Uploaded by User93344

dokumen.tips makalah-dmdoc

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada
keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Secara epidemiologik diabetes
seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7
tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini
terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi.
Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan
terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit
jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal,
dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik,
diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat dicegah, atau setidaknya
dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam
perjalanan penyakit diabetes.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan
penyakit yang bersifat kronis baik dari segi medis maupun nutrisi, pada umumnya
rendah. Dan penelitian terhadap penyandang diabetes mendapatkan 75 %
diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58 % memakai dosis
yang salah, dan 80 % tidak mengikuti diet yang tidak dianjurkan.
Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir ini menunjukan
kenaikan yang bermakna di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola
makan dan berkurangnya aktivitas fisik dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
terpenting. Oleh karenanya, DM dapat saja timbul pada orang tanpa riwayat DM
dalam keluarga dimana proses terjadinya penyakit memakan waktu bertahuntahun dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Namun penyakit DM dapat
dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan baik dan mewaspadai
perubahan gaya hidup kita.
1
Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita
diabetes mellitus sudsh mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan dengan angka
kematian sekitar 3,2 juta orang.
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terjadi
pengukuran prevalensi Diabetes mellitus (DM) dari tahun 2001 sebesar 7,5 %
menjadi 10,4 % pada tahun 2004, sementara hasil survey BPS tahun 2010
menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus mencapai 14,7 % di perkotaan
dan 7,2 % di pedesaan.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “bagaimana tinjauan
mengenai penyakit Diabetes Mellitus baik darivsegi pengertian, klasifikasi
etiologi, patofisiologi, diagnosis, komplikasi, dan pemberian obat atau pengobatan
pasian Diabetes Melitus?”
1.3
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah mengetahui tinjauan mengenai penyakit Diabetes
Mellitus baik dari segi pengertian, klasifikasi etiologi, patofisiologi, diagnosis,
komplikasi, dan pemberian obat atau pengobatan pasian Diabetes Melitus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
Diabetes Melitus dari segi istilah adalah banyak keluar air seni yang manis
karena mengandung gula sehingga sering disebut kencing manis. Sedangkan dari
segi medis, Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan aspek gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik yang sifatnya absolut maupun relatif.
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi dimana tubuh sudah tidak bisa
mengendalikan kadar gula darah (glukosa) yang normalnya adalah 60-120 mg/dl.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
gula dalam darah sebagai akibat dari gangguan sistem metabolisme dalam tubuh,
dimana pankreas kurang atau bahkan tidak mampu memproduksi hormon insulin.
Dan dapat juga disebabkan oleh ketidak sensitifan reseptor insulin.
Pada dasarnya proses metabolisme glukosa dalam tubuh dimulai dari
karbohidrat dari makanan yang didegradasi dalam usus, glukosa lalu diserap
kedalam darah dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk penyerapan nya ke dalam selsel ini dibutuhkan insulin, yang dapat diibaratkan sebagai “kunci untuk pintu sel”.
Setelah glukosa oleh insulin dibawa untuk diserap ke dalam sel, lalu masuk
kedalam siklus krebs dan diolah menjadi ATP yang dapat berfungsi sebagai
energi dan memperbarui sel. Maka setelah itu glukosa siap untuk diedarkan ke
seluruh tubuh sebagai sumber energi sehingga kadar glukosa dalam darah tidak
menumpuk atau tidak meningkat. Apabila insulin dalam tubuh jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan dengan kadar glukosa yang masuk ke dalam darah maka
akan terjadi penumpukan glukosa darah yang dapat mengakibatkan hiperglikemi.
Untuk itu dibutuhkan beberapa obat oral maupun parenteral untuk menambah
jumlah insulin dalam tubuh dan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.
3
2.2
KLASIFIKASI
Klaifikasi diabetes mellitus dan penggolongan intoleransi glukosa yang lain :
a.
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel – sel langerhans yang
berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik,
predisposisi pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi
pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunitas
(kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel – sel pulau Langerhans di
pancreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin.
b.
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Yaitu diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada
semua
umur.
Kebanyakan
penderita
kelebihan
berat
badan,
ada
kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik
selama stres.
c.
Diabetes mellitus tipe lain
Adalah DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
hiperglikemik terjadi karena penyakit lain, penyakit prankreas, hormonal,
obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindroma
genetik tertentu.
Penyakit pancreas seperti pankreatitis akan berdampak pada kerusakan
anatomis dan fungsional organ pancreas akibat aktivitas toksis baik karena
bakteri maupun kimia. Kerusakan ini berdampak pada penurunan insulin.
Penyakit hormonal seperti kelebihan hormone glukokortikoid (dari korteks
adrenal) akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah.
Peningkatan glukosa darah ini akan meningkatkan beban kerja dari inulin
untuk memfasilitasi glukosa masuk dalam sel. Peningkatan beban kerja ini
akan berakibat pada penurunan produk insulin.
Pemberian zat kimia/ obat – obatan seperti hidrokortison akan berdampak
pada peningkatan glukosa dalam darah karena dampaknya seperti
glukokortikoid.
4
Endokrinopati (kematian produksi hormone) seperti kelenjar hifofisis akan
berdampak sistemik bagi tubuh. Karena semua produk hormone akan
dialirkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kelainan ini berdampak pada
penurunan metabolisme baik karbohidrat, protein maupun lemak yang dalam
perjalanannya akan mempengaruhi produksi insulin.
d.
Impaired Glukosa Tolerance (Gangguan Toleransi Glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau
menjadi normal atau tetap tidak berubah.
e.
Gastrointestinal Diabetes Mellitus (GDM)
Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi
perubahan
metabolisme endokrin dan
karbohidrat
yang menunjang
pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm,
kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan
normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin
sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi. Resisten
insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progresteron, prolaktin
dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada
sel sehingga mengurangi aktivitas insulin.
2.3
ETIOLOGI
Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan prokduksi insulin oleh sel –
sel beta pulau langerhans. Jenis Juvenilis (usia muda) disebabkan oleh
predisposisi herediter terhadap perkembangan antibodi yang merusak sel – sel
beta atau degenerasi sel – sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan
oleh degenerasi sel – sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe
ini jelas disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang
cepat pada orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis
obesitas ini karena diperlukan insulin dalam jumlah beasar untuk pengolahan
metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan orang normal.
5
Penyebab resisten insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor yang banyak berperan antara lain :
1. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes.
Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan
pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami penrunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan
berisiko pada penurunan fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi
insulin.
3. Gaya hidup stres
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji
yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar
terhadap kerja pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme
dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakbat pada
kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak
hingga berdampak pada penurunan insulin.
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama – sama meningkatkan risiko
terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas
meningkatkan gangguan kerja atau resisten insulin. Pola makan yang tidak
teratur dan cenderung terlambat juga akan berperanan pada ketidakstabian
kerja pankreas.
5. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi yang
akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pancreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukoasa pada penderita
obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
6. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya selsel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pancreas.
6
2.4
PATOFISIOLOGI
Sebagai besar patologi diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan efek
utama kekurangan insulin, yaitu :
a.
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan
peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1200 mg
per 100 ml.
b.
Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler.
c.
Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Keadaan patologi tersebut akan berdampak sebagai berikut :
1.
Hiperlikemia
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada
rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa
dalam tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh.
Glukosa itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi. Apabila bahan
energi yang dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glukogen dalam
sel-sel hati dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis
(pembentukan glikogen dari unsure glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia.
Pada penderita diabetes mellitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan
baik sehingga glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia).
(Long,1996:l 1)
Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin
tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
b. Glukogenesis (pmbentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap
terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
7
c. Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen
berkurang, dan glukosa “hati” dicurahkan ke dalam darah secara terus
menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari unsur non karbohidrat)
meningkat dan lebih banyak lagi glukosa “hati” yang tercurah ke dalam
darah hasil pemecahan asam amino dan lemak. (Long, 1996:11)
Hiperglikemia
mikroorganisme
akan
dengan
mengakibatkan
pertumbuhan
cepat
jamur
seperti
dan
berbagai
bakteri.
jamr
Karena
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa.
Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan darah
pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme
mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan
penderita diabetes mellitus mudah mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.
2.
Hiperosmolaritas
Hipermolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel
karena adanya
peningkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosis
merupakan tekanan yang dihasilkan karena adanya peningkatan konsentrasi
larutan pada zat cair.
Pada penderita diabetes melitus terjadinya hiperosmolaritas karena
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (yang notabene komposisi
terbanyaknya adalah zat cair). Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat
terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorbsi
glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/menit). Kelebihan ini kemudian
menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin (glukosuria). Ekskresi
gukosa yang aktif secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar iar
(diuresis asmotik) dan berakibat peningkatan volume air (poliuria). Proses ni
mengakibatkan dehidrasi dengan ekstraseluler dan juga di ruangan intrseluler.
Glukosuria dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih dan 370380 mosmols/dl dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah. Kondisi ini
dapat berakibat hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (KHHN).
8
3.
Starvasi sellluler
Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel
karena glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa.
Kalau kita meminjam istilah peribahasa “kelaparan di tengah lumbung padi.”
Ada banyak bahan makanan tetapi tidak bisa di bawa untuk diolah. Sulitnya
glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu
insulin.
Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler
untuk tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :
a.
Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringanjaringan peripheral yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan
lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan
glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi
mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini
berdampak pada penurunan massa otot, kelemahan otot dan rasa mudah
lelah.
b.
Starvasi selluler juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme
protein dan asam amino yang diunakan sebagai substrat yang diperlukan
untuk glukoneognesis dalam hati. Hasil dari glukoneogenesis akan
dijadikan untuk proses aktivitas sel tubuh.
Protein dan asam amino yang melalui proses glukoneogenesis akan
dirubah menjadi
dan
O serta glukosa. Perubahan ini berdampak
juga pada penurunan sintesis protein.
Proses glukoneogenesis yang menggunakan asam amino menyebabkan
penipisan simpanan protein tubuh karena unsur nitrogen (sebagai unsur
pemecahan protein) tidak digunakan kembali untuk semua bagian tetapi
diubah menjadi urea dalam hepar dan diekskresikan dalam urine. Ekskresi
nitrogen yang banyak akan berakibat pada keseimbangan negative
nitrogen.
Depresi protein akan berakibat tubuh menjadi kurus, penurunan resistensi
terhadap infeksi dan sulitnya pengembalian jaringan yang rusak (sulit
sembuh kalau ada cidera).
9
c.
Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolisme
lemak (lipolisis) asam lemak bebas, trigliserida dan gliserol yang
meningkat bersirkulasi dan menyediakan substrat bagi hati untuk proses
ketogenesis yang digunakan sel untuk melakukan aktivitas sel.
Ketongenesis mengakibatkan peningkatan kadar asam organik (keton),
sementara keton menggunakan cadangan alkali tubuh untuk buffer PH
darah menurun. Pernafasan kusmaull dirangsang untuk mengkompensasi
keadaan asidosis metabolik. Diuresis osmotik menjadi tambah buruk
dengan
adanya
ketoanemis
dan
dari
katabolisme
protein
yang
meningkatkan asupan protein ke ginjal sehingga tubuh banyak kehilangan
protein.
Adanya starvasi selluler akan meningkatkan mekanisme penyesuaian
tubuh untuk meningkatkan pemasukan dengan munculnya rasa ingin makan
terus (polifagi). Stravasi selluler juga akan memunculkan gejala klinis
kelemahan tubuh karena terjadi penurunan produksi energi. Dan kerusakan
berbagai organ reproduksi yang sakah satunya dapat timbul impotensi dan
organ tubuh yang lain seperti persarafan perifer dan mata (muncul rasa baal
dan mata kabur).
2.5
DIAGNOSIS
Untuk memastikan pasien terkena Diabetes mellitus dengan melakukan.
Seseorang dapat dikatakan Diabetes Mellitus dengan melihat kadar gula darah
pasien. Kadar gula darah dapat dibedakan menjadi :
1.
Kadar Gula Darah Acak (GDA )
Sebelum melakukan test GDA , pasien tidak perlu melakukan puasa atau
aturan-aturan tertentu. Gula darah pasien langsung diperiksa tanpa ada
persyaratan seperti puasa , beberapa jam setelah makan dan lain lain.
Normal : kadar gula 200 mg/dl ( 11,1 mmol/L)
10
2.
Kadar Gula Darah Puasa (GDP)
Sebelum melakukan test GDP, dilakukan puasa minimal 8 jam.
3.

