Uploaded by User95326

materi tugas peper minggu 5

advertisement
MODUL 4
JUDUL : ANATOMI, FISIOLOGI DAN PERKEMBANGAN SERANGGA
Tujuan Pembelajaran: Memahami anatomi serangga (dinding tubuh, kepala, toraks, abdomen);
Memahami sistem pencernaan, sistem ekresi, sistem peredaran darah,
sistem pernapasan, sistem syaraf, sistem reproduksi; Memahami
perkembangan dan metamorfosis serangga
Penyajian:
Penampilan umum serangga terlihat memiliki kesamaan dengan serangga lainnya, akan
tetapi serangga memiliki keragaman yang sangat besar dalam bentuknya. Berikut ini beberapa
istilah yang menunjukan bagian tertentu pada tubuh serangga:
a. Anterior: mengarah atau berhubungan dengan bagian depan atau kepala serangga
b. Posterior: mengarah atau berhubungan dengan bagian atas tubuh atau punggung serangga
c. Ventral: mengarah atau berhubungan dengan bagian bawah tubuh atau perut serangga
d. Lateral: mengarah atau berhubungan dengan bagian sisi tubuh serangga.
e. Mesal: mengarah atau berhubungan dengan bagian tengah tubuh serangga
Bentuk serangga kurang lebih memanjang seperti tabung dan setangkub bilateral yakni
pada sisi kiri dan kanan memiliki kesamaan atau serupa. Tubuh terbagi menjadi satu rentetan
ruas yaitu metamer dan ruas-ruas ini dikelompokkan menjadi tiga daerah yang nyata atau
tagmata (tunggal, tagma) : kepala, toraks dan abdomen. Fungsi utama kepala adalah penerima
perasaan, perpaduan syaraf dan mengumpulkan makanan. Toraks adalah tagma yang dapat
bergerak dan mengandung tungkai-tungkai dan sayap-sayap. Abdomen merengkuh kebanyakan
organ-organ jerohan,termasuk unsur-unsur sistem saluran pencernaan, ekskretoris dan
reporoduksi.
Dinding Tubuh
Rangka pada serangga menunjang dan melindungi tubuh. Salah satu sifat dasar artropoda
adalah perkembangan keping-keping yang mengeras atau sklerit dan menyatu ke dalam sistem
rangka hewan. Ini biasanya disebut sebagai eksoskeleton karena sklerit adalah bagian dari
dinding tubuh bagian luar artropoda. Sebenarnya artropoda juga mempunyai eudoskeleton
1
(rangka dalam) penunjang yang luas sebagai tempat penempelan urat-urat daging. Sifat-sifat
dinding tubuh pada seranggaini mempengaruhi cara zat-zat seperti air dan oksigen bergerak
masuk dan keluar dari tubuh serangga.
Integumen seekor serangga terdiri dari tiga lapisan utama : satu lapisan sel yakni
epidermis, lapisan aseluler yang tipis dibawah epidermis (menuju kebagian dalam hewan) yakni
selaput dasar, dan lapisan aseluler lainnya yang disekresikan oleh sel-sel epidermis dan kemudian
keluar yang disebut kutikula. Kutikula merupakan lapisan kimiawi yang kompleks, tidak hanya
berbeda struktur tetapi bahkan berbeda ciri-cirinya antara serangga satu dengan lainnya. Kutikula
terbuat dari rangkain polisakarida, kitin yang terbungkus dalammatirks protein.
Kepala
Kepala serangga terdiri dari satu rentetan ruas-ruas metamer tubuh yang secara bersama
berguna untuk pengumpulan makanan dan manipulasi, penerimaan sensori dan perpaduan syaraf.
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada kepala terdapat alat mulut,
antenna, mata majemuk dan mata tunggal (osellus). Permukaan belakang kepala serangga
sebagian besar berupa lubang (foramen magnum atau foramen oksipitale). Memalalui lubang ini
berjalan urat saraf ventral, trakea, sistem pencernaan, urat-daging dan kadang-kadang saluran
darah dorsal.
Toraks
Toraks adalah tagma lokomotor tubuh yang mengandung tungkai-tungkai dan sayapsayap. Toraks terdiri dari tiga ruas bagian :anterior protoraks, mesotoraks dan bagian posterior
metatoraks. Maksimum pada serangga terdapat dua pasang spirakel terbuka pada toraks, dimana
2
yang satu berkaitan dengan mesotoraks satunya dengan metatoraks. Pada serangga-serangga
sekarang sayap-sayap timbul kebanyakan pada ruas-ruas mesotoraks dan metatoraks, secara
kolektif dua ruas ini disebut pterotoraks. Mesotorkas dan metatorkas mengalami beberapa
perubahan yang berkaitan dengan penerbangan yang tidak dimiliki protoraks. Protoraks
dihubungkan ke kepala oleh suatu daerah serupa leher yang disebut serviks. Tungkai-tungkai
toraks serangga bersklerotisasi dan selanjutnya menjadi sejumlah ruas. Gerakan-gerakan sebuah
tungkai tergantng dari perurat-dagingannya dan sifat persendian antara ruas-ruasnya. Sayapsayap serangga adalah pertumbuhan-pertumbuhan keluar dari dinding tubuh yang terletak dorsolateral antara nota dan pleura. Pada umumnya dua pasang sayap terdapat pada serangga hidup
yang terletak pada ruas-ruas mesotoraks dan metatoraks. Rangka-rangka sayap adalah struktur
yang bergeronggong yang mungkin mengandung syaraf, trakea dan heolimf (darah).
Abdomen
Abdomen pada serangga primitif tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh bagian
seperti selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak sama. Pada serangga primitif
(belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah 12. Perkembangan evolusi serangga
menunjukan adanya tanda-tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan banyaknya ruas
abdomen.
Sistem Pencernaan Serangga
Serangga memakan hampir segala zat organik yang terdapat dialam. Saluran pencernaan
adalah suatu buluh, biasanya agak berkelok, yang memanjang dari mulut sampai dubur. Saluran
pencernaan dibedakan menjadi tiga daerah pokok: usus depan atau stomodeum (foregut), usus
tengah atau mesenteron (mogut) dan usus belakang atau proktodaeum (hindgut).
3
a. Saluran Pencernaan Depan
Pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran pencernaan bagian
depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan setiap pergantian kulit. Saluran
pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpan makanan dan sedikit melakukan
pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan masih adanya enzim-enzim yang terbawa
dari mulut.
Saluran pencernaan depan tersusun dari otot-otot yang memanjang (longitudinal), otototot melingkar (circular), sel-sel ephitelium yang pipih, sel-sel yang bersifat impermeable.
Akibat pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal menyebabkan makanan dapat bergerak
ke saluran tengah. Saluran pencernaan depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai
berikut :

