Uploaded by User94212

nrtiana

advertisement
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/344150696
Meninjau Pengembangan Food Estate Sebagai Strategi Ketahanan Nasional
pada Era Pandemi COVID-19
Conference Paper · August 2020
CITATIONS
READS
0
1,274
2 authors, including:
Alfin Febrian Basundoro
Universitas Gadjah Mada
10 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Seminar Nasional Lemhannas 2020 View project
Jurnal Penelitian Politik (JPP) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia View project
All content following this page was uploaded by Alfin Febrian Basundoro on 07 September 2020.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
MENINJAU PENGEMBANGAN FOOD ESTATE SEBAGAI STRATEGI KETAHANAN
NASIONAL PADA ERA PANDEMI COVID-19
(REVIEWING THE DEVELOPMENT OF THE FOOD ESTATE PROJECT AS A
NATIONAL RESILIENCE STRATEGY IN COVID-19 PANDEMIC ERA)
ALFIN FEBRIAN BASUNDORO, FADHIL HAIDAR SULAEMAN
Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada
[email protected] 085702507158
[email protected] 082137100510
ABSTRAK: Pada tanggal 9 Juli 2020, Presiden Joko Widodo memberikan mandat kepada Menteri
Pertahanan, Prabowo Subianto, untuk memimpin pelaksanaan proyek food estate nasional di
sejumlah kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah seluas 148.000 hektare (Amirullah, 2020).
Dengan menggunakan konsep keamanan pangan, tulisan ini berusaha menganalisis proyek food
estate nasional tersebut, khususnya dalam rangka menjamin ketahanan nasional pada era pandemi
COVID-19. Tulisan ini percaya bahwa food estate merupakan salah satu strategi yang kompatibel
untuk diaplikasikan dalam situasi pandemi, di mana wabah penyakit merupakan bentuk ancaman
non konvensional bagi ketahanan nasional. Ketahanan pangan Indonesia menjadi salah satu isu
geopolitik domestik yang mengemuka, di mana pengelolaannya masih jauh dari kata memuaskan
(Global Hunger Index, 2019). Padahal, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang masif dan
tentunya, kebutuhan akan pangan yang besar. Belum lagi situasi pandemi COVID-19 yang membuat
Organisasi Pangan dan Pertanian untuk memberikan peringatan ancaman krisis pangan global.
Selain itu, tulisan ini juga bertujuan untuk merekomendasikan kepada Lemhannas untuk
mempertimbangkan ketahanan pangan sebagai salah satu “ujung tombak” bagi ketahanan nasional,
khususnya dalam menghadapi ancaman non-konvensional di masa depan.
Kata kunci: ketahanan pangan, ketahanan nasional, food estate, ancaman non konvensional
ABSTRACT: On July 9, 2020, President Joko Widodo gave a mandate to the Minister of Defense,
Prabowo Subianto, to lead the implementation of national food estate projects in several districts in
Central Kalimantan Province, covering 148,000 hectares (Amirullah, 2020). By using the concept of
food security, this paper seeks to analyze the critical role of the national food estate project,
especially in the context of ensuring national resilience in the era of the COVID-19 pandemic. This
paper believes that food estate is a compatible strategy to be applied in a pandemic situation, where
the outbreak is a form of unconventional threat to national security. Indonesia's food security is one
of the leading domestic geopolitical issues, where its management is far from satisfying (Global
Hunger Index, 2019). Indonesia has a massive population and, of course, a tremendous need for food.
Not to mention the COVID-19 pandemic situation that made the FAO provide a warning to the threat
of the global food crisis. Besides, this paper also aims to recommend the Lemhannas in considering
food security as one of the "spearheads" for national security, especially in the face of
unconventional threats in the future.
Keywords: food security, national resilience, food estate, unconventional threats
kancah dunia internasional maupun di ranah
PENDAHULUAN
Sepanjang
sejarah
peradaban
manusia,
kapasitas dan kapabilitas ketahanan pangan
seringkali menjadi faktor penentu dalam
ajang akumulasi kekuatan dan kelangsungan
hidup suatu komunitas manusia, terlebih lagi
apabila situasi sudah mencapai taraf konflik
atau peperangan. Tanpa ketahanan pangan,
masyarakat suatu komunitas mengalami
kerawanan
dalam
asupan
nutrisi
dan
berpotensi menyebabkan kelaparan massal.
Situasi ini dapat mendorong masyarakat
untuk melakukan suatu gerakan sosial yang
meminta perubahan terhadap pemerintah.
Jenderal Thucydides, seorang pemimpin
militer sekaligus sejarawan dari zaman Yunani
Kuno, menjelaskan bagaimana ketahanan
pangan menjadi krusial dalam momenmomen yang menentukan. Dalam Perang
Peloponnesos,
Kerajaan
Sparta
yang
memimpin Liga Pelopon nesos berhasil
menghancurkan pondasi ketahanan pangan
Liga Delos yang dipimpin oleh Republik
Athena, yang berakibat kepada menyerahnya
Athena karena ancaman kelaparan hebat
ketahanan domestik. Dunia internasional
diguncangkan dengan pengurangan besarbesaran intensitas peredaran kapital, barang,
jasa, dan manusia antar-negara dikarenakan
berbagai mekanisme serta kebijakan untuk
mengurangi risiko meningkatnya ancaman
dari virus COVID-19. FAO sebagai lembaga
pangan dunia sejatinya mencatat bahwa
suplai pangan masih relatif aman kendati
pandemi COVID-19 secara nyata mendisrupsi
sektor pertanian. Pada kuartal pertama 2020,
tercatat bahwa cadangan sereal dunia-termasuk beras yang merupakan makanan
pokok masyarakat Indonesia--mencapai 850
juta ton (Schmidhuber, 2020). Cadangan
tersebut ditetapkan FAO sebagai antisipasi
manakala terjadi cuaca buruk atau bencana
alam sepanjang 2020. Meski demikian,
dengan dampak pandemi yang semakin nyata
dan semakin kaburnya nasib sektor pertanian
di seluruh dunia seiring tidak terkendalinya
pandemi, maka tindakan nyata harus diambil
sejumlah negara guna mempertahankan
ketahanan pangannya.