Normal
: kadar gula <100 mg/dl

Pre Diabates Mellitus
: kadar gula 100-126 mg/dl

Diabetes Mellitus
: kadar gula >126 mg/dl (7 mmol/L)
Kadar Gula Darah 2 jam Setelah makan (GD2PP)
Test dilakukan 2 jam setelah makan, hasilnya selalu lebih tinggi dari kadar
GDP .

Normal
: kadar gula <140 mg/dl

Pre Diabetes Mellitus
: kadar gula 140-200 mg/dl

Diabetes Mellitus
: kadar gula > 200 mg/dl
Dalam pemeriksaan gula darah, terdapat beberapa test toleransi gula darah
yaitu :
a.
Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Test ini dilakukan apabila test GDP menunjukkan keadaan normal tetapi
pasien menunjukkan faktor-faktor resiko atau gejala Diabetes Mellitus. Test
ini dilakukan setelah pasien diberikan glukosa sebanyak 75 gram.
b.
Test Toleransi Glukosa Terganggu (TTGT)
Test ini dilakukan jika hasil test GDP menunjukkan keadaan normal tetapi
begitu makan gula darah langsung meningkat tinggi.
c.
Test Heamoglobin A1c
Heamoglobin A1c merupakan heamoglobin yang terikat dengan glukosa
(terglikolasi). Test ini dapat menunjukkan jumlah rata-rata gula dalam darah
selama tiga bulan terakhir. Hasilnya akan menunjukkan apakah tingkat gula
darah terkendali.
11
2.6
MANIFESTASI
Manifestasi diabetes mellitus yang sering di jumpai pada pasien yaitu :
1.
Poliuria ( peningkatan pengeluaran urine )
2.
Polidipsi ( peningkatan rasa haus ) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
3.
Polifagi ( peningkatan rasa lapar )
4.
Kelainan kulit seperti gatal dan bisul
Kelainan kulit berupa gatal – gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal.
Lipatan kulit seperti diketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
5.
Luka sulit sembuh.
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein
dan unsur makanan yang lain. Luka sulit disembuhkan diakibatkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes
mellitus.
6.
Penglihatan kabur yang di sebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia atau kelainan pada corpus
vitreum.
7.
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagai
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
8.
Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.
9.
Kelainan genekologis
Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.
10. Impotensi pada laki-laki
Ejakulasi dan dorongan seksulitas laki-laki banyak dipengaruhi oleh
peningkatan horman testoteron. Penderita diabetes mellitus mgalami
penurunan produksi hormone seksual akibat kerusakan testoteron dan
sistem yang berperan.
12
2.7
KOMPLIKASI
2.7.1 Komplikasi Akut
1.
Koma hipoglikemia
Hal ini terjadi karena pemakainan obat-obat diabetic yang melebihi dosis
yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa
yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
2.
Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber
alternatif untuk dapat memperoleh energi sel, jika tidak ada glukosa maka
benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan mengakibatkan
penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan
yang dapat mengakibatkan asidosis.
3.
Koma hiperosmolar nonketotik
Dikarenakan penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena
banyak diekresi lewat urine.
2.7.2 Komplikasi Kronik
1.
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepih, pembuluh darah otak. Komplikasi
makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak, penyakit alterik koronalia
dan penyakit vaskuler periver
2.
Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika,
nefropati deabetic.
3.
Neuropati diabetika
Akumulasi
orbital
di
dalam
jaringan
dan
perubahan
metabolik
mengakibatkan fungsi sinsorik dan motorik saraf menurun kehilangan
sensorik mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
4.
Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis dan infeksi saluran
kemih.
5.
Kaki diabetik
Mikroangiopati dan neurpati menyebabkan perubahan pada ekstremitas
bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi,
13
gangren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat
menunjang terjadinya trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang
mengakibatkan gangren.
2.8
PENGOBATAN
Dalam pengobtan diabetes mellitus terdapat beberapa kelompok obat oral
dan obat parenteral sebagai pengobatan secara farmakologi serta terdapat juga
pengobatan secara non farmakologi yang dilakukan untuk penderita Diabetes
Mellitus.
2.8.1 Non Farmakologi
Cara mengobati Diabetes Melitus secara alami, yaitu dengan produk herbal
Ace Maxs, yang sangat berkhasiat membantu menyembuhkan diabetes melitus.
Ace Maxs terbuat dari perpaduan ekstrak Kulit Manggis dan Daun Sirsak.
Kulit
xanthone
Manggis
:
mampumengurangi
Kandungan
resistensi
insulin pada penderita diabetes. Pada
penderita diabetes ini, organ pancreas tidak
dapat memproduksi hormon insulin secara
normal. Xanthone dan flavonoid yang
terdapat di dalam dalam kulit manggis
bersifat
antioksidan
yang
mampu
melindungi serta mencegah sel beta pancreas rusak akibat radikal bebas. Sel
tersebut akan mengalami regenerasi sehingga kembali memproduksi insulin yang
cukup untuk menurunkan gula darah. Sebagai senyawa antioksidan yang sangat
diperlukan oleh tubuh, maka ekstrak kulit manggis pun berkhasiat sebagai anti
radang, anti bakteri, dan juga sebagai anti
kanker.
Daun Sirsak : Mulyadi Tedjapranata,
Direktur Klinik Medizone, menjelaskan, sirsak
mengandung zat gizi penting bagi tubuh. Daun
sirsak mengandung senyawa penting, seperti
14
fruktosa, lemak, protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, dan Vitamin B,
kemudian senyawa golongan tanin, fitosterol, danal kaloida, serta ace togenin.
Beberapa penelitian medis memang mulai berhasil mengungkapkan mekanisme
kerja antidiabetes dari ekstrak daun sirsak tersebut. Lewat percobaan pada tikus,
terungkap bahwa ekstrak daun sirsak dapat memperbaiki fungsi sel beta pankreas
yang berfungsi memproduksi insulin.
Cara mengobati penderita diabetes mellitus cara lainnya yaitu :
1.
Diet
Diet dengan pembatasan kalori, terutama pada pasien dengan overweight
(OBESITAS). Karena biasanya pada pasien yang gemuk mengalami
resistensi insulin, sehingga dapat mempengaruhi proses penyerapan glukosa
oleh sel-sel dan pada akhirnya glukosa dapat menumpuk pada darah.
2.
Olahraga
Olahraga bila terjadi resitensi insulin maka gerak badan atau olah raga dapat
menguranginya. Hasilnya, insulin dapat dipergunakan secara lebih baik oleh
sel-sel tubuh.
3.
Berhenti merokok
Berhenti merokok karena kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok
dapat mengaruhi secara buruk penyerapan glukosa oleh sel-sel.
2.8.2 Farmakologi
Pada pengobatan pasien Diabetes Mellitus terdapat dua golongan obat yang
