mg/kg (S. E.L. Tolouei et al., 2020).
2.3. Metabolit Sekunder pada Ginseng Jawa
Reis et al., (2015) melaporkan bahwa pada skrining fitokimia ekstrak alkohol :
air (7:3 v/v) daun dari Talinum paniculatum mengandung metabolit sekunder
seperti steroid, saponin, dan tanin. Pada fraksi etil asetat positif mengandung
steroid, triterpen, dan saponin dan pada fraksi n-heksan positif mengandung
steroid dan triterpen. Penelitian dengan spektrofotometri massa digunakan
untuk mengetahui senyawa fitokimia apa sajah yang ada pada tumbuhan T.
paniculatum. Diperoleh hasil bahwa senyawa utama pada ekstrak alkohol : air
(7:3 v/v), fraksi etil aseta, dan fraksi n- heksan adalah campesterol,
stigmasterol, dan sitosterol.
Ekstrak metanol akar ginseng jawa memiliki 5 kandungan senyawa fitosterol
yaitu β-sitosterol, stigmasterol, stigmastan-3-ol, stigmast-22-en-3-ol dan
6
campesterol. Selain itu, juga diketahui mengandung senyawa asam lemak.
Ekstrak metanol daun ginseng jawa memiliki 4 kandungan senyawa fitosterol
yaitu β-sitosterol, stigmatanol, stigmasterol dan campesterol. selain fitosterol
juga memiliki kandungan senyawa fitol, α-tokoferol dan asam lemak
(Thanamool, 2013). Setyowati Hani dan Setyani Wahyuning (2019)
melaporkan bahwa hasil skrining fitokimia ekstrak etanol 95% daun ginseng
jawa mengandung metabolit sekunder flavonoid, saponin dan polifenol.
2.4. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa bioaktif yang banyak ditemukan dalam banyak
tumbuhan, kecuali pada lumut tanduk tidak terdapat senyawa flavonoid. Pada
flavonoid terdapat gugus fenolik (polifenol) yang penting dan memiliki
bermacam-macam fungsi, seperti merlindungi dari paparan sinar ultraviolet
dan cahaya tampak, untuk penyerbukan pada bunga, sebagai hormon pada
tumbuhan dan inhibitor enzim tertentu (Setyowati & Setyani, 2019). Flavonoid
adalah merupakan senyawa turunan propilbenzena tersubstitusi fenil yang
memiliki jumlah atom karbon 15 (C15) dengan susunan karbon C6-C3-C6.
Senyawa flavonoid memiliki beberapa jenis seperti, flavan, flavon, flavonol,
flavanon, antosianidin. proantosianidin, khalkon, dihidrokhalkon dan auron.
Biosintesis flavonoid dikatalisis oleh enzim chalcone sintase (CHS). Substrat
p-coumaroyl-CoA yang berasal dari jalur sinamat (fenilpropanoid) dan
malonyl-CoA yang berasal dari jalur asetat-malonat poliketida diubah oleh
CHS menjadi naringenin chalcone. Naringenin chalcone dikatalisis oleh
chalcone isomerase (CHI) menjadi narangenin. Naringenin adalah prekursor
umum untuk biosintesis senyawa flavonol, antosianin, proantosianidin, flavon,
dan isoflavon (Yonekura-Sakakibara et al., 2019).
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang banyak dilaporkan memiliki
aktivitas anti inflamasi. Mekanisme kerja flavonoid sebagai anti inflamsi dapat
melalui beberapa jalur. Flavonoid bekerja menghambat enzim siklooksigenase
dan enzim lipooksigenase menyebabkan terganggunya sintesis prostaglandin
sebagai mediator respon inflamasi, sehingga inflamasi dapat berkurang. Selain
itu, flavonoid dapat menghambat degranulasi neutrofil, normalnya leukosit
7
bergerak bebas di daerah sel endotel tetapi, pada keadaan inflamasi leukosit
akan menumpuk pada dinding sel endotel. Flavonoid bekerja dengan cara
mengurangi adesi leukosit dengan dinding sel endotelium sehingga
menurunkan respon inflamasi. Senyawa ini juga memiliki mekanisme kerja
menghambat pelepasan histamine dari sel mast dan menghambat akumulasi
histamin. Flavonoid menghambat enzim c-AMP fosfodietarase menyebabkan
kadar c-AMP dalam sel mast meningkat sehingga, mencegah ion kalsium
masuk kedalam sel dan histamin tidak dilepaskan maka, respon inflamasi
berkurang (Khotimah. Siti Nurul, Muhtadi, 2017).