Dalam lingkup domestik nasional,
(Burn, 1982). Takluknya Athena berpengaruh
besar
kedalam
tumbangnya
ancaman
terhadap hegemoni Sparta di Yunani. Hingga
saat ini, isu ketahanan pangan masih tetap
menjadi sorotan utama pengambil kebijakan
di seluruh dunia, terlebih lagi di masa
COVID-19
yang besar. Seluruh aspek ideologi, politik,
keamanan-pertahanan, ekonomi, dan sosialbudaya bangsa mengalami penyesuaian
secara
masif
menyusul
perubahan
revolusioner yang dibawa oleh pandemik
pandemi global COVID-19.
Pandemi
virus COVID-19 juga memberikan dampak
telah
menyebabkan berbagai krisis multidimensi di
COVID-19. Dikarenakan sifat ancamannya
yang membutuhkan koordinasi antarsektor
komponen negara, Presiden Joko Widodo
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 82
serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara
Tahun 2020 tentang Komite Penanganan
(BUMN).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan
pengembangan program food estate ini akan
Pemulihan Ekonomi Nasional. Mengutip
menggunakan lahan sebanyak 190 ribu
pernyataan Presiden Joko Widodo, Komite ini
hektar di Kalimantan Tengah, 120 ribu hektar
dibentuk sebagai bentuk “gas dan rem”
di Kalimantan Barat, 10 ribu hektar di
pemerintah
akselerasi
Kalimantan Timur, 190 ribu hektare di
pertumbuhan dan kelangsungan ekonomi
Maluku, dan 1,9 juta hektar di Papua (Agam
terhadap penanganan memutus mata rantai
& Persada, 2017). Mengingat program
pandemi COVID-19 secara medis (Widyastuti,
pengembangan food estate ini termasuk
2020).
proyek strategis untuk ketahanan nasional,
terhadap
Dalam
struktur
organisasi-nya,
Dalam
maka
dan Keamanan menjabat sebagai Wakil Ketua
meninjau program tersebut secara akademis
II, sehingga hal ini menunjukkan bahwa
dan kritis. Hal ini dibutuhkan mengingat
pemerintah
Indonesia, sebagai negara yang menerapkan
menganggap
politik
kajian
awal,
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
memang
diperlukan
rencana
ilmiah
penanganan pandemi COVID-19 tidak boleh
sistem
lepas dari perspektif pertahanan-keamanan.
masyarakat madani (civil society) sebagai
Alhasil, strategi ketahanan pangan di masa
salah
pandemi tentu membutuhkan “sentuhan”
memberikan masukan dan aspirasi kepada
pertahanan-keamanan sebagai bagian pilar
pemerintah. Pasalnya, program food estate
utama keamanan nasional.
mendapatkan
satu
demokrasi,
untuk
koridor
memiliki
masyarakat
beberapa
untuk
tentangan
dari
Oleh karena itu, maka pemerintah
beberapa unsur masyarakat (Nasution and
Indonesia mengembangkan program food
Zuraya, 2020), yang sebenarnya adalah suatu
estate sebagai salah satu ujung tombak
hal yang wajar dalam mengekspresikan hak
dalam strategi ketahanan pangan di masa
kebebasan
pandemi
demokrasi. Harapan utama, makalah ini
COVID-19.
Sebagai
cadangan
berpendapat
dapat
memberikan
mandat
pemerintah tentang perspektif pertahanan-
Pertahanan
Prabowo
Subianto
Menteri
untuk
keamanan
dengan
masukan
sistem
strategis nasional, Presiden Joko Widodo
kepada
memberikan
dalam
teori
utama
kepada
neo-
memimpin pengembangan program strategis
malthusian yang ditinjau dari segi akademis,
tersebut, dengan kerjasama serta koordinasi
serta dapat menjadi bagian dari diskursus
dari Kementerian Pekerjaan Umum dan
pengembangan food estate yang sudah ada.
Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian
Pertanian
(Kementan),
Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),
Dengan pertimbangan bahwa teori
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Neo-Malthusian dan Ketahanan
neo-malthusian memiliki keterkaitan terhadap
Pangan
konflik yang timbul dari kelangkaan pangan,
Tesis paling umum dari teori neo-
maka ketahanan pangan yang kuat adalah salah
malthusian adalah teori tersebut mengatakan
satu strategi yang dapat diterapkan untuk
bahwa kelangkaan sumber daya terbarukan
mengantisipasi krisis yang dapat terjadi.
dapat memicu konflik antar makhluk hidup,
Ketahanan
dari skala terkecil seperti tetangga komunitas
kemampuan
kecil hingga skala masif seperti perang antar
masyarakat untuk mendapatkan pangan demi
negara (Urdal, 2005). Sebagai bagian dari
menunjang gaya hidup yang sehat (Von Braun
perspektif kekerasan lingkungan, hal ini dapat
dkk., 1992). Ketahanan pangan disebutkan
terjadi apabila keresahan dalam masyarakat
memiliki
sudah memuncak dan kontrol dari suatu
ketersediaan
otoritas--seperti negara--melemah (Homer-
penggunaan pangan, dan stabilitas pangan
Dixon, 1999), sehingga memberikan pilihan
(Food and Agriculture Organization, 2020).
