MODUL 4 JUDUL : ANATOMI, FISIOLOGI DAN PERKEMBANGAN SERANGGA Tujuan Pembelajaran: Memahami anatomi serangga (dinding tubuh, kepala, toraks, abdomen); Memahami sistem pencernaan, sistem ekresi, sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem syaraf, sistem reproduksi; Memahami perkembangan dan metamorfosis serangga Penyajian: Penampilan umum serangga terlihat memiliki kesamaan dengan serangga lainnya, akan tetapi serangga memiliki keragaman yang sangat besar dalam bentuknya. Berikut ini beberapa istilah yang menunjukan bagian tertentu pada tubuh serangga: a. Anterior: mengarah atau berhubungan dengan bagian depan atau kepala serangga b. Posterior: mengarah atau berhubungan dengan bagian atas tubuh atau punggung serangga c. Ventral: mengarah atau berhubungan dengan bagian bawah tubuh atau perut serangga d. Lateral: mengarah atau berhubungan dengan bagian sisi tubuh serangga. e. Mesal: mengarah atau berhubungan dengan bagian tengah tubuh serangga Bentuk serangga kurang lebih memanjang seperti tabung dan setangkub bilateral yakni pada sisi kiri dan kanan memiliki kesamaan atau serupa. Tubuh terbagi menjadi satu rentetan ruas yaitu metamer dan ruas-ruas ini dikelompokkan menjadi tiga daerah yang nyata atau tagmata (tunggal, tagma) : kepala, toraks dan abdomen. Fungsi utama kepala adalah penerima perasaan, perpaduan syaraf dan mengumpulkan makanan. Toraks adalah tagma yang dapat bergerak dan mengandung tungkai-tungkai dan sayap-sayap. Abdomen merengkuh kebanyakan organ-organ jerohan,termasuk unsur-unsur sistem saluran pencernaan, ekskretoris dan reporoduksi. Dinding Tubuh Rangka pada serangga menunjang dan melindungi tubuh. Salah satu sifat dasar artropoda adalah perkembangan keping-keping yang mengeras atau sklerit dan menyatu ke dalam sistem rangka hewan. Ini biasanya disebut sebagai eksoskeleton karena sklerit adalah bagian dari dinding tubuh bagian luar artropoda. Sebenarnya artropoda juga mempunyai eudoskeleton 1 (rangka dalam) penunjang yang luas sebagai tempat penempelan urat-urat daging. Sifat-sifat dinding tubuh pada seranggaini mempengaruhi cara zat-zat seperti air dan oksigen bergerak masuk dan keluar dari tubuh serangga. Integumen seekor serangga terdiri dari tiga lapisan utama : satu lapisan sel yakni epidermis, lapisan aseluler yang tipis dibawah epidermis (menuju kebagian dalam hewan) yakni selaput dasar, dan lapisan aseluler lainnya yang disekresikan oleh sel-sel epidermis dan kemudian keluar yang disebut kutikula. Kutikula merupakan lapisan kimiawi yang kompleks, tidak hanya berbeda struktur tetapi bahkan berbeda ciri-cirinya antara serangga satu dengan lainnya. Kutikula terbuat dari rangkain polisakarida, kitin yang terbungkus dalammatirks protein. Kepala Kepala serangga terdiri dari satu rentetan ruas-ruas metamer tubuh yang secara bersama berguna untuk pengumpulan makanan dan manipulasi, penerimaan sensori dan perpaduan syaraf. Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada kepala terdapat alat mulut, antenna, mata majemuk dan mata tunggal (osellus). Permukaan belakang kepala serangga sebagian besar berupa lubang (foramen magnum atau foramen oksipitale). Memalalui lubang ini berjalan urat saraf ventral, trakea, sistem pencernaan, urat-daging dan kadang-kadang saluran darah dorsal. Toraks Toraks adalah tagma lokomotor tubuh yang mengandung tungkai-tungkai dan sayapsayap. Toraks terdiri dari tiga ruas bagian :anterior protoraks, mesotoraks dan bagian posterior metatoraks. Maksimum pada serangga terdapat dua pasang spirakel terbuka pada toraks, dimana 2 yang satu berkaitan dengan mesotoraks satunya dengan metatoraks. Pada serangga-serangga sekarang sayap-sayap timbul kebanyakan pada ruas-ruas mesotoraks dan metatoraks, secara kolektif dua ruas ini disebut pterotoraks. Mesotorkas dan metatorkas mengalami beberapa perubahan yang berkaitan dengan penerbangan yang tidak dimiliki protoraks. Protoraks dihubungkan ke kepala oleh suatu daerah serupa leher yang disebut serviks. Tungkai-tungkai toraks serangga bersklerotisasi dan selanjutnya menjadi sejumlah ruas. Gerakan-gerakan sebuah tungkai tergantng dari perurat-dagingannya dan sifat persendian antara ruas-ruasnya. Sayapsayap