Uploaded by User94494

BIOTEKNOLOGI MIKROBIOLOGI PERTANIAN

advertisement
BIOTEKNOLOGI
(IPA1651)
MIKROBIOLOGI PERTANIAN DAN PETERNAKAN
DISUSUN OLEH:
PUTU NITA KUSUMA
1713071012
NI PUTU CINTYA RAHMAWATI
1713071014
NI LUH PUTU OKTIYANA RISTA AYUNI
1713071031
NI LUH PUTU ANDIKA
1713071045
KELAS 7B
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA
JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Bioteknologi ini dengan
judul Mikrobiologi Pertanian dan Peternakan tepat pada waktunya tanpa halangan
yang berarti.
Dengan selesainya makalah ini, tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah memberikan masukan serta bimbingan kepada kami. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si dan Luh Mitha Priyanka, S.Pd.,
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Bioteknologi.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan moral maupun
material, serta,
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari materi maupun lain sebagainya mengingat terbatasnya
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan guna untuk menyempurnakan makalah ini.
Layaknya sebuah pepatah menyebutkan tiada gading yang tak retak.
Singaraja, 20 November 2020
Penulis
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bioteknologi Pertanian ........................................................................... 3
2.2 Peranan Mikroba dan Nutrisi Tumbuhan ............................................... 5
2.3 Bioteknologi Peternakan ......................................................................... 13
2.4 Peranan Mikroba dan Nutrisi Hewan ..................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
3.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
III
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis Bakteri yang Dapat Menambat N Secara Non Simbiosik ......... 8
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Mikrobiologi adalah
salah satu cabang ilmu biologi yang didukung oleh ilmu kimia, fisika, dan
biokimia. Mikroorganisme adalah kajian tentang makhluk hidup (organisme) yang
berukuran sangat kecil untuk dapat dilihat dengan kasat mata. Mikroorganisme
meliputi protozoa, algae (ganggang), fungi (jamur), lichenes, bakteri, dan virus.
Keseluruhan mikroorganisme tersebut berpengaruh penting dalam bidang
pertanian. Beberapa mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit pada tanaman,
walaupun demikian jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
mikroorganisme yang menguntungkan dalam artian berperan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan dan nutrisi tanaman. Mikroorganisme memiliki
peranan kunci dalam menjaga, memulihkan, dan meningkatkan kualitas tanah
serta memacu pertumbuhan tanaman. Di tanah banyak dijumpai mikroorganisme
yang mampu menyediakan Nitrogen, Fosfor, Sulfur, dan unsur-unsur lainnya
seperti Fe, Cu, Mn, dan zat pemacu tumbuh bagi tanaman. Terdapat pula
mikroorganisme yang mampu menekan populasi, mikroorganisme penyebab
penyakit, dan mikroorganisme yang mampu menghilangkan cemaran
organik/anorganik.
Selain pada bidang pertanian, mikobiologi juga diterapkan pada bidang
peternakan. Sudah lazim diketahui bahwa peternakan sangat bergantung pada
ketersediaan pakan. Berbagai teknologi telah diterapkan untuk mempertahankan
ketersediaan pakan terutama pada musim kering yang panjang bagi ruminansia
dan berguna untuk mengoptimumkan kinerja rumen pada hewan ruminansia.
Salah satu teknologi yang diterapkan pada bidang nutrisi berupa pakan hewan
adalah berupa probiotik. Peran mikoorganisme dalam bidang pertanian dan
peternakan ini sangat penting untuk dikaji karena masyarakat Indonesia sebagian
besar bergelut dengan dunia pertanian dan pemenuhan konsumsi berasal dari
tumbuhan dan hewan. Sehingga pada tulisan ini dibahas mengenai
mikroorganisme yang berperan dalam nutrisi tumbuhan dan hewan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, rumusan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan bioteknologi pada bidang pertanian?
2. Bagaimana mikroorganisme yang berperan dalam nutrisi tumbuhan?
3. Bagaimana penerapan bioteknologi pada bidang peternakan?
4. Bagaimana mikroorganisme yang berperan dalam nutrisi hewan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, tujuan penulisan
makalah ini sebagai berikut.
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
1
1. Menganalisis dan menjelaskan penerapan bioteknologi pada bidang
pertanian.
2. Menganalisis dan menjelaskan mikroorganisme yang berperan dalam
nutrisi tumbuhan.
3. Menganalisis dan menjelaskan penerapan bioteknologi pada bidang
peternakan.
4. Menganalisis dan menjelaskan mikroorganisme yang berperan dalam
nutrisi hewan.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Dosen Pengampu Matakuliah Bioteknologi
Dosen pengampu mata kuliah bioteknologi dapat mengetahui tingkat
pengetahuan dan wawasan penulis dalam menyusun makalah dan
menyajikannya dalam forum ilmiah serta memberikan masukan yang bersifat
membangun dan memperkaya wawasan penulis dalam rangka perbaikan
dalam penyusunan makalah berikutnya. Selain itu diharapkan pula terdapat
hubungan timbal balik dalam memberikan pengetahuan dan koreksi terhadap
materi dan informasi yang disajikan dalam makalah ini.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiwa diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman
mengenai mikrobiologi pertanian yang nantinya akan dapat memberikan
sumbangsih ilmu pengetahuan dalam bidang nutrisi pada tumbuhan dan
hewan yang memanfaatkan mikoorganisme. Selain itu materi ini merupakan
wawasan menarik untuk dipelajari dan digali lebih lanjut melalui penyusunan
makalah ini.
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bioteknologi Pertanian
Perkembangan biologi molekuler memberikan dampak yang besar
terhadap kemajuan berbagai cabang ilmu, termasuk pemuliaan tanaman. Suatu
hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan genetis melalui pemuliaan
tanaman konvensional telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam
penyediaan pangan dunia. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan
produksi pangan dunia melalui revolusi hijau. Namun, fakta saat ini telah
menunjukkan bahwa ketersediaan pangan masih terancam akibat ledakan
penduduk.
Kehadiran bioteknologi memberikan harapan baru untuk mengatasi
bahaya kelaparan dan kerawanan pangan global. Perbaikan sifat tanaman telah
dapat ditangani secara molekuler meskipun masih ada keterbatasannya.
