See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/344150696 Meninjau Pengembangan Food Estate Sebagai Strategi Ketahanan Nasional pada Era Pandemi COVID-19 Conference Paper · August 2020 CITATIONS READS 0 1,274 2 authors, including: Alfin Febrian Basundoro Universitas Gadjah Mada 10 PUBLICATIONS 0 CITATIONS SEE PROFILE Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Seminar Nasional Lemhannas 2020 View project Jurnal Penelitian Politik (JPP) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia View project All content following this page was uploaded by Alfin Febrian Basundoro on 07 September 2020. The user has requested enhancement of the downloaded file. MENINJAU PENGEMBANGAN FOOD ESTATE SEBAGAI STRATEGI KETAHANAN NASIONAL PADA ERA PANDEMI COVID-19 (REVIEWING THE DEVELOPMENT OF THE FOOD ESTATE PROJECT AS A NATIONAL RESILIENCE STRATEGY IN COVID-19 PANDEMIC ERA) ALFIN FEBRIAN BASUNDORO, FADHIL HAIDAR SULAEMAN Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada [email protected] 085702507158 [email protected] 082137100510 ABSTRAK: Pada tanggal 9 Juli 2020, Presiden Joko Widodo memberikan mandat kepada Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, untuk memimpin pelaksanaan proyek food estate nasional di sejumlah kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah seluas 148.000 hektare (Amirullah, 2020). Dengan menggunakan konsep keamanan pangan, tulisan ini berusaha menganalisis proyek food estate nasional tersebut, khususnya dalam rangka menjamin ketahanan nasional pada era pandemi COVID-19. Tulisan ini percaya bahwa food estate merupakan salah satu strategi yang kompatibel untuk diaplikasikan dalam situasi pandemi, di mana wabah penyakit merupakan bentuk ancaman non konvensional bagi ketahanan nasional. Ketahanan pangan Indonesia menjadi salah satu isu geopolitik domestik yang mengemuka, di mana pengelolaannya masih jauh dari kata memuaskan (Global Hunger Index, 2019). Padahal, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang masif dan tentunya, kebutuhan akan pangan yang besar. Belum lagi situasi pandemi COVID-19 yang membuat Organisasi Pangan dan Pertanian untuk memberikan peringatan ancaman krisis pangan global. Selain itu, tulisan ini juga bertujuan untuk merekomendasikan kepada Lemhannas untuk mempertimbangkan ketahanan pangan sebagai salah satu “ujung tombak” bagi ketahanan nasional, khususnya dalam menghadapi ancaman non-konvensional di masa depan. Kata kunci: ketahanan pangan, ketahanan nasional, food estate, ancaman non konvensional ABSTRACT: On July 9, 2020, President Joko Widodo gave a mandate to the Minister of Defense, Prabowo Subianto, to lead the implementation of national food estate projects in several districts in Central Kalimantan Province, covering 148,000 hectares (Amirullah, 2020). By using the concept of food security, this paper seeks to analyze the critical role of the national food estate project, especially in the context of ensuring national resilience in the era of the COVID-19 pandemic. This paper believes that food estate is a compatible strategy to be applied in a pandemic situation, where the outbreak is a form of unconventional threat to national security. Indonesia's food security is one of the leading domestic geopolitical issues, where its management is far from satisfying (Global Hunger Index, 2019). Indonesia has a massive population and, of course, a tremendous need for food. Not to mention the COVID-19 pandemic situation that made the FAO provide a warning to the threat of the global food crisis. Besides, this paper also aims to recommend the Lemhannas in considering food security as one of the "spearheads" for national security, especially in the face of unconventional threats in the future. Keywords: food security, national resilience, food estate, unconventional threats kancah dunia internasional maupun di ranah PENDAHULUAN Sepanjang sejarah peradaban manusia, kapasitas dan kapabilitas ketahanan pangan seringkali menjadi faktor penentu dalam ajang akumulasi kekuatan dan kelangsungan hidup suatu komunitas manusia, terlebih lagi apabila situasi sudah mencapai taraf konflik atau peperangan. Tanpa ketahanan pangan, masyarakat suatu komunitas mengalami kerawanan dalam asupan nutrisi dan berpotensi menyebabkan kelaparan massal. Situasi ini dapat mendorong masyarakat untuk melakukan suatu gerakan sosial yang meminta perubahan terhadap pemerintah. Jenderal Thucydides, seorang pemimpin militer sekaligus sejarawan dari zaman Yunani Kuno, menjelaskan bagaimana ketahanan pangan menjadi krusial dalam momenmomen yang menentukan. Dalam Perang Peloponnesos, Kerajaan Sparta yang memimpin Liga Pelopon nesos berhasil menghancurkan pondasi ketahanan pangan Liga Delos yang dipimpin oleh Republik Athena, yang berakibat kepada menyerahnya Athena karena ancaman kelaparan hebat ketahanan domestik. Dunia internasional diguncangkan dengan pengurangan besarbesaran intensitas peredaran