alternatif
untuk
Karena
selain
ketahanan pangan sudah menjadi salah satu
pekerjaan yang sah secara hukum, mulai dari
aspek kebijakan pertahanan-keamanan sejak
pencurian kecil-kecilan hingga bergabung
zaman Mesir kuno. Karena dianggap sebagai
dengan
hal
kepada
mendapatkan
masyarakat
sumber
daya
alam
pemberontakan
untuk
pangan
dan
didefinisikan
akses
empat
seluruh
faktor
yang
fundamental
lapisan
utama,
pangan,
sifatnya
sebagai
akses
pangan,
sangat
dalam
yakni
strategis,
kehidupan,
memperebutkan kontrol sumber daya alam,
Perserikatan
baik dari otoritas legal seperti pemerintah
memasukkan ketahanan pangan sebagai hak
maupun konflik sesama pemberontak (Burke
atas pangan dalam Pernyataan Pernyataan
dkk., 2009). Kelangkaan sumber daya juga
Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Tahun
dapat berpotensi untuk berhubungan dengan
1948
institusi politik dan perkembangan ekonomi
Produktivitas masyarakat yang rendah, potensi
suatu negara dalam meningkatkan risiko
agrikultur
timbulnya konflik (Bernauer dkk., 2012). Teori
pertumbuhan penduduk dunia di atas 3 persen
neo-malthusian memberikan peranan besar
per tahun mengakibatkan peningkatan jumlah
terhadap kelangkaan sumber daya seperti
negara
tanah,
dalam
semakin memburuk di seluruh dunia (Li & Wei,
kontribusinya memulai suatu konflik seiring
2016). Indonesia sendiri berada dalam kategori
dengan meningkatnya jumlah pertumbuhan
negara
penduduk (Starr, 1991).
terhadap
air
bersih
dan
pangan
Bangsa-Bangsa
(Oshaug,
yang
dengan
dengan
Eide,
&
Eide,
terbengkalai,
ketahanan
ancaman
ketahanan
(PBB)
1994).
serta
pangan
“risiko
pangan
laju
yang
serius”
nasional,
meskipun situasi berangsur membaik dari
tahun ke tahun.
kondusif akibat adanya ancaman. Tujuan
berikutnya,
B. Teori Sekuritisasi
Untuk memahami landasan dari proyek
food estate, makalah ini pula menggunakan
konsep sekuritisasi. Konsep sekuritisasi dapat
didefinisikan
sebagai
proses
suatu
aktor
memaknai isu sebagai isu keamanan. Konsep ini
sejalan dengan mazhab Copenhagen School
dalam studi keamanan internasional yang
menekankan
pada
nonkonvensional.
penegakan
Keamanan
keamanan
pangan
juga
termasuk aspek vital dalam keamanan non
konvensional, sehingga cukup sesuai apabila
dijelaskan dengan paradigma sekuritisasi. Peran
tindakan, narasi, retorika, dan pernyataan aktor
terkait dengan isu keamanan memiliki peran
penting dalam
sekuritisasi (Lenz-Raymann,
adalah
untuk
memberikan
kesadaran umum mengenai ancaman yang
terjadi dan membentuk konsolidasi masyarakat.
Mengingat, masyarakat merupakan entitas
terbesar dalam suatu negara dan memiliki peran
penting dalam mengatasi ancaman. Masyarakat
sebagai
audiens
pula
dapat
memberikan
dukungan moral dalam proses sekuritisasi,
misalnya berkaitan dengan wabah COVID-19,
masyarakat
kepada
saling
sesama
kesehatan
memberikan
untuk
menaati
kesadaran
protokol
atau bahu-membahu menolong
warga yang mengalami kesulitan ekonomi.
Apabila merujuk pada proyek food
estate, maka proyek tersebut telah memenuhi
kriteria sekuritisasi. Objek acuan dalam kasus
tersebut adalah ketahanan pangan Indonesia, di
2014).
Menurut Buzan dkk. (1998), Terdapat
sejumlah
aspek
yang
menjadi
kriteria
sekuritisasi, di antaranya pertama, terdapat
ancaman yang harus dihadapi oleh referent
object (objek acuan). Ancaman tersebut dapat
berupa apapun yang mempengaruhi eksistensi
dari objek tersebut. Aspek terakhir, adalah usaha
untuk meyakinkan audiens bahwa usaha untuk
melawan ancaman dapat dijustifikasi. Apabila
audiens berhasil menerima bahwa terjadi
ancaman terhadap objek acuan, maka proses
adalah kelangkaan pangan akibat efek berantai
dari pandemi COVID-19. Audiens dalam kondisi
ini adalah masyarakat Indonesia secara umum,
yang menjadi indikator utama keberhasilan
sekuritisasi dalam wujud proyek food estate.
Aktor dalam hal ini adalah Presiden Joko Widodo
yang memberikan mandat kepada sejumlah
menteri untuk melaksanakan proyek tersebut.
Peran proyek food estate menjadi krusial,
apalagi, proyek tersebut sendiri memiliki tujuan
sebagai penjamin ketahanan pangan nasional
sekuritisasi dianggap berhasil.
Sekuritisasi--sebagaimana
mana ancaman yang mendisrupsi objek acuan
dinyatakan
Adam Cote (2016), memiliki sejumlah tujuan.
Pertama, adalah untuk menciptakan tatanan
publik di tengah-tengah situasi yang tidak
apabila dampak pandemi COVID-19 benar-benar
masif, sehingga membuat sektor pertanian
Indonesia tidak berjalan sebagaimana mestinya
dan mengancam ketahanan pangan.
global dan tentunya turut berdampak pada
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode
ketahanan pangan secara global.
epistemologis
Studi kasus dalam penelitian ini merujuk
positivisme, guna menjawab permasalahan
pada kasus-kasus di mana pandemi menjadi
berupa kemungkinan krisis pangan yang terjadi
fenomena global yang mengancam keamanan
pada
Mengingat
manusia (human security), khususnya apabila
kebaruan isu yang masih sangat baru, penelitian
dianalisis dari perspektif ketahanan pangan.
ini berfokus pada data-data dan variabel terkini
Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek-aspek di
mengenai ketahanan pangan di Indonesia.
atas--ketahanan pangan, ketahanan nasional,
Termasuk pula didalamnya, berkaitan dengan
dan keamanan manusia--merupakan konsep
cadangan pangan Indonesia setidaknya dalam
yang saling berkaitan erat dan apabila terjadi
periode lima tahun terakhir. Karakteristik
disrupsi pada salah satu di antaranya, aspek
positivisme juga ditegaskan dengan penggunaan
lainnya akan turut terpengaruh.
kualitatif
dengan
era
posisi
pandemi
COVID-19.
data-data empirik dalam memenuhi tujuan
penelitian
ini,
yaitu
untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
menegaskan
dukungan terhadap kebijakan proyek food
A. Pandemi dan Ketahanan Pangan:
Tinjauan Sejarah
estate dan memberikan usulan kepada institusiinstitusi
terkait
ketahanan
pangan
untuk
sebagai
strategi
non
konvensional dalam menghadapi ancaman
sejarah,
pandemi
merupakan salah satu fenomena global yang
mampu secara luas mempengaruhi berbagai
sektor. Pertanian sebagai pilar ketahanan
pandemi.