serangga adalah pertumbuhan-pertumbuhan keluar dari dinding tubuh yang terletak dorsolateral antara nota dan pleura. Pada umumnya dua pasang sayap terdapat pada serangga hidup yang terletak pada ruas-ruas mesotoraks dan metatoraks. Rangka-rangka sayap adalah struktur yang bergeronggong yang mungkin mengandung syaraf, trakea dan heolimf (darah). Abdomen Abdomen pada serangga primitif tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh bagian seperti selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak sama. Pada serangga primitif (belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah 12. Perkembangan evolusi serangga menunjukan adanya tanda-tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan banyaknya ruas abdomen. Sistem Pencernaan Serangga Serangga memakan hampir segala zat organik yang terdapat dialam. Saluran pencernaan adalah suatu buluh, biasanya agak berkelok, yang memanjang dari mulut sampai dubur. Saluran pencernaan dibedakan menjadi tiga daerah pokok: usus depan atau stomodeum (foregut), usus tengah atau mesenteron (mogut) dan usus belakang atau proktodaeum (hindgut). 3 a. Saluran Pencernaan Depan Pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran pencernaan bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan setiap pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpan makanan dan sedikit melakukan pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan masih adanya enzim-enzim yang terbawa dari mulut. Saluran pencernaan depan tersusun dari otot-otot yang memanjang (longitudinal), otototot melingkar (circular), sel-sel ephitelium yang pipih, sel-sel yang bersifat impermeable. Akibat pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal menyebabkan makanan dapat bergerak ke saluran tengah. Saluran pencernaan depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai berikut : Rongga mulut sebagai masuknya makanan Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga mulut yang berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel pada faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang mendorong makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil cairan. Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang berfungsi mendorong makanan dari faring ke tembolok. Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai penyimpan makanan. Enzim didapat dari makanaan yang tercampur air liur yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim dari mesenteron yang 4 dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus bertindak sebagai klep yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi tidak menghalangi muntahan cairan. Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi yang beraneka ragam pada berbagai serangga. Pada serangga pemakan bahan padat, proventrikulus berfungsi sebagai pemecah makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan proventrikulus termodifikasi menjadi katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di daalm proventrikulus berkembang menjadi enam keping otot yang keras atau geligi yang berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol jalannya makanan dari stomadeum ke mesenteron. b. Saluran Pencernaan Tengah Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki kutikula dan sebagai gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Otot-otot pada saluran ini berkembang. Menurut Chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn oleh otot longitudinal, otot melingkar, sel-sel epityelium yang berbentuk kolumnar, sel-sel regeneratif (penghasil enzim) dan membran peritropik. Pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih disebabkan oleh membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari makanan dan mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua pendapat mengenai terjadinya membran tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan tengah, sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel kolumnar sendiri. Lumen memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang dapat membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk pergerakan makanan. Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagai tempat sintesis protein untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Pada sel epitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet. Pada selaput dasar memiliki banyak lekukan-lekukan dan disana banyak terdapat mitokondria yang panjang-panjang sehingga 5 hal tersebut menjadi pembeda dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah terdiri dari grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis dan absorbsi nutrisi. c. Saluran Pencernaan Belakang Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak terserap pada saat di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari jaringan ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang disebut intima. Pada saluran inilah sifat hemoestasis serangga terdapat. Saluran pencernaan belakang menurut Snogras (1935) tersusun dari otot melingkar, otot longitudinal, sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus, intima yang bersifat permiabel. Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat menyebabkan sisa makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui anus. Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung malphigi Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimfa atau juga penyerapan amonia pada serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum ini terdapat kantung-kantung tempat organisme lain bersimbiosis (Chapman, 1982) Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga tertentu memiliki insang trakea. Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang memanjang dan ada yang membentuk bantalan Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya feces. Terdapat beberapa jenis kelenjar yang dapat berasosiasi dengan sistem pencernaan diantaranya adalah kelenjar mandibel, kelenjar maksila, kelenjar faring dan kelenjar labium. Sistem Ekresi Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut. 6 Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses. Sistem Pernapasan Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata. 7 Serangga mempunyai sistem pernapasan yang disebut sistem trakea. Oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh untuk oksidasi tidak diedarkan oleh darah tetapi diedarkan oleh trakea yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang kecil trakea yang menembus jaringan tubuh disebut trakeolus. Masuknya udara untuk pernapasan tidak melalui mulut melainkan melalui stigma (spirakel). Proses pernapasan pada serangga terjadi sebagai berikut. Dengan adanya kontraksi otototot tubuh, maka tubuh serangga menjadi mengembang dan mengempis secara teratur. Pada waktu tubuh serangga mengembang, udara masuk melalui stigma, selanjutnya masuk ke dalam trakea, kemudian ke dalam trakeolus dan akhirnya masuk ke dalam sel-sel tubuh. Oksigen berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. Karbondioksida hasil pernapasan dikeluarkan melalui sistem trakea juga yang akhirnya dikeluarkan melalui stigma pada waktu tubuh serangga mengempis. Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan. Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea 8 Sistem Peredaran Darah Sistem sirkulatori pada serangga terdiri dari jantung yang hanya merupakan pembuluh dorsal dengan pergerakan peristaltik untuk memompa darah atau haemolymph. Serangga memiliki jantung yang berbentuk tabung panjang dengan bagian-bagian gelembung pembuluh darah. Letak jantung serangga berada pada punggung, tepatnya di dalam bagian homosoel yang memanjang. Bagian tersebut disebut sinus. Sedangkan pembuluh darah besar (aorta) meninggalkan jantung bagian depan, belakang, dan seringkali bagian bawahnya. Kemudian pembuluh darah tersebut menjadi ccabang-cabang yang membawa hemolimfa ke berbagai organ dan jaringan-jaringan tubuh. Hemolimfa (haemolymph) adalah cairan yang tersusun atas darah dan aairan interstisial. Haemolymph yang terdiri dari larutan berair, ion-ion anorganik, lipid, gula (trehalose), asam amino, protein, asam organic dan sel-sel darah berfungsi untuk pertukaran zat antar jaringan, mengangkut hormon dan nutrien dari usus ke jaringan dan barang buangan dari jaringan ke organ ekskretori. Hemolimfa dari abdomen dipompa oleh jantung ke aorta kemudian ke kepala kemudian ke jaringan-jaringan lalu kembali ke abdomen, dan siklus dimulai lagi. Peredaran darah pada serangga diatur oleh sistem pompa otot-otot melalui rongga-rongga dalam tubuh yang dipisahkan oleh septa. Organ peredaran darah serangga terdiri atas jantung dan arteri. Pada sebagian besar serangga, hemosel terbagi menjadi beberapa rongga (sinus) oleh septa. Aorta mengantarkan darah ke kepala dan bermuara di belakang atau di bawah otak. Organ denyut ditemui di toraks yang memelihara peredaran darah di pembuluh sayap. 