kapital, barang, jasa, dan manusia antar-negara dikarenakan berbagai mekanisme serta kebijakan untuk mengurangi risiko meningkatnya ancaman dari virus COVID-19. FAO sebagai lembaga pangan dunia sejatinya mencatat bahwa suplai pangan masih relatif aman kendati pandemi COVID-19 secara nyata mendisrupsi sektor pertanian. Pada kuartal pertama 2020, tercatat bahwa cadangan sereal dunia-termasuk beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia--mencapai 850 juta ton (Schmidhuber, 2020). Cadangan tersebut ditetapkan FAO sebagai antisipasi manakala terjadi cuaca buruk atau bencana alam sepanjang 2020. Meski demikian, dengan dampak pandemi yang semakin nyata dan semakin kaburnya nasib sektor pertanian di seluruh dunia seiring tidak terkendalinya pandemi, maka tindakan nyata harus diambil sejumlah negara guna mempertahankan ketahanan pangannya. Dalam lingkup domestik nasional, (Burn, 1982). Takluknya Athena berpengaruh besar kedalam tumbangnya ancaman terhadap hegemoni Sparta di Yunani. Hingga saat ini, isu ketahanan pangan masih tetap menjadi sorotan utama pengambil kebijakan di seluruh dunia, terlebih lagi di masa COVID-19 yang besar. Seluruh aspek ideologi, politik, keamanan-pertahanan, ekonomi, dan sosialbudaya bangsa mengalami penyesuaian secara masif menyusul perubahan revolusioner yang dibawa oleh pandemik pandemi global COVID-19. Pandemi virus COVID-19 juga memberikan dampak telah menyebabkan berbagai krisis multidimensi di COVID-19. Dikarenakan sifat ancamannya yang membutuhkan koordinasi antarsektor komponen negara, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 82 serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara Tahun 2020 tentang Komite Penanganan (BUMN). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan pengembangan program food estate ini akan Pemulihan Ekonomi Nasional. Mengutip menggunakan lahan sebanyak 190 ribu pernyataan Presiden Joko Widodo, Komite ini hektar di Kalimantan Tengah, 120 ribu hektar dibentuk sebagai bentuk “gas dan rem” di Kalimantan Barat, 10 ribu hektar di pemerintah akselerasi Kalimantan Timur, 190 ribu hektare di pertumbuhan dan kelangsungan ekonomi Maluku, dan 1,9 juta hektar di Papua (Agam terhadap penanganan memutus mata rantai & Persada, 2017). Mengingat program pandemi COVID-19 secara medis (Widyastuti, pengembangan food estate ini termasuk 2020). proyek strategis untuk ketahanan nasional, terhadap Dalam struktur organisasi-nya, Dalam maka dan Keamanan menjabat sebagai Wakil Ketua meninjau program tersebut secara akademis II, sehingga hal ini menunjukkan bahwa dan kritis. Hal ini dibutuhkan mengingat pemerintah Indonesia, sebagai negara yang menerapkan menganggap politik kajian awal, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, memang diperlukan rencana ilmiah penanganan pandemi COVID-19 tidak boleh sistem lepas dari perspektif pertahanan-keamanan. masyarakat madani (civil society) sebagai Alhasil, strategi ketahanan pangan di masa salah pandemi tentu membutuhkan “sentuhan” memberikan masukan dan aspirasi kepada pertahanan-keamanan sebagai bagian pilar pemerintah. Pasalnya, program food estate utama keamanan nasional. mendapatkan satu demokrasi, untuk koridor memiliki masyarakat beberapa untuk tentangan dari Oleh karena itu, maka pemerintah beberapa unsur masyarakat (Nasution and Indonesia mengembangkan program food Zuraya, 2020), yang sebenarnya adalah suatu estate sebagai salah satu ujung tombak hal yang wajar dalam mengekspresikan hak dalam strategi ketahanan pangan di masa kebebasan pandemi demokrasi. Harapan utama, makalah ini COVID-19. Sebagai cadangan berpendapat dapat memberikan mandat pemerintah tentang perspektif pertahanan- Pertahanan Prabowo Subianto Menteri untuk keamanan dengan masukan sistem strategis nasional, Presiden Joko Widodo kepada memberikan dalam teori utama kepada neo- memimpin pengembangan program strategis malthusian yang ditinjau dari segi akademis, tersebut, dengan kerjasama serta koordinasi serta dapat menjadi bagian dari diskursus dari Kementerian Pekerjaan Umum dan pengembangan food estate yang sudah ada. Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dengan pertimbangan bahwa teori TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Neo-Malthusian dan Ketahanan neo-malthusian memiliki keterkaitan terhadap Pangan konflik yang timbul dari kelangkaan pangan, Tesis paling umum dari teori neo- maka ketahanan pangan yang kuat adalah salah malthusian adalah teori tersebut mengatakan satu strategi yang dapat diterapkan untuk bahwa kelangkaan sumber daya terbarukan mengantisipasi krisis yang dapat terjadi. dapat memicu konflik antar makhluk hidup, Ketahanan dari skala terkecil seperti tetangga komunitas kemampuan kecil hingga skala masif seperti perang antar masyarakat untuk mendapatkan pangan demi negara (Urdal, 2005). Sebagai bagian dari menunjang gaya hidup yang sehat (Von Braun perspektif kekerasan lingkungan, hal ini dapat dkk., 