Uploaded by User94145

Manajemen Stratejik Materi 133 - 139

advertisement
MENGAPA
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
MELAKUKAN
GLOBALISASI
Keunggulan teknologi yang pernah dialami oleh AS telah turun secara drastis selama
30 tahun terakhir. Pada akhir 1950-an, lebih dari 80 persen inovasi teknologi utama dunia
pertama kali diperkenalkan di AS. Menjelang 1990, angka ini telah menurun hingga kurang
dari 50 persen. Sebaliknya, Prancis membuat kemajuan yang mengesankan dalam traksi listrik,
tenaga nuklir, dan aviasi/penerbangan. Jerman memimpin dalam bidang kimia dan farmasi,
alat-alat berat dan presisi, alat-alat listrik besar, metalurgi, dan peralatan transportasi darat.
Jepang memimpin dalam bidang optik, fisika zat padat, teknik, kimia, dan proses metalurgi.
Eropa Timur dan negara-negara bekas Uni Soviet, yang disebut dengan negara-negara
COMEON(Council for Mutual Economic Assistance), menghasilkan 30 persen dari aplikasi
paten di seluruh dunia setiap tahunnya. Akan tetapi, AS telah memperoleh kembali sebagian
dari keunggulan teknologinya yang hilang. Melalui globalisasi, perusahaan-perusahaan AS
sering kali dapat memperoleh manfaat industri dan teknologi yang dikembangkan di luar negeri.
Bahkan, perusahaan jasa yang relatif kecil memiliki keunggulan kompetitif khusus dapat
memanfaatkan operasi yang besar di luar negeri.
Diebold Inc. Pada awalnya hanya beroperasi di AS, menjual mesin ATM, lemari besi
untuk bank, dan sistem keamanan untuk institusi keuangan. Namun, seiring semakin jenuhnya
pasar AS, Diebold perlu melakukan ekspansi secara internasional untuk mempertahankan
pertumbuhannya. Upaya globalisasi perusahaan tersebut mengarah baik pada pengembangan
teknologi baru di pasar-pasar negara berkembang dan peluang untuk masuk pada industri yang
sama sekali baru, yang secara signifikan memperbaiki penjualan Diebold.
Pada banyak situasi, perkembangan global berfungsi sebagai senjata kompetitif.
Penetrasi langsung ke pasar asing dapat mengeringkan arus kas penting dari operasi domestik
pesaing asing. Hilangnya peluang, turunya laba, dan terbatasnya produksi yang diakibatkannya
dapat mengurangi kemampuan pesaing tersebut untuk mengunvansi pasar AS. Salah satu
contohnya adalah tindakan IBM untuk menetapkan posisi yang kuat di industri komputer
mainframe Jepang sebelum dua pesaing utamanya, Fiyitsue dan Hitachi, dapat mendominasi
industri tersebut. Ketika IBM memperoleh porsi yang substansial dari pasar Jepang, perusahaan
tersebut bekerja keras untuk mencegah para pesaing Jepangnya agar tidak memperoleh arus
kas dan pengalaman produksi yang dibutuhkan untuk menginvasi pasar AS.
Perusahaan-perusahaan yang terutama beroperasi di lingkungan domestik harus
mengambil keputusan penting berkaitan dengan upaya globalisasinya: Haruskah mereka
bertindak sebelum terpaksa melakukannya karena tekanan kompetitif? Haruskah mereka (1)
bertindak proaktif dengan memasuki pasar global sebelum didahului perusahaan-perusahaan
lain dengan demikian menikmati keunggulan pendatang awal yang sering kali diperoleh
perusahaan-perusahaan pengambil risiko yang memperkenalkan produk atau jasa baru atau (2)
bertindak reaktif dengan mengambil pendekatan yang konservatif dan mengikuti perusahaanperusahaan lain memasuki pasar global ketika permintaan konsumen terbukti dan biaya
pengenalan produk atau jasa baru yang tinggi telah diserap oleh pesaing?