Rongga mulut sebagai masuknya makanan

Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga mulut yang
berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel pada
faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang mendorong
makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan
mengisap pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil cairan.

Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang berfungsi
mendorong makanan dari faring ke tembolok.

Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai
penyimpan makanan. Enzim didapat dari makanaan yang tercampur air liur yang
bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim dari mesenteron yang
4
dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus bertindak sebagai klep yang
membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi tidak menghalangi muntahan
cairan.

Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi yang beraneka ragam pada berbagai
serangga. Pada serangga pemakan bahan padat, proventrikulus berfungsi sebagai
pemecah makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan proventrikulus
termodifikasi menjadi katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di daalm proventrikulus
berkembang menjadi enam keping otot yang keras atau geligi yang berfungsi untuk
memecah makanan. Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol jalannya makanan
dari stomadeum ke mesenteron.
b. Saluran Pencernaan Tengah
Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap makanan.
Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki kutikula dan sebagai
gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Otot-otot pada saluran ini berkembang. Menurut
Chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn oleh otot longitudinal, otot melingkar, sel-sel
epityelium yang berbentuk kolumnar, sel-sel regeneratif (penghasil enzim) dan membran
peritropik.
Pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih disebabkan oleh
membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi lumen untuk
melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari makanan dan mikroba. Membran
peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua pendapat mengenai terjadinya membran
tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh bagian depan saluran
pencernaan tengah, sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel
kolumnar sendiri.
Lumen memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang dapat
membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas permukaan
penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk
pergerakan makanan. Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagai tempat
sintesis protein untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
Pada sel epitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet. Pada selaput dasar memiliki
banyak lekukan-lekukan dan disana banyak terdapat mitokondria yang panjang-panjang sehingga
5
hal tersebut menjadi pembeda dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah terdiri dari grastrik
kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis dan absorbsi nutrisi.
c.
Saluran Pencernaan Belakang
Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa makanan
yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak terserap pada saat
di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari jaringan ektodermal sehingga
saluran ini memiliki kutikula yang disebut intima. Pada saluran inilah sifat hemoestasis serangga
terdapat. Saluran pencernaan belakang menurut Snogras (1935) tersusun dari otot melingkar, otot
longitudinal, sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus, intima yang bersifat permiabel.
Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat menyebabkan sisa makanan
dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui anus. Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari

Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung malphigi

Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimfa atau juga penyerapan
amonia pada serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum ini terdapat kantung-kantung
tempat organisme lain bersimbiosis (Chapman, 1982)

Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga tertentu
memiliki insang trakea. Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang
memanjang dan ada yang membentuk bantalan

Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya feces.
Terdapat beberapa jenis kelenjar yang dapat berasosiasi dengan sistem pencernaan
diantaranya adalah kelenjar mandibel, kelenjar maksila, kelenjar faring dan kelenjar labium.
Sistem Ekresi
Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang
berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang
berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping
pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil
oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata.
Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di
dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang
disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.
6
Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir
lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi,
bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai
garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk
ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus
bersama dengan feses.
Sistem Pernapasan
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem
tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea
dan trakheola.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda
lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton)
yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak
berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya
spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan
tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh
pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang
disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.
Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi
yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
7
Serangga mempunyai sistem pernapasan yang disebut sistem trakea. Oksigen yang
dibutuhkan oleh sel-sel tubuh untuk oksidasi tidak diedarkan oleh darah tetapi diedarkan oleh
trakea yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang kecil trakea yang menembus jaringan
tubuh disebut trakeolus. Masuknya udara untuk pernapasan tidak melalui mulut melainkan
melalui stigma (spirakel).
Proses pernapasan pada serangga terjadi sebagai berikut. Dengan adanya kontraksi otototot tubuh, maka tubuh serangga menjadi mengembang dan mengempis secara teratur. Pada
waktu tubuh serangga mengembang, udara masuk melalui stigma, selanjutnya masuk ke dalam
trakea, kemudian ke dalam trakeolus dan akhirnya masuk ke dalam sel-sel tubuh. Oksigen
berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. Karbondioksida hasil pernapasan dikeluarkan melalui sistem
trakea juga yang akhirnya dikeluarkan melalui stigma pada waktu tubuh serangga mengempis.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya
mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada
serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas
pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan.
Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan
ke permukaan air untuk mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara
sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai
gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam,
O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap
udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya
dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea
8
Sistem Peredaran Darah
Sistem sirkulatori pada serangga terdiri dari jantung yang hanya merupakan pembuluh
dorsal dengan pergerakan peristaltik untuk memompa darah atau haemolymph. Serangga
memiliki jantung yang berbentuk tabung panjang dengan bagian-bagian gelembung pembuluh
darah. Letak jantung serangga berada pada punggung, tepatnya di dalam bagian homosoel yang
memanjang. Bagian tersebut disebut sinus. Sedangkan pembuluh darah besar (aorta)
meninggalkan jantung bagian depan, belakang, dan seringkali bagian bawahnya. Kemudian
pembuluh darah tersebut menjadi ccabang-cabang yang membawa hemolimfa ke berbagai organ
dan jaringan-jaringan tubuh.
Hemolimfa (haemolymph) adalah cairan yang tersusun atas darah dan aairan interstisial.