Tampaknya, revolusi hijau telah berakhir dan kita menyongsong era revolusi gen
melalui bioteknologi. Kemajuan yang dicapai bioteknologi saat ini
memungkinkan pemanfaatan yang tak terbatas. Peran keanekaragaman sangat
besar mengingat keanekaragaman hayati adalah bahan dasar dari penerapan
bioteknologi. Kini melalui rekayaka genetika telah dihasilkan berbagai tanaman
transgenik diantaranya sebagai berikut.
a) Tanaman Kebal Terhadap Hama dan Penyakit
Dengan rekayasa genetika, para ahli bioteknologi menyisipkan gen
bakteri Bacillus thuringiensis yang dapat menghasilkan senyawa endotoksin
(senyawa racun) pada tanaman budidaya. Tanaman yang telah disisipi gen
bakteri tersebut dinamakan tanaman transgenik. Tanaman transgenik tersebut
tidak perlu disemprot dengan pestisida untuk menyingkirkan hama dan
penyakit yang menyerangnya, karena telah memiliki kemampuan
memberantas hama dan penyakit dengan senyawa racun yang dikandungnya.
b) Tanaman yang Dapat Memfiksasi Nitrogen
Serealia atau tumbuhan rumput-rumputan berbiji merupakan
tumbuhan yang menyuplai 50% makanan pokok penduduk dunia. Namun
sayangnya, serealia tidak memiliki simbion bakteri di akar-akarnya untuk
memfiksasi nitrogen (N2) sehingga kebutuhan nitrogen diperoleh dari
penambahan pupuk buatan. Kelebihan pupuk buatan yang diberikan dapat
terbilas air dan mencemari air minum yang dikonsumsi manusia di
lingkungan sekitarnya.
Dengan bioteknologi, para ilmuan mengembangkan tumbuhan yang
akarnya dapat bersimbiosis dengan Rhizobium. Ide ini melibatkan gen nif
yang dapat mengontrol fiksasi nitrogen. Para ilmuan menyisipkan gen ini
pada tumbuhan serealia yang sesuai, bakteri yang berasosiasi dengan
tumbuhan serealia, dan plasmit Ti (Tumor Inducing) dari Agrobacterium dan
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
3
kemudian menginfeksikannya ke tumbuhan yang sesuai dengan bakteri yang
telah direkayasa.
Ahli biologi memanfaatkan rekayasa genetika untuk mengisolasi gen
yang diinginkan kemudian menyisipkannya ke sel organisme lain yang
dikehendaki. Dalam penyisipan gen ini para ahli biologi memanfaatkan
bakteri Agrobacterium tumefaciens untuk memasukkan gen ke sel-sel
tumbuhan.
Sel Agrobacterium memiliki DNA yang disebut plasmid Ti. Gen
yang dikehendaki disisipkan dulu ke plasmit Ti. Tumbuhan yang diinfeksi
Agrobacterium memiliki tumor yang disebabkan oleh Ti. Tumor ini disebut
crown gall yang masing-masing mengandung plasmid Ti yang telah disisipi
gen. Tumbuhan hasil kultur ini telah memiliki sifat yang berbeda karena telah
disisipi gen sehingga sifat tumbuhan menjadi sesuai dengan gen yang
disisipkan.
c) Padi Transgenik
Teknologi DNA rekombinan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh
tanaman padi transgenik. Contohnya tanaman padi rojolele transgenik yang
mampu mengekspresikan laktoferin dan tanaman padi yang tahan terhadap
cuaca dingin. Untuk mendapatkan tanaman padi yang tahan terhadap cuaca
dingin caranya dengan memasukkan gen tahan dingin dari hewan yang hidup
di tempat dingin ke dalam kromosom tanaman padi.
d) Tembakau Resistan terhadap Virus
Teknologi DNA rekombinan juga dapat dimanfaatkan untuk
memperoleh tanaman tembakau yang tahan terhadap virus TMV (Tobacco
Mozaic Virus). Teknologi tersebut dikembangkan oleh Beachy, seorang
ilmuan dari Universitas Washington (AS). Plasmid Ti digabung dengan gen
yang tahan terhadap penyakit TMV, kemudian dimasukkan ke dalam
kromosom tembakau. Kromosom tersebut kemudian diperbanyak melalui
teknik kultur jaringan. Hasil akhirnya adalah tanaman tembakau tahan
terhadap infeksi virus TMV.
e) Bunga Anti Layu dan Buah Tahan Busuk
Hormon pertumbuhan yang mengakibatkan bunga menjadi layu
adalah hormon etilen. Kelayuan pada bunga terjadi akibat adanya gen yang
sensitif pada mahkota bunga. Jika gen tersebut diganti dengan gen yang
kurang sensitif, kelayuan pada bunga dapat ditunda. Dengan metode ini telah
dikembangkan anyelir transgenik yang mampu bertahan segar selama tiga
minggu. Sementara itu, anyelir normal hanya mampu bertahan tiga hari.
Hormon etilen juga merangsang pematangan buah. Jika aktivitas gen
penghasil etilen dapat dihambat melalui rekayasa genetika, maka buah akan
tetap segar dalam waktu lama. Contohnya pada tomat Flavr savr yang tahan
busuk.
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
4
f)
Tanaman Kapas Anti Serangga
Tanaman kapas transgenik anti serangga diperoleh dengan
memasukkan gen delta endotoksin Bacillus thuringiensis ke dalam tanaman
kapas melalui teknik DNA rekombinan. Selanjutnya, tanaman tersebut akan
memproduksi protein delta endotoksin. Protein ini akan bereaksi dengan
enzim yang diproduksi oleh lambung serangga. Reaksi ini mengubah enzim
tersebut menjadi racun. Dengan demikian, serangga yang memakan tanaman
tersebut akan mengalami keracuan kemudian mati.
g) Pembuat Pupuk Organik
Pupuk organik dibuat dengan memanfaatkan mikroorganisme.
Keunggulan teknik tersebut yaitu penggunaan agen biologi untuk mengurangi
penggunaan asam organik sehingga dapat mengurangi pencemaran
lingkungan dan biaya produksi. Contohnya pupuk super posfat yang dibuat
melalui teknik Bio-SP menggunakan mikroorganisme pelarut posfat.
2.2 Peranan Mikroba dalam Nutrisi Tumbuhan (Pupuk Organik)
Salah satu kriteria yang menjadi syarat pertanian organik adalah tidak
menggunakan bahan artifisial seperti pupuk buatan, insektisida, herbisida,
fungisida, hormon tumbuh pada tanah dan ekosistem. Di lain pihak untuk
menghasilkan produktivitas tanaman yang tinggi sebagian besar petani masih
menggantungkan harapannya ada pupuk buatan yang diketahui cepat
menunjukkan respon seperti yang diharapkan. Walaupun pupuk buatan dan
pestisida mampu meningkatkan produksi tanaman secara nyata tetapi juga
berdampak negatif terhadap pencemaran lingkungan antara lain kesuburan tanah
menurun dengan cepat, pencemaran air dan tanah, bahaya residu pestisida,
penurunan keanekaragaman hayati (biodiversiti), dan ketergantungan pada energi
yang tidak dapat diperbaharui meningkat.