1992). Ketahanan pangan disebutkan terjadi apabila keresahan dalam masyarakat memiliki sudah memuncak dan kontrol dari suatu ketersediaan otoritas--seperti negara--melemah (Homer- penggunaan pangan, dan stabilitas pangan Dixon, 1999), sehingga memberikan pilihan (Food and Agriculture Organization, 2020). alternatif untuk Karena selain ketahanan pangan sudah menjadi salah satu pekerjaan yang sah secara hukum, mulai dari aspek kebijakan pertahanan-keamanan sejak pencurian kecil-kecilan hingga bergabung zaman Mesir kuno. Karena dianggap sebagai dengan hal kepada mendapatkan masyarakat sumber daya alam pemberontakan untuk pangan dan didefinisikan akses empat seluruh faktor yang fundamental lapisan utama, pangan, sifatnya sebagai akses pangan, sangat dalam yakni strategis, kehidupan, memperebutkan kontrol sumber daya alam, Perserikatan baik dari otoritas legal seperti pemerintah memasukkan ketahanan pangan sebagai hak maupun konflik sesama pemberontak (Burke atas pangan dalam Pernyataan Pernyataan dkk., 2009). Kelangkaan sumber daya juga Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Tahun dapat berpotensi untuk berhubungan dengan 1948 institusi politik dan perkembangan ekonomi Produktivitas masyarakat yang rendah, potensi suatu negara dalam meningkatkan risiko agrikultur timbulnya konflik (Bernauer dkk., 2012). Teori pertumbuhan penduduk dunia di atas 3 persen neo-malthusian memberikan peranan besar per tahun mengakibatkan peningkatan jumlah terhadap kelangkaan sumber daya seperti negara tanah, dalam semakin memburuk di seluruh dunia (Li & Wei, kontribusinya memulai suatu konflik seiring 2016). Indonesia sendiri berada dalam kategori dengan meningkatnya jumlah pertumbuhan negara penduduk (Starr, 1991). terhadap air bersih dan pangan Bangsa-Bangsa (Oshaug, yang dengan dengan Eide, & Eide, terbengkalai, ketahanan ancaman ketahanan (PBB) 1994). serta pangan “risiko pangan laju yang serius” nasional, meskipun situasi berangsur membaik dari tahun ke tahun. kondusif akibat adanya ancaman. Tujuan berikutnya, B. Teori Sekuritisasi Untuk memahami landasan dari proyek food estate, makalah ini pula menggunakan konsep sekuritisasi. Konsep sekuritisasi dapat didefinisikan sebagai proses suatu aktor memaknai isu sebagai isu keamanan. Konsep ini sejalan dengan mazhab Copenhagen School dalam studi keamanan internasional yang menekankan pada nonkonvensional. penegakan Keamanan keamanan pangan juga termasuk aspek vital dalam keamanan non konvensional, sehingga cukup sesuai apabila dijelaskan dengan paradigma sekuritisasi. Peran tindakan, narasi, retorika, dan pernyataan aktor terkait dengan isu keamanan memiliki peran penting dalam sekuritisasi (Lenz-Raymann, adalah untuk memberikan kesadaran umum mengenai ancaman yang terjadi dan membentuk konsolidasi masyarakat. Mengingat, masyarakat merupakan entitas terbesar dalam suatu negara dan memiliki peran penting dalam mengatasi ancaman. Masyarakat sebagai audiens pula dapat memberikan dukungan moral dalam proses sekuritisasi, misalnya berkaitan dengan wabah COVID-19, masyarakat kepada saling sesama kesehatan memberikan untuk menaati kesadaran protokol atau bahu-membahu menolong warga yang mengalami kesulitan ekonomi. Apabila merujuk pada proyek food estate, maka proyek tersebut telah memenuhi kriteria sekuritisasi. Objek acuan dalam kasus tersebut adalah ketahanan pangan Indonesia, di 2014). Menurut Buzan dkk. (1998), Terdapat sejumlah aspek yang menjadi kriteria sekuritisasi, di antaranya pertama, terdapat ancaman yang harus dihadapi oleh referent object (objek acuan). Ancaman tersebut dapat berupa apapun yang mempengaruhi eksistensi dari objek tersebut. Aspek terakhir, adalah usaha untuk meyakinkan audiens bahwa usaha untuk melawan ancaman dapat dijustifikasi. Apabila audiens berhasil menerima bahwa terjadi ancaman terhadap objek acuan, maka proses adalah kelangkaan pangan akibat efek berantai dari pandemi COVID-19. Audiens dalam kondisi ini adalah masyarakat Indonesia secara umum, yang menjadi indikator utama keberhasilan sekuritisasi dalam wujud proyek food estate. Aktor dalam hal ini adalah Presiden Joko Widodo yang memberikan mandat kepada sejumlah menteri untuk melaksanakan proyek tersebut. Peran proyek food estate menjadi krusial, apalagi, proyek tersebut sendiri memiliki tujuan sebagai penjamin ketahanan pangan nasional sekuritisasi dianggap berhasil. Sekuritisasi--sebagaimana mana ancaman yang mendisrupsi objek acuan dinyatakan Adam Cote (2016), memiliki sejumlah tujuan. Pertama, adalah untuk menciptakan tatanan publik di tengah-tengah situasi yang tidak apabila dampak pandemi COVID-19 benar-benar masif, sehingga membuat sektor pertanian Indonesia tidak berjalan sebagaimana mestinya dan mengancam ketahanan pangan. global dan tentunya turut berdampak pada METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode ketahanan pangan secara global. epistemologis Studi kasus dalam penelitian ini merujuk