SELF LEARNING DEVELOPMENT SKANDAL KORPORASI DAN AKUNTAN OLEH GUGUS IRIANTO Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Akuntansi Forensik Oleh : Shafira Salsabilla GB – 206020300111011 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2021 REVIEW SKANDAL KORPORASI DAN AKUNTAN OLEH GUGUS IRIANTO JUDUL ARTIKEL Skandal Korporasi dan Akuntan PENULIS Gugus Irianto JURNAL Lintasan Ekonomi Volume XX, Nomor 2, Juli 2003 PENDAHULUAN Maraknya peristiwa runtuhnya perusahaanperusahaan raksasa di Amerika seperti WorldComp, Global Crossing Ltd, dll pada tahun 2001 yang lalu, dipicu oleh terkuaknya skandal korporasi seperti manipulasi pembukuan, penggelapan pajak, penipuan sekuritas, insider trading. Dari beberapa sebab tersebut, manipulasi pembukuan merupakan pemicu terbesar runtuhnya perusahaan-perusahaan tersebut. Manipulasi pembukuan ini terjadi karena adanya campur tanganakuntan, dan sedikit banyak menyebabkan nama baik akuntan tercoreng di mata publik yang berujung pada kesimpulan bahwa manipulasi pembukuan merupakan mega kolusi dari beberapa pihak yang memiliki andil terhadap perusahaan-perusahaan tersebut. TUJUAN Mengetahui berbagai dimensi perhatian untuk membangun citra akuntan yang terpercaya berkaca pada kejadian masa lalu. DESKRIPSI Fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit skandalyang melibatkan berbagai pelaku bisnis sesungguhnya bukan ha1 yang baru. Menariknya, benih-benih periiaku demikian sudah tersemaikan sejak berada di lingkungan pendidikan. Nuansan-ya beragam, dari perilaku atau tindakan yang tidak etis (ethical misconduct) sampai dengan kasus pelanggaran hukum. Beberapa survey telah membuktikan prilaku tidak etis di lingkungan pendidikan dapat menjadi predictor atas prilaku tidak etis dalam dunia kerja. Prilaku tidak etis dalam dunia kerja dapat dilihat dari banyaknya kasus penuntutan di pengadilan terhadap akuntan publik. Pemicu penuntutan tersbut, salah satunya adalah karena kelalaian akuntan untuk mengungkap terjadinya kecurangan / fraud oleh manajemen. Implikasi dari kecurangan. tersebut, perusahaan tidak hanya di denda secara finansial, tetapi juga dituntut untuk mematuhi sanksi hukum yang 1 telah diputuskan. Kasus manipulasi pembukuan di perusahaan tersebut juga terjadi di Indonesia, BAPEPAM telah menjatuhkan sanksi kepada berbagai pihak baik kepada perorangan maupun lembaga yang berbentuk badan hukum yang melakukan kecurangan. Berdasarkan fenomena tersebut maka fokus utama yang dikedepankan adalah pencegahan, agar kasus-kasus tersebut tidak lagi terulang di masa depan. Diantara berbagai faktor penyebab terjadinya penuntutan terhadap akuntan, expectation gap merupakan salah satunya. Expectation gap itu sendiri merupakan perbedaaan harapan antara auditor dengan pemakai laporan keuangan dalam memandang tanggung jawab auditor dalam mendeteksi dan melaporkan terjadinya kecurangan yang dilakukan manajemen. Terdapat keterbatasan peran auditor dalam mendeteksi kecurangan, hal ini dikarenakan auditor tugas profesionalnya berdasarkan standar profesinya yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemakai laporan keuangan. Untuk menutupi keterbatasan tersebut maka diterbitkanlah Statement Auditing Procedure yang mencoba melindungi profesi akuntan. Hal ini juga diadopsi oleh Indonesia melalui IAI, ikatan akuntan Indonesia. Pembentukan standar-standar baru yang ada bertujuan untuk memperkecil expectation gap, karena jika expectation gap tesebut terus berkembang, maka akan sampai masa dimana kompetensi auditor akan dipertanyakan. KESIMPULAN Akuntan selalu berperan aktif dalam segala aktivitas perusahaan. Mereka juga memiliki peran penting dalam menyusun laporan keuangan yang nantinya akan digunakan oleh berbagai pihak untuk pengambilan keputusan. Banyak kasus skandal yang telah terjadi dan tentunya mengarah pada praktik para akuntan karena hal tersebut adalah bagian dari pekerjaan mereka. Kejadian-kejadian tersebut sekali lagi menyebabkan citra akuntan di mata publik menjadi dipertanyakan. Organisasi profesi akuntan memiliki peran yang penting dalam menetapkan segala jenis peraturan dan petunjukpetunjuk bagi seluruh akuntan dalam praktiknya di lapangan. Sesungguhnya segala arahan yang telah ditetapkan sudah mencukupi 2 tapi semuanya akan kembali lagi kepada bagaimana integritas para akuntan professional bertindak di lapangan. Di sisi lain, peran pendidikan juga tidak kalah penting dalam proses pembentukan karakter, dasar, serta integritas bagi setiap insan muda. Proses pendidikan tidaklah selalu sempurna tetapi kesempurnaan itu perlu dimaksimalkan untuk meminimalisir karakter-karakter menyimpang. Pendidikan adalah salah satu cara yang paling ampuh dalam pembentukan karakter. Jadi, saat proses pendidikan sudah tepat dan efektif maka integritas diri dari masing-masing insan muda itu akan terbentuk dengan sendirinya. HAL YANG DAPAT Ketika seluruh akuntan telah mampu menjaga integritasnya tentunya DIPELAJARI akan mampu menekan segitiga fraud yang telah ada dan menciptakan citra profesi yang baik. 3