Upaya mengatasi masalah diatas dapat dilakukan dengan meningkatkan peran
mikroba tanah yang bermanfaat melalui berbagai aktivitasnya yaitu:
a) Meningkatkan kandungan beberapa unsur hara di dalam tanah.
b) Meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
c) Meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara.
d) Menekan mikroba tular tanah patogen melalui interaksi kompetisi.
e) Memproduksi zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan
perkembangan sistem perakaran tanaman.
f) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah heterotrof yang bermanfaat
melalui aplikasi bahan organik.
2.2.1 Peran Mikroba Tanah Dalam Penyediaan dan Penyerapan Unsur
Hara
Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun.
Sebagian besar unsur hara diserap dari dalam tanah, hanya sebagian kecil
yaitu unsur C dan O diambil tanaman dari udara melalui stomata. Tanaman
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
5
menyerap unsur hara dari dalam tanah umumnya dalam bentuk ion (NH4+ ,
NO3-, H2PO4-, K+, Ca2+, dll). Unsur hara tersebut dapat tersedia di sekitar
akar tanaman melalui aliran massa, difusi dan intersepsi akar.
Sistem perakaran sangat penting dalam penyerapan unsur hara karena
sistem perakaran yang baik akan memperpendek jarak yang ditempuh unsur
hara untuk mendekati akar tanaman. Bagi tanaman yang sistem perakarannya
kurang berkembang, peran akar dapat ditingkatkan dengan adanya interaksi
simbiosis dengan jamur mikoriza. Mikroba tanah akan berkumpul di dekat
perakaran tanaman (rhizosfer) yang menghsilkan eksudat akar dan serpihan
tudung akar sebagai sumber makanan mikroba tanah. Bila populasi mikroba
di sekitar rhizosfer didominasi oleh mikroba yang menguntungkan tanaman,
maka tanaman akan memperoleh manfaat yang besar dengan hadirnya
mikroba tersebut. Tujuan tersebut dapat tercapai hanya apaliba kita
menginokulasikan mikroba yang bermanfaat sebagai inokulan di sekitar
perakaran tanaman.
Sebagian besar penyebab kekurangan unsur hara didalam tanah adalah
karena jumlah unsur hara (makro) sedikit atau dalam bentuk tidak tersedia
yaitu diikat oleh mineral liat atau ion-ion yang terlarut dalam tanah. Untuk
meningkatkan kuantitas unsur hara makro terutama N dapat dilakukan dengan
meningkatkan peran mikroba perambat N simbiotik dan non simbiotik.
Ketersediaan P dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan mikroba pelarut P,
karena masalah pertama P adalah sebagaian besar P dalam tanah dalam
bentuk tidak dapat diambil tanaman atau dalam bentuk mineral anorganik
yang sukar larut seperti C32HPO4-. Jamur mikoriza dapat pula meningkatkan
penyerapan Sebagian unsur hara makro dan mikro terutama unsur hara
immobile yaitu P dan Cu.
Mikroba tanah juga mengahasilkan metabolit yang mempunyai efek
sebagai zat pengatur tubuh. Bakteri Acotobacter selain dapat menambah N
juga mengahasilkan thiamin, riboflavin, nicotin idol acetic acid dan giberelin
yang dapat mempercepat perkecambahan bila diaplikasikan pada benih dan
merangsang regenerasi bulu-bulu akar sehingga penyerapan unsur hara
melalui akar menjadi optimal. Metabolit mikroba yang bersifat antagonis bagi
mikroba lainnya seperti antibiotik dapat pula dimanfaatkan untuk menekan
mikoba patogen tular tanah disekitar perakaran tanaman. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya mikroba tanah melakukan immobilisasi berbagai unsur
hara sehingga dapat mengurangi hilangnya unsur hara melalui pencucian.
Unsur hara yang diimobilisasi diubah sebagai massa sel mikroba dan akan
Kembali lagi tersedia untuk tanaman setelah terjadi mineralisasi yaitu apabila
mikroba mati.
2.2.2 Mikroba Tanah yang Bermafaat
Peran mikroba tanah dalam siklus sebagai unsur hara di dalam tanah
sangat penting, sehingga bila salah satu jenis mikroba tersebut tidak berfungsi
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
6
maka akan terjadi ketimpangan dalam daur unsur hara di dalam tanah.
Ketersediaan unsur hara sangat berkaitan dengan aktivitas mikroba yang
terlibat di dalamnya.
a) Mikroba Penambat Nitrogen
Beberapa reaksi redoks dari nitrogen terjadi secara alami
hampir eksklusif oleh mikroorganisme, dan keterlibatan mikrobia di
dalam siklus nitrogen mempunyai arti penting. Secara termodinamis,
gas nitrogen N2+ adalah bentuk stabil dari nitrogen, dan itu akan
menjadi bentuk bolak-balik dari nitrogen di bawah kondisi
keseimbangan. Dijelaskan bahwa reservoir utama untuk nitrogen di
atas bumi ini adalah di atmosfer. Ini berbeda dengan karbon, di mana
atmosfer adalah suatu reservoir minor secara relatif (CO2, CH4).
Hanya suatu jumlah relatif kecil mikroorganisme bisa menggunakan
N2+ prosesnya disebut fiksasi nitrogen, pendauran ulang nitrogen di
atas bumi melibatkan sejumlah perubahan bentuk, amoniak dan nitrat.
Bagaimanapun, sebab N2 betul-betul reservoir nitrogen yang tersebar
tersedia untuk mikroorganisme hidup, kemampuan untuk
menggunakan N2 arti penting ekologis.
Fiksasi nitrogen dapat juga terjadi secara kimiawi di dalam
atmosfer, melalui petir, dan suatu jumlah tertentu fiksasi nitrogen
terjadi di dalam industry produksi pupuk nitrogen, sekitar 85% fiksasi
nitrogen di atas bumi berasal dari proses biologis, sekitar 60% fiksasi
nitrogen biologi terjadi di daratan, dan yang 40% fiksasi nitrogen
biologi terjadi di samudra.
