Uploaded by alviachelsea98

BAB I (NT)

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jika berbicara tentang pajak, hal ini menjadi momok yang tidak
menyenangkan dimata sebagian besar masyarakat. Sebab kewajiban membayar
pajak ini seringkali tidak diiringi oleh peran besar pemerintah dalam proses
penerapannya. Contohnya saja seperti kampanye yang terjadi pada tanggal 11
Februari 2011. Kampanye ``Stop Bayar Pajak`` tersebut menyuarakan
ketidaknyamanan masyarakat dalam pemungutan pajak yang tidak kunjung
berimbas pada perbaikan infrastruktur negeri. Pendemo yang berjumlah 500 orang
lebih dengan mengatasnamakan LSM Anti-Bohong tersebut mengorasikan bahwa
imbas yang tak kunjung terlihat itu merupakan dampak nyata dari perbuatan pihak
yang menyalahgunakan uang pajak negara.1
Terkait masalah serupa, belakangan ini bank-bank syariah di Indonesia
menghadapi masalah perpajakan juga. Salah satunya adalah yang terkait dengan
fasilitas pembiayaan mura>bah}ah yang diberikan kepada nasabahnya. Direktorat
Jenderal Pajak melihat transaksi mura>bah}ah sebagai transaksi jual-beli antara
pemasok kepada bank, serta bank kepada nasabah yang mengakibatkan
pemberlakuan pajak berganda terhadap produk tersebut. Komitmen Direktorat
Jenderal Pajak tersebut sejalan dengan fatwa DSN-MUI
2
No.04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang mura>bah}ah yang menyebutkan bahwa, “Bank membeli
1
Richard Burton, Kajian Perpajakan Dalam Konteks Kesejahteraan dan Keadilan, Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media, 2014, h. 2.
2
DSN-MUI adalah singkatan dari Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia.
1
2
barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus
sah dan bebas riba” dan menentukan bahwa, “Bank kemudian menjual barang
tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungan”. Akibat dari pemberlakuan pajak berganda tersebut, beberapa bank
syariah dinyatakan menunggak PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dalam jumlah
yang besar. Namun berlaku sejak 1 April 2010, ketentuan tersebut telah di ubah
menjadi hanya dibebankan satu kali PPN sebagaimana yang tercantum pada Pasal
1A ayat (1) huruf h Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 Tanggal 15 Oktober
2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.3
Adapun bunyi dari Pasal tersebut adalah sebagai berikut.
“Penyerahan barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari pengusaha kena pajak kepada pihak
yang membutuhkan barang kena pajak.”4
Dalam perbankan, mura>bah}ah selalu dilakukan dengan cara pembayaran
cicilan dan barang diserahkan segera setelah akad. 5 Produk mura>bah}ah yang
termasuk dalam prinsip jual-beli merupakan upaya yang dilakukan untuk transfer
of property dan tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi harga
3
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, h. 227 – 228.
4
Ortax Training, Http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13964, diakses
pada tanggal 07 Januari 2016.
5
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers,
2011, h. 98.
3
jual barang.6 Dalam perpajakan, margin (mark-up) yang diperoleh dari transaksi
mura>bah}ah merupakan salah satu objek dari pajak penghasilan yang
ketentuannya di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pajak Penghasilan Kegiatan Usaha Berbasis Syariah. Pemberlakuan pajak pada
Undang-Undang tersebut yang berlaku secara mutatis mutandis
7
membuat
ketentuan pajak yang berlaku secara umum juga diberlakukan pada kegiatan usaha
yang berbasis syariah.