positivisme, guna menjawab permasalahan pada kasus-kasus di mana pandemi menjadi berupa kemungkinan krisis pangan yang terjadi fenomena global yang mengancam keamanan pada Mengingat manusia (human security), khususnya apabila kebaruan isu yang masih sangat baru, penelitian dianalisis dari perspektif ketahanan pangan. ini berfokus pada data-data dan variabel terkini Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek-aspek di mengenai ketahanan pangan di Indonesia. atas--ketahanan pangan, ketahanan nasional, Termasuk pula didalamnya, berkaitan dengan dan keamanan manusia--merupakan konsep cadangan pangan Indonesia setidaknya dalam yang saling berkaitan erat dan apabila terjadi periode lima tahun terakhir. Karakteristik disrupsi pada salah satu di antaranya, aspek positivisme juga ditegaskan dengan penggunaan lainnya akan turut terpengaruh. kualitatif dengan era posisi pandemi COVID-19. data-data empirik dalam memenuhi tujuan penelitian ini, yaitu untuk HASIL DAN PEMBAHASAN menegaskan dukungan terhadap kebijakan proyek food A. Pandemi dan Ketahanan Pangan: Tinjauan Sejarah estate dan memberikan usulan kepada institusiinstitusi terkait ketahanan pangan untuk sebagai strategi non konvensional dalam menghadapi ancaman sejarah, pandemi merupakan salah satu fenomena global yang mampu secara luas mempengaruhi berbagai sektor. Pertanian sebagai pilar ketahanan pandemi. Penelitian menganalisis Sepanjang mengedepankan dilakukan berbagai sumber, dengan terutama dengan kajian literatur. Literatur yang menjadi sumber tentunya memiliki keterkaitan erat dengan tema, di antaranya laporan resmi dari institusi negara terkait seperti Kementerian Pertanian, Pertahanan, dan Badan Urusan Logistik. Tak lupa, sejumlah jurnal domestik maupun asing mengenai ketahanan pangan di Indonesia juga menjadi sumber acuan bagi penelitian ini. Laporan dari institusi global seperti FAO juga turut menjadi sumber data, mengingat pandemi COVID-19 telah bersifat pangan tak luput dari disrupsi masif akibat pandemi. Akibatnya, kelaparan menjadi isu laten yang kerap terjadi beriringan atau berkelanjutan dengan pandemi itu sendiri. Peristiwa yang terjadi di Irlandia pada pertengahan abad ke-19 menjadi bukti dari keterkaitan antara keduanya. Wabah penyakit tipes yang melanda sebagian wilayah kepulauan Britania sejak 1843 hingga 1850-an mengakibatkan ratusan ribu orang tewas. Akibatnya, sektor tenaga kerja--termasuk pertanian--berkurang drastis dalam dan mengakibatkan banyak lahan yang tak terurus (Hays, 2005, hlm. 239). Lahan-lahan pertanian kemudian mulai terserang penyakit dan hama ketahanan pangan, dan suplai pangan yang tanaman yang berakibat kelaparan masif. Hasil terhambat panen yang gagal dan terjangkit penyakit menjadi semakin parah. Kala itu, Iran yang tersebut semakin memperparah penularan dipimpin oleh Dinasti Qajar tidak mampu pandemi tahun, mempertahankan kestabilan dan keamanan penduduk Irlandia berkurang hingga dua juta negara secara umum, mengakibatkan Perang jiwa (Hays, 2005, hlm. 241-242). Dunia I melebar ke sebagian wilayah negeri tipes. Dalam sepuluh menjadikan dampak pandemi Dampak pandemi terhadap ketahanan tersebut. Wilayah-wilayah dengan kapabilitas pangan yang lebih masif terjadi pada periode menyuplai pangan turut terdampak. Ditambah 1918 hingga 1920 ketika influenza Spanyol lagi, ketiadaan kebijakan untuk membentuk mewabah ke seluruh dunia. Bermula dari cadangan pangan menjadi pelengkap dari medan Perang Dunia I di Prancis, dalam waktu kelaparan di Iran kala itu. Akibat pandemi setahun, wabah ini berjangkit di Eropa. influenza tersebut, harga pangan impor juga Diperkirakan lebih dari 50 juta jiwa menjadi menjadi amat mahal dan penurunan kualitas korban flu ini, dan masih menjadi salah satu pangan terjadi secara drastis. Tak heran apabila pandemi terparah di dunia (Brown, 2019, hlm. Iran Hampir mengalami keruntuhan geopolitik 49-51). Kurangnya inisiatif untuk melakukan dan geoekonomi akibat krisis multisektoral sekuritisasi tersebut. terhadap ketahanan pangan membuat sejumlah negara kala itu jatuh ke Pandemi COVID-19 memiliki risiko yang jurang musibah yang lebih parah, seperti serupa dengan berbagai pandemi sebelumnya. kelaparan. Ditambah, negara-negara yang Kendati kemajuan pesat dalam medis telah menjadi lumbung pangan dunia seperti India, secara signifikan mengurangi dampak langsung Tiongkok, dan Asia Tenggara. Kerawanan dari pandemi, namun tetap saja, dunia berada asupan nutrisi dan kekurangan gizi sebagai di ambang krisis multisektoral, termasuk dalam dampak dari kelaparan menjadi fenomena yang sektor pangan. Kebijakan strategis dalam sangat umum terjadi di berbagai belahan dunia sektor pangan menjadi tindakan mutlak yang (Spinney, 2017, hlm. 183-184). seharusnya dilakukan setiap negara, agar krisis Berdasarkan catatan Azizi dkk. (2011), tidak terjadi. FAO sendiri menyatakan terdapat Iran menjadi salah satu negara terparah yang sejumlah alur yang