Penelitian
menganalisis
Sepanjang
mengedepankan
dilakukan
berbagai
sumber,
dengan
terutama
dengan kajian literatur. Literatur yang menjadi
sumber tentunya memiliki keterkaitan erat
dengan tema, di antaranya laporan resmi dari
institusi negara terkait seperti Kementerian
Pertanian, Pertahanan, dan Badan Urusan
Logistik. Tak lupa, sejumlah jurnal domestik
maupun asing mengenai ketahanan pangan di
Indonesia juga menjadi sumber acuan bagi
penelitian ini. Laporan dari institusi global
seperti FAO juga turut menjadi sumber data,
mengingat pandemi COVID-19 telah bersifat
pangan tak luput dari disrupsi masif akibat
pandemi. Akibatnya, kelaparan menjadi isu
laten yang kerap terjadi beriringan atau
berkelanjutan dengan pandemi itu sendiri.
Peristiwa yang terjadi di Irlandia pada
pertengahan abad ke-19 menjadi bukti dari
keterkaitan antara keduanya. Wabah penyakit
tipes
yang
melanda
sebagian
wilayah
kepulauan Britania sejak 1843 hingga 1850-an
mengakibatkan ratusan ribu orang tewas.
Akibatnya,
sektor
tenaga
kerja--termasuk
pertanian--berkurang
drastis
dalam
dan
mengakibatkan banyak lahan yang tak terurus
(Hays, 2005, hlm. 239). Lahan-lahan pertanian
kemudian mulai terserang penyakit dan hama
ketahanan pangan, dan suplai pangan yang
tanaman yang berakibat kelaparan masif. Hasil
terhambat
panen yang gagal dan terjangkit penyakit
menjadi semakin parah. Kala itu, Iran yang
tersebut semakin memperparah penularan
dipimpin oleh Dinasti Qajar tidak mampu
pandemi
tahun,
mempertahankan kestabilan dan keamanan
penduduk Irlandia berkurang hingga dua juta
negara secara umum, mengakibatkan Perang
jiwa (Hays, 2005, hlm. 241-242).
Dunia I melebar ke sebagian wilayah negeri
tipes.
Dalam
sepuluh
menjadikan
dampak
pandemi
Dampak pandemi terhadap ketahanan
tersebut. Wilayah-wilayah dengan kapabilitas
pangan yang lebih masif terjadi pada periode
menyuplai pangan turut terdampak. Ditambah
1918 hingga 1920 ketika influenza Spanyol
lagi, ketiadaan kebijakan untuk membentuk
mewabah ke seluruh dunia. Bermula dari
cadangan pangan menjadi pelengkap dari
medan Perang Dunia I di Prancis, dalam waktu
kelaparan di Iran kala itu. Akibat pandemi
setahun, wabah ini berjangkit di Eropa.
influenza tersebut, harga pangan impor juga
Diperkirakan lebih dari 50 juta jiwa menjadi
menjadi amat mahal dan penurunan kualitas
korban flu ini, dan masih menjadi salah satu
pangan terjadi secara drastis. Tak heran apabila
pandemi terparah di dunia (Brown, 2019, hlm.
Iran Hampir mengalami keruntuhan geopolitik
49-51). Kurangnya inisiatif untuk melakukan
dan geoekonomi akibat krisis multisektoral
sekuritisasi
tersebut.
terhadap
ketahanan
pangan
membuat sejumlah negara kala itu jatuh ke
Pandemi COVID-19 memiliki risiko yang
jurang musibah yang lebih parah, seperti
serupa dengan berbagai pandemi sebelumnya.
kelaparan. Ditambah, negara-negara yang
Kendati kemajuan pesat dalam medis telah
menjadi lumbung pangan dunia seperti India,
secara signifikan mengurangi dampak langsung
Tiongkok, dan Asia Tenggara. Kerawanan
dari pandemi, namun tetap saja, dunia berada
asupan nutrisi dan kekurangan gizi sebagai
di ambang krisis multisektoral, termasuk dalam
dampak dari kelaparan menjadi fenomena yang
sektor pangan. Kebijakan strategis dalam
sangat umum terjadi di berbagai belahan dunia
sektor pangan menjadi tindakan mutlak yang
(Spinney, 2017, hlm. 183-184).
seharusnya dilakukan setiap negara, agar krisis
Berdasarkan catatan Azizi dkk. (2011),
tidak terjadi. FAO sendiri menyatakan terdapat
Iran menjadi salah satu negara terparah yang
sejumlah alur yang saling berkelindan yang
mengalami dampak pandemi influenza Spanyol
menunjukkan dampak pandemi ini terhadap
tersebut, di mana antara 900 ribu hingga dua
dinamika pangan dunia. Pandemi ini dapat
juta orang meregang nyawa akibat pandemi
menimbulkan “efek domino” dalam rantai
tersebut, mencapai hampir sepertiga populasi
suplai pangan dunia (Schmidhuber, 2020), di
Iran. Tak hanya itu, kelaparan yang terjadi
mana pandemi ini menyebabkan sejumlah
akibat kekeringan, mismanajemen kebijakan
negara penyuplai pangan harus melakukan
lockdown yang menyebabkan perlambatan
dari
kekuasaan.