Haemolymph yang terdiri dari larutan berair, ion-ion anorganik, lipid, gula (trehalose), asam
amino, protein, asam organic dan sel-sel darah berfungsi untuk pertukaran zat antar jaringan,
mengangkut hormon dan nutrien dari usus ke jaringan dan barang buangan dari jaringan ke organ
ekskretori. Hemolimfa dari abdomen dipompa oleh
jantung ke aorta kemudian ke kepala
kemudian ke jaringan-jaringan lalu kembali ke abdomen, dan siklus dimulai lagi. Peredaran
darah pada serangga diatur oleh sistem pompa otot-otot melalui rongga-rongga dalam tubuh yang
dipisahkan oleh septa. Organ peredaran darah serangga terdiri atas jantung dan arteri. Pada
sebagian besar serangga, hemosel terbagi menjadi beberapa rongga (sinus) oleh septa. Aorta
mengantarkan darah ke kepala dan bermuara di belakang atau di bawah otak. Organ denyut
ditemui di toraks yang memelihara peredaran darah di pembuluh sayap.
9
Gambar: peredaran darah serangga
Sistem saraf
Jaringan saraf dapat dibagi ke dalam saraf pusat dan saraf tepi. Saraf pusat terdiri dari
sepasang rantai saraf rantai yang terdapat di sepanjang tubuh bagian ventral. Sistem saraf
serangga berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi
ventral tubuhnya.
Sistem saraf yang terdiri dari serangkaian ganglia, dihubungkan dengan tali saraf ventral
terdiri dari dua paralel connectives sepanjang perut. Biasanya, setiap segmen tubuh memiliki
satu ganglion pada setiap sisi, meskipun beberapa ganglia yang melebur untuk membentuk otak
10
dan ganglia besar lainnya. Segmen kepala berisi otak, juga dikenal sebagai ganglion
supraesophageal. Dalam sistem saraf serangga, otak anatomis dibagi ke dalam protocerebrum
yang mencakup mata majemuk dan oselli, deutocerebrum yang mencakup antenna, dan
tritocerebrum yang mencakup labrum dan usus depan. Segera di belakang otak adalah
subesophageal ganglion, yang terdiri dari tiga pasang ganglia menyatu. Ini mengendalikan mulut,
kelenjar ludah dan otot-otot tertentu.
Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut
ganglia .Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia
bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
Pada belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang disebut ganglia
(jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat peogolah rangsang.
Ada 3 macam ganglion :
(1) Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan antena.
(2) Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris rahang
bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah (labium).
(3) Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas dada,
perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan.
Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah saluran
pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang membentang sejajar sepanjang
tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu dengan ganglion yang lain.
Sedangkan sel saraf tepi terdiri dari 3 macam sel saraf, yaitu :
sel saraf indera: membawa impuls dari salat indera.
sel perantara (internuncial): mrmbawa impuls antara sel saraf.
11
sel saraf motor: membawa impuls dari pusat integrasi ke otot.
Ada 3 macam susunan, yaitu
1. Monopolar
2. Bipolar
3. Multipolar
Susunan di atas disebut sebagai "neuron bipolar", sedang bentuk lainnya adalah
"monopolar Neuron" seperti yang dijumpai pada SSP.Neuron bipolar dengan demikian lebih
banyak dipergunakan untuk menerima dan meneruskan rangsang, sementara yang monopolar
dipergunakan untuk memproses rangsang dan selanjutnya diantisipasi sesuai dengan jenis
rangsang.
Organ Peraba, Syaraf, dan Integrasinya
Organ peraba dibagi atas photoreceptor, chemoreceptor dan mechanoreceptor. Organ
yang terlihat dalam photoreceptor adalah mata dan mata serangga terbagi dalam dua bentuk,
yaitu mata majemuk dan mata sederhana pada chemoreceptor, syaraf pengecap dan syaraf
pembau bekerja untuk menghasilkan impuls. Bentuk mechanoreceptor dapat berupa trichoid,
campaniform atau placoid. Receptor lain yang juga berperan dalam kehidupan serangga adalah
hygroreceptor dan geomagneticreceptor. Sistem syaraf serangga terbagi menjadi sistem syaraf
pusat dan sistem syaraf visceral. Sistem syaraf pusat dibagi lagi menjadi supraesophaged
ganglion dan subesophageal ganglion. Komponen utama dari sistem syaraf visceral adalah
12
stomodeal nervous system. Unit dasar dari sistem geuron motor, dan interneuron. Acetylcholine
adalah transmiter kimia yang penting dalam membawa impuls melewati synapse.
Gambar. Diagram sederhana aliran impuls dalam sistem saraf serangga