9 Gambar: peredaran darah serangga Sistem saraf Jaringan saraf dapat dibagi ke dalam saraf pusat dan saraf tepi. Saraf pusat terdiri dari sepasang rantai saraf rantai yang terdapat di sepanjang tubuh bagian ventral. Sistem saraf serangga berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya. Sistem saraf yang terdiri dari serangkaian ganglia, dihubungkan dengan tali saraf ventral terdiri dari dua paralel connectives sepanjang perut. Biasanya, setiap segmen tubuh memiliki satu ganglion pada setiap sisi, meskipun beberapa ganglia yang melebur untuk membentuk otak 10 dan ganglia besar lainnya. Segmen kepala berisi otak, juga dikenal sebagai ganglion supraesophageal. Dalam sistem saraf serangga, otak anatomis dibagi ke dalam protocerebrum yang mencakup mata majemuk dan oselli, deutocerebrum yang mencakup antenna, dan tritocerebrum yang mencakup labrum dan usus depan. Segera di belakang otak adalah subesophageal ganglion, yang terdiri dari tiga pasang ganglia menyatu. Ini mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan otot-otot tertentu. Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia .Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak. Pada belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang disebut ganglia (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat peogolah rangsang. Ada 3 macam ganglion : (1) Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan antena. (2) Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah (labium). (3) Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan. Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu dengan ganglion yang lain. Sedangkan sel saraf tepi terdiri dari 3 macam sel saraf, yaitu : sel saraf indera: membawa impuls dari salat indera. sel perantara (internuncial): mrmbawa impuls antara sel saraf. 11 sel saraf motor: membawa impuls dari pusat integrasi ke otot. Ada 3 macam susunan, yaitu 1. Monopolar 2. Bipolar 3. Multipolar Susunan di atas disebut sebagai "neuron bipolar", sedang bentuk lainnya adalah "monopolar Neuron" seperti yang dijumpai pada SSP.Neuron bipolar dengan demikian lebih banyak dipergunakan untuk menerima dan meneruskan rangsang, sementara yang monopolar dipergunakan untuk memproses rangsang dan selanjutnya diantisipasi sesuai dengan jenis rangsang. Organ Peraba, Syaraf, dan Integrasinya Organ peraba dibagi atas photoreceptor, chemoreceptor dan mechanoreceptor. Organ yang terlihat dalam photoreceptor adalah mata dan mata serangga terbagi dalam dua bentuk, yaitu mata majemuk dan mata sederhana pada chemoreceptor, syaraf pengecap dan syaraf pembau bekerja untuk menghasilkan impuls. Bentuk mechanoreceptor dapat berupa trichoid, campaniform atau placoid. Receptor lain yang juga berperan dalam kehidupan serangga adalah hygroreceptor dan geomagneticreceptor. Sistem syaraf serangga terbagi menjadi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf visceral. Sistem syaraf pusat dibagi lagi menjadi supraesophaged ganglion dan subesophageal ganglion. Komponen utama dari sistem syaraf visceral adalah 12 stomodeal nervous system. Unit dasar dari sistem geuron motor, dan interneuron. Acetylcholine adalah transmiter kimia yang penting dalam membawa impuls melewati synapse. Gambar. Diagram sederhana aliran impuls dalam sistem saraf serangga Sistem Reproduksi Reproduksi serangga terjadi secara internal. Dalam proses menuju kedewasaannya dikenal ada pergantian bentuk yang disebut metamorfosis. Insecta kadang-kadang mengalami partenogenesis maupun paedogenesis. Partenogenesis ialah perkembangan embrio tanpa dibuahi oleh spermatozoid, misalnya lebah. Sedangkan paedogenesis ialah partenogenesis yang berlangsung di tubuh larva, misalnya Diptera. Dalam perkembangan menuju dewasa, Insecta mengalami perubahan bentuk luar dan dalam dari fase telur ke tingkat dewasa yang disebut metamorfosis. Fertilisasinya internal, artinya pembuahan sel telur pleh spermatozoid berlangsung di dalam tubuh induk betina. 