Di bawah kebanyakan kondisi, hasil akhir dissimilatory
reduksi nitrat adalah N2 dan N2O, dan konversi nitrat ke gas bahan
campuran nitrogen disebut denitrifikasi. Proses ini dibentuk dari gas
N2 secara biologi, dan sebab N2 sangat sedikit digunakan oleh
mikroorganisme dibandingkan nitrat sebagai sumber nitrogen,
denitrifikasi adalah suatu proses merugikan karena memindahkan
fiksasi nitrogen dari lingkungan.
Amoniak diproduksi selama dekomposisi dari bahan nitrogen
organik (ammonifikasi) dan terjadi pada Ph netral sebagai ion
ammonium (NH4). Di bawah kondisi anaerob amoniak adalah stabil,
dan itu bentuk nitrogen mendominasi di dalam sedimen paling
anaerob. Di dalam tanah, Sebagian besar amoniak yang dilepaskan
oleh dekomposisi aerobik dengan cepat di daur ulang dan di konversi
ke asam amino dalam tumbuhan. Sebab amoniak mudah menguap,
beberapa kehilangan dapat terjadi dari tanah (terutama tanah sangat
bersifat alkali) dengan penguapan, dan hilangnya amoniak utama pada
atmosfer terjadi di dalam areal populasi binatang padat (sebagai
contoh, peternakan lembu). Pada suatu basis global, amoniak hanya
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
7
sekitar 15% nitrogen dilepaskan ke atmosfer, kebanyakan nitrogen
dalam wujud N2 atau N2O (berasal dari denitrifikasi).
Di dalam tanah kandungan unsur N relatif kecil (< 2%),
sedangkan di udara kandungan N berlimpah. Hampir 80% kandungan
gas di udara adalah gas N2. Sebagian besar tanaman tidak dapat
memanfaatkan N langsung dari udara, hanya sebagian kecil tanaman
leguminosae yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat
memanfaatkan sumber N yang berlimpah di udara. Tanaman non
leguminosae masih dapat memanfaatkan N dari udara apabila
diinokulasi dengan mikroba penambat N nonsimbiotik. Tabel di
bawah ini merangkum jenis mikroba penambat N non simbiotik yang
dapat dimanfaatkan untuk tanaman non leguminosae.
Tabel 1. Jenis Bakteri yang Dapat Menambat N Secara Non Simbiosik
Kelompok Bakteri
Genus
Aerobik
Azomonas, Azotobacter, Beijrinckia, Derxia
Bacilluis, Enterobacter, Klebsiella,
Anaerob fakultatif
Azospirillium
Clostridium, Desulfotomaculum.
Anaerob
Desulfotomaculum, Desulfovibrio
Fotosintetik:
Rhodomicrobium, Rhodopseudomonas,
-Unsur nonsulfur: Rhodospirillum
-Unsur sufur:
Chromatium, Ectothiorhospira i. Chlorobium
Anabaena, Anabaenopsis, Aulosira, Calothrix,
Nostoc, Cylindrospermum, Fischerella,
Suanobakteri
Gloeocapsa, Lyngbya, Hapalosiphon,
Mastigocladus, Oscillatoria.
Faktor yang mempengaruhi aktivitas bakteri penambat N:
1. Ketersediaan senyawa nitrogen : ammonium, nitrat dan senyawa
nitrogen organik dapat dimanfaatkan tetapi tidak dapat
menghambat fiksasi nitrogen.
2. Ketersediaan nutrisi anorganik : molybdenum, besi, kalsium, aan
kobalt.
3. Sumber energi : heterotrof: guh sederhana, selulosa, jerami dan
sisa tanaman.autotrof: cahaya matahari
4. Ph : Azotobacter, Sianobakteri peka terhadap Ph < 6.
5. Kelembaban : kelembaban yang tinggi menjadi kondisi anaerob.
6. Suhu : penambatan N optimum pada suhu sedang.
b) Mikroba Pelarut Fosfat
Mikroba pelarut fosfat terdiri dari golongan bakteri dan jamur.
Kelompok bakteri pelarut fosfat adalah Pseudomonas, Bacillus,
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
8
Escherichia, Brevibacterium dan seralia. Sedangkan dari golongan
jamur adalah Aspergillus, Penicillium, Culvularia, Humicola dan
Phoma. Mikroba pelarut fosfat bersifat menguntungkan karena
mengeluarkan berbagai macam asam organik seperti asam formiat,
asetat, propional, laktat, glikolat, fumarate, dan suksinat. Asam-asam
organik ini dapat membentuk khelat organik (kompleks stabil) dengan
kation Al, Fe atau Ca yang mengikat P sehingga ion H2PO42-, menjadi
bebas dari ikatannya dan tersedia bagi tanaman untuk diserap.
Bakteri pengoksidasi sulfur (Thiobacillus) dan pengoksidasi
ammonium (Nitrosomonas) dapat pula mengeluarkan asam anorganik
(asam sulfat dan asam nitrit) yang dapat mengkhelat kation Ca dar
Ca3(PO4)2- menjadi HPO42- yang dapat diserap tanaman.
Beberapa spesies jamur dari genus Aspergillus mempunyai
kemampuan yang lebih tinggi dalam melarutkan fosfat terikat
dibandingkan dengan bakteri. Hal ini memberi peluang yang baik
untuk dikembangkan di daerah tropis yang tanahnya masam, karena
jamur menyukai lingkungan pertumbuhan yang bersifat masam.
2.2.3 Peranan Mikroba sebagai Pestisida Organik
1. Jamur
a) Jamur Antagonis
Salah satu cara yang mulai dikembangkan untuk
mengendalikan patogen dalam pertanian organik yaitu
pengendalian secara biologis atau dikenal juga sebagai
pengendalian hayati. Cara pengendalian ini sangat mementingkan
penekankan patogen dengan memanfaatkan faktor-faktor alami,
antara lain tanaman inang, patogen, lingkungan fisik dan gen
pengendali hayati. Faktor-faktor ini harus selaras dengan caracara yang lain dan sedikit menimbulkan dampak lingkungan, serta
dapat memperbaharui diri sendiri (self renewing impact).
Pengendalian hayati adalah pengurangan jumlah inokulum
dalam keadaan aktif maupun dorman atau penurunan aktivitas
patogen sebagai parasit oleh suatu atau mikroorganisme yang
berlangsung secara alami atau melalui manipulasi lingkungan,
inang atau antagonis atau dengan introduksi secara massal atau
lebih mikroorganisme antagonistik. Agen pengendali hayati
potensial meliputi mikroorganisme antagonis, metabolik toksik
yang merupakan metabolit-metabolit sekunder tanaman, dan
manupulasi tanaman inang.