Sistem Reproduksi
Reproduksi serangga terjadi secara internal. Dalam proses menuju kedewasaannya
dikenal ada pergantian bentuk yang disebut metamorfosis. Insecta kadang-kadang mengalami
partenogenesis maupun paedogenesis. Partenogenesis ialah perkembangan embrio tanpa dibuahi
oleh spermatozoid, misalnya lebah. Sedangkan paedogenesis ialah partenogenesis yang
berlangsung di tubuh larva, misalnya Diptera. Dalam perkembangan menuju dewasa, Insecta
mengalami perubahan bentuk luar dan dalam dari fase telur ke tingkat dewasa yang disebut
metamorfosis. Fertilisasinya internal, artinya pembuahan sel telur pleh spermatozoid berlangsung
di dalam tubuh induk betina.
13
Organ Perkembangbiakan Betina :
Ovarium terdiri dari beberapa tabung ovariol, yang pada bagian ujungnya menggulunh dan
diselaputi oleh jaringan ikat sehingga tampak dari luar sebagai bulatan. Lalat tsetse hanya
mempunyai satu ovariol, sedangkan rayap mempunyai 2000 buah ovariol.
Pelengkap organ reproduksi betina
Reseptakulum seminis, disebut juga spermateka, suatu tempat untuk menyimpan sperma. Dengan
adanya bagian ini, sperma dapat disimpan untuk beberapa lama antara waktu kawin dan waktu
telur dibuahi.
Bursa kopulatrik, juga merupakan suatu tempat penyimpanan sperma. sperma disimpan di sini
dulu sebelum dipindahkan ke resepatakulum seminalais.
Kelenjar pelengkap, satu atau dua pasang, disebut juga kelenjar „colleterial‟ yang dapat
mengeluarkan bahan koriol (pembungkus telur)
Organ Perkembangbiakan Jantan:
Testis yang merupakan organ perkembangbiakan pada serangga jantan, terdiri dari beberapa
tabung. tabung ini tidak panjang dan tidak tergulung seperti ovariol. Alat pembantu dapat berupa
pertumbuhan semacam penis yang disebut aedeagus dan klasper atau alat penjepit. Terdapat juga
kelenjar pembantu yang bermuara di pangkal saluran ejakulatori.
Perkembangan Serangga
Serangga berkembang dari telur yang terbentuk didalam ovarium serangga betina. Masa
perkembangan serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik dan setelah menetas
keluar dari telur dinamakan perkembangan pasca-embrionik. Perubahan bentuk atau ukuran
serangga yang berlangsung selama perkembangan pasca-embrionik dinamakan metamorfosis.
Perkembangan embrionik serangga dikelompokkan dalam tiga tipe. Pertama oviparitas,
dimana pada tahap ini serangga meletakkan telur yang telah matang dan telah dibuahi. Telurtelur yang melewati vagina mendapat pembuahan dari sperma jantan sebelum diletakkan oleh
serangga betina. Perkembangan embrionik terjadi diluar tubuh indunya dan memperoleh
makanan dari kuning telur. Biasanya telur diletakkan pada mikrohabitat yang tepat, didekat atau
pada makanan yang dibutuhkan. Sebagian besar serangga mengalami perkembangan oviparitas
ini. Ovoviviparitas yakni telur berkembang dan dibuahi secara normal, tetapi mereka tetap
14
ditahan dan menetas di dalam tubuh serangga betina. Sediaan makanan cukuptersedia didalam
telur sehingga embrio dapat menyelesaikan perkembangannya. Viviparitas yakni perkembangan
terjadi di dalam tubuh serangga betina. Serangga tidak meletakkan telur, tetapi „melahirkan‟
larva atau nimfa. Perkembangan embrio berlangsung di dalam tubuh induknya dan embrio
memperoleh sebagian zat makanannya langsung dari induknya.
Perkembangan pasca-embrionik. Setelah telur menetas, serangga pradewasa mengalami
serangkain perubahan sampai mencapai bentuk serangga dewasa (imago). Keseluruhan
rangkaian perubahan bentuk dan ukuran sejak telur sampai imago dinamakan metamorfosis.
Dalam metamorfosis melibatkan proses ganti kulit yang disebut ekdisis dimana terjadi secara
berkala. Pada proses ini eksoskleton ditanggalkan dan diganti dengan kulit yang baru sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan serangga.
Tes Formatif :
1. Jelaskan bagian tubuh serangga dan fungsinya
2. Jelaskan sistem pencernaan serangga
3. Jelaskan sistem ekresi serangga
4. Jelaskan sistem peredaran darah serangga
5. Jelaskan sistem pernapasan serangga
6. Jelaskan sistem reproduksi serangga
7. Jelaskan sistem saraf serangga
Referensi :
1. Borror, D.J., C.A. Triplehorn, & N.F. Johnson. 1992 Pengenalan Pelajaran Serangga.
Edisi ke-6. Terjemahan S. Partosoedjono. UGM Press, Yogyakarta.
2. Chapman, R. F. 1983. The Insects, Structure and Function. 3 rd edition. Hodder and
Stoughton. London.
3. Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
4. Gillot, C. 1980. Entomology. Plenum Press, New York & London.
5. Pedigo, L.P. 1991. Entomology and Pest Management. MacMilan Publishing Company.
New York.
15
Download