ekonomi, di mana kemudian industri pangan
menggulingkan beberapa pemerintahan yang
dan pertanian juga terganggu (Food and
dianggap
Agriculture Organization, 2020).
penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-
cukup
Karena
kokoh,
maka
berhasil
beberapa
Dalam lingkup domestik di Indonesia,
faktor dibalik timbulnya revolusi tersebut, dan
menarik pula dikaji hubungan antara kebijakan
diantaranya adalah faktor rapuhnya ketahanan
lockdown bertajuk PSBB dengan ketahanan
pangan negara-negara di Timur Tengah. Dari
pangan nasional. meski menjadi andalan dalam
beberapa faktor yang menyebabkan revolusi di
membatasi
Timur
pergerakan
masyarakat
demi
Tengah
tersebut,
mengurangi laju penularan COVID-19, PSBB
ketahanan
yang
daerah
drastis menghabiskan kesabaran masyarakat
menimbulkan terganggunya ketahanan pangan
yang resah karena melonjaknya harga gandum
di Indonesia sebagai salah satu komponen
secara besar-besaran (Veninga & Ihle, 2018). Di
utama ketahanan nasional. Kondisi tersebut
Mesir, demonstran anti pemerintah kerap
dapat
menggunakan roti sebagai atribut dalam aksi
diberlakukan
di
menyebabkan
sejumlah
banyak
daerah
di
pangan
melemahnya
sosial
negara-negara
Indonesia yang juga mengandalkan distribusi
gerakan
pangan ekstensif dari dalam maupun luar
kekesalan terhadap pemerintah yang dianggap
negeri mengalami krisis pangan (Amanta &
gagal menjaga ketahanan pangan negara
Aprilianti, 2020). Tak dapat dilupakan pula,
(Zurayk, 2011). Meskipun sistem pemerintahan
adalah risiko kenaikan harga bahan pangan
otoriter adalah alasan utama dari revolusi,
global yang tentunya akan memperparah
namun dampak dari lemahnya ketahanan
situasi krisis.
pangan justru memperkuat gerakan revolusi
tersebut
B. Krisis Pangan dan Konflik: Studi Kasus
sebagai
dengan
bentuk
secara
membuat
ekspresi
keresahan
masyarakat terhadap pemerintah semakin
Musim Semi Arab
memuncak.
Musim Semi Arab adalah suatu gerakan
melemahnya ketahanan pangan di Timur
sosial revolusioner yang berasal dari Timur
Tengah harus dikaji agar dapat memberikan
Tengah
gambaran proses terjadinya konflik yang
dengan
tujuan
menggulingkan
pemerintahan yang dianggap otoriter dan tidak
Maka
dari
itu,
penyebab
disebabkan oleh krisis pangan.
Negara-negara
Rata-rata, 38 persen pemasukan rakyat
dengan kontrol yang kuat terhadap rakyatnya,
Mesir digunakan untuk membeli kebutuhan
seperti
Hosni
pangan sehari-hari (Afifi, 2016). Diantara
Kolonel
makanan tersebut, gandum adalah salah satu
mampu
yang paling utama, dengan mengisi sepertiga
demokratis
(Bayat,
Mesir
Mubarak
Muammar
dan
2013).
dibawah
Libya
Gaddafi,
di
Marsekal
bawah
tidak
membendung laju revolusi dan harus lengser
porsi asupan kalori di negara tersebut (Food
and Agriculture Organization, 2006). Namun,
pokok paling utama di negara tersebut.
dikarenakan kondisi geografis padang pasir,
Secara keseluruhan di Timur Tengah,
iklim panas, serta pertentangan kebijakan
negara yang terdampak revolusi karena gagal
pertanian di wilayah Sungai Nil, produksi
mempertahankan ketahanan pangan adalah
gandum dalam negeri tidak mampu untuk
negara yang memiliki pendapatan per kapita
memenuhi seluruh permintaan masyarakat
(KBB) yang kecil, presentasi cukup besar dalam
(Alfiky dkk., 2012). Maka dari itu, pemerintah
porsi pemasukan untuk kebutuhan pangan, dan
melakukan
ketidakmampuan
kebijakan
impor
dari
pasar
untuk
menetapkan
dan
internasional. Tidak tanggung-tanggung, Mesir
mengadaptasi kebijakan ketahanan pangan
adalah importir gandum terbesar di dunia,
kala terjadi gejolak pada harga dan suplai
dengan jumlah sebesar 9,8 juta ton pada tahun
pangan global (Center for American Progress,
2010 (Lampietti dkk., 2011). Sayangnya,
2013). Hal ini sangat kontras dengan fenomena
ketahanan pangan Mesir tidak cukup kuat
di negara maju, di mana rata-rata memiliki
untuk menghadapi krisis pangan global yang
pendapatan perkapita (KBB) yang besar,
memuncak tahun 2011. Akibat krisis pangan
persentase yang cukup kecil dalam porsi
global tahun 2011 yang disebabkan oleh
pemasukan untuk kebutuhan pangan, dan
pengurangan produksi secara signifikan dari
kebijakan yang adaptif terhadap perubahan
negara produsen, serta kekeringan hebat di
global (Ibid). Indonesia, di lain pihak, memiliki
wilayah
Tiongkok
pendapatan per kapita (KBB) sebesar 12.670
menggelontorkan dana sebesar 1,9 miliar Dolar
Dolar AS, unggul 500 Dolar AS daripada Mesir
AS untuk memborong stok gandum dari pasar
(World Bank, n.d.), 35,5 persen pemasukan
internasional (Sternberg, 2012). Akibatnya,
untuk kebutuhan pangan (Fitch, 2018), serta
stok gandum yang sebelumnya sudah menipis
berada di posisi ke-62 dari 113 negara dalam
karena krisis pangan global menjadi semakin
aspek manajemen ketahanan pangan; lebih
sedikit karena pemborongan yang dilakukan
rendah dari Mesir yang berada di posisi ke-55
oleh
tanggung-tanggung,
(The Economist Intelligence Unit, 2019).
persentase peningkatan harga gandum di pasar
Keadaan Indonesia yang mirip dengan Mesir
internasional melonjak kurang lebih dua kali
harus membuat pengampu kebijakan semakin
lipat dari tahun sebelumnya (Rezitis dkk..,
waspada terhadap ancaman yang dapat
2015). Sehingga, Mesir sebagai negara importir
ditimbulkan dari krisis pangan global kepada
gandum
mengalami
ketahanan pangan nasional, terlebih lagi krisis
hantaman yang keras terhadap ketahanan
pangan yang berpotensi ditimbulkan oleh
pangannya,
pandemi COVID-19.
pertaniannya,
Tiongkok.