Mikroorganisme antagonis dalam pengendalian hayati
terhadap patogen tanaman banyak jenisnya termasuk di dalam
bakteri, aktinomycetes, jamur, virus tanaman tingkat tinggi dan
predator mikro fauna seperti protozoa, nematoda, collembola dan
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
9
tungau. Agen pengendali hayati yang terbanyak adalah dari
kelompok jamur terutama dari kelompok jamur penghuni tanah.
Jamur penghuni tanah ini dikelompokkan dalam dua kelompok
besar diantaranya adalah Soil Invader dan Soil Inhabitans. Soil
Invader merupakan jamur yang sewaktu-waktu berada dalam taah
dan waktu-waktu tertentu jamur ini dapat menginfeksi tanaman
inangnya yang terdapat di atas permukaan tanah, sedangkan Soil
Inhabits merupakan jamur yang keberadaannya selalu berada di
dalam tanah atau menyerang tanaman inangnya pada bagian
tanaman yang berada di bawah permukaan tanah.
Salah satu mikroorganisme yang sudah banyak diketahui
bersifat antagonis terhadap jamur patogen adalah Tricoderma. T.
harzianum efektif mengendalikan sclerotia dari jamur Sclerotium
rolfsii yang banyak menyebabkan penyakit rebah kecambah pada
tanaman inang yang diserangnya. T. polysporum efektif terhadap
jamur Fomus annosus. T. viridae dapat memparasit jamur
Armillaria mellea. Keunggulan jamur Trichoderma sebagai
agensia pengendali hayati dibandingan dengan jenis fungsida
sintetik adalah selain mampu mengendalikan jamur patogen
dalam tanah, ternyata juga dapat mendorong adanya fase
rivitalisasi tanaman. Revitalisasi ini terjadi karena adanya
mekanisme interaksi antara tanaman dan agensia aktif dalam
memacu hormone pertumbuhan tanaman.
b) Jamur Entomopatogen
Jamur patogen serangga atau dikenal juga sebagai
entopatogen merupakan agensia pengendali hayati yang akhirakhir ini mulai banyak dikembangkan dalam mengendalikan
serangga hama. Beberapa contoh entomopatogen yang telah
dikembangkan sebagai agensia pengendali hayati adalah
Verticillium lecanii, Beauveria bassiana, Metharizium anisopliae,
Paecilomyces fumosoroseus. Jamur merupakan salah satu
mikroorganisme patogen yang dapat digunakan sebagai agen
pengendali karena mempunyai kelebihan diantaranya organisme
patogen lain seperti mempunyai kapasitas reproduksi tinggi,
siklus hidup yang relative singkat, daya kerja yang relatif spesifik
(hanya menyerang serangga tertentu tergantung spesies), cepat
menghasilkan spora istirahat yang dapat bertahan lama di alam
tanpa adanya inang dan kondisi yang tidak menguntungkan.
c) Jamur Nematopatogen
Jamur nematopatogen merupakan salah satu agen hayati
sebagai alternatif pengendalian nematoda karena jamur tersebut
dapat mematikan nematoda dengan cara hida perangkat yang
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
10
dapat menangkap atau menjerat dan menginfeksi nematoda
dengan hifanya. Beberapa genus dari golongan jamur telah
diketahui merupakan musuh alami nematoda parasit tanaman
antara lain Arthrobotrys sp.
Jamur Arthrobotrys sp merupakan salah satu agen hayati
yang berpotensi baik dalam mengendalikan serangan
Meloidogyne sp dan Pratylenchus brachyurus sebesar 81% - 95%.
Jamur penjerat nematoda Arthrobotrys sp adalah agensia hayati
yang sangat potensial untuk mengendalikan nematoda parasit
tanaman. Arthrobotrys sp merupakan kelompok jamur nematogen
yang mempunyai struktur khusus berupa cincin atau jaringan
penjerat nematoda, penjerat ini berupa miselium yang dapat
memerangkap dan membunuh nematoda.
Arthrobotrys sp merupakan salah satu kelompok dari
jamur penjerat nematoda (JPN). JPN adalah salah satu kelompok
jamur antagonis terhadap nematoda parasit. Jamur ini mempunyai
miselium berwarna putih dan bergumpal seperti kapas. Jamur ini
banyak ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk, sampah
atau di tanah. Di alam jamur ini bersifat saprofit, akan tetapi pada
aktivitasnya sebagai jamur penjerat nematoda, maka jamur ini
menjadikan nematoda yang dijeratnya sebagai salah satu sumber
makanan.
2. Bakteri
a) Bakteri Antagonis
Bakteri antagonis banyak ditemukan di sekitar sistem
perakaran akar tanaman atau dikenal dengan istilah bakteri
rhizosfer. Bakteri rhizosfer dapat ditemukan dalam jumlah yang
banyak pada daerah permukaan perakaran, dimana nutrisi
disediakan oleh eksudat dan lysates tanaman. Beberapa strain
bakteri rizosfer adalah bakteri PGPR, karena pengaplikasiannya
dapat menstimulasi pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan
tanaman pada kondisi yang kurang menguntungkan. Bakteri PGPR
dapat diklasifikasikan berdasarkan pada kemampuannya.
1) Biofertilitzer
Strain bakteri pengikat nitrogen berasal dari generasi
Rhizobium, Sinorhizobium, Mesorhzobium, Bradyrhizibium,
Azorhizobium, dan Allorhizobium. Bakteri-bakteri tersebut
membentuk simbiosis inang spesifik dengan tanaman-tanaman
leguminosae. Simbiosis tersebut dicirikan dengan membentuk
nodul pada akar atau batang tanaman dalam responnya terhadap
keberadaan
bacterium
dimana
signal
molekul
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
11
Lipooligosacharide sangat berperan di dalam proses tersebut.
Bakteri melakukan penetrasi terhadap korteks, menginduksi
nodul pada akar, memperbanyak diri dan kemudian
berdiferensiasi menjadi bacteroids, yang menghasilkan
nitrogenase enzyme complex. Di dalam nodul akar, tanaman
membuat oksigen dengan konsentrasi rendah yang diperlukan
bakteri untuk merubah atmospheric nitrogen menjadi ammonia.
Sedangkan tanaman sebagai penyedia sumber karbon bagi
bakteri.
2) Phytostimulation
Phytostimulation meningkatkan pertumbuhan tanaman
secara langsung. Mekanisme yang terjadi pada penstimulasian
perkembangan akar dan hasil tanaman yang disebabkan oleh
Azospirillium sp selain dapat mengikat nitrogen, Azospirillium
sp, juga dapat menghasilkan phytohormones seperti auksin,
sitokinin dan giberelin yang dapat diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman.