saling berkelindan yang mengalami dampak pandemi influenza Spanyol menunjukkan dampak pandemi ini terhadap tersebut, di mana antara 900 ribu hingga dua dinamika pangan dunia. Pandemi ini dapat juta orang meregang nyawa akibat pandemi menimbulkan “efek domino” dalam rantai tersebut, mencapai hampir sepertiga populasi suplai pangan dunia (Schmidhuber, 2020), di Iran. Tak hanya itu, kelaparan yang terjadi mana pandemi ini menyebabkan sejumlah akibat kekeringan, mismanajemen kebijakan negara penyuplai pangan harus melakukan lockdown yang menyebabkan perlambatan dari kekuasaan. ekonomi, di mana kemudian industri pangan menggulingkan beberapa pemerintahan yang dan pertanian juga terganggu (Food and dianggap Agriculture Organization, 2020). penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor- cukup Karena kokoh, maka berhasil beberapa Dalam lingkup domestik di Indonesia, faktor dibalik timbulnya revolusi tersebut, dan menarik pula dikaji hubungan antara kebijakan diantaranya adalah faktor rapuhnya ketahanan lockdown bertajuk PSBB dengan ketahanan pangan negara-negara di Timur Tengah. Dari pangan nasional. meski menjadi andalan dalam beberapa faktor yang menyebabkan revolusi di membatasi Timur pergerakan masyarakat demi Tengah tersebut, mengurangi laju penularan COVID-19, PSBB ketahanan yang daerah drastis menghabiskan kesabaran masyarakat menimbulkan terganggunya ketahanan pangan yang resah karena melonjaknya harga gandum di Indonesia sebagai salah satu komponen secara besar-besaran (Veninga & Ihle, 2018). Di utama ketahanan nasional. Kondisi tersebut Mesir, demonstran anti pemerintah kerap dapat menggunakan roti sebagai atribut dalam aksi diberlakukan di menyebabkan sejumlah banyak daerah di pangan melemahnya sosial negara-negara Indonesia yang juga mengandalkan distribusi gerakan pangan ekstensif dari dalam maupun luar kekesalan terhadap pemerintah yang dianggap negeri mengalami krisis pangan (Amanta & gagal menjaga ketahanan pangan negara Aprilianti, 2020). Tak dapat dilupakan pula, (Zurayk, 2011). Meskipun sistem pemerintahan adalah risiko kenaikan harga bahan pangan otoriter adalah alasan utama dari revolusi, global yang tentunya akan memperparah namun dampak dari lemahnya ketahanan situasi krisis. pangan justru memperkuat gerakan revolusi tersebut B. Krisis Pangan dan Konflik: Studi Kasus sebagai dengan bentuk secara membuat ekspresi keresahan masyarakat terhadap pemerintah semakin Musim Semi Arab memuncak. Musim Semi Arab adalah suatu gerakan melemahnya ketahanan pangan di Timur sosial revolusioner yang berasal dari Timur Tengah harus dikaji agar dapat memberikan Tengah gambaran proses terjadinya konflik yang dengan tujuan menggulingkan pemerintahan yang dianggap otoriter dan tidak Maka dari itu, penyebab disebabkan oleh krisis pangan. Negara-negara Rata-rata, 38 persen pemasukan rakyat dengan kontrol yang kuat terhadap rakyatnya, Mesir digunakan untuk membeli kebutuhan seperti Hosni pangan sehari-hari (Afifi, 2016). Diantara Kolonel makanan tersebut, gandum adalah salah satu mampu yang paling utama, dengan mengisi sepertiga demokratis (Bayat, Mesir Mubarak Muammar dan 2013). dibawah Libya Gaddafi, di Marsekal bawah tidak membendung laju revolusi dan harus lengser porsi asupan kalori di negara tersebut (Food and Agriculture Organization, 2006). Namun, pokok paling utama di negara tersebut. dikarenakan kondisi geografis padang pasir, Secara keseluruhan di Timur Tengah, iklim panas, serta pertentangan kebijakan negara yang terdampak revolusi karena gagal pertanian di wilayah Sungai Nil, produksi mempertahankan ketahanan pangan adalah gandum dalam negeri tidak mampu untuk negara yang memiliki pendapatan per kapita memenuhi seluruh permintaan masyarakat (KBB) yang kecil, presentasi cukup besar dalam (Alfiky dkk., 2012). Maka dari itu, pemerintah porsi pemasukan untuk kebutuhan pangan, dan melakukan ketidakmampuan kebijakan impor dari pasar untuk menetapkan dan internasional. Tidak tanggung-tanggung, Mesir mengadaptasi kebijakan ketahanan pangan adalah importir gandum terbesar di dunia, kala terjadi gejolak pada harga dan suplai dengan jumlah sebesar 9,8 juta ton pada tahun pangan global (Center for American Progress, 2010 (Lampietti dkk., 2011). Sayangnya, 2013). Hal ini sangat kontras dengan fenomena ketahanan pangan Mesir tidak cukup kuat di negara maju, di mana rata-rata memiliki untuk menghadapi krisis pangan global yang pendapatan perkapita (KBB) yang besar, memuncak tahun 2011. Akibat krisis pangan persentase yang cukup kecil dalam porsi global tahun 2011 yang disebabkan oleh pemasukan untuk kebutuhan pangan, dan pengurangan produksi secara signifikan dari kebijakan yang adaptif terhadap perubahan negara produsen, serta kekeringan hebat di global (Ibid). Indonesia, di lain pihak, memiliki wilayah Tiongkok pendapatan per kapita (KBB) sebesar 12.670 menggelontorkan dana sebesar 1,9 miliar Dolar Dolar AS, unggul 500 Dolar AS daripada