PERENCANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS Pitauli Aprilia Siringoringo ([email protected]) Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah dengan mencegah menumpuknya limbah serta mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga keseimbangan elektrolit seperti sodium, potassium, dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormone dan enzim yang membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap kuat. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan insiden gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi penyakit ginjal kronik meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes mellitus serta hipertensi. (Infodatin, 2017) Secara definisi, gagal ginjal kronis (GGK) disebut juga sebagai Chronic Kidney Disease (CKD). Gagal ginjal kronis atau penyakit gagal ginjal stadium akhir adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemapuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit sehingga menyebabkan uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer & Bare, 2013). Gagal ginjal kronis merupakan penyakit pada ginjal yang perisisten (berlangsung lebih dari 3 bulan) dengan kerusakan ginjal dan kerusakan Glomerular Fitration Rate (GRF) dengan angka GRF lebih dari 60 ml/menit/1.73 m2 (Prabowo & Pranata, 2014). Sindrom uremik adalah suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi metabolik nitrogen karena ginjal. Manisfestasi pada saluran cerna dari uremia dapat menyebabkan pasien sangat terganggu. Anoreksia, mual dan muntah merupakan gejala yang seringkali menjadi gejala-gejala awal penyakit. Gejala-gejala ini ikut bertanggung jawab atas penurunan berat badan yang cukup besar pada pasien gagal ginjal kronik. Nausea adalah perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan dunia dengan peningkatan insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas dan mortalitas. Prevalensi global telah meningkat setiap tahunnya. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit ginjal kronik telah menyebabkan kematian pada 850.000 orang setiap tahunnya. Angka tersebut menunjukkan bahwa penyakit ginjal kronik menduduki peringkat ke-12 tertinggi sebagai penyebab angka kematian dunia. (Rajiv, 2016) Metode Dalam proses penyusunan tulisan kajian, penulis memasukkan kata kunci ke mesin pencarian internet. Penulis memilih sumber kajian melalui buku cetak maupun buku elektronik, jurnal fisik maupun e-journal, tesis, skripsi, disertasi, maupun berbagai sumber tidak resmi lainnya. Penulis mengutip berbagai sumber kajian berdasarkan pendekatan objektif, yaitu kesesuaian isi dengan yang dicari. Kemudian penulis menyesuaikan sumber kajian sesuai dengan etik penyusunan referensi, yaitu APA Style. Hasil Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut.Penyakit ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible).Penyakit ginjal kronik seringkali berkaitan dengan penyakit kritis, berkembang cepat dalam hitungan beberapa hari hingga minggu, dan biasanya reversible bila pasien dapat bertahan dengan penyakit kritisnya. (Price & Wilson, 2006 dalam Nanda Nic-Noc, 2015) Masalah keperawatan yang biasanya muncul pada pasien dengan penyakit ginjal adalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, hipervolemi berhubungan dengan penurunan haluaran urine, deficit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan perlemahan aliran darah keseluruh tubuh, intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, dan gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus. (NANDA, 2015) Menurut Nursalam (2007), Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif klien. Praktek keperawatan mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan yang benar atau rasional. [ CITATION Wul16 \l 1057 ] Berikut adalah Intervensi menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang diberikan pada pasien dengan nausea : Diagnosa keperawatan Nausea Kriteria hasil Intervensi a. Nafsu makan meningkat Manajemen mual b. Keluhan mual menurun a. Identifikasi pengalaman mual c. Perasaan ingin muntah b. Identifikasi dampak mual menurun terhadap kualitas d. Sensasi panas menurun (misalnya nafsu Makan, e. Sensasi dingin menurun aktivitas, kinerja, tanggung f. Frekuensi menelan menurun jawab peran dan tidur) g. Diaphoresis menurun c. Indikasi faktor penyebab h. Jumlah saliva menurun mual ( misalnya pengobatan dan i. Pucat membaik prosedur) j. Takikardi membaik d. Identifikasi antiemetik untuk k. Dilatasi pupil membaik mencegah mual e. Monitor mual hidup (misalnya frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan) f. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik g. Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna h. Anjurkan membersihan mulut i. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis mengatasi mual biofeedback, relaksasi, untuk (misalnya hypnosis, terapi music, akupresure) j. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu Pembahasan Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik (Suwitra, 2015). Yang dimaksud dengan pengertian makna rencana keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang [ CITATION fer12 \l 1057 ]. Menurut Hunt Jeniffer dan Mark, rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang berisi tentang intervensi dan rencana keperawatan. a. Pengertian Perencanaan Keperawatan menurut para ahli : Mayer : Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian dan pengidentifikasian masalah yang sistematis, penentuan tujuan, serta strategi pelaksanaan pemecahan masalah. Pusdiklat DJJ Keperawatan : Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Lu Verne RN. M. Dkk : Rencana pelayanan keperawatan adlah tindakan yang dilakukan ketikan memberikan pelayanan keperawatan kepada seseorang. Zaidin Ali : Perencanaan keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien/klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi. [ CITATION Ang14 \l 1057 ] b. Langkah Langkah Merumuskan Rencana Keperawatan (SIKI) 1. Menentukan Prioritas Masalah Penetapan prioritas adalah penyusunan urutan diagnosis keperawatan/masalah klien dengan menggunakan tingkat kepentingan untuk memperoleh tahapan intervensi keperawatan yang dibutuhkan (Hendry dan Walker, 2004). Bersama klien, anda akan memilih prioritas berdasarkan kedaruratan masalah, keselamatan dan keinginan klien, sifat terapi dan hubungan anatar-diagnosis. Berdasarkan kepentingannya, prioritas dapat dikategorikan menjadi : 1. Prioritas Tinggi : prioritas yang mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu 2. Prioritas Sedang : prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan klien 3. Prioritas Rendah : prioritas yang menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik. 2. Menetapkan tujuan Keperawatan Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi keperawatan (mandiri). Sasaran merupakan tujuan umum (yang merupakan akhir yang dituju dengan semua usaha). Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek. a. Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan (penyelesaian satu diagnosa atau masalah) dan biasanyaberorientasi pada perilaku seperti pengetahuan ,sikap dan pengetahuan. b. Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang di harapkan dari setiap akhir kegiatan yang di lakukan pada waktu tertentu di sesuaikan dengan penjabaran jangka panjang. Pada tujuan juga perlu ditentukan rencana evaluasi yang merupakan kriteria (tanda/ indikator yang mengukur pencapaian tujuan dan tolak ukur dari kegiatan tertentu) dan standar tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang ada. (Susanto, 2012). 3. Menentukan kriteria hasil Tujuan kilen dan tujuan keperawatan adalah standar atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau ketrampilan perawat. Menurut Alfaro(1994), tujuan klien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku klien, keluarga, atau kelompok yang dapat diukur setelah intervensi keperawatan diberikan. Tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat. Kriteria hasil untuk diagnosa keperawatan mewakili status kesehatan klien yagn dapat dicapai atau dipertahankan melalui rencana tindakan yang mandiri, sehingga dapat membedakan antara diagnosa keperawatan dan masalah kolaburatif. Menurut Gordon(1994), komponen kriteria hasil yang penting dalam kriteria hasil adalah apakah intervensi keperawatan dapat dicapai. Pedoman penulisan kriteria hasil : a. Berfokus pada klien Kriteria hail ditujukan pada klien yag harus menunjukan apa yang akan dilakukan klien, kapan, dan sejauh mana tindakan akan bisa dilaksanakan S : Spesifik(tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda) M : Measurable (harus dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau) A : Tujuan harus dapat dicapai (Achievable) R : tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Reasonable) T : time(batasan waktu/tujuan keperawatan) b. Singkat dan jelas. Menggunakan kata-kata yang singkat dan jelas sehingga akan memudahkan perawat untuk mengidentifikasikan tujuan dan rencana tindakan. c. Dapat diobservasi dan diukur utnuk menentukan keberhasilan atau kegagalan. Tujuan yang dapat diobservasi dan diukur meliputi pertanyaan “apa”dan “ sejauh mana”.contoh kata kerja yang bisa diukur meliputi ; menyatkan, melaksanakan, mengidentifikasi, adnaya penurunan dalam……., adanya peningkatan pada……., tidak adanya……. Contoh kata kerja yang tidak dapat diukur melalui penglihatan dan suara adalah : menerima, mengetahui, menghargai