2.5. Imunostimulan
Imunomodulator adalah suatu senyawa yang dapat mempengaruhi sistem imun
humoral maupun seluler. Ada dua tipe imunomodulator, yaitu imunostimulator
(meningkatkan sistem imun) dan imunosupresor (menekan sistem imun).
Beberapa senyawa yang terkandung dalam tumbuhan mempunyai efek
imunostimulator dan imunosupresor, Imunomodulator berkaitan dengan
aktivitas dan kapasitas makrofag (Rahim,M., 2017).
Imunostimulan merupakan alternatif untuk penggunaan vaksin dan antibiotik
dalam perlindungan terhadap serangan penyakit (Robertsen et al.,1990).
Mekanisme kerja imunostimulan adalah dengan cara meningkatkan aktivitas
oksidatif netrofil, memperbesar kegiatan sel-sel fagosit seperti makrofag dan
limfosit T atau daya kerja sel sitotoksik lainnya, serta menginduksi proteinprotein sitokin seperti interleukin, interferon, faktor nekrosis tumor, protein Caktif komplemen dan lisosim (Fletcher, 1982).
2.6. Ekstraksi
Untuk memisahkan senyawa metabolit sekunder dari tanamannya dilakukan
proses ekstraksi, dimana proses ini menggunakan pelarut yang sesuai untuk
menarik senyawa metabolit sekunder dalam tanaman dengan prinsip like
dissolve like, pelarut polar akan melarutkan atau menarik zat aktif yang polar,
sedangkan pelarut non polar akan melarutkan zat aktif yang non polar juga.
8
Proses ekstraksi berlangsung secara kontinu sampai mencapai kesetimbangan
konsentrasi zat aktif di dalam sel dan di luar sel simplisia. (Marjoni, 2016).
Refluks dikerjakan pada kondisi panas diskontinyu, sedangkan sokletasi
dikerjakan pada kondisi
dibandingkan
sokletasi
panas
yakni
kontinyu.
pelarut
Keuntungan
refluks
yang digunakan lebih sedikit
dan bila dibandingkan dengan maserasi dibutuhkan waktu ekstraksi yang
lebih singkat (Kristanti, 2008).
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan hewan, timbangan
analitik, alat suntik, sonde oral tikus, tabung vakum, Blood Roller Mixer,
Hematology Analyzer, penangas air, alat-alat gelas yang dipergunakan di
laboratorium, refluks, krus, tanur, oven, desikator, cawan penguap.
3.2. Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun ginseng jawa
(Tallinum paniculatum (Jacq) Gern) berasal dari Kebun Tanaman Obat Manoko
Lembang, aquadest, pereaksi diluen, pereaksi cleancer, etanol 50%, pereaksi
Mayer, pereaksi Dragendorf, pereaksi Liebermann Burchard, asam klorida 2N,
serbuk magnesium, gelatin 1%, amil alkohol, kloroform, ammonia, vanilin 10%,
H2SO4, besi (III) klorida, eter.
3.3. Hewan Uji
Pada penelitian ini menggunakan hewan mencit putih galur swiss webster
sejumlah 25 ekor. Hewan yang digunakan berasal dari Laboratorium Farmakologi
dan Terapi UNPAD yaitu tikus jantan dengan berat badan sekitar 150-200 gram.
Hewan uji dibiarkan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan penelitian
selama 7 hari sebelum diberi perlakuan.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Persiapan Sampel
Simplisia daun ginseng jawa diperoleh dari Kebun Tanaman Obat Manoko
Lembang, Jawa Barat
dan sebelumnya telah dilakukan determinasi
tumbuhan.