Orientasi Strategis Perusahaan Global
Perusahaan-perusahaan multinasional pada umumnya menunjukkan satu dari empat orientasi
ke arah aktivitas luar negerinya. Perusahaan-perusahaan ini memiliki sekelompok keyakinan
tertentu mengenai bagaimana pengelolaan operasi luar negeri seharusnya ditangani. Suatu
perusahaan dengan orientasi etnosentris (ethnocentric orientation) yakin bahwa nilai dan
prioritas dari organisasi induk seharusnya adalah mengarahkan pengambilan keputusan
strategis dari seluruh operasinya. Jika suatu perusahaan memiliki orientasi polisentri
(polycentric orientation), budaya dari negara di mana suatu strategi akan diimplementasikan
dapat mendominasi proses pengambilan keputusan. Sebaliknya, orientasi regiosentris
(regiosentric orientation) terjadi jika induk perusahaan berusaha memadukan tujuannya sendiri
dengan tujuan dari daerah daerah yang sedang dipertimbangkan sehingga terjadi kompromi
yang sesuai dengan daerah tersebut. Terakhir, suatu perusahaan dengan orientasi geosentris
(geosenctric orientation) menganut pendekatan sistem global terhadap pengambilan keputusan
strategis sehingga menekankan pada integrasi global.
Orientasi Perusahaan
Misi
Etnosentris
Polisentris
Regiosentris
Profitabilitas
Penerimaan publik
Profitabilitas
(Kelangsungan usaha)
(legitimasi)
penerimaan
Geosentris
dan Sama
publik regiosentris
(kelangungan usaha
dan legitimasi)
dengan
Tata
Dari atas ke bawah
Dari bawah ke atas Dinegosiasikan
Kelola
(setiap
anak bersama
perusahaan
Dinegosiasi
antara bersama di seluruh
kantor regional dan tingkat perusahaan
menetapkan sendiri anak-anak
tujuan lokal)
Strategi
Integrasi global
Daya
perusahaannya
tanggap Integasi regional dan Integrasi
tingkat nasional
daya
tanggap dan daya tanggap
nasional
Struktur
Hierarki divisi produk
Hierariki
tingkat nasional
divisi Organisasi
area,
regional
produk Sebuah
jaringan
dengan dan regional diikat organisasi
otonomi
unit0unit melalui
sebuah (termasuk beberapa
nasional
matriks
kompetitor)
Budaya
Negara asal
Negara tuan rumah
Regional
Global
Teknologi
Produksi massal
Instalasi produksi
Manufakturing
Manufaktur
fleksibel
fleksibel
Pemasaran
Pengembangan produk Pengembangan
ditentukan berdasarkan produk
lokal suatu
pada kebutuhan negara berdasarkan
pada namun
asal
Pendanaan
Standarisasi
dalam Produk
yang
global
wilayah, dengan variasi lokal
tidak
kebutuhan setempat antarwilayah
Repatriasi
laba
ke Laba
negara asal
ditahan
di Redistribusi
negara tuan rumah
dalam Redistribusi secara
suatu wilayah
global
Kebijakan
Orang-orang dari negara Orang-orang lokal Orang-orang
Pengembangan dan
Personalia
asal
penetapan
untuk
dikembangkan dikembangkan
menduduki untuk
posisi-posisi inti dunia
regional
menduduki dikembangkan untuk karyawan
posisi-posisi inti di menduduki
negara
sendiri
posisi- global
mereka posisi di mana pun di
wilayah tersebut
AWAL GLOBALISASI
Penelitian eksternal dan internal dilakukan sebelum suatu perusahaan memasuki pasar global.
Misalnya, investor Jepang melakukan penilaian dan analisis yang ekstensif sebelum memilih
lokasi di AS untuk perusahaan Jepang. Mereka lebih memilih negara bagian dengan pasar yang
kuat, jumlah pekerja yang menjadi anggota serikat pekerjaan sedikitm, dan tarif pajak yang
secara
rendah. Salain itu, pabrik-pabrik manufakturing Jepang lebih menyukai daerah-daerah yang
ditandai dengan konglomerasi manufakturing, tingkat pengangguran dan kemiskinan yang
rendah; banyaknya tenaga kerja berpendidikan yang produktif.