Tinjauan perihal tersebut dapat dilihat pada Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi,
“perlakuan pajak penghasilan dari kegiatan usaha berbasis Syariah meliputi:
penghasilan, biaya, dan pemotongan pajak atau pemungutan pajak”.8
Sejalan dengan bunyi dari Pasal tersebut, maka penjelasan selanjutnya
terdapat Pada Pasal 2 ayat (3) yang berbunyi,
“pemotongan pajak atau pemungutan pajak dari kegiatan usaha berbasis
syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan juga
terhadap: hak pihak ketiga atas bagi hasil, bonus, margin, dan hasil berbasis
syariah lainnya yang sejenis”.9
Diakui dalam penjelasan dari Peraturan Pemerintah tersebut bahwa adanya
perbedaan prinsip yang dianut oleh perbankan konvensional dan syariah,
menyebabkan beberapa perlakuan pajak juga mengalami kesulitan dalam
penyesuaiannya. Salah satu yang menjadi pertimbangan utama adalah kedua
perbankan tersebut berada dalam industri yang sama yang menyebabkan
ketidakmungkinan adanya perlakuan khusus pada salah satunya. Sehingga pada
kesimpulan akhir dari peraturan tersebut, margin mura>bah}ah dan objek pajak
6
Muhammad dan Dwi Suwiknyo, Akuntansi Perbankan Syari’ah, Yogyakarta: TrustMedia,
2009, h. 17-19.
7
Mutatis Mutandis adalah pemberlakuan ketentuan umum terhadap sesuatu hal yang khusus.
8
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009, Pasal 2 Ayat (1).
9
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009, Pasal 2 Ayat (3).
4
penghasilan lainnya yang berasal dari usaha berbasis syariah diikutkan dalam
perlakuan pajak secara umum.
Setelah penulis melakukan penelusuran awal terkait peraturan-peraturan
yang disebutkan tersebut, termasuk ketentuan umum yang disebutkan di atas
melalui telusur kepustakaan, tidak ada satu pun peraturan yang menyebutkan
secara
jelas
bagaimana
perlakuan
pajak
penghasilan
terhadap
margin
mura>bah}ah tersebut. Ketentuan umum perpajakan hanya lebih menjelaskan
perihal perlakuan terhadap bunga, dividen dan sebagainya yang dalam Peraturan
Pemerintah nomor 25 tahun 2009 di samakan dengan kehadiran margin pada
mura>bah}ah. Paragraf penjelasan dari Pasal 3 pada Peraturan Pemerintah Nomor
25 Tahun 2009 mempertegas hal tersebut, yang menyebutkan bahwa,
“perlakuan perpajakan mengenai bunga berlaku pula untuk imbalan atas
penggunaan dana pihak ketiga yang tidak termasuk dalam kategori modal
perusahaan. Imbalan tersebut dapat berupa hak pihak ketiga atas bagi hasil,
margin, atau bonus, sesuai dengan pendekatan transaksi syariah yang
digunakan”.10
Sebagai seorang mahasiswa yang telah menempuh pendidikan pada jenjang
ekonomi berbasis Syari`ah, penulis mengetahui betul bahwa prinsip yang syari`ah
bangun dalam ekonomi adalah prinsip yang menentang adanya bunga dari aspek
mana pun. Bahkan, jika menyebutkan perihal tentang pajak, secara otomatis kita
berbicara tentang mekanisme perhitungan dan cara pemungutannya terhadap
entitas tertentu. Mempersamakan perlakuan pemungutan pajak penghasilan pada
bunga dengan pajak penghasilan pada Mura>bah}ah, perlu mendapatkan
peninjauan khusus. Jika dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009 itu
10
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009 Paragraf Penjelasan Pasal 3.
5
disebutkan bahwa ada ketidakmungkinan untuk membedakan perlakuan pada
keduanya, lalu bagaimana jika ditinjau dari aspek syari`ah?
Berdasarkan hal itu, maka skripsi dengan judul “Perlakuan Akuntansi Pajak
Penghasilan Terhadap Produk Mura>bah}ah pada Perbankan Syariah Ditinjau
dari Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009” dirasa perlu untuk dilakukan
penelitian. Meninjau pemungutan pajak dari aspek akuntansi adalah hal yang
menarik. Hal ini didasarkan pada adanya perbedaan prinsip akuntansi komersial
perusahaan dengan prinsip yang dianut oleh akuntansi perpajakan. Maka
penelitian ini lebih tepat di arahkan pada pembahasan pajak dalam aspek
akuntansi.