10
3.4.2. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
i) Pemeriksaan Organoleptik
Parameter organoleptis simplisia meliputi pendeskripsian bentuk, warna,
baud an rasa menggunakan pacaindra. Penentuan parameter ini dilakukan
untuk memberikan pengenalan awal yang sederhana dan subjektif (Depkes
RI, 2000)
ii) Penetapan Kadar Sari Larut Air
Dilakukan maserasi 5 g serbuk simplisia dengan 100 mL air jenuh kloroform
P menggunakan labu bersumbat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam
pertama, kemudian didiamkan selama 18 jam. Disaring cepat, 20 mL filtrat
diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata ( yang telah ditara) di atas
penangas air hingga kering, residu dipanaskan pada suhu 105 oC hingga bobot
tetap. Hitung kadar % sari larut air (Depkes RI, 2000).
iii) Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Dilakukan maserasi 5 g serbuk simplisia dengan 100 mL etanol P
menggunakan labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
kemudian didiamkan selama 18 jam. Disaring cepat untuk menghindari
penguapan etanol, 20 mL filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata
( yang telah ditara) di atas penangas air hingga kering, residu dipanaskan pada
suhu 105 oC hingga bobot tetap. Hitung kadar % sari larut etanol (Depkes RI,
2000).
iv) Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2 g simplisia dimasukan kedalam krus silikat yang telah dipijar dan
ditara. Pijarkan pada suhu 600±25 oC, dinginkan didalam desikator lalu,
timbang sampai bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji
dinyatakan dalam % b/v (Depkes, 2000)
v) Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
11
Abu yang didapat dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 mL
asam sulfat selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam
dengan penyaringan menggunakan kertas saring bebas abu, cuci dengan air
panas. Kemudian pijarkan sampai mencapai bobot konstan. Kadar abu tidak
larut asam dihitung terhadap berat bahan uji dinyatakan dalam % b/v
(Depkes, 2000)
vi) Penetapan Susut Pengeringan
Sebanyak 1 g simplisia dimasukan kedalam botol timbang bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan dengan suhu 105
o
C selama 30 menit.
Didinginkan pada desikator lalu ditimbang, sebelum ditimbang botol
penimbang digoyangkan hingga isinya rata. Kemudian, masukan kedalam
oven dan tutup botol dibiarkan terbuka. Panaskan dengan suhu 105 oC selama
1 jam, kemudian timbang dan ulangi pemanasan sampai beratnya konstan
(Depkes RI, 2000).
3.4.3. Ekstraksi Daun Ginseng jawa
Sebanyak 1 kg serbuk simplisia daun gingseng jawa (Talinum paniculatum
(Jacq.) Gaertn) yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam labu bulat,
ditambahkan heksana secukupnya dan direfluks selama 7 jaum. Ekstraksi
dilakukan sebanyak 4 kali ulangan. Ekstrak yang dihasilkan disaring,
kemudian filtratnya di pekatkan dengan menggunakan labu penguap putar
pada suhu 40o C sehingga diperoleh ekstrak kental dan dihitung
rendemennya. Ampasnya dikering anginkan lalu setelah kering, direfluks
kembali menggunakan etanol dengan cara yang sama seperti heksana. Filtrat
yang dihasilkan lalu dipekatkan sehingga didapatkan ekstrak kasar dan
dihitung rendemennya.
3.4.4. Penapisan Fitokimia
i) Pemeriksaan Flavonoid
12
Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa ditambah 100 mL air panas lalu,
didihkan selama 5 menit dan disaring. 5 mL filtrat ditambah serbuk
Magnesium dan HCl 1 mL kemudian, kocok kuat. Adanya flavonoid
ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga (Depkes
RI, 1989).
ii) Pemeriksaan Alkaloid
Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa dimasukkan kedalam tabung
reaksi lalu, ditambahkan dengan 1 ml HCL 2N dan 9 ml aquadest, panaskan
di atas penangas air pada suhu 100 oC selama 2 menit, dinginkan dan saring.
Filtrat dibagi dua lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi. Tabung pertama
ditambahkan pereaksi Dragendorf, positif alkaloid ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan merah. Tabung kedua ditambahkan pereaksi Mayer,
positif alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna putih
(Depkes RI, 1989).
iv) Pemeriksaan Saponin
Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, tambahkan 10 ml air panas, dinginkan, kemudian kocok kuat-kuat
selama 10 detik. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih
setinggi ±3 cm bertahan selama 10 menit dan pada penambahan HCL buih
tidak hilang (Depkes RI, 1989).
v) Pemeriksaan Tanin
Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa ditambah 50 mL air dan
didihkan selama 15 menit, dinginkan dan saring filtrat dengan kertas saring.