dapat digunakan, yaitu golongan Oral Anti Diabetik (OAD) dan golongan
Parenteral (injeksi insulin). Pada golongan OAD dibedakan menjadi beberapa
kelompok, yaitu antara lain :
1.
GOLONGAN SULFONILUREA
Glibenclamide,Gliklazida, Glipazida, Gliquidon, Glimepirid,
Klorpropramdia, Tolbutamida.
Cara kerja
: menstimulasi sel-sel beta dalam pankreas , sehingga
sekresi insulin ditingkatkan dan juga memperbaiki
15
kepekaan organ tubuh dengan tujuan terhadap insulin
dan menurunkan absorbsi insulin oleh hati.
Aturan pakai
: Diminum 20 – 30 menit sebelum makan
Efek samping : hipoglikemia, kenaikan berat badan (sehingga biasa
digunakan pada pasien yang berbadan kurus) dan retensi
air.
2.
GOLONGAN BIGUANIDA
Metformin
Cara kerja
: menurunkan glukosa darah dengan cara menekan nafsu
makan efek anoreksan) hingga berat badan dan kadar
glukosa dalam darah tidak meningkat serta menekan
produksi glukosa pada hati. Maka obat ini biasa
diberikan pada orang yang kegemukan (overweight),
karena penderita ini biasanya mengalami resistensi
insulin .
Aturan pakai
: Diminum saat sesudah makan.
Efek samping : acidosis asam laktat dan angiopati luas, terutama pada
lansia.
3.
GOLONGAN GLUKOSIDASE INHIBITOR
Akarbose, Miglitol
Cara kerja
: memperlambat penyerapan glukosa dalam usus dengan
cara merintangi enzim alfa-glukosidase di mukosa usus
duabelas jari, sehingga reaksi penguraian polisakarisa
menjadi monosakarida terhambat. Dengan demikian
glukosa dilepaskan lebih lambat dan absorbsinya ke
dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata.
Aturan pakai
: Diminum saat makan.
Efek samping : produksi gas dalam perut meningkat dan diare.
4.
GOLONGAN THIAZOLIDINDION
16
Rosiglitazon, Pioglitazon
Cara kerja
: mengurangi
resistensi
insulin
dan
meningkatkan
sensitivitas jaringan perifer untuk insulin sehingga sering
disebut INSULIN SENSITIZERS. Oleh karena itu
penyerapan glukosa kedalam jaringan lemak dan otot
meningkat, juga kapasitas penimbunannya di jaringan
ini. Sehingga kadar insulin, glukosa dan asam lemak
bebas
dalam
darah
menurun,
begitu
pula
gluconeogenesis dalam darah.
Aturan pakai
: sebelum atau sesudah makan.
Efek samping : menyebabkan anemia, bila dikombinasikan dengan OAD
yang lain dapat meningkatkan berat badan meski dalam
skala moderat atau normal. Obat ini juga meningkatkan
resiko peningkatan cairan yang dapat memperburuk
gagal jantung.
5.
GOLONGAN DPP4–Blockers
Sitagliptin, Vildagliptin
Cara Kerja
: bekerja berdasarkan penurunan efek hormon incretin.
Incretin berperan dalam utama terhadap prosuksi insulin
di pankreas. Incretin ini di uraikan oleh suatu ensim khas
DPP4 (dipeptidylpeptidase).
Dengan penghambatan
enzim ini, senyawa gliptin mengurangi penguraian dan
inaktivasi
incretin,
sehingga
kadar
insulin
akan
meningkat.
6.
Kalium – channel blockers
Repaglinida, Nateglinida
Cara kerja
: bekerja mencetuskan pelepasan insulin dari pankreas
segera sesudah makan. Insulin yang dilepaskan adalah
cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah setelah
makan.
17
Aturan pakai
: 1 jam sebelum makan
Efek samping : gangguan visus, lambung-usus dan reaksi alergi
2.8.3 Insulin
Insulin di sekresi oleh sel beta pankreas yang dibutuhkan untuk mengubah
glukosa pada proses metabolisme,dan di indikasikan untuk DM tipe I,dan juga
DM tipe II.