Pemberlakuan pemungutan pajak terhadap entitas usaha syariah yang diikuti
dengan ketidakjelasan aturan yang membingkainya, menjadikan perbankan
syariah berjalan pada lorong yang sama dengan perbankan konvensional. Sejalan
dengan hal tersebut, peneliti menduga bahwa sudah selayaknya ada tinjauan
kembali atas Peraturan Pemerintah tersebut, yang juga diikuti dengan telaah
kembali pada PSAK
11
102 dan fatwa DSN-MUI yang mengatur perihal
mura>bah}ah. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perlakuan akuntansi
pajak penghasilan terhadap produk yang bersangkutan. Hasil dari penelitian ini
nantinya diharapkan dapat memberikan pandangan baru tentang pemberlakuan
pajak terhadap produk mura>bah}ah selaku produk keuangan perbankan syariah.
B. Rumusan Masalah
11
PSAK singkatan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
6
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang
peneliti ajukan pada skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana implementasi pemungutan Pajak Penghasilan terhadap pembiayaan
mura>bah}ah di Perbankan Syari`ah?
2. Bagaimana
perlakuan
akuntansi
pajak
penghasilan
terhadap
produk
Mura>bah}ah pada perbankan syariah ditinjau dari Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 2009?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang
penulis ajukan pada proposal ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui implementasi pemungutan pajak penghasilan terhadap
pembiayaan mura>bah}ah di Perbankan Syari`ah.
2. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi pajak penghasilan terhadap produk
Mura>bah}ah pada perbankan syariah ditinjau dari Peraturan Pemerintah
nomor 25 tahun 2009.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penulisan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Kegunaan teoritis yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang
perlakuan akuntansi pajak penghasilan produk mura>bah}ah pada perbankan
syariah ditinjau dari Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2009.
2. Kegunaan praktis yaitu menjadi khazanah keilmuan bagi mahasiswa yang
mempelajari akuntansi perpajakan.
7
3. Sebagai syarat utama bagi penulis dalam memperoleh gelar sarjana strata 1
Ekonomi Syariah.
E. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya hal-hal yang berhubungan dengan rumusan
masalah di atas, terlebih lagi pada banyaknya objek pajak penghasilan kegiatan
usaha berbasis syariah yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2009 tersebut, maka penulis membatasi pembahasan ini hanya pada objek
pajak penghasilan berupa margin dari produk Mura>bah}ah. Adapun hal lain
yang tidak berhubungan dengan Mura>bah}ah hal di atas tidak penulis uraikan
pada skripsi ini.
F. Definisi Konsepsional
Definisi Konsepsional merupakan pernyataan yang dapat mengartikan atau
memberikan makna suatu variabel yang hendak diteliti. Tujuan dari perumusan
definisi konsepsional adalah agar terdapat kesamaan persepsi tentang suatu
variabel antara peneliti dan pembaca proposal penelitian. Dalam pelaksanaan
penelitian, batasan atau definisi suatu variabel tidak dapat dibiarkan ambigu.
Maka dari itu, untuk menyamakan persepsi bagi setiap orang, diperlukan adanya
definisi konsepsional. Adapun definisi konsepsional yang peneliti maksudkan dari
judul skripsi ini adalah sebagai berikut.
a) Perlakuan Akuntansi
8
Perlakuan Akuntansi adalah seluruh proses yang dilakukan dalam siklus
akuntansi, mulai dari tahap pengidentifikasian sampai pada tahap penyajian.12
Jadi, makna „perlakuan akuntansiā€Ÿ yang peneliti maksudkan dalam skripsi ini
adalah mengacu pada pengertian identifikasi, pencatatan, dan penyajian
laporan akuntansi sesuai dengan pedoman yang berlaku.