Lalu, tambahkan 2 tetes FeCl3 1%. Adanya tanin ditunjukan dengan
terbentuknya warna biru tua (tanin galat) atau hijau kehitaman (tanin
katekuat) dan pada penambahan gelatin terbentuk endapan putih (Depkes RI,
1989).
vi) Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid
13
Sebanyak 100 mg ekstrak daun ginseng jawa ditambah 2 ml etanol dalam
tabung reaksi, dipanaskan sebentar, kemudian dinginkan dan saring. Filtrat
diuapkan lalu tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat
pekat (pereaksi Lieberman-Bouchard). Adanya terpenoid ditunjukkan dengan
terjadinya perubahan warna menjadi merah bata atau ungu dan adanya steroid
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau biru (Depkes RI, 1989).
3.4.5 Penyiapan sediaan
i.) Pembuatan Suspensi Na CMC 0,5%
Sebanyak 0,5 gram Na CMC dimasukan kedalam mortir yang berisi 10 ml
aquadest panas. Kemudian didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh
massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan
aquadest hangat kemudian dimasukan ke dalam beaker glass dan
dicukupkan volumenya dengan aquadest hangat sampai 100 ml.
ii.) Pembuatan Suspensi Karbon
Tinta cina (pelikan B-17) 1,6% v/v disuspensikan dengan larutan gelatin
1% dalam larutan garam fisiologik
iii.) Pembuatan Suspensi Stimuno forte 6,5 mg/kgbb
Sebanyak 20 tablet ditimbang kemudian dihitung bobot rata-rata tablet
kemudian dihitung kesetaran tablet dengan cara bobot yang diinginkan
dibagi kekuatan sediaan lalu dikali bobot rata-rata tablet. Hasil kesetaraan
ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu terukur, kemudian
ditambahkan suspensi Na CMC 0,5% sampai tanda batas
iv.) Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Ginseng Jawa
Dilakukan dengan cara dibuat tiga sediaan sesuai perlakuan yang akan
dilakukan dimana dibuat tiga dosis, yaitu dosis 1,2,dan 3. Ekstrak
dimasukan kedalam mortir kemudian ditambhan suspensi Na CMC 0,5%
14
dan digerus sampai homogen, kemudian dimasukan kedalam labu terukur,
dan kemudian ditambahkan Na CMC 0,5% sampai tanda batas.
3.4.5. Pengujian Imunostimulan
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental.
Pengujian
efek
imunostimulan dari ekstrak etanol daun ginseng jawa (Tallinum paniculatum
(Jecq) Gern) dengan metode penentuan jumlah leukosit. Hewan percobaan
yaitu mencit putih jantan, digunakan sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5
kelompok secara acak. Pada pengujian ini mencit dikelompokkan menjadi 5
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor.
Hewan dikelompokan atas 5 kelompok yang antara lain :
1. Kelompok 1 (kontol negatif) : Na CMC 0,5%
2. Kelompok II (kontrol positif) : Stimuno forte 6,5 mg/kgbb
3. Kelompok III
: Ekstrak dosis 1
4. Kelompok IV
: Ekstrak dosis 2
5. Kelompok V
: Ekstrak dosis 3
Hewan dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam. Tiap-tiap hewan percobaan
diberikan sediaan uji satu kali sehari secara peroral selama 6 hari. Pada hari
ke 7 darah diambil melalui vena ekor. Kemudian dimasukan ke dalam tabung
vakum.Darah dihitung jumlah leukositnya dengan alat hematology analyzer.
Parameter yang digunakan adalah sel leukosit yang berperan dalam sistem
imun, yaitu sel neutofil dan eosinofil. Nilai normal neurofil adalah 36-73%
dan nilai normal eosinofil adalah 0-6%. Peningkatan jumlah sel leukosit
menujukan adanya peningkatan imunitas. Semakin besar jumlah sel leukosit
maka proses fagositosis meningkat dan eliminasi antigen semakin cepat.
15
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah T-test dengan menggunakan aplikasi
SPSS.
16
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjadja, K. G. 1998. Imunologi Dasar. FKUI. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000): Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
Emelda, A., Wati, A., Arman, Taufik, M., & Kurniawaty, R. (2020).
Immunomodulator Activity and Antirheumatoid Arthritis Extract of Ethyl
Acetate Ginseng Bugis Talinum Paniculatum (jacq.) Gaertn). Journal of
Global Pharma Technology, 12(2), 246–251.