Insulin dibagi menjadi :
a)
Human insulin :
Insulin yang di ambil dari manusia kemudian di taruh pada bakteri EChol,setelah berkembang biak di ambil dengan proses bakteriologi.
b) Analog Insulin :
Insulin yang diambil dari hewan.

Sifat – Sifat Insulin :

Insulin tidak dapat digunakan secara per-Oral karena mudah terurai
oleh pepsin lambung.

Human insulin dapat menyebabkan Hipoglikemi (Turunnya gula darah
dalam tubuh).

Contoh obat - obat yang masuk dalam golongan Analog Insulin :

Insulin Aksi Cepat
Actrapid HM, Injeksi 40 UI/ml. Actrapid HMP penfill , injeksi 100
UI/ml.

Insulin Aksi Menengah
Insulatard, Monotard Human, Humulin- N

Insulin Aksi Panjang
Lantus

Insulin Aksi Campuran
Mixtard 30
Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja
Sediaan insulin yang ada di pasaran Indonesia, berdasarkan waktu kerja
dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:
18
Tabel 1. Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja
Sediaan Insulin
Awal Kerja
Puncak Kerja
Lama Kerja
Insulin Prandial
Insulin Kerja cepat
30-60 mnt
30-90 mnt
5-8 jam
5-15 mnt
30-90 mnt
3-5 jam
5-15 mnt
30-90 mnt
3-5 jam
5-15 mnt
30-90 mnt
3-5 jam
NPH (Insulatard, Humulin N)
2-4 jam
4-10 jam
10-16 jam
Lente
3-4 jam
4-12 jam
12-18 jam
Insulin glargine (Lantus)
2-4 jam
Tdk
Ultralente*
6-10 jam
puncak
Insulin detemir (Levemir*)
2-4 jam
8-10 jam
Regular (Actrapid; Humulin R)
Insulin analog, kerja sangat cepat
Insulin glulisine (apidra*)
Insulin aspart (Novo Rapid *)
Insulin lispro (Humalog)
Insulin Kerja Menengah
Insulin Kerja Panjang
Tdk
ada
ada
puncak
Insulin Campuran
(kerja cepat dan menengah)
70%NPH/ 30% reguler )Mixtard: Humulin 30-60 mnt
Dual
10-16 jam
70/30)
70%NPH/ 30% analog rapid (NovoMix 30)
Sumber: Soegondo S dalam Penatalaksanaan DM Terpadu, 2007
19
2.9
TATALAKSANAAN
Tatalaksaan dalam penderita diabetes mellitus di bagi menjadi dua, yaitu :
2.9.1 Tatalaksanaan Medis
Kriteria diagnosa

Gejala klinis : polifagi, poliuri, polidisi

Penurunan BB dengan cepat

GD sewaktu > 200 mg/dl dengan gejala klinis

GD >200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gram untuk kasus
dengan gejala klinis tidak khas.
Pemeriksaan penunjang

GD puasa dan 2 jam setelah makan

Ronsen paru

Pemeriksaan lain sesuai komplikasi

Diet

Latihan jasmani

Obat hipoglikemik sesuai indikasi

Penkes

Ketoasidosis sampai koma diabetic

Retinopati sampai kebutaan

Penyakit jantung koroner

Hipoglikemik
Terapi
Penyulit
Lama rawatan
Sampai glukosa darah normal harus dicapai secepatnya.
20
2.9.2 Tatalaksanaan Keperawatan
Resiko cedera b.d kerusakaan/gangguan fungsi sensori, kurangnya
kesadaran
DO :
 Gula darah dibawah/diatas normal
 Kesadaran menurun
 Kesemutan/kebas
 Keringat dingin
DS :
 Pandangan kabur
 Kepala pusing
Tujuan :
Tidak terjadi cedera atau komplikasi ( selama perawatan )
Kriteria :
 Gula darah sewaktu 80-150 gr %
 Kesadaran compas mentris
 Tidak ada perlukaan
Renpra :
 Orientasikan klien baru terhadap lingkungan kamarnya.
 Ajakan klien atau lakukan :