b) Pajak Penghasilan
Pajak merupakan suatu tuntutan pemerintah yang bukan harga untuk barang
atau jasa, yakni iuran wajib yang harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada
pemerintah sebagai bagian dari kewajiban untuk membiayai pengeluaran
kolektif negara. Sedangkan pajak penghasilan merupakan iuran yang
dikenakan pada penghasilan dari wajib pajak priibadi maupun badan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan pajak penghasilan.13 Pajak penghasilan
berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai. Pajak penghasilan dikenakan kepada
setiap orang atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan
(penerimaan penghasilan), sehingga beban PPh ditanggung oleh orang atau
badan yang menerima atau memperoleh penghasilan tersebut. Sedangkan Pajak
Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan kepada setiap orang yang
melakukan konsumsi terhadap barang kena pajak, sehingga pajak ditanggung
oleh orang atau badan yang melakukan konsumsi tersebut. 14 Jadi, pajak
12
Yeni Kustiyahningsih, https://yenikustiyahningsih.files.wordpress.com/2010/03/slidebab01.
ppt, diakses pada tanggal 28 Mei 2015.
13
Juliana Ifnul Mubarok, Kamus Istilah Ekonomi, Bandung: Yrama Widya, 2012, h. 179-181.
14
Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhariono, Paduan Komprehensif dan Praktis Pajak
Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2007, h. 9.
9
penghasilan yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah semua pemotongan
pajak yang diberlakukan terhadap margin dari Mura>bah}ah.
c) Produk Mura>bah}ah
Produk ini merupakan salah satu produk perbankan syariah, yang mana dalam
istilah fikih Islam berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual
menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya
lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat
keuntungan (margin) yang diinginkan.15
G. Sistematika Penulisan
Uraian dalam skripsi ini akan terbagi atas 5 (lima) bab sebagai berikut.
Pada BAB I Pendahuluan, pokok pembahasan terdiri atas latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan
masalah, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah memuat dua
substansi dasar yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini. Dua substansi
masalah itu saling berketerkaitan satu sama lain, kemudian dibentuk menjadi satu
rumusan masalah yang akan dijawab pada hasil penelitian ini. Tujuan penelitian
pada dasarnya sejalan dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang
peneliti ajukan, sehingga kegunaan dari penelitian ini jelas dan terkhususkan pada
satu pokok bahasan yang dibatasi dalam batasan masalah.
Selanjutnya pada BAB II tinjauan pustaka dan landasan teori, pokok
pembahasan terdiri atas penelitian terdahulu, landasan teori dan kerangka berpikir.
Penelitian terdahulu yang peneliti bandingkan dengan penelitian ini adalah dua
15
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 81-82.
10
penelitian yang masing-masing berasal dari penelitian berupa tesis dan skripsi.
Adapun beberapa hal yang menjadi pembeda dari penelitian ini, telah peneliti
kerangka dalam tabel yang jelas. Sehingga, landasan teori yang peneliti gunakan
sejalan dengan kerangka berpikir untuk menjawab masalah dari penelitian ini.
Setelah menguraikan BAB II, selanjutnya pada BAB III metodologi
penelitian, peneliti mengulas tentang waktu dan lokasi penelitian, jenis dan
pendekatan penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data. Beberapa hal
itu merupakan alat yang peneliti gunakan untuk memadukan landasan teori yang
penulis kumpulkan dan data yang penulis temukan, untuk menjawab rumusan
masalah yang diajukan dalam skripsi ini.
Selanjutnya BAB IV Pembahasan, meliputi implementasi pemungutan pajak
penghasilan terhadap pembiayaan Mura>bah}ah di perbankan syari`ah, analisis
perbedaan bunga dan margin, analisis perlakuan akuntansi, analisis kebijakan
perpajakan di Indonesia, dan Teori Maslahah dalam memandang pemungutan
pajak terhadap perbankan syari`ah.
BAB V Penutup. Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang
diikuti dengan saran.
11
Download