Fletcher, T.C. 1982. Non-specific defence mechanisms of fish. Dev. Comp.
Immunology.2:123'
Gamage, R.N.N.; Hasanthi, K.B. Hasanthi, Kumari, K. D. K. P. (2017). A
Comparative Study on In Vitro Antibacterial Activity of Different Leaf
Extracts of Medicinal Plant Talinum paniculatum. 3.
Khotimah, Siti Nurul, Muhtadi, A. (2017). Riview Artikel: Beberapa Tumbuhan
Yang Mengandung Senyawa Aktif Antiinflamasi. Farmaka,Fakultas
Farmasi, Universitas Padjadjaran, 14(2), 28–40.
Kresno, 2010, Diagnosis dan Prosedur Lab. Edisi V. Jakarta : FKUI
Kusmardi, K. S. , dan Triana, E. E. 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak
Etanol Daun Johar (Cassia siamea Lamk. ) Terhadap Peningkatan Aktivitas
da Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag. Laporan Penelitian. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kristianti, A. N., 2008, Buku Ajar Fitokimia, Airlanggan University Press,
Surabaya
Oo, N. (2020). Comparative Morphological and Histological Studies of Talinum
Triangulare (Jacq.) Willd. and Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn.
(Myanmar Ginseng). J. Myanmar Acad. Arts Sci, 13(48), 253–266.
Rahim. Et al (2017). (Immunostimulatory Effect Of Leaf Extract Kasturi
(Mangifera Casturi) In Mice). 6 (1): 10-19.
Rahmi, Eriani, K. & Widyasari, 2011. Potency of Java Ginseng (Talinum
paniculatum Gaertn.) Root Extract on Quality and Viability of Mice Sperm.
Jurnal natural, 11:7-10.
Ramos, M. P. O., Silva, G. D. D. F., Duarte, L. P., Peres, V., Miranda, R. R. S.,
De Souza, G. H. B., Belinelo, V. J., & Filho, S. A. V. (2010).
Antinociceptive and edematogenic activity and chemical constituents of
Talinum paniculatum Willd. J. Chem. Pharm. Res, 2(6), 265–274.
Reis, L. F. C. Dos, Cerdeira, C. D., Paula, B. F. De, Silva, J. J. Da, Coelho, L. F.
L., Silva, M. A., Marques, V. B. B., Chavasco, J. K., & Alves-Da-Silva, G.
(2015). Chemical Characterization And Evaluation Of Antibacterial,
Antifungal, Antimycobacterial, And Cytotoxic Activities Of Talinum
paniculatum. Revista Do Instituto de Medicina Tropical de São Paulo,
57(5), 397–405.
17
Rusli dan Towaha, 2010, Som Jawa (Talinum paniculatum) Ginseng Indonesia
Penyembuh Berbagai Penyakit. Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman, 16 (2)
Robertsen, B.; G. Roersted; R. Engstad and J' Raa' 1990. Enhancement of nonspecific diseases resistance in Atlantic salmon (Salmosalar L) by a glucan
from Saccharonxyce Ecereuisiae cell-walls' J'of Fish Diseases.13: 391'
Setyowati, H., & Setyani, W. (2019). Formulation of chewable lozenges of Som
Jawa (Talinum paniculatum (jacq.) gaertn) leaves extract applied as
antiscorbut Candida albicans. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia,
10(1), 14–23.
Suharsanti, R., danWibowo, FX. S. 2014. Standarisasi Ekstrak Daun Som Jawa
(Talinum paniculatum (Jacq) Gaetrn Untuk Menjamin Mutu Penggunaan
Sebagai Obat Herbal. Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula. Pharmasi
Sumastuti, R. 1999. Efek Anti Radang Infus Daun dan Akar Som Jawa (T.
paniculatum) pada Tikus Putih in vitro. Warta Tumbuhan Obat Indonesia,
5:15-17.
Thanamool, C., Papirom, P., Chanlun, S., Kupittayanant, S. 2013. Talinum
paniculatum (Jacq.) Gertn: A Medicinal Plant With Potential Estrogenic
Activity In Ovariectomized Rats. Int J Pharm Pharm Sci. 5(2): 478-485
Tjandrawinata, R.R., S. Maat dan D. Noviarny, 2005. Effect of standardized
Phyllanthus niruri extract on changes in immunologic parameters:
correlation between preclinical and clinical studies. Medika XXXI (6): 367371.