Penilaian eksternal melibatkan pemeriksaan yang mendalam terhadap fitur-fitur
penting dari lingkungan global, terutama terhadap status negara tuan rumah dalam bidangbidang, seperti kemajuan ekonomi, kendali politik, dan nasionalisme. Ekspansi atas fasilitas
industri, neraca pembayaran yang menguntungkan, dan kemajuan dalam kapabilitas teknologi
selama dasawarsa terakhir merupakan hal-hal yang mendorong kemajuan ekonomi negara tuan
rumah. Status politik dapat ditingkatkan melalui kekuatan negara tuan rumah dalam dan
pengaruhnya terhadap masalah global.
Pemahaman mengenai keterlibatan politik merupakan elemen penting dalam keputusan
untuk melakukan bisnis di negara lain. Kesempatan-kesempatan untuk pertumbuhan yang
cepat dan laba laba yang menarik investor langsung asing adalah apakah pemerintah asing
mampu mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya selama periode pergolakan politik,
sosial, atau ekonomi. Jika pemerintah mampu melakukan hal-hal tersebut dinilai stabil.
Stabilitas memberikan kepercayaan diri kepada investor bahwa lingkungan hukum dapat
memungkinkannya mencapi imbal hasil yang diinginkan.
Isu kedua yang terjadi perhatian investor adalah bagaimana stabilitas di suatu negara
dapat dicapai. Para ahli strategi pada umumnya mengurutkan tingkat keterbukaan suatu
perusahaan sepanjang suatu kontinum sederhana mulai dari tertutup hingga terbuka. Negaranegara tertutup memelihara stabilitasnya dengan mencegah arus uang, barang, jasa, manusia,
dan informasi melewati batasan negaranya. Negara-negara eksrem ini meliputi Kuba, Iran, dan
Korea Utara karena kebijakan isolasinya mencegah para penduduk untuk memahami secara
lengkap mengenai kondisi dan pilihan-pilihan yang disediakan oleh negara-negara lain.
Pada tingkat ekstrem lain, banyak negara mencapai stabilitasnya dengan mengizinkan
dan mendorong perukaran antar institusi bisnis dan publik mereka serta masyarakat dan
masyarakat negara lain. Contohnya negara-negara yang menganut sistem ini di antaranya
Australia, Brasil, zona Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.
Tampilan 5.5 Fakta strategis, menjelaskan Kurva J yakni pendekatan yang berguna
untuk mengevaluasi hubungan antara stabilitas dan keterbukaan serta suatu elemen penting
dalam penilaian risiko politik.
Tampilan 5.5
Kurva J menggambarkan hubungan atra stabilitas dan keterbukaan sebagaimana yang
disajikan oleh gambar pada tampilan. Masing-masing negara bergerak di sepanjang kurva Jnya masing-masing dan kurva itu sendiri bergeser ke atas dan ke bawah seiring dengan
fluktuasi ekonomi. Negara-negara yang berada di posisi lebih atas di kurva J menunjukkan
bahwa mereka lebih stabil; sedangkan negara-negara yang berada di posisi lebih bawah makan
negara tersebut lebih tidak stabil. Negara-negara yang berada di sebelah kanan cekungan
menunjjukak bahwa negara tersebut lebih terbuka; sebaliknya negara-negara yang beradi di
sebelah kiri lebih tertutup. Seiring dengan suatu negara menjadi lebih stabil karena
ketertutupannya menjadi lebih terbuka, negara tersebut bergeser ke bagian kiri bawah menuju
cekungan pada kurva J yang merupakan suatu titik ketidakstabilan yang terbesar. Dengan
demikian, sebagai contohnya, jika Paskistan, Myanmar, atau Kuba mengadakan pemilihan
umum pekan depan, kondisi politik akan meledak.
Penilaian internal melibatkan identifikasi atas kekuatan-kekuatan dasar dari operasi
suatu perusahaan. Kekuatan-kekuatan ini terutama penting dalam operasi global karena
kekuatan-kekuatan tersebut sering kali marupakan karakteristik dari suatu perusahaan yang
sangat dihargai oleh negara tuan rumah sehingga meningkatkan kekuatan tawar menawar
perusahaan tersebut. Kekuatan sumber daya dan kapabilitas global perusahaan harus dianalisis.