Tidak
terbesar
di
di
mana
dunia
kelangkaan
serta
mahalnya harga gandum membuat rakyat
Mesir kesusahan untuk mengakses makanan
C. Food
Estate Sebagai
Bagian
dari
Strategi Ketahanan Pangan
(Center for American Progress, 2013). Hal ini
Dari sejumlah studi kasus di atas, dapat diambil
dapat ditemukan pada tahun 2011, ketika Uni
pelajaran bahwa ketahanan pangan suatu
Emirat Arab dan Israel tidak terkena gejolak
negara terancam apabila terjadi krisis pangan
revolusi di Timur Tengah. Meskipun dua negara
global yang berdampak kepada harga dan suplai
tersebut masuk kedalam sepuluh pengimpor
pangan di pasar internasional, dan selanjutnya
gandum terbesar, namun pendapatan per kapita
negara tersebut memiliki pendapatan per kapita
yang tinggi serta persentase pemasukan untuk
yang rendah, persentase pemasukan untuk
pangan sehari-hari yang rendah memungkinkan
pangan diatas 35 persen, serta ketidakmampuan
masyarakat
pengampu kebijakan ketahanan pangan untuk
terhadap harga pangan yang meningkat.
untuk
memberikan
toleransi
beradaptasi dengan gejolak global. Mesir,
Mengingat Indonesia memiliki kondisi
sebagai contoh, tidak memahami bagaimana
yang lebih mirip terhadap Mesir dibandingkan
kondisi
dengan Uni Emirat Arab dan Israel, maka
ekonomi
masyarakat
yang
rapuh
terhadap gejolak pangan global harusnya
kebijakan
beradaptasi.
gagal
terhadap impor pangan disaat potensi krisis
pengembangan
pangan global meningkat bukanlah hal yang
Negara
memanfaatkan
tersebut
peluang
yang
ketergantungan
ketahanan pangan lewat Sungai Nil karena
bijak
konflik
antara
pengembangan agrikultur dalam negeri bisa
penggunaan lahan pertanian dan irigasi antara
menjadi alternatif kebijakan untuk meredam
arah kebijakan perkotaan dan pedesaan, serta
dampak gejolak krisis pangan global. Sebelum
konflik di sektor pertanian itu sendiri; antara
pandemi
petani tanaman komersial seperti mangga dan
mendominasi lapangan pekerjaan di Indonesia
bunga dengan petani makanan pokok seperti
dengan persentase sebesar 27,33 persen,
gandum (Alfiky dkk.., 2012).
sehingga peranan agrikultur sudah sangat
kepentingan
yang
terjadi
untuk
memiliki
diterapkan.
COVID-19,
Sehingga,
sektor
agrikultur
Padahal, stabilitas ketahanan pangan
strategis di negara ini (Menkominfo, 2019).
yang bergantung pada kebijakan impor hanya
Sehingga, program food estate bisa menjadi
bertahan apabila negara tersebut memiliki
salah satu cara guna meningkatkan ketahanan
pendapatan
serta
pangan. Dalam rencana awal pengembangan
persentase pemasukan untuk pangan sehari-hari
food estate di Kalimantan Tengah, pemerintah
yang
memungkinkan
memilih lahan dengan tanah aluvial yang
masyarakat untuk melakukan pengeluaran lebih
dulunya adalah lokasi program Pengembangan
untuk kebutuhan pangan tanpa dampak yang
Lahan Gambut (PLG) Sejuta Hektar di tepi Sungai
terlalu
Barito, di mana potensi pengembangan seluas
perkapita
rendah.
Kondisi
signifikan
yang
ini
tinggi
terhadap
kondisi
perekonomiannya, sampai kebijakan alternatif
untuk ketahanan jangka panjang ditemukan
295.500 hektar (Haryanti, 2020).
Apabila
penyediaan
air
untuk
memberikan irigasi area pertanian memadai,
dasarnya, sangat penting apabila pemerintah
maka diharapkan pengembangan food estate ini
ingin memiliki lebih banyak opsi kebijakan
dapat menyediakan cadangan strategis pangan
apabila terjadi krisis pangan global akibat
seperti padi, cabai, singkong, ataupun jagung
pandemi
(PKP Pemprov Kalteng, 2020). Selanjutnya,
ketahanan pangan yang ditopang oleh produksi
kegiatan pertanian di food estate dapat
domestik dapat mengurangi dampak yang
menghasilkan pangan yang dapat dikonsumsi
ditimbulkan dari gejolak dunia internasional, dan
masyarakat sekaligus memberikan sumbangsih
potensi ancaman konflik yang ditimbulkan dari
bagi pemasukan petani lokal, yang berakibat
hancurnya ketahanan pangan nasional dapat
pada
dihindari; atau setidaknya, dapat dimitigasi.
menurunnya
harga
pangan
untuk
COVID-19.