Mesir AS untuk memborong stok gandum dari pasar (World Bank, n.d.), 35,5 persen pemasukan internasional (Sternberg, 2012). Akibatnya, untuk kebutuhan pangan (Fitch, 2018), serta stok gandum yang sebelumnya sudah menipis berada di posisi ke-62 dari 113 negara dalam karena krisis pangan global menjadi semakin aspek manajemen ketahanan pangan; lebih sedikit karena pemborongan yang dilakukan rendah dari Mesir yang berada di posisi ke-55 oleh tanggung-tanggung, (The Economist Intelligence Unit, 2019). persentase peningkatan harga gandum di pasar Keadaan Indonesia yang mirip dengan Mesir internasional melonjak kurang lebih dua kali harus membuat pengampu kebijakan semakin lipat dari tahun sebelumnya (Rezitis dkk.., waspada terhadap ancaman yang dapat 2015). Sehingga, Mesir sebagai negara importir ditimbulkan dari krisis pangan global kepada gandum mengalami ketahanan pangan nasional, terlebih lagi krisis hantaman yang keras terhadap ketahanan pangan yang berpotensi ditimbulkan oleh pangannya, pandemi COVID-19. pertaniannya, Tiongkok. Tidak terbesar di di mana dunia kelangkaan serta mahalnya harga gandum membuat rakyat Mesir kesusahan untuk mengakses makanan C. Food Estate Sebagai Bagian dari Strategi Ketahanan Pangan (Center for American Progress, 2013). Hal ini Dari sejumlah studi kasus di atas, dapat diambil dapat ditemukan pada tahun 2011, ketika Uni pelajaran bahwa ketahanan pangan suatu Emirat Arab dan Israel tidak terkena gejolak negara terancam apabila terjadi krisis pangan revolusi di Timur Tengah. Meskipun dua negara global yang berdampak kepada harga dan suplai tersebut masuk kedalam sepuluh pengimpor pangan di pasar internasional, dan selanjutnya gandum terbesar, namun pendapatan per kapita negara tersebut memiliki pendapatan per kapita yang tinggi serta persentase pemasukan untuk yang rendah, persentase pemasukan untuk pangan sehari-hari yang rendah memungkinkan pangan diatas 35 persen, serta ketidakmampuan masyarakat pengampu kebijakan ketahanan pangan untuk terhadap harga pangan yang meningkat. untuk memberikan toleransi beradaptasi dengan gejolak global. Mesir, Mengingat Indonesia memiliki kondisi sebagai contoh, tidak memahami bagaimana yang lebih mirip terhadap Mesir dibandingkan kondisi dengan Uni Emirat Arab dan Israel, maka ekonomi masyarakat yang rapuh terhadap gejolak pangan global harusnya kebijakan beradaptasi. gagal terhadap impor pangan disaat potensi krisis pengembangan pangan global meningkat bukanlah hal yang Negara memanfaatkan tersebut peluang yang ketergantungan ketahanan pangan lewat Sungai Nil karena bijak konflik antara pengembangan agrikultur dalam negeri bisa penggunaan lahan pertanian dan irigasi antara menjadi alternatif kebijakan untuk meredam arah kebijakan perkotaan dan pedesaan, serta dampak gejolak krisis pangan global. Sebelum konflik di sektor pertanian itu sendiri; antara pandemi petani tanaman komersial seperti mangga dan mendominasi lapangan pekerjaan di Indonesia bunga dengan petani makanan pokok seperti dengan persentase sebesar 27,33 persen, gandum (Alfiky dkk.., 2012). sehingga peranan agrikultur sudah sangat kepentingan yang terjadi untuk memiliki diterapkan. COVID-19, Sehingga, sektor agrikultur Padahal, stabilitas ketahanan pangan strategis di negara ini (Menkominfo, 2019). yang bergantung pada kebijakan impor hanya Sehingga, program food estate bisa menjadi bertahan apabila negara tersebut memiliki salah satu cara guna meningkatkan ketahanan pendapatan serta pangan. Dalam rencana awal pengembangan persentase pemasukan untuk pangan sehari-hari food estate di Kalimantan Tengah, pemerintah yang memungkinkan memilih lahan dengan tanah aluvial yang masyarakat untuk melakukan pengeluaran lebih dulunya adalah lokasi program Pengembangan untuk kebutuhan pangan tanpa dampak yang Lahan Gambut (PLG) Sejuta Hektar di tepi Sungai terlalu Barito, di mana potensi pengembangan seluas perkapita rendah. Kondisi signifikan yang ini tinggi terhadap kondisi perekonomiannya, sampai kebijakan alternatif untuk ketahanan jangka panjang ditemukan 295.500 hektar (Haryanti, 2020). Apabila penyediaan air untuk memberikan irigasi area pertanian memadai, dasarnya, sangat penting apabila pemerintah maka diharapkan pengembangan food estate ini ingin memiliki lebih banyak opsi kebijakan dapat menyediakan cadangan strategis pangan apabila terjadi krisis pangan global akibat seperti padi, cabai, singkong, ataupun jagung pandemi (PKP Pemprov Kalteng, 2020). Selanjutnya, ketahanan pangan yang ditopang oleh produksi kegiatan pertanian di food estate dapat domestik dapat mengurangi dampak yang menghasilkan pangan yang dapat dikonsumsi ditimbulkan dari gejolak dunia internasional, dan masyarakat sekaligus memberikan sumbangsih potensi ancaman konflik yang ditimbulkan dari bagi pemasukan petani lokal, yang berakibat hancurnya ketahanan pangan nasional dapat pada dihindari; atau setidaknya, dapat dimitigasi. menurunnya harga