dan memahami. d. Ada batas waktunya. e. Realistik. Kriteria hasil harus dapat dicapai sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia, meliputi : biaya, peralatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, affek emosi dan kondisi fisik. Jumlah staf perawat harus menjadi satu pertimbangan dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil. f. Ditentukan oleh perawat dan klien. setelah menentukan diagnosa keperawatan yang ditentukan, perlu dilakukan diskusi antara perawat dan klien untuk menentukan kriteria hasil dan rencana tindakan utnuk memvalidasi. Penulisan kriteria hasil mencakup semua respon manusia, meliputi : kornitif(pengetahuan), afektif(emosi dan perasaan), psikomotor dan perubahan fungsi tubuh(keadaan umum dan fungsi tubuh serta gejala). 4. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 1. Klasifikasi SIKI Klasifikasi Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) terdiri dari 5 kategori dan 14 Subkategori dengan urutan sebagai berikut: a. Fisiologis Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung fungsi fisik dan regulasi homeostatis, yang terdiri atas: 1) Respirasi 2) Sirkulasi 3) Nutrisi dan Cairan 4) Eliminasi 5) Aktivitas dan Istirahat 6) Neurosensori 7) Reproduksi dan seksualitas b. Psikologis Kategori yang ditujukan untuk mendukung proses mental yang terdiri atas: 1) Nyeri dan kenyamanan 2) Integritas Ego 3) Pertumbuhan dan perkembangan c. Perilaku Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung perubahan perilaku atau pola hidup sehat yang terdiri atas : 1) Kebersihan diri 2) Penyuluhan dan pembelajaran d. Relasional Kategori yang ditujukan untuk mendukung hubungan interpersonal atau interaksi sosial terdiri atas: 1) Interaksi sosial e. Lingkungan Kategori yang lingkungan dan ditujukan untuk menurunkan mendukung gangguan resiko keamanan gangguan kesehatan. 1) Keamanan dan proteksi 2. Komponen Intervensi Keperawatan a. Label b. Defenisi c. Tindakan Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri dari observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi 3. Penentuan Intervensi Keperawatan Dalam menentukan intervensi keperawatan, perawat harus mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut: a. Karakteristik diagnosa keperawatan Intervensi keperawatan diharapkan dapat mengatasi etiologi tanda/gejala diagnosis keperawatan. Jika etiologi tidak dapat secara langsung diatasi, maka intervensi keperawatan diarahkan untuk menangani tanda/gejala diagnosis keperawatan. Untuk diagnosis risiko intervensi keperawatan diarahkan untuk mengeliminasi faktor risiko. b. Luaran (outcome) keperawatan yang diharapkan Luaran keperawatan akan memberikan arahan yang jelas dalam penentuan intervensi keperawatan. Luaran keperawatan merupakan hasil akhir yang diharapkan setelah pemberian intervensi keperawatan c. Kemampulaksanaan intervensi keperawatan Perawat perlu mempertimbangkan waktu, tenaga/staf, dan sumber daya yang tersedia sebelum merencanakan dan mengimplementasikan intervensi keperawatan kepada pasien. d. Kemampuan perawat Perawat diharapkan mengetahui rasionalisasi ilmiah terkait intervensi keperawatan yang dilakukan dan memiliki keterampilan psikomotorik yang diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan tersebut. e. Penerimaan pasien Intervensi keperawatan yang dipilih harus dapat diterima oleh pasien sesuai dengan nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh pasien f. Hasil penelitian Bukti penelitian akan menunjukan efektifitas intervensi keperawatan pada pasien tertentu. Jika penelitian belum tersedia, maka perawat dapat menggunakan prinsip ilmiah atau berkonsultasi dengan perawat spesialis dalam menentukan pilihan intervensi keperawatan. f. Pengertian implementasi keperawatan Intervensi keperawatan atau rencana tindakan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan dan siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik. Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012). Intervensi keperawatan merupakan berbagai tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk mencapai suatu tujuan dalam memberikan asuhan keperawatan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan keperawatan pada pasien sesuai dengan diagnosa keperawatan untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pasien dengan cara merumuskan tujuan, rencana tindakan dan kriteria hasil atau kemajuan pada pasien. g. Proses implementasi keperawatan Langkah – langkah intervensi keperawatan menurut Manurung (2011) adalah sebagai berikut: 1.Menentukan prioritas masalah Kegiatan pertama adalah tahap intervensi keperawatan adalah menentukan masalah keperawatan untuk menentukan skala prioritas yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas keperawatan adalah penyusunan diagnosis keperawatan atau masalah pasien dengan menggunakan tingkat kedaruratan atau kepentingan untuk memperoleh tahapan intervensi keperawatan yang dibutuhkan. Ada beberapa teknik dalam menentukan prioritas masalah, yaitu sebagai berikut: a. Standar V: Standar Asuhan Keperawatan Prioritas pertama yaitu masalah yang mengancam kehidupan, prioritas kedua yaitu masalah yang mengancam kesehatan dan prioritas ketiga yaitu masalah yang mempengaruhi perilaku manusia. b. Hierarki Maslow Saat menentukan prioritas diagnosis keperawatan digunakan standar prioritas kebutuhan dari Maslow, sebagai berikut : 1) Prioritas 1 : masalah yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologis seperti respirasi, sirkulasi, nutrisi, hidrasi, eliminasi, suhu dan kesenjangan fisik. 2) Prioritas 2 : masalah yang berpengaruh pada keselamatan dan keamanan. 3) Prioritas 3 : masalah yang berpengaruh terhadap cinta dan rasa memiliki. 4) Prioritas 4 : masalah yang berpengaruh pada rasa harga diri. 5) Prioritas 5 : masalah yang berpengaruh pada kemampuan mencapai sasaran pribadi atau aktualisasi diri. c. Depkes RI 1992 Depkes RI (1992) menetapkan pedoman asuhan keperawatan yaitu hal prioritas pertama diberikan pada masalah aktual dan prioritas kedua pada masalah potensial. Dalam praktiknya ternyata tidak selalu yang aktual menjadi prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan masalah potensial. Masalah yang diduga akan bersifat mengancam jiwa dapat menjadi prioritas dibanding dengan masalah aktual yang berisiko rendah. d. Pendekatan Body System (B1 sd B6) Pendekatan Body System (B1-B6) melibatkan pada fungsi sistem tubuh.Dalam pendekatan ini, fungsi pernapasan menjadi prioritas pertama karena gangguan pada fungsi ini dapat mengancam jiwa pasien. Prioritas terakhir pada sistem kulit, selaput lendir dan tulang. Pendekatan Body System (B1B6) meliputi B1:Breathing (jalan napas dan pernapasan), B2: Blood (darah dan sirkulasi darah),B3: Brain (kesadaran), B4: Bladder (perkemihan), B5:Bowel (pencernaan) dan B6: Bone (kulit, selaput lendir dan tulang). Pengurutan prioritas akan dipengaruhi oleh faktor-faktor persepsi pasien terhadap prioritas, untuk itu menanyakan kepada pasien tentang apa yang dirasakannya merupakan hal yang penting. Perawat dapat menggunakan salah satu dari beberapa pendekatan di atas atau dapat mempertimbangkan beberapa pendekatan sekaligus dengan memperhatikan respon pasien. Namun, dalam keadaan tertentu seperti gawat darurat, perawat dapat mengacu pada penetapan skala yang rasional (Rohmah dan Walid, 2012). 2. Menuliskan tujuan Kriteria tujuan terdiri atas rumusan singkat dan jelas, disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, spesifik, dapat diukur/diobservasi, realistis/dapat dicapai, terdiri dari subjek, perilaku pasien, kondisi dan kriteria tujuan (Rohmah dan Walid, 2012). Saat merumuskan tujuan, ada beberapa petunjuk umum yang perlu diperhatikan menurut Manurung (2011), yaitu : a. Tujuan dinyatakan dengan istilah hasil yang ingin dicapai, bukan tindakan keperawatannya. b. Tujuan keperawatan harus menggambarkan perilaku pasien yang dapat diamati dan diukur. c. Tujuan harus realistis, mencerminkan kemampuan dan keterlibatan pasien. d. Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan. 3. Menetapkan Kriteria Hasil Kriteria hasil merupakan batasan karakteristik keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan. Berorientasi pada masalah dan kemungkinan penyebab dan merujuk pada symptom. Kriteria hasil meliputi 4 aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh (Rohmah dan Walid, 2012). Kriteria hasil mempunyai ciri-ciri yaitu setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, hasil yang ditetapkan dalam kriteria hasil, memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik, kriteria harus sekonkret mungkin untuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur, dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif (Dermawan, 2012). Adapun pedoman penulisan kriteria hasil menurut Setiadi (2012) adalah berfokus pada pasien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan dapat diukur, ada batas waktu, ditentukan oleh perawat dan pasien. 