Namun
setidaknya,
masyarakat yang tidak terlibat pada sektor non
agrikultur (Goyal & Nash, 2017). Apabila
SIMPULAN
program food estate sudah berkembang, maka
Dari paparan mengenai proyek food
dapat menjadi dorongan baik untuk sektor
estate
produksi (barang penunjang pertanian seperti
ketahanan pangan nasional khususnya pada
pupuk, mesin pertanian) maupun konsumsi
era pandemic COVID-19, dapat disimpulkan
nasional (meningkatnya pemasukan sektor
beberapa hal. Pertama, pandemi merupakan
pertanian), yang berakibat kepada terbukanya
peristiwa
lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi,
mendisrupsi
dan semakin terwujudnya keadilan sosial-
termasuk ketahanan pangan suatu negara.
ekonomi (International Labour Organization,
Sejumlah studi kasus yang dianalisis telah
2008).
membuktikan bahwa pandemi dan ancaman
Pada akhirnya, pengembangan food
estate
yang
dapat
memberikan
dan
kaitannya
yang
dengan
multisektoral
berbagai
strategi
dan
sektor
dapat
strategis,
terhadap ketahanan pangan merupakan dua
serapan
isu yang tidak terpisahkan. Dampak yang
lapangan pekerjaan di sektor non pertanian
ditimbulkan apabila kedua peristiwa tersebut
dapat mengurangi angka kemiskinan nasional, di
terjadi secara bersamaan akan sangat masif.
mana pertumbuhan ekonomi yang dimotori oleh
Selain itu, apabila merujuk kepada
sektor pertanian lebih efektif untuk mengurangi
teori
kemiskinan
dibandingkan
ketersediaan
kepemimpinan
sektor
dengan
konstruksi
neo-malthusian
sumber
terkait
daya,
dengan
kurangnya
dan
cadangan makanan pada suatu negara dapat
manufaktur (Loayza and Radatz, 2006). Secara
mengakibatkan konflik antarmasyarakat yang
keseluruhan, pengembangan food estate dapat
juga dapat mengancam kestabilan negara. Oleh
meningkatkan pemasukan per kapita serta
karenanya, terbukti bahwa ketahanan pangan
menurunkan persentase pemasukan untuk
merupakan bagian yang terintegrasi dengan
kebutuhan pangan sehari-hari, yang pada
konsep ketahanan nasional. Ditambah, langkah
Agam, S., & Persada, K. (2017). Food Estate:
untuk mencapai ketahanan nasional sudah
Pangan Melimpah, Harga Lebih Murah |
tidak lagi berkutat pada aspek keamanan
Indonesia Baik. Indonesiabaik.id. Diakses 8
tradisional, namun juga aspek non tradisional,
Agustus 2020 dari
seperti ketahanan pangan. Salah satu langkah
http://indonesiabaik.id/infografis/food-
untuk mencapainya adalah dengan melakukan
estate.
sekuritisasi terhadap aspek tersebut dengan
Alfiky, A., Kaule, G., & Salheen, M. (2012).
mengembangkan sektor pertanian domestik
Agricultural Fragmentation of the Nile Delta;
sekaligus
A Modeling Approach to Measuring
menciptakan
cadangan
pangan
strategis.
Agricultural Land Deterioration in Egyptian
Hal yang tak kalah penting, adalah
Nile Delta. Procedia Environmental Sciences,
bahwa proyek food estate yang dicanangkan
14, 79-97.
oleh Pemerintah Indonesia pula menjadi
https://doi.org/10.1016/j.proenv.2012.03.00
perwujudan dari strategi ketahanan pangan
9
nasional yang semakin krusial pada era
Amanta, F., & Aprilianti, I. (2020). Indonesian
pandemi, sebagaimana dalam beberapa waktu
Food Trade Policy during Covid-19 (Policy
terakhir. Tidak hanya itu, pelaksanaan proyek
Brief No. 1). Jakarta: Center for Indonesian
food estate pula akan menyokong berbagai
Policy Studies.
aspek lain seperti ekonomi masyarakat agraris,
Azizi, M. H., Jalali, R. A. G., & Azizi, F. (2011). A
perwujudan keadilan sosial-ekonomi, hingga
History of the 1918 Spanish Influenza
dapat
Pandemic and its Impact on Iran. Archives of
meningkatkan
pilihan
kebijakan
Pemerintah Indonesia dalam menghadapi
berbagai situasi.
Iranian Medicine, 13(3), 5.
Bayat, A. (2013). The Arab Spring and its
Surprises. Development And Change, 44(3),
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, H. (2016). Wealthiest 10% in Egypt
responsible for 25% of spending: CAPMAS.
587-601.
https://doi.org/10.1111/dech.12030
Bernauer, T., Böhmelt, T., & Koubi, V. (2012).
Ahram Online. Diakses 9 Agustus 2020 dari
Environmental changes and violent conflict.
http://english.ahram.org.eg/NewsContent/3
Environmental Research Letters, 7(1),
/12/235113/Business/Economy/Wealthiest--
015601. https://doi.org/10.1088/1748-
in-Egypt-responsible-for--of-spending-
9326/7/1/015601
.aspx#:~:text=An%20average%20of%2034.4
Brown, J. (2019). Influenza: The Hundred-Year
%20percent,year%2C%20according%20to%2
Hunt to Cure the Deadliest Disease in
0the%20survey.
History. New York: Simon and Schuster.
Burke, M., Miguel, E., Satyanath, S., Dykema, J.,
& Lobell, D. (2009). Warming increases the
Agustus 2020 dari
risk of civil war in Africa. Proceedings Of The
https://doi.org/10.4060/ca9473en
National Academy Of Sciences, 106(49),
20670-20674.
https://doi.org/10.1073/pnas.0907998106
Burn, A. (1982). The Pelican history of Greece
(pp. 297-299). London: Penguin.
Buzan, B., Buzan, R. P. of I. S. C. for the S. of D.
Goyal, A., & Nash, J. (2017). Reaping Richer
Returns. Washington, DC: World Bank.
Hays, J. N. (2005). Epidemics and Pandemics:
Their Impacts on Human History. ABC-CLIO.
Haryanti, R. (2020). Basuki Sebut Lokasi "Food
Estate" Berada di Lahan Aluvial.