Sumber daya yang sebaiknya dianalisis meliputi, terutama, keahlian teknis dan manajerial,
modal, tenaga kerja, dan bahan baku. Kapabilitas global yang harus dianalisis meliputi
pengiriman produk dan manajemen keuangan perusahaan tersebut.
Perusahaan yang benar-benar mempertimbangkan penelitian internal dan eksternal
adalah Business International Corporation, yang merekomendasikan tujuh kategori umum dari
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan. Sebagaimana yang ditunjjukan pada Tampilan 5.6
Fakta Strategis Global, kategori-kategori ini mencakup faktor-faktor ekonomi, politik,
geografis, tenaga kerja, pajak, sumber daya modal, dan bisnis.
Tampilan 5.6
Faktor Ekonomi
1. Ukuran Penduduk Nasional Bruto – PNB dan proyeksi tingkat
pertumbuhan
2. Posisi nilai tukar mata uang
3. Ukuran pasar untuk produk-produk perusahaan: tingkat
pertumbuhan
Faktor Politik
4. Bentuk dan stabilitas pemerintahan
5. Sikap pemerintah, pelanggan, dan persaingan terhadap investasi
swasta dan asing
6. Tingkat diskriminasi antiproduk asing
Faktor Geografis
7. Pilihan lokasi untuk pasar ekspor
8. Ketersediaan bahan baku lokal
9. Ketersediaan listrik, air, dan bahan bakar
Faktor Tenaga Kerja
10. Ketersediaan tenaga kerja manajerial, teknis, dan kantor yang
mampu berbicara dalam bahasa asal dari perusahaan induk
11. Tingkat keahlian dan disiplin di semua tingkat perusahaan
12. Tingkat dan sifat dari suara karyawan dalam manajemen
Faktor Pajak
13. Tren tarif pajak
14. Perjanjian bersama antara negara asal dengan negara-negara
lain.
15. Ketersediaan proteksi tarif
Faktor Sumber Modal
16. Biaya modal pinjaman lokal
17. Sistem perbankan modern
18. Bantian kredit pemerintah untuk bisnis baru
Faktor Bisnis
19. Kondisi sistem pemasaran dan distribusi
20. Margin laba normal dalam industri perusahaan
21. Situasi persaingan dalam industri perusahaan, apakah tedapat
kartel?
KOMPLEKSITAS LINGKUNGAN GLOBAL
Menjelang 2003, Coke akhirnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan satu dasawarsa
sebelumnya ketika memasuki India. Sasarannya adalah mengalihkan pangsa pasar dari Pepsi
dan perusahaan-perusahaan minuman setempat. Namun, ketika itu tiba, Coke menentukan
bahwa pangsa pasar India sangat rumit dan lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya.
Coke juga menghadapi masalah-masalah budaya, yang sebagian disebabkan karena direktur
Coke di India adalah orang asing. Kunci untuk mengatasi masalah budaya ini adalah dengan
mempromosikan orang India sebagai direktur operasi. Coke juga mengubah strategi
pemasarannya dengan mendorong produk “Thumps Up” merek setempat yang dimiliki oleh
Coke. Kemudian, perusahaan mulai memfokuskan usahanya untuk menciptakan produkproduk baru bagi daerah-daerah perdesaan serta menurunkan harga dari produk-produk yang
sudah ada untuk meningkatkan penjualan. Ketika Coke memiliki produk-produk baru di pasar,
perusahaan tersebut berfokus pada kampanya iklan baru untuk mendekati para pelanggan India
dengan lebih baik.
Pengalaman Coke menyoroti fakta bahwa perencanaan strategi global lebih kompleks
dibandingkan perencanaan domestrik murni. Paling tidak terdapat lima faktor yang
memberikan kontribusi bagi kompleksitas ini:
1. Perusahaan global menghadapi berbagai lingkungan politik, ekonomi, hukum, sosial
dan budaya serta berbagai tingkat perubahan di dalam masing-masing lingkungan
tersebut. Kadang kala, pemerintah asing bekerja sama dengan militernya guna
mencapai sasaran-sasaran ekonomi meskipun hal tersebut mengorbankan hak asasi
manusia. Perusahaan-perusahaan internasional harus menepis godaan untuk
memperoleh manfaat keuangan dari peluang yang tidak bermoral tersebut.