3) Agen Bio Kontrol
Tanah supresif mengandung bakteri rizosfer yang dapat
mengontrol penyebab penyakit tanaman yang disebabkan oleh
jamur atau bakteri. Mekanisme yang terlibat dalam aktifitas bio
kontrol ini adalah kompetisi terhadap nutrisi, produksi antifungal metabolites (AFMs) dan induksi ketahanan sistematik
(ISR).
3. Virus
a) Virus Entomopatogen
Virus sebagai bio kontrol sudah banyak digunakan oleh
petani. Pengendalian dengan menggunakan virus memiliki
beberapa keunggulan diantaranya:
1) Tidak terdapat efek samping terhadap musuh alami hama
sasaran, manusia, dan lingkungan
2) Serangga hama yang resisten terhadap suatu insektisida tetap
peka terhadap virus.
3) Virus dapat persisten di lapangan, sehingga dapat
menyebabkan infeksi pada generasi hama sasaran berikutnya.
4) Tidak meninggalkan residu beracun di alam.
Contoh-contoh virus yang telah digunakan sebagai agensia
bio kontrol diantaranya yaitu Phthorimae operculella Granulosis
Virus (PoGV), Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus
(HaNVP), Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
12
(SeNVP), dan Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus
(SlNVP).
4. Nematoda
a) Nematoda Entomopatogen
Patogen serangga dari golongan nematoda ada dua genus yang
telag dikenal yaitu Steinernema dan Heterorhabditis. Kedua genus
tersebut memiliki beberapa keunggulan sebagai agensia
pengendalian biologi serangga hama dibandingkan dengan musuh
alami lain, yaitu daya bunuhnya sangat cepat, kisaran inangnya
luas, aktif mencari inang sehingga efektif untuk mengendalikan
serangga dalam jaringan, tidak menimbulkan resistensi dan mudah
diperbanyak.
Nematoda Steinernema sp. memiliki kisaran inang yang cukup
luas, tetapi aman bagi vertebrata dan jasad bukan sasaran lainnya.
Pada kondisi laboratorium yang optimal Steinernema spp. dapat
menginfeksi 200 spesies serangga dari ordo Colcoptera,
Lepidotera, Hymenoptera, Diptera, Orthoptera, dan Isoptera.
2.3 Bioteknologi Peternakan
Penerapan bioteknologi di bidang peternakan contohnya adalah hewan
transgenik dan hormon bovin somatotropin.
1. Hewan Transgenik
Hewan yang diberi perlakuan rekayasa genetika disebut hewan
transgenik. Pada hewan-hewan tersebut disisipkan gen-gen tertentu yang
dibutuhkan manusia. Sebagai contohnya adalah domba transgenik. DNA
domba tersebut disisipi dengan gen manusia yang disebut faktor VIII
(merupakan protein pembeku darah). Berkat penyisipan gen tersebut, domba
menghasilkan susu yang mengandung faktor VIII yang dapat dimurnikan
untuk menolong penderita hemofilia. Rekayasa genetika hewan juga dapat
membantu melestarikan spesies langka. Sebagai contohnya, sel telur zebra
yang sudah dibuahi lalu dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain.
Spesies lain yang dipinjam rahimnya ini disebut surrogate. Anak zebra akan
lahir dari rahim kuda surrogate. Hal yang sama sudah diterapkan pada
spesies keledai yang hampir punah di Australia. Teknik pelestarian dengan
rekayasa genetika sangat berguna karena:
1) Induk dari spesies biasanya dapat melahirkan anak dari spesies langka
2) Telur hewan langka yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan
bertahun-tahun, bahkan setelah induknya mati. Jika telah ditemukan
surrogate yang sesuai, telur tadi ditransplantasikan.
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
13
2. Hormon BST (Bovine Somatotropin)
Dengan rekayasa genetika juga dapat diproduksi hormon
pertumbuhan hewan, yaitu hormon BST (Bovine Somatotropin). Caranya
adalah sebagai berikut:
1) Plasmid bakteri E. Coli dipotong dengan enzim endonuklease.
2) Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi.
3) Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri.
4) Plasmid dimasukkan lagi ke sel bakteri.
5) Bakteri yang menghasilkan BST ditumbuhkan dalam tangki
fermentasi.
6) Bovine Somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon BST jika diinjeksikan ke tubuh hewan dapat mendorong
pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST mengontrol laktasi
(pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel pada
kelenjar susu. Jika hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini
disuntikkan pada hewan, maka produksi susu akan meningkat sampai 20%.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug
Administration), lembaga pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat,
pada November 1993. Menurut FDA, susu yang dihasilkan melalui perlakuan
dengan BST dapat dikonsumsi secara aman. Namun, hal tersebut dilarang di
Eropa. Menurut para ahli, penyakit mastitis (radang kelenjar susu) pada
hewan yang diberi hormon BST meningkat 70% dibanding yang tidak diberi
hormon BST.
Pemakaian BST ini, selain untuk meningkatkan produksi susu juga
dapat memperbesar ukuran ternak hingga dua kali lipat ukuran normal.
Caranya dengan menyuntikkan sel telur yang akan dibuahi dengan hormon
ini. Daging dari hewan yang disuntikkan BST kurang mengandung lemak.
3. Sapi Perah dengan Hormon Manusia
Teknologi DNA rekombinan mampu menyisipkan gen laktoferin
pada manusia yang memproduksi HLF (Human Lactoferrin) pada sapi perah.
Dengan penyisipan ini akan dihasilkan sapi yang mampu memperoduksi susu
yang mengandung laktoferin. Contohnya sapi Herman.
2.4 Peran Mikroba dalam Nutrisi Hewan
Sudah diketahui bahwa peternakan rakyat di indonesia sangat tergantung
dengan ketersediaan pakan hijauan atau limbah pertanian. Pada musim kemarau,
ketersediaan pakan menjadi sangat terbatas bahkan sampai kekurangan dan
kualitas pakan yang ada juga rendah. Hal inilah yang merupakan salah satu
penyebab rendahnya peningkatan produksi ternak terutama ternak rumanansia di
Indonesia. Kualitas pakan yang rendah biasanya karena bahan pakan pada
umumnya berupa limbah pertanian yang mempunyai nilai kecernaan yang rendah.