pangan untuk COVID-19. Namun setidaknya, masyarakat yang tidak terlibat pada sektor non agrikultur (Goyal & Nash, 2017). Apabila SIMPULAN program food estate sudah berkembang, maka Dari paparan mengenai proyek food dapat menjadi dorongan baik untuk sektor estate produksi (barang penunjang pertanian seperti ketahanan pangan nasional khususnya pada pupuk, mesin pertanian) maupun konsumsi era pandemic COVID-19, dapat disimpulkan nasional (meningkatnya pemasukan sektor beberapa hal. Pertama, pandemi merupakan pertanian), yang berakibat kepada terbukanya peristiwa lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi, mendisrupsi dan semakin terwujudnya keadilan sosial- termasuk ketahanan pangan suatu negara. ekonomi (International Labour Organization, Sejumlah studi kasus yang dianalisis telah 2008). membuktikan bahwa pandemi dan ancaman Pada akhirnya, pengembangan food estate yang dapat memberikan dan kaitannya yang dengan multisektoral berbagai strategi dan sektor dapat strategis, terhadap ketahanan pangan merupakan dua serapan isu yang tidak terpisahkan. Dampak yang lapangan pekerjaan di sektor non pertanian ditimbulkan apabila kedua peristiwa tersebut dapat mengurangi angka kemiskinan nasional, di terjadi secara bersamaan akan sangat masif. mana pertumbuhan ekonomi yang dimotori oleh Selain itu, apabila merujuk kepada sektor pertanian lebih efektif untuk mengurangi teori kemiskinan dibandingkan ketersediaan kepemimpinan sektor dengan konstruksi neo-malthusian sumber terkait daya, dengan kurangnya dan cadangan makanan pada suatu negara dapat manufaktur (Loayza and Radatz, 2006). Secara mengakibatkan konflik antarmasyarakat yang keseluruhan, pengembangan food estate dapat juga dapat mengancam kestabilan negara. Oleh meningkatkan pemasukan per kapita serta karenanya, terbukti bahwa ketahanan pangan menurunkan persentase pemasukan untuk merupakan bagian yang terintegrasi dengan kebutuhan pangan sehari-hari, yang pada konsep ketahanan nasional. Ditambah, langkah Agam, S., & Persada, K. (2017). Food Estate: untuk mencapai ketahanan nasional sudah Pangan Melimpah, Harga Lebih Murah | tidak lagi berkutat pada aspek keamanan Indonesia Baik. Indonesiabaik.id. Diakses 8 tradisional, namun juga aspek non tradisional, Agustus 2020 dari seperti ketahanan pangan. Salah satu langkah http://indonesiabaik.id/infografis/food- untuk mencapainya adalah dengan melakukan estate. sekuritisasi terhadap aspek tersebut dengan Alfiky, A., Kaule, G., & Salheen, M. (2012). mengembangkan sektor pertanian domestik Agricultural Fragmentation of the Nile Delta; sekaligus A Modeling Approach to Measuring menciptakan cadangan pangan strategis. Agricultural Land Deterioration in Egyptian Hal yang tak kalah penting, adalah Nile Delta. Procedia Environmental Sciences, bahwa proyek food estate yang dicanangkan 14, 79-97. oleh Pemerintah Indonesia pula menjadi https://doi.org/10.1016/j.proenv.2012.03.00 perwujudan dari strategi ketahanan pangan 9 nasional yang semakin krusial pada era Amanta, F., & Aprilianti, I. (2020). Indonesian pandemi, sebagaimana dalam beberapa waktu Food Trade Policy during Covid-19 (Policy terakhir. Tidak hanya itu, pelaksanaan proyek Brief No. 1). Jakarta: Center for Indonesian food estate pula akan menyokong berbagai Policy Studies. aspek lain seperti ekonomi masyarakat agraris, Azizi, M. H., Jalali, R. A. G., & Azizi, F. (2011). A perwujudan keadilan sosial-ekonomi, hingga History of the 1918 Spanish Influenza dapat Pandemic and its Impact on Iran. Archives of meningkatkan pilihan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi berbagai situasi. Iranian Medicine, 13(3), 5. Bayat, A. (2013). The Arab Spring and its Surprises. Development And Change, 44(3), DAFTAR PUSTAKA Afifi, H. (2016). Wealthiest 10% in Egypt responsible for 25% of spending: CAPMAS. 587-601. https://doi.org/10.1111/dech.12030 Bernauer, T., Böhmelt, T., & Koubi, V. (2012). Ahram Online. Diakses 9 Agustus 2020 dari Environmental changes and violent conflict. http://english.ahram.org.eg/NewsContent/3 Environmental Research Letters, 7(1), /12/235113/Business/Economy/Wealthiest-- 015601. https://doi.org/10.1088/1748- in-Egypt-responsible-for--of-spending- 9326/7/1/015601 .aspx#:~:text=An%20average%20of%2034.4 Brown, J. (2019). Influenza: The Hundred-Year %20percent,year%2C%20according%20to%2 Hunt to Cure the Deadliest Disease in 0the%20survey. History. New York: Simon and Schuster. Burke, M., Miguel, E., Satyanath, S., Dykema, J., & Lobell, D. (2009). Warming increases the Agustus 2020 dari risk of civil war in Africa. Proceedings Of The https://doi.org/10.4060/ca9473en National Academy Of Sciences, 106(49), 20670-20674. https://doi.org/10.1073/pnas.0907998106 Burn, A. (1982). The Pelican history of Greece (pp. 297-299). London: Penguin. Buzan, B., Buzan, R. P. of I. S. C. for the S. of D. Goyal, A., & Nash, J. (2017). Reaping Richer Returns. Washington, DC: World