4. Memilih rencana tindakan atau intervensi keperawatan a. Tindakan keperawatan harus aman bagi pasien. b. Tindakan keperawatan harus sejalan dengan tindakan pengobatan. c. Tindakan keperawatan harus didasari prinsip dan pengetahuan yang digabungkan dari pendidikan dan pengalaman sebelumnya. d. Tulis sekumpulan tindakan keperawatan untuk mencapai setiap tujuan. e. Pilih satu kumpulan tindakan keperawatan yang kiranya cocok dengan sikap yang disebutkan dalam pernyataan tujuan. f. Tindakan keperawatan harus realistis. g. Tindakan keperawatan harus penting bagi peningkatan kesehatan pasien dan sejalan dengan tujuan serta nilai perseorangan pasien. h. Gunakan pasien sebagai sumber-sumber dalam memilih tindakan keperawatan. i. Tulis tindakan keperawatan secara berurutan. Adapun jenis instruksi dalam intervensi keperawatan adalah sebagai berikut: a. Diagnostik : Tipe rencana tindakan keperawatan diagnostik adalah rencana tindakan untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap kemajuan pasien. b. Terapeutik : Rencana tindakan terapeutik adalah rencana tindakan yang ditetapkan untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan masalah. Rencana tindakan ini berupa intervensi mandiri perawat yang bersumber dari ilmu, kiat dan seni keperawatan. Perawat dituntut untuk memilih intervensi yang terbaik untuk pasien. c. Penyuluhan/Health Education : Rencana tindakan keperawatan yang berbentuk pendidikan kesehatan adalah rencana tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri pasien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan diri terutama untuk perawatan di rumah. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rencana tindakan keperawatan terutama dengan masalah keperawatan dan kriteria hasil berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Penyuluhan dapat berbentuk segala sesuatu tentang penyakit, perawatan pasien atau terkait dengan masalah yang dialami oleh pasien. d. Rujukan : Jenis ini menggambarkan peran perawat sebagai koordinator dan manajer dalam perawatan pasien dan anggota tim kesehatan. e. Kolaborasi/Medical Treatment : Rencana keperawatan kolaboratif adalah tindakan medis yang dilimpahkan kepada perawat. Rencana kolaboratif ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi, tindakan ini berhubungan dengan masalah yang berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (Rohmah dan Walid, 2012). 5. Pedoman pengisian format intervensi keperawatan a. Tanggal/jam b. Diagnosis keperawatan c. Tujuan dan kriteria hasil d. Rencana tindakan e. Rasional f. Paraf dan nama Penutup Perencanaan Keperawatan adalah sebuah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, serta mengurangi masalahmasalah klien. Perencanaan ini adalah langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Perencanaan adalah merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien.Suatu perencanaan yang tertulis dengan baik akan memberi petunjuk dan arti pada asuhan keperawatan karena perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan keperawatan klien. Intervensi merupakan fase proses keperawatan untuk menyusun tindakan dengan pertimbangan yang sangat sistematis, mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Referensi Andi Eka Pranata, Eko Prabowo,. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan Edisi 1 Buku Ajar, Nuha Medika : Yogyakarta. CITATION Wul16 \l 1057 : , (Wulandani, Krianto, & Priwahyuni, 2016), CITATION fer12 \l 1057 : , (ferrynurse, 2012), CITATION Ang14 \l 1057 : , (Anggraeni, 2014), Butar-Butar, J., & Simamora, R. H. (2016). Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Jurnal Ners Indonesia, 6(1), 50-63. Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing. ferrynurse. (2012, Desember 23). Rencana Asuhan Keperawatan. Dipetik Oktober 30, 2020, dari Blog Keperawatan: https://askep-net.blogspot.com/2012/02/rencana-asuhankeperawatan.html Infodatin. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Diunduh pada tanggal 1 November 2020 http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/ infodatin%20ginjal%202017.pdf NANDA (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC Rajiv, Saran. (2016). The State of Kidney Disease in the US: New Findings & High Impact Practices Linked to Improved Patient Outcomes. Jurnal USRDS. Vol.2. Diunduh pada tanggal 2 November http://www.usrds.org/2016/pres/The_State_of_Kidney_Disease_in_US.pdf 2020 Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid. 2012. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu Simamora, R. H. (2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Penerapan Fungsi Pengorganisasian Yang Dilakukan Oleh Kepala Ruangan Dengan Kinerjanya Diruang Rawat Inap RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Tesis FIK UI, Tidakdipublikasikan). Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC Susanto, A. 2012. Perkembengan Anak Usia Dini. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Suwitra K. Gangguan mineral dan tulang pada penyakit ginjal kronik patogenesis, diagnosis dan modalitas terapi. Denpasar: UNUD; 2015. Wulandani, P. S., Krianto, T., & Priwahyuni, Y. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT JIWA. NERS JURNAL KEPERAWATAN , 12 (2), 131-132.