A. Latar Belakang Perlunya Bimbingan Konseling di Sekolah Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bidang pelayanan yang perlu dilaksanakan di dalam program pendidikan. Kebutuhan pelaksanaan bimbingan dan konseling berlatar belakang aspek, yaitu aspek psikologis, social budaya, Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pedagogis. Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan diperlukannya bimbingan dan konseling : 1. Latar Belakang Psikologis Latar belakang psikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan. Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individu penyesuaian diri serta masalah belajar. 2. Latar Belakang Sosial Budaya Individu merupakan biopsikososiospiritual, yang artinya bahwa individu makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Setiap anak sejak lahir tidak hanya mampu memenuhi tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya di mana individu itu tinggal, tuntutan budaya itu dilakukan agar segala dampak modrenisasi dapat di filter oleh individu tersebut secara otomatis, serta individu diharapkan dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan budaya yang sudah ada, agar dapat di terima dengan baik oleh lingkungan tersebut. Untuk mengembangkan semua kemampuan penyesuaian tersebut, sangat diperlukan sebuah bimbingan. 1 Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya mengatakan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan latar belakang berlandaskan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik. 3. Latar Belakang Perkembangan IPTEK Di era ini ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi berkembang sangat pesat, oleh karena itu diperlukannya Bimbingan dan Konseling, agar individu dapat mengetahui dampak positif dan negatifnya dari perkembangan tersebut. Lewat Bimbingan dan Konseling, individu diarahkan kepada dampak positif dari IPTEK yang lebih ditujukan pada penerapan teknologi yang harus dimilliki dan dikuasai karena semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat pekerjaan serta persaingan antar individu. Dengan teknologi jaringan tidak hanya mata kuliah atau bidang studi saja yang bisa memanfaatkan teknologi tinggi, melainkan hampir sebagian besar proses belajar mengajar termasuk BK (Bimbingan Konseling) atau Bimbingan Karier sudah bisa memanfaatkan teknologi. Terkait sasaran layanan makin kompleks, diperlukan pelayanan BK yang profesional. Salah satu syarat pekerjaan profesional itu adanya komitmen menerapkan keahlian. Lembaga ataupun sekolah harus selalu menyiapkan guru BK yang adaptif dengan perubahan iptek sehingga teori yang dipelajari relevan dengan tugas BK. Dengan teknologi khususnya jaringan komputer baik Intranet maupun Internet proses belajar mengajar, proses interaksi antara konselor dan klien bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan demikian peran teknologi tinggi dalam dunia pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan maksimal. 4. Latar Belakang Pedagogis 2 Tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Hubungan ini bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial. a. Perkembangan Pendidikan Sebagai suatu proses yang dinamis, pendidikan akan senantiasa berkembang dari saat ke saat sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari perkembangan pendidikan adalah adanya perubahanperubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar pembelajaran, alat bantu belajar, sumber-sumber, dan sebagainya. Perkembangan ini sudah tentu akan mempengaruhi kehidupan para siswa baik dalam bidang akademik, sosial, maupun pribadi. Para siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses yang berarti dalam keseluruhan proses belajarnya. Proses penyesuaian diri para siswa memerlukan bantuan yang sistematis melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling bagi para siswa pada hakekatnya merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan pendidikan. b. Peranan Guru Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama ialah mendidik yaitu membantu subjek didik untuk mencapai kedewasaan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka 3 seorang guru hendaknya memahami segala aspek pribadi anak didik baik segi jasmani maupun segi psikis. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangan anak didik, sistem motivasi / kebutuhan, pribadi, kecakapan, kesehatan mental, dan sebagainya. Tindakan yang bijaksana akan timbul juga apabila guru benar-benar memahami seluruh pribadi anak didik. Di samping memahami siswa, salah satu tugas guru yang tidak boleh diabaikan adalah mengenal dan mamahami dirinya. Memahami dan mengenal siswa tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik tanpa mengenal dan memahami dirinya sendiri. Guru harus mempunyai informasi yang cukup untuk dirinya sehubungan dengan peranannya, pekerjaan, kebutuhan dan motivasinya, kesehatan mentalnya, dan tingkatan kecakapan yang harus dimilikinya B. Pengertian Bimbingan Konseling Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral (Tohirin, 2011: 15). 1. Pengertian Bimbingan a. Pengertian Bimbingan Secara Etimologi Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “Guidance and Counseling” dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun tidak setiap bantuan adalah bimbingan. Misalnya seorang guru membisikkan jawaban suatu soal ujian pada waktu ujian, agar siswanya lulus, tentu saja “bantuan” itu bukan bentuk bantuan yang dimaksud dengan “bimbingan”. Bentuk bantuan dalam bimbingan membutuhkan syarat tertentu, bentuk tertentu, prosedur tertentu, dan pelaksanaan tertentu sesuai dengan dasar, prinsip, dan tujuannya. b. Pengertian Bimbingan Secara Terminologi 4 1) Miller (1961) dalam Surya (1988), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga, dan masyarakat (Tohirin, 2011: 16-17). 2) Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (Tohirin, 2011: 17). 3) Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya. (kutipan Djumhur dan M. Surya 1975). 4) Djumhur dan M. Surya memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian dari “Bimbingan” adalah bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku. 2. Pengertian Konseling 5 a. Pengertian Konseling Secara Etimologi Secara etimologis. Istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu “Consilium” yang berarti “dengan“ atau “bersama” yang dirangkai dengan kata “menerima” atau “memahami”. b. Pengertian Konseling Secara Terminologi 1) Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya (Tohirin, 2011: 22). 2) James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang. (kutipan Djumhur dan M. Surya (1975) . 3) Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. 4) Mortensen dan Schmuller dalam bukunya berjudul Guidance in today’s school (1964) mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalahnya. 5) Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri. 6 6) Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Dicipline mengemukakan bahwa konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam situasi itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah penyesuaian diri. 7) Sedangkan menurut American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan (Tohirin, 2011: 23). Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian “Konseling” adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. C. Persamaan dan Perbedaan dari Bimbingan dan Konseling 1. Persamaan Istilah bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki persamaanpersamaan tertentu. Persamaan yang lebih jelas antara keduanya terletak pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu sama-sama berusaha untuk memandirikan inidividu, sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan. Dengan kata lain, bimbingan itu merupakan satu 7 kesatuan dengan konseling yang mana konseling berada dalam kesatuan bimbingan tersebut. 2. Perbedaan Istilah bimbingan dan konseling juga memiliki perbedaan antara yang satu dengan lain, walaupun kedua istilah itu merupakan kegiatan yang terpadu dalam program pendidikan. Segi Ruang lingkup Masalah Tujuan layanan Fungsi Peranan Petugas Bimbingan Lebih luas karena mencakup usaha preventif, kuratif, preseveratif Menangani hal-hal yang non emosional, misalnya: masalah belajar, pemilihan jurusan, persiapan pekerjaan. Mengutamakan pencegahan agar siswa terhindar dari permasalahan. Secara berkelompok meskipun kadang bisa secara individual Preventif dan pengembangan Membantu pencapaian program dan tujuan pendidikan Guru bidang studi, wali kelas, kepala sekolah yang pernah mendapatkan pengetahuan mengenai dasar-dasar praktis bimbingan di sekolah. Konseling Kuratif Menitikberatkan pada masalah-masalah emosional Mengutamakan pemecahan permasalahan siswa agar siswa mampu mengatasi permasalahan yang mereka hadapi Lebih bersifat individual, walaupun kadang berkelompok Selain memiliki fungsifungsi bimbingan tetapi lebih fokus pada kuratif Membantu