Pemberian pakan rendah kualitasnya juga akan menyebabkan kondisi dan fungsi
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
14
rumen kurang baik. Oleh ebab itu, berbagai teknologi diperlukan untuk
mempertahankan ketersedian pakan terutama pada masa musim kering yang
panjang, meningkat kualitas pakan atau mengoptimumkan kerja rumen. Salah satu
teknologi yang sudah dikenal sejak lama adalah dengan memafaatkan
mikroorganisme. Tujuan utama penambahan mikroorganisme ke dalam pakan
yaitu sebagai berikut.
a) Mengawetkan pakan atau yang lebih dikenal dengan proses ‘silase’.
b) Meningkatan kualitas pakan yang rendah nilai gizinya.
c) Memperbaiki kondisi rumen.
Mikroorganisme yang dimanfaatkan ini dapat berupa ‘Probiotik’ (bakteri,
jamur, khamir, atau campurannya) atau dapat berupa ‘produk fermentasi’ atau
produk ekstrak dari suatu proses fermentasi’ (biasanya enzim). Mekanisme kerja
mikroorganisme atau produknya yang masuk kedalam tubuh ternak dan
mempengaruhi pencernaan atau penyerapan, ada yang sudah diketahui secara jelas
tetapi ada juga yang masih berupa hipotesa.
Probiotik adalah suplemen makanan bakteri hidup yang nonpatogen, tidak
toksik, tahan terhadap asam lambung dan dapat berkoloni pada usus besar (kolon).
Probiotik merupakan mikroorganisme tertentu yang ada dalam tubuh hewan dan
akan menjamin pembentukan secara efektif organisme yang bermanfaat dalam
tubuh inang (hewan) terutama sistem pencernaan karena mampu memperbaiki
keseimbangan mikroflora usus. Probiotik mengandung bakteri menguntungkan
yang dimasukkan kedalam pencernaan untuk mendominasi bakteri yang
menimbulkan penyakit (patogen) menurun. Probiotik dapat mengandung satu atau
beberapa jenis mikroorganisme yang serupa (strain). Berbentuk powder, tablet,
padat berbentuk bulat (granula), serta seperti campuran beberapa bahan yang
lembek (pasta).
Pemberian Probiotik bertujuan untuk memperbaiki kondisi saluran
pencernaan dengan menekan reaksi pembentukan racun dan metabolit yang
bersifat bahan yang dapat mendorong atau menyebabkan kanker (karsinogenik),
merangsang reaksi enzim yang dapat menetralisir senyawa beracun yang tertelan
atau dihasilkan oleh saluran pencernaan, merangsang produksi enzim yang
diperlukan untuk mencerna pakan dan memproduksi vitamin serta zat-zat yang
tidak terpenuhi dalam pakan.
Probiotik yang baik harus efektif, dengan memenuhi beberapa kriteria:
memberi efek yang menguntungkan pada induk semang, tidak menyebabkan
penyakit dan tidak beracun, mengandung sejumlah besar sel hidup, mampu
bertahan hidup di dalam kegiatan metabolisme dalam usus, tetap hidup dalam
kurun waktu penyimpanan yang lama dan kondisi lapangan, mempunyai sifat
sensor yang baik, dan yang pasti harus menguntungkan bagi peternak.
Probiotik diklasifikasikan dalam dua tipe, yaitu kultur mikrobial hidup,
sebagai contoh adalah Probiotik starbio dan produk mikrobial fermentasi,
contohnya adalah kulturyeast (Saccharomyces cerevisiae), Aspergilllus
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
15
niger, A. oryzae dan Lactobacillus acidophilus. Pemberian Probiotik diberikan
langsung melalui mulut atau dicampur dengan pakan maupun air minum.
2.4.1 Jenis Mikroorganisme dan Pemanfaatannya sebagai Pakan
Aditif
Beberapa jenis mikroorganisme yang digunakan atau dicampur ke
dalam pakan ternak ruminansia berasal atau di isolasi dan makanan manusia
seperti ragi (Saccharomyces cerevisias), Aspergillus oryzae, Lactobasillus
sp., dari tanah atau saluran pencernaan ternak seperti Starbio, Probiotik
“Tumbuh”, Probion, Bioplus, EM4 dan sebagainya. Mikroorganisme murni
atau campuran ini diproduksi dengan berbagai cara tetapi metode yang
dipublikasi biasanya hanya diuraikan secara garis besar. Beberapa produk
campuran biasanya hanya disebukan jumlah total bakteri tanpa dirinci jenisjenis bakteri yang ada di dalamnya. Di bawah ini diuraikan beberapa produk
mikroorganisme campuran yang ada di Indonesia, yaitu.
a) Bioplus merupakan produk campuran mikroorganisme yang telah
terbentuk serbuk kering dan teknologi produksinya dikembangkan di
Balitnak, Ciawi. Bioplus diambil dari isi perut ternak potong dan
dicampur dengan inoculum yang sudah diadaptasi dengan suatu
substrat tertentu. Bila subtsrat yang ditambahkan adalah jerami, maka
Bioplus tersebut disebut Bioplus serat karena diasumsikan dapat
memecah serat lebih baik. Bila substrat yang ditambahkan adalah
daun kaliandra, maka Bioplus tersebut disebut Bioplus racun karena
diasumsikan dapat memecah tannin (racun) dalam kaliandra.
b) Probion adalah produk campuran mikroorganisme berbentuk serbuk.
Produk ini juga dikembangkan oleh balitnak dan diperoleh dari suatu
proses fermentasi (anaerob) isi rumen dan kompos dengan tambahan
mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba dan bahan
organik yang digunakan sebagai pembawa mikroba yang dapat
meningkatkan aktivitas enzimatisnya.
c) Probiotik komersial yang sudah ada terlebih dahulu adalah Stabio dan
Effective microorganism (EM4). Starbio merupakan campuran
mokroorganisme dan telah banyak dicoba oleh peternak atau peneliti
sejak tahun 90-an dan akhir-akhir ini hasil dari penelitian mengenai
Starbio pada ternak ruinansia hanya sedikit yang dapat dikumpulkan.
Starbio yang ditambahkan ke pakan digunkana terurama untuk
mengurangi bau ammonia yang dikeluarkan bersama feses.
d) Effective microorganism (EM4) berisi campuran mikroorganisme
seperti Lastobacillus sp., Streptomyces sp., jamur pengurai selulosa,
bakteri pelarut fosfat (Akmal, dkk., 2004). Effective microorganism
dikembangkan oleh seorang ahli dari jepang. Negara Jepang dan
Negara lainnya, EM4 lbih banyak dibunakan untuk perbaikan nutrisi
pada tanah.
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
16
e) Probiotik ‘Tumbuh merah’ merupakan campuran mikroorganisme
yang diisolasi dari pencernaan hewan, diantarannya Bacillus sp.