13 Organ Perkembangbiakan Betina : Ovarium terdiri dari beberapa tabung ovariol, yang pada bagian ujungnya menggulunh dan diselaputi oleh jaringan ikat sehingga tampak dari luar sebagai bulatan. Lalat tsetse hanya mempunyai satu ovariol, sedangkan rayap mempunyai 2000 buah ovariol. Pelengkap organ reproduksi betina Reseptakulum seminis, disebut juga spermateka, suatu tempat untuk menyimpan sperma. Dengan adanya bagian ini, sperma dapat disimpan untuk beberapa lama antara waktu kawin dan waktu telur dibuahi. Bursa kopulatrik, juga merupakan suatu tempat penyimpanan sperma. sperma disimpan di sini dulu sebelum dipindahkan ke resepatakulum seminalais. Kelenjar pelengkap, satu atau dua pasang, disebut juga kelenjar „colleterial‟ yang dapat mengeluarkan bahan koriol (pembungkus telur) Organ Perkembangbiakan Jantan: Testis yang merupakan organ perkembangbiakan pada serangga jantan, terdiri dari beberapa tabung. tabung ini tidak panjang dan tidak tergulung seperti ovariol. Alat pembantu dapat berupa pertumbuhan semacam penis yang disebut aedeagus dan klasper atau alat penjepit. Terdapat juga kelenjar pembantu yang bermuara di pangkal saluran ejakulatori. Perkembangan Serangga Serangga berkembang dari telur yang terbentuk didalam ovarium serangga betina. Masa perkembangan serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik dan setelah menetas keluar dari telur dinamakan perkembangan pasca-embrionik. Perubahan bentuk atau ukuran serangga yang berlangsung selama perkembangan pasca-embrionik dinamakan metamorfosis. Perkembangan embrionik serangga dikelompokkan dalam tiga tipe. Pertama oviparitas, dimana pada tahap ini serangga meletakkan telur yang telah matang dan telah dibuahi. Telurtelur yang melewati vagina mendapat pembuahan dari sperma jantan sebelum diletakkan oleh serangga betina. Perkembangan embrionik terjadi diluar tubuh indunya dan memperoleh makanan dari kuning telur. Biasanya telur diletakkan pada mikrohabitat yang tepat, didekat atau pada makanan yang dibutuhkan. Sebagian besar serangga mengalami perkembangan oviparitas ini. Ovoviviparitas yakni telur berkembang dan dibuahi secara normal, tetapi mereka tetap 14 ditahan dan menetas di dalam tubuh serangga betina. Sediaan makanan cukuptersedia didalam telur sehingga embrio dapat menyelesaikan perkembangannya. Viviparitas yakni perkembangan terjadi di dalam tubuh serangga betina. Serangga tidak meletakkan telur, tetapi „melahirkan‟ larva atau nimfa. Perkembangan embrio berlangsung di dalam tubuh induknya dan embrio memperoleh sebagian zat makanannya langsung dari induknya. Perkembangan pasca-embrionik. Setelah telur menetas, serangga pradewasa mengalami serangkain perubahan sampai mencapai bentuk serangga dewasa (imago). Keseluruhan rangkaian perubahan bentuk dan ukuran sejak telur sampai imago dinamakan metamorfosis. Dalam metamorfosis melibatkan proses ganti kulit yang disebut ekdisis dimana terjadi secara berkala. Pada proses ini eksoskleton ditanggalkan dan diganti dengan kulit yang baru sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan serangga. Tes Formatif : 1. Jelaskan bagian tubuh serangga dan fungsinya 2. Jelaskan sistem pencernaan serangga 3. Jelaskan sistem ekresi serangga 4. Jelaskan sistem peredaran darah serangga 5. Jelaskan sistem pernapasan serangga 6. Jelaskan sistem reproduksi serangga 7. Jelaskan sistem saraf serangga Referensi : 1. Borror, D.J., C.A. Triplehorn, & N.F. Johnson. 1992 Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Terjemahan S. Partosoedjono. UGM Press, Yogyakarta. 2. Chapman, R. F. 1983. The Insects, Structure and Function. 3 rd edition. Hodder and Stoughton. London. 3. Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 4. Gillot, C. 1980. Entomology. Plenum Press, New York & London. 5. Pedigo, L.P. 1991. Entomology and Pest Management. MacMilan Publishing Company. New York. 15