B., Etc, Wæver, O., Waever, O., & Wilde, J.
KOMPAS.com. Diakses 9 Agustus 2020 dari
de. (1998). Security: A New Framework for
https://properti.kompas.com/read/2020/06
Analysis. Boulder: Lynne Rienner Publishers.
/24/204504121/basuki-sebut-lokasi-food-
Center for American Progress. (2013). The Arab
Spring and Climate Change. Washington, DC:
Center for American Progress.
Côté, A. (2016). Agents without agency:
Assessing the role of the audience in
estate-berada-di-lahan-aluvial?page=all.
Homer-Dixon, T. (1999). Environment, Scarcity,
and Violence. Foreign Affairs, 78(3), 135.
https://doi.org/10.2307/20049302
International Labour Organization. (2008).
securitization theory. Security Dialogue,
Promotion of Rural Employment for Poverty
47(6), 541–558. JSTOR. doi:
Reduction (1st ed.). Geneva: International
10.2307/26293812
Labour Office.
Fitch. (2018). Indonesia Food Spending Trends:
Lampietti, J., Michaels, S., Magnan, N., McCalla,
Growing Westernisation Of Diets. Fitch
A., Saade, M., & Khouri, N. (2011). A
Solutions. Diakses pada 9 Agustus 2020 dari
strategic framework for improving food
https://www.fitchsolutions.com/corporates/
security in Arab countries. Food Security,
retail-consumer/indonesia-food-spending-
3(S1), 7-22. https://doi.org/10.1007/s12571-
trends-growing-westernisation-diets-18-09-
010-0102-3
2018.
Food and Agriculture Organization. (2006).
Lenz-Raymann, K. (2014). Securitization Theory:
Legitimacy in Security Politics. Dalam
Roles of Agriculture project policy Brief: food
Counter-Terrorism and Freedom of Religion
security and Wheat policy in egypt. Rome:
in Central Asia. Securitization of Islam: A
Food and Agriculture Organization.
Vicious Circle (hlm. 243–256). Transcript
Food and Agriculture Organization. (2020).
Impacts of coronavirus on food security and
nutrition in Asia and the Pacific: Building
Verlag. JSTOR. Diakses 6 Agustus 2020 dari
https://www.jstor.org/stable/j.ctv1fxgjp.14
Li, G., & Wei, W. (2016). Investing in Africa’s
more resilient food systems (hlm. 9) [Policy
Agriculture: Solidifying Foundation for
Recommendation]. Bangkok. Diakses pada 7
Sustainable and Inclusive Development.
Washington, DC: World Bank.
Loayza, N., & Raddatz, C. (2006). The
Composition of Growth Matters for Poverty
Alleviation. Washington, DC: World Bank.
Menkominfo. (2019). Dominasi Sektor
Pertanian, Jumlah Orang Bekerja Naik 2,50
Spinney, L. (2017). Pale Rider: The Spanish Flu of
1918 and How It Changed the World.
PublicAffairs.
Starr, J. (1991). Water Wars. Foreign Policy,
(82), 17. https://doi.org/10.2307/1148639
Sternberg, T. (2012). Chinese drought, bread
Juta. Website Resmi Kementerian
and the Arab Spring. Applied Geography, 34,
Komunikasi dan Informatika RI. Diakses 9
519-524.
Agustus 2020 dari
https://doi.org/10.1016/j.apgeog.2012.02.0
https://kominfo.go.id/content/detail/22584/
04
dominasi-sektor-pertanian-jumlah-orangbekerja-naik-250-juta/0/berita.
Nasution, D., & Zuraya, N. (2020). Konsep Food
The Economist Intelligence Unit. (2019). Global
Food Security Index. The Economist.
Urdal, H., 2005. People vs. Malthus: Population
Estate di Kalteng Dipertanyakan. Republika
Pressure, Environmental Degradation, and
Online. Diakses 8 Agustus 2020 dari
Armed Conflict Revisited. Journal of Peace
https://republika.co.id/berita/qbtfct383/kon
Research, 42(4):417-434.
sep-emfood-estateem-di-kaltengdipertanyakan.
Oshaug, A., Eide, W. and Eide, A., 1994. Human
Veninga, W., & Ihle, R. (2018). Import
vulnerability in the Middle East: effects of
the Arab spring on Egyptian wheat trade.
rights: a normative basis for food and
Food Security, 10(1), 183-194.
nutrition-relevant policies. Food Policy,
https://doi.org/10.1007/s12571-017-0755-2
19(6): 491-516.
PKP Pemprov Kalteng. (2020). Presiden Joko
Widodo Ungkap Tujuan Pengembangan
Food Estate di Kalteng. BIROPKP. Diakses 9
Von Braun, J., Bouis, H., Kumar, S., & PandyaLorch, R. (1992). Improving Food Security of
the Poor. Washington, DC: IFPRI Institute.
Widyastuti, A. (2020). Manajemen Krisis, Jokowi
Agustus 2020 dari
ke Pemda: Gas dan Rem Betul-betul Diatur.
http://www.biropkp.kalteng.go.id/?p=6153.
Tempo. Diakses 8 Agustus 2020 dari
Rezitis, A., Ntinou, A., & Pachis, D. (2015).
https://bisnis.tempo.co/read/1359471/man
Investigating the international prices of
ajemen-krisis-jokowi-ke-pemda-gas-dan-
wheat and rice. Agricultural And Food
rem-betul-betul-diatur.
Economics, 3(1).
https://doi.org/10.1186/s40100-015-0035-4
Schmidhuber, J. (2020). COVID-19: From a
Zurayk, R. (2011). Use your loaf: why food prices
were crucial in the Arab spring. the
Guardian. Diakses 9 Agustus 2020 dari
Global Health Crisis to a Global Food Crisis.
https://www.theguardian.com/lifeandstyle/
FAO Food Outlook, 9.
2011/jul/17/bread-food-arab-spring.
View publication stats
Download