Bank. Hays, J. N. (2005). Epidemics and Pandemics: Their Impacts on Human History. ABC-CLIO. Haryanti, R. (2020). Basuki Sebut Lokasi "Food Estate" Berada di Lahan Aluvial. B., Etc, Wæver, O., Waever, O., & Wilde, J. KOMPAS.com. Diakses 9 Agustus 2020 dari de. (1998). Security: A New Framework for https://properti.kompas.com/read/2020/06 Analysis. Boulder: Lynne Rienner Publishers. /24/204504121/basuki-sebut-lokasi-food- Center for American Progress. (2013). The Arab Spring and Climate Change. Washington, DC: Center for American Progress. Côté, A. (2016). Agents without agency: Assessing the role of the audience in estate-berada-di-lahan-aluvial?page=all. Homer-Dixon, T. (1999). Environment, Scarcity, and Violence. Foreign Affairs, 78(3), 135. https://doi.org/10.2307/20049302 International Labour Organization. (2008). securitization theory. Security Dialogue, Promotion of Rural Employment for Poverty 47(6), 541–558. JSTOR. doi: Reduction (1st ed.). Geneva: International 10.2307/26293812 Labour Office. Fitch. (2018). Indonesia Food Spending Trends: Lampietti, J., Michaels, S., Magnan, N., McCalla, Growing Westernisation Of Diets. Fitch A., Saade, M., & Khouri, N. (2011). A Solutions. Diakses pada 9 Agustus 2020 dari strategic framework for improving food https://www.fitchsolutions.com/corporates/ security in Arab countries. Food Security, retail-consumer/indonesia-food-spending- 3(S1), 7-22. https://doi.org/10.1007/s12571- trends-growing-westernisation-diets-18-09- 010-0102-3 2018. Food and Agriculture Organization. (2006). Lenz-Raymann, K. (2014). Securitization Theory: Legitimacy in Security Politics. Dalam Roles of Agriculture project policy Brief: food Counter-Terrorism and Freedom of Religion security and Wheat policy in egypt. Rome: in Central Asia. Securitization of Islam: A Food and Agriculture Organization. Vicious Circle (hlm. 243–256). Transcript Food and Agriculture Organization. (2020). Impacts of coronavirus on food security and nutrition in Asia and the Pacific: Building Verlag. JSTOR. Diakses 6 Agustus 2020 dari https://www.jstor.org/stable/j.ctv1fxgjp.14 Li, G., & Wei, W. (2016). Investing in Africa’s more resilient food systems (hlm. 9) [Policy Agriculture: Solidifying Foundation for Recommendation]. Bangkok. Diakses pada 7 Sustainable and Inclusive Development. Washington, DC: World Bank. Loayza, N., & Raddatz, C. (2006). The Composition of Growth Matters for Poverty Alleviation. Washington, DC: World Bank. Menkominfo. (2019). Dominasi Sektor Pertanian, Jumlah Orang Bekerja Naik 2,50 Spinney, L. (2017). Pale Rider: The Spanish Flu of 1918 and How It Changed the World. PublicAffairs. Starr, J. (1991). Water Wars. Foreign Policy, (82), 17. https://doi.org/10.2307/1148639 Sternberg, T. (2012). Chinese drought, bread Juta. Website Resmi Kementerian and the Arab Spring. Applied Geography, 34, Komunikasi dan Informatika RI. Diakses 9 519-524. Agustus 2020 dari https://doi.org/10.1016/j.apgeog.2012.02.0 https://kominfo.go.id/content/detail/22584/ 04 dominasi-sektor-pertanian-jumlah-orangbekerja-naik-250-juta/0/berita. Nasution, D., & Zuraya, N. (2020). Konsep Food The Economist Intelligence Unit. (2019). Global Food Security Index. The Economist. Urdal, H., 2005. People vs. Malthus: Population Estate di Kalteng Dipertanyakan. Republika Pressure, Environmental Degradation, and Online. Diakses 8 Agustus 2020 dari Armed Conflict Revisited. Journal of Peace https://republika.co.id/berita/qbtfct383/kon Research, 42(4):417-434. sep-emfood-estateem-di-kaltengdipertanyakan. Oshaug, A., Eide, W. and Eide, A., 1994. Human Veninga, W., & Ihle, R. (2018). Import vulnerability in the Middle East: effects of the Arab spring on Egyptian wheat trade. rights: a normative basis for food and Food Security, 10(1), 183-194. nutrition-relevant policies. Food Policy, https://doi.org/10.1007/s12571-017-0755-2 19(6): 491-516. PKP Pemprov Kalteng. (2020). Presiden Joko Widodo Ungkap Tujuan Pengembangan Food Estate di Kalteng. BIROPKP. Diakses 9 Von Braun, J., Bouis, H., Kumar, S., & PandyaLorch, R. (1992). Improving Food Security of the Poor. Washington, DC: IFPRI Institute. Widyastuti, A. (2020). Manajemen Krisis, Jokowi Agustus 2020 dari ke Pemda: Gas dan Rem Betul-betul Diatur. http://www.biropkp.kalteng.go.id/?p=6153. Tempo. Diakses 8 Agustus 2020 dari Rezitis, A., Ntinou, A., & Pachis, D. (2015). https://bisnis.tempo.co/read/1359471/man Investigating the international prices of ajemen-krisis-jokowi-ke-pemda-gas-dan- wheat and rice. Agricultural And Food rem-betul-betul-diatur. Economics, 3(1). https://doi.org/10.1186/s40100-015-0035-4 Schmidhuber, J. (2020). COVID-19: From a Zurayk, R. (2011). Use your loaf: why food prices were crucial in the Arab spring. the Guardian. Diakses 9 Agustus 2020 dari Global Health Crisis to a Global Food Crisis. https://www.theguardian.com/lifeandstyle/ FAO Food Outlook, 9. 2011/jul/17/bread-food-arab-spring. View publication stats