Minimalisasi resiko : pasang pagar pengaman, meminta keluarga
untuk menjaga

Jelaskan upaya mencegah jatuh ke kondisi yang tidak di inginkan :
Mematuhi diet, mengenali gejala
 Kaji dan monitor faktor yang dapat menyebabkan klien cedera : tingkat
kesadaran, kadar gula darah, fungsi sensori.
 Kolaborasi dokter untuk penanganan medis dan pemeriksaan penunjang.
21
Resti/actual nutrisi kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidak
seimbanngan inuslin, makan dan aktivitas `
DO :
 Peningkatan/penurunan kadar gula darah
 Pola makan diluar aturan diet
 Tampak gemuk/kurus
 Banyak minum, makan dan kencing
DS :
 Mengatakan tidak menjalani diet
Tujuan :
Terjadi keseimbangan insulin, makan dan aktivitas ( 5-7 hari )
Kriteria :
 Porsi makan habis sesuai diet.
 BB dalam batas standar IMT.
Renpra :
 Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat, k/p
konsulkan pada ahli gizi.
 Timbang BB secara berkala jika memungkinkan ( 1 x seminggu ).
 Pantau hasil pemeriksaan labor : gula darah.
 Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
 Ciptakan suasana yang membangkitkan selera makan.
 Hindari melakukan prosedur yang tidak menyenangkan atau menyakinkan
sebelum makan.
 Pertahanan kebersihan ,mulut sebelum dan sesudah makan.
 Pantau asupan makan klien.
 Motivasi untuk mematuhi diet,
 Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis dan pemeriksaan
labor.
22
Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi,
pengobatan,
perawatan,
rehabilitasi, pencegahan kekambuhan, tanda dan gejala, komplikasi
DO :
 Tampak bingung
 Tidak kooperatif
DS :
 Sering bertanya
Renpra :
 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga.
 Identifikasi faktor penyebab atau penunjang yang dapat menghalangi
penatalaksanaan efektif (kesadaran atau kemauan, pengetahuan, dukungan,
sumber)
 Beri dan fasilitasi kebutuhan informasi yang cukup untuk klien dan
keluarga.
 Beri kesempatan bertanya dan libatkan dalam perawatan.
 Beri pujian dan dorongan untuk tindakan
atau kegiatan positif
menyangkut kesehatan yang dilakukan klien atau keluarga.
 Tindakan kepatuhan kepada kebiasaan diet seperti makan sesuai diet dan
olahraga sesuai ajuran.
Penyuluhan :
 Latihan fisik sesuai ajuran.
 Kontrol konsumsi makan sesuai diet.
 Kontrol gula darah secara berkala.
 Kontrol berat badan.
 Ikut dalam organisasi pendukung (klub DM, dll).
23
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari makalah yang kami susun, dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus
adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon yang mengakibatkan selsel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul
ketika di dalam darah tidak terdapat cukup insulin atau ketika sel-sel tubuh kita
dapat bereaksi normal terhadap insulin dalam darah. Paling sedikit terdapat tiga
bentuk diabetes mellitus: tipe I, tipe II, dan diabetes gestasional.
Gejala awal dari diabetes adalah merasa lemas, tidak bertenaga, ingin sering
makan, dan sering buang air kecil. Untuk pengobatan dapat dilakukan dengan
penyuntikan insulin, pendidikan dan kepatuhan terhadap diet, dan program
olahraga. Diabetes mellitus dapat terjadi komplikasi akut maupun kronik.
3.2
SARAN
Sebaiknya kita sebagai calon perawat harus lebih memahami dan mengerti
mengenai penyakit diabetes mellitus yang semakin lama semakin meningkat
dalam dunia khususnya pada di Negara Indonesia. Beserta kita harus lebih
mengenal dengan gejala – gejala dan bagaimana cara pengobatan penyakit
Diabetes Mellitus secara tepat.
24
LAMPIRAN
25
DAFTAR PUSTAKA
Jordan, Sue. 2002. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Manganti, Alisa. 2012. Diabetes. Bantul - Yogyakarta: Araska.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius.
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medikas.
Sustraini Lanny, Syamsir Alam, Iwan Hadi Broto. 2006. Diabetes. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Wijoyo, Padmiarso. 2011. Rahasia Penyembuhan Diabtes Secara Alami. Bogor:
Bee Media Agro
GOOGLE
http://naturindonesia.com/diet-sehat/diet-untuk-penderita-diabetes.html
http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/10/makalah-diabetes-melitus.html
26
Download