berlangsungnya perkembangan pribadi siswa yang sehat Konselor yang harus berpendidikan khusus yaitu sarjana bimbingan dan konseling D. Kesalahpahaman dari Bimbingan Konseling Kesalahpahaman bimbingan konseling bila dianalisa penyebabnya adalah kurang professionalnya konselor (guru pembimbing), selain itu penyebab kesalahpahaman juga disebabkan adanya (miskonsepsi) tentang bimbingan dan konseling oleh guru bidang studi, kepala sekolah, maupun staf sekolah yang lain. 8 Prayitno (2015) mengemukakan beberapa kesalahpahaman bimbingan dan konseling yang sering dijumpai di lapangan antara lain : 1. Layanan bimbingan dan konseling hanya bagi siswa yang bermasalah Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada setiap di sekolah, baik yang sudah memiliki permasalahan sedang memiliki permasalahan apapun. Bagi yang sudah memiliki permasalahan, tentulah dalam rangka pengentasan akan permasalahannya. namun bagi yang sedang tidak memiliki permasalahan. Dalam rangka mencegah terjadinya permasalahan siswa. 2. Bimbingan dan konseling semata-mata sebagai pemberi nasehat Dengan konseling bukan hanya bantuan yang berupa nasihat pemberi nasihat hanyalah merupakan salah satu atau Bagian kecil dari kegiatan bimbingan konseling. Pada dasarnya tidak hanya berlangsung sepihak saja, tapi kedua belah pihak klien dan konselor sama-sama aktif memecahkan masalah. melalui bimbingan dan konseling konselor mengajak klien menentukan pilihannya sendiri dan memutuskan sendiri apa yang akan dikerjakannya. 3. Bimbingan dan konseling ini orang-orang yang sakit dan kurang normal Kesan ini sering muncul di kalangan siswa bila ada siswa yang datang kepada konselor ia akan diberi cap sebagai anak yang sakit atau kurang normal. Hal ini karena konselor dalam membantu siswa kurang profesional. Untuk itu konselor harus memberikan sosialisasi tentang tugas dan tanggung jawab konselor, tentang program kerja layanan bimbingan dan konseling, terutama program layanan bimbingan dan konseling yang berisi rencana kerja bagi siswa di sekolah termasuk didalamnya program kerja untuk kegiatan yang berfungsi preventif. 4. Konselor dianggap sebagai polisi sekolah Kesan ini muncul karena sering diketahui bahwa barangsiapa yang melanggar tata tertib sekolah harus berurusan dengan konselor. Untuk itu sebaiknya petugas kedisiplinan sekolah bukan dirangkap oleh konselor, tapi oleh personil lain yang bertanggung jawab langsung terhadap tata tertib. 9 5. Konselor harus aktif sedangkan klien pasif Proses bimbingan adalah lah proses yang sistematis artinya konselor bertugas memberikan beberapa alternatif jalan keluar dan membiarkan klien yang memilih dan menentukan cara pemecahan permasalahan. 6. Adanya anggapan bahwa ke layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja Pandangan seperti ini muncul karena adanya anggapan bahwa pekerjaan bimbingan dan konseling sekedar memberikan nasihat saja. padahal layanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan yang profesional, sehingga hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pendidikan khusus yaitu lulusan dari jurusan bimbingan dan konseling. 7. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien Dalam bimbingan dan konseling proses pemecahan masalah bukanlah seperti resep dalam bidang medis. Cara pemecahan masalah dalam bidang bimbingan dan konseling harus memperhatikan individu yang dibimbing sehingga harus dikaji secara mendalam walaupun masalah klien tampak sama. 8. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah incidental Pada pelayan sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu yang lalu, sekarang dan yang akan datang. Di samping itu, konselor tidak seyogyanya menunggu saja klien yang datang dan mengemukakan masalahnya. Guru bimbingan dan konseling yang bertugas di sekolah harus menyusun program pelayanan bimbingan secara menyeluruh dan berkesinambungan dari waktu ke waktu, dimana program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun berdasarkan need assessment (analisis kebutuhan siswa) dan tugas-tugas perkembangan siswa di sekolah. 9. Guru bimbingan dan konseling bekerja sendiri Layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak akan bisa berjalan efektif dan mencapai tujuan secara maksimal tanpa adanya peran serta semua komponen sekolah, yaitu guru bidang studi, wali kelas, kepala sekolah, dan staf administrasi, kerja sama dengan oang tua siswa jugasangat dianjurkan karena waktu anak terbanyak justru di rumah bersama orang tua. 10 10. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat Disadari bahwa semua pihak menghendaki agar masalah yang yang dihadapi oleh klien segera mungkin dapat diatasi, hasilnya pun hendaknya dapat dilihat dengan segera namun harapan itupun sering kali tidak terkabul. Oleh karena itu, dalam hal ini bagi orang-orang yang menginginkan hasil segera tampak akan menjadi kecewa dan kekecewaan itu justru akan memetahkan usaha-usaha pengubahan pandangan, sikap, dan perilaku yang diinginkan. 11. Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrument Perlengkapan dan sarama utama yang pasti dan dapat dikembangkan pada diri konselor adalah keterampilan pribadi. Dengan kata lain, instrument (alat-alat tes, inventori, angket, dan sebagainya) hanyalah sekedar membantu. Ketiadaan alat-alat tersebut tidak boleh menghambat dan mengganggu apalagi melumpuhkan sama sekali pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Oleh karena itu konselor tidak boleh menjadikan ketiadaan instrument itu sebagai alasan atau dalih untuk mengurangi apalagi tidak melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. 12. Bimbingan dan konseling hanyalah menangani masalah yang dianggap ringan Tugas guru bimbingan dan konseling di sekolah yang paling penting adalah membantu memecahkan masalah siswa sampai tuntas. Namun, perlu diketaui bahwa guru bimbingan dan konseling juga memiliki keterbatasan, jadi apalagi ada masalah siswa di luar kemampuannya maka guru bimbingan dan konseling perlu mereferal kepada pada ahli yang berkompeten. E. Peran Guru Sebagai Pembimbing Peran guru sebagai pembimbing adalah guru melakukan kegiatan membimbing yaitu membantu murid yang mengalami kesulitan (belajar, pribadi, sosial), mengembangkan potensi murid melalui kegiatan-kegiatan kreatif di berbagai bidang (ilmu, seni, budaya, olahraga). Karakteristik-karakteristik pembimbing telah ada dalam diri guru untuk mengolah proses belajar-mengajar (PBM) Peran guru sebagai pembimbing diantaranya sebagai berikut: 1. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing atau dikonseling. 11 2. Membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien. 3. Membantu mengembangkan perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya. 4. Membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri. 12 BAB III PENUTUP A. Simpulan Bimbingan dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bidang pelayanan yang perlu dilaksanakan di dalam program pendidikan. Latar belakang perlunya Bimbingan Konseling di sekolah dasar terdiri dari beberapa aspek, yaitu aspek psikologis, social budaya, Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pedagogis. Istilah Bimbingan dan Konseling sendiri memiliki persamaan yang diantara keduanya terletak pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu sama-sama berusaha untuk memandirikan inidividu, sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan. Walaupun kedua istilah itu merupakan kegiatan yang terpadu dalam program pendidikan, namun istilah bimbingan dan konseling juga memiliki perbedaan antara yang satu dengan lain. Kesalahpahaman yang sering terjadi dalam bimbingan konseling penyebabnya adalah kurang professionalnya konselor (guru pembimbing), penyebab lainnya yaitu adanya (miskonsepsi) tentang bimbingan dan konseling oleh guru bidang studi, kepala sekolah, maupun staf sekolah yang lain. Guru sebagai pembimbing memiliki beberapa peran diantaranya: (1) Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing atau dikonseling, (2) Membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien, (3) Membantu mengembangkan perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya, (4) Membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri. B. Saran Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dan konseling dilaksanakan secara optimal membantu peserta didik untuk mampu mengarahkan perilakunya ke 13 hal-hal positif sehingga mampu membentuk karakter dan kepribadian peserta didik yang baik. Selain itu, perlu ditingkatkan kerja sama antara pihak sekolah, peserta didik, dan guru BK dalam melaksanakan program bimbingan konseling dan fungsinya. 14 DAFTAR PUSTAKA Hartati, Maria Theresia Sri. dkk. 2018. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Pess Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar–Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Yusuf, Syamsu, dan A. Juntika Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya 15