Saat ini bentuk campuran mikroorganisme yang lebih sering diuji atau
dipakai dalam pakan ternak karena lebih mudah diproduksi dan
diperbanyak, selain itu diharapkan adanya efek positif yang lebih tinggi
dibandingkan kalau hanya dipakai kultur tunggal.
Pada umunya, Probiotik diberikan pada ternak yang mengonsumsi serat
tinggi dan hanya satu laporan yang memberikan Starbio pada ternak yang
mengonsumsi konsentrat tinggi. Hal ini menunjukan bahwa penambahan
Probiotik untuk ternak ruminansia lebih ditujukan agar rumen dapat
mencerna lebih baik pakan yang berserat tinggi.
Pengaruh-pengaruh positif yang dihasilkan oleh pemberian Probiotik
belum dapat dijelaskan secara sempurna karena mekanisme kerja Probiotik
di dalam rumen belum dapat dimengerti secara sempurna. Tidak diperoleh
penjelasan apakah mikroba dari Probiotik yang ikut bekerja di dalam rumen
atau ada senyawa-senyawa tertentu di dalam Probiotik yang memacu
pertumbuhan mikroba rumen.
Saccharomyces cerevisiae kemungkinan juga mempunyai kemampuan
untuk menggunakan oksigen di dalam rumen sehingga membantu
terciptanya suasana di dalam rumen menjadi anaerob (oksigen menjadi
sangat sedikit) dan hal ini dapat menstimulir pertumbuhan mikroba rumen
secara optimum.
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Bioteknologi pada Bidang Pertanian
Rekayaka genetika telah dihasilkan berbagai tanaman transgenik
diantaranya sebagai berikut.
a) Tanaman Kebal Terhadap Hama dan Penyakit
b) Tanaman yang Dapat Memfiksasi Nitrogen
c) Padi Transgenik
d) Tembakau Resistan terhadap Virus
e) Bunga Anti Layu dan Buah Tahan Busuk
f) Tanaman Kapas Anti Serangga
g) Pembuat Pupuk Organik
Peran mikroba tanah dalam siklus sebagai unsur hara di dalam tanah
sangat penting karena Ketersediaan unsur hara sangat berkaitan dengan
aktivitas mikroba yang terlibat di dalamnya. Di dalam tanah kandungan unsur
N relatif kecil (< 2%), sedangkan di udara kandungan N berlimpah. Hampir
80% kandungan gas di udara adalah gas N2. Sebagian besar tanaman tidak
dapat memanfaatkan N langsung dari udara, hanya sebagian kecil tanaman
leguminosae yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat
memanfaatkan sumber N yang berlimpah di udara. Tanaman non leguminosae
masih dapat memanfaatkan N dari udara apabila diinokulasi dengan mikroba
penambat N nonsimbiotik. Mikroba pelarut fosfat terdiri dari golongan bakteri
dan jamur. Kelompok bakteri pelarut fosfat adalah Pseudomonas, Bacillus,
Escherichia, Brevibacterium dan seralia. Sedangkan dari golongan jamur
adalah Aspergillus, Penicillium, Culvularia, Humicola dan Phoma. Peranan
mikroba sebagai pestisida organik dilakukan oleh mikroorganisme seperti
jamur antagonis, jamur entomopatogen, jamur nematopatogen, bakteri
antagonis, virus entomopatogen, dan nematoda entomopatogen.
2. Bioteknologi pada Bidang Peternakan
Penerapan bioteknologi di bidang peternakan contohnya adalah hewan
transgenik dan hormon bovin somatotropin.
Mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai nutrisi hewan dapat berupa
‘Probiotik’ (bakteri, jamur, khamir, atau campurannya). Beberapa jenis
mikroorganisme yang digunakan atau dicampur ke dalam pakan ternak
ruminansia berasal atau di isolasi dan makanan manusia seperti ragi
(Saccharomyces cerevisias), Aspergillus oryzae, Lactobasillus sp. Probiotik
adalah suplemen makanan bakteri hidup yang nonpatogen, tidak toksik, tahan
terhadap asam lambung dan dapat berkoloni pada usus besar (kolon). Probiotik
merupakan mikroorganisme tertentu yang ada dalam tubuh hewan dan akan
menjamin pembentukan secara efektif organisme yang bermanfaat dalam tubuh
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
18
inang (hewan) terutama sistem pencernaan karena mampu memperbaiki
keseimbangan mikroflora usus. Probiotik mengandung bakteri menguntungkan
yang dimasukkan kedalam pencernaan untuk mendominasi bakteri yang
menimbulkan penyakit (patogen) menurun. Probiotik dapat mengandung satu
atau beberapa jenis mikroorganisme yang serupa (strain). Berbentuk powder,
tablet, padat berbentuk bulat (granula), serta seperti campuran beberapa bahan
yang lembek (pasta). Pemberian Probiotik bertujuan untuk memperbaiki
kondisi saluran pencernaan dengan menekan reaksi pembentukan racun dan
metabolit yang bersifat bahan yang dapat mendorong atau menyebabkan
kanker (karsinogenik), merangsang reaksi enzim yang dapat menetralisir
senyawa beracun yang tertelan atau dihasilkan oleh saluran pencernaan,
merangsang produksi enzim yang diperlukan untuk mencerna pakan dan
memproduksi vitamin serta zat-zat yang tidak terpenuhi dalam pakan.
3.2 Saran
1. Bagi Dosen Pengampu Mata Kuliah Bioteknologi
Dosen pengampu mata kuliah bioteknologi diharapkan
memberikan timbal balik dalam proses pembelajaran terhadap materi
yang disajikan dalam makalah ini sehingga tercipta hubungan timbal balik
yang positif dalam memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan penyusunan makalah yang akan disusun berikutnya serta
memberikan revisi berupa ilmu pengetahuan tambahan guna memperkaya
wawasan.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa sebagai insan aktif dan kritis diharapkan mampu
mengambil inti sari pengetahuan dan informasi yang berguna dan
menguntungkan dalam memperkaya wawasan tentang bioteknologi pada
bidang pertanian dan peternakan serta mampu mengambil inti sari untuk
dihayati, diaplikasikan, dan dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan
perkembangan zaman.
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, R. dkk. (2013). Biologi. Klaten: Intan Pariwara.
Nasahi, C. (2010). Peran Mikroba dalam Pertanian Organik. Bandung: Fakultas
Pertanian, Universitas Padjajaran.
Pratiwi, D. dkk. (2013). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Wina, E. (2005). Teknologi Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Pakan untuk
Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia di Indonesia : Sebuah
Review. Wartazoa, 15(4), 173-186.
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
Download