Tolouei, S. E.L., da Silva, G. N., Curi, T. Z., Passoni, M. T., Ribeiro, D. C. K.,
Meldola, H. G., Grechi, N., Hey, G. S., Souza, R. I. C., dos Santos, A. C.,
Beltrame, O. C., Dalsenter, P. R., Martino-Andrade, A. J., & Gasparotto
Junior, A. (2020). Effects of Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn. leaf
extract on general toxicity and pubertal development of rats. Human and
Experimental Toxicology, 1–12.
Yonekura-Sakakibara, K., Higashi, Y., & Nakabayashi, R. (2019). The Origin and
Evolution of Plant Flavonoid Metabolism. Frontiers in Plant Science,
10(August), 1–16.
18
LAMPIRAN 1
TAHAPAN KERJA
Tanaman Ginseng Jawa (Tallinum
paniculatum (Jacq) Gern)
Determinasi
-
Sampling daun
Daun Ginseng Jawa
-
Dicuci bersih
Dikeringkan (lemari pengering 40oC)
Diblender/digiling
Diayak menggunakan mesh no.
Serbuk simplisia
-
Ekstraksi
dengan metode
refluks
-
Pemeriksaan
karakteristik
simplisia
Penapisan
fitokimia
Ekstrak pekat
-
Diuapkan dengan rotary
evaporator
Dikentalkan dengan penangas air
Ekstrak kental
Penapisan fitokimia
Hitung % rendemen
Hasil
Hasil
19
LAMPIRAN 2
PENGUJIAN IMUNOSTIMULAN
Mencit putih jantan swiss webster
Di aklimatisasi selama 7 hari
Diberi sediaan uji selama 6 hari dengan p.o
Kelompok
kontrol
(Na CMC 0,5%)
Kelompok
pembanding
(Stimuno forte)
Kelompok uji
ekstrak dosis 1
Kelompok uji
ekstrak dosis 2
Kelompok uji
ekstrak dosis 3
Dipuasakan selama 10 jam
Pada hari ke 7 diinjeksikan suspensi karbon 1,6 %
0,2ml/20 g bb melalui vena ekor
Diambil darah melalui vena ekor pada menit ke 5
dan menit ke 15
Ditentukan jumlah leukosit (neutrofil dan
eosinofil) dengan alat Hematology Analyzer
Analisis data
20
LAMPIRAN 3
RENCANA KERJA
Tabel III.1 Rencana kerja
No
Uraian
Bulan ke
12
1.
Studi Pustaka
2.
Proposal
3.
Seminar TA I
4.
Penelitian
5.
Penulisan
Skripsi
6.
Seminar TA II
7.
Sidang
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
11
21
LAMPIRAN 4
PERKIRAAN BIAYA
Tabel IV.1 Perkiraan biaya
Bahan habis pakai
Harga
No.
Bahan
Jumlah
1.
Tikus
25 ekor
35.000
875.000
2.
Pakan
1 karung
200.000
200.000
3.
Sekam kayu
2 karung
40.000
80.000
4.
Pereaksi diluen
20 L
45.000
900.000
5.
Etanol
2L
75.000
150.000
6.
Pereaksi cleancer
1175 gram
600
705.000
TOTAL
Satuan (Rp)
Total (Rp)
2.910.000
22
Peralatan
Harga
No.
Nama Barang
Jumlah
1.
Kandang hewan
5 buah
45.000
225.000
2.
Sonde oral
5 buah
30.000
150.000
3.
Botol minum hewan
5 buah
30.000
150.000
4.
Spuit 1 mL
1 box
1.500
150.000
5.
Spuit 3 mL
1 box
1.650
165.000
6.
Spuit 5 mL
1 box
2.000
200.000
Satuan (Rp)
Total (Rp)
1.040.000
TOTAL
Lain-lain
Jumlah
Harga
No.
Nama Barang
1.
Alat Tulis Kantor
2.
Transportasi
150.000
3.
Determinasi
500.000
Satuan (Rp)
100.000
TOTAL
Total (Rp)
100.000
750.000
23
Total Pengeluaran Biaya
No
Material
Jumlah (Rp)
1.
Bahan habis pakai
2.910.000
2.
Peralatan yang digunakan
1.040.000
3.
Lain-lain
750.000
Total
4.700.000
24
Download