2. Interaksi antara lingkungan nasional dan luar negeri sangatlah rumit karena terdapat
masalah mengenai kedaulatan negara serta kondisi ekonomi dan sosial yang jauh
berbeda.
3. Pemisahan geografis, perbedaan budaya dan kewargaan serta variasi dalam praktik
bisnis cenderung membuat upaya komunikasi dan pengendalian antara kantor pusat
dengan perusahaan-perusahaan afiliasinya di luar negeri menjadi sulit.
4. Perusahaan-perusahaan global menghadapi persaingan yang ekstrem karena perbedaan
dalam struktur industri antarnegara.
5. Perusahaan perusahaan global memliki keterbatasan dalam pilihan strategi
kompetitifnya yang diakibatkan oleh integrasi dari berbagai blok regional dan ekonomi,
seperti Masyarakat Ekonomi Eropa – MEE (European Economic Community - EEC),
Area Perdagangan Bebas Eropa (European Free Trade Area), dan Arean Perdagangan
Bebas Amerika Latin (Latin American Free Trade Area).
MASALAH PENGENDALIAN PERUSAHAAN GLOBAL
Faktor melekat yang memperumit banyak perusahaan global adlaaha bahwa kebijakan
keuanganya biasanya dirancang untuk meraih sasaran induk perusahaan dan tidak begitu
memperhatikan sasaran dari negara tuan rumah. Bias ini menimbulkan konflik antar berbagai
bagian dari perusahaan global tersebut, antara perusahaan secara keseluruhan dengan negara
asal dan negara tuan rumah, dan antara negara asal dengan negara tuan rumah itu sendiri.
Konflik ini diperkuat dengan digunakannya berbagai skenario untuk memindahkan laba dari
satu negara ke negara lain guna menghindari pajak, meminimalkan risiko, atau mencapai
tujuan-tujuan lain.
Lebih lanjut, lingkaran keuangan yang berbeda membuat standar normal dari perilaku
perusahaan berkaitan dengan disposisi laba, sumber pendanaan, dan struktur modal kerja
menjadi lebih problematik. Dengan demikian, semakin sulit untuk mengukur kinerja dari
divisi-divisi internasional.
Slain itu, sering kali terdapat perbedaan-perbedaan penting dalam sistem pengukuran
dan pengendalian. Hal yang mendasar bagi konsep perencanaan adalah pendekatan yang
dipikirkan masak-masak dan berorientasi masa depan terhadap pengambilan keputusan yang
didasarkan pada prosedur dan metode analisis yang diterima. Pendekatan yang konsisiten
terhadap perencanaan di seluruh perusahaan dan dibutuhkan sebagai tinjauan dan evaluasi
efektif oleh kantor pusat korporasi. Pada perusahaan global, perencanaan mernjadi lebih rumit
karena perbedaan dalam sikap nasional terhadap pengukuran kerja dan persyaratan pemerintah
mengenai pengungkapan informasi.
Meskipun merupakan salah satu aspek dari lingkungan global dan bukan merupakan
konsekuensi dari manajemen yang buruk, masalah-masalah semacam itu sering kali dapat
dikurangi secara lebih efektif melalui perhatian yang semakin besar pada perencanaan strategis.
Perencanaan semacam itu akan membantu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan arah,
tujuan, dan kebijakan perusahaan di seluruh dunia. Perencanaan memungkinkan perusahaan
untuk mengantisipasi dan mempersiapkan diri terhadap perubahan. Perencanaan memfasilitasi
penciptaan program untuk menghadapi perkembangan dunia. Terakhir, perencanaan juga
memebantu manajemen dari perusahaan-perusahaan afiliasi di luar negeri terlibat lebih aktif
dalam menetapkan sasaran dan mengembangkan sasaran untuk menggunakan sumber daya
perusahaan secara efektif
Download