Uploaded by jorgegranger18

Stratigrafi-Sequence-Terapan

advertisement
STRATIGRAFI SEQUENCE:
Satuan Stratigrafi & Korelasi Stratigrafi
Arie Noor Rakhman
STRATIGRAFI SEQUENCE
Stratigrafi sequence /Sikuen stratigrafi
adalah
studi stratigrafi yang berhubungan dengan
kerangka waktu pengendapan dalam kaitannya
perubahan siklus muka laut (global/regional).
Penentuan
pola-pola sikuen stratigrafi
• Setiap sikuen pengendapan terdiri dari
perulangan perlapisan yang dibatasi oleh
permukaan erosi (UC) atau hiatus atau
permukaan yang selaras (C) (Van Wagoner
et.al., 1987). Sikuen dibatasi secara regional
oleh ketidakselarasan (UC) atau permukaan
keselarasan (C) (Mitchum et.al., 1977).
• Elemen penting dalam menentukan pola-pola
sikuen stratigrafi adalah shelf/slope break.
Asosiasi Seismik Fasies
(Mitchum et al., 1977)
Pemodelan yang digunakan
adalah lingkungan delta
•
•
Lingkungan tersebut berada pada
daerah transisi yang sangat rentan
terhadap perubahan muka laut
relatif dan kecepatan pemasokan
sedimen
Pola rekaman stratigrafi yang
dijumpai sebagai urutan vertikal
dapat digunakan untuk analisis
interaksi antara perubahan muka
laut relatif dan kecepatan
pemasokan sedimen.
SEJARAH PERKEMBANGAN
• Analisa stratigrafi dengan menggunakan
konsep stratigrafi sequence  membantu
pemahaman sistem hidrokarbon
• Kemampuan menjelaskan hubungan unsurunsur pendukung dalan sistem hidrokarbon
sehingga memberikan gambaran kemungkinan
keterdapatan minyak dan gasbumi
Konsep stratigrafi sequence
• Konsep eustasi dan kontrol global dalam
pembentukan ketidakselarasan (Suess, 1904)
• Konsep stratigrafi waktu untuk membagi
urutan batuan berdasarkan ketidakselarasan
(Wheeler, 1958,1959 & Sloss, 1962,1963)
• Salah satu gambaran mengenai pola dalam
urutan stratigrafi  ketidakselarasan
Pola Stratigrafi
• Pola stratigrafi dalam batuan 
obyek pengamatan untuk analisa
stratigrafi:
–Pola stratigrafi regresi-transgresi
–Pola siklus sedimentasi
–Pola sekuen pengendapan
Stratigrafi Seismik (Vail, dkk., 1977)
Exxon Production Research Company
• Stratigrafi seismik untuk analisa stratigrafi
berdasarkan data seismik  berkembang
menjadi konsep stratigrafi sekuen
• Observasi  refleksi seismik mengikuti garis
kesamaan waktu
• Pola terminasi lapisan & urutan litologi di
dalamnya yang berbeda, ternyata terbentuk pada
selang waktu yang sama  diperkirakan terjadi
akibat perubahan muka laut eustatik global 
untuk pertama kali publikasi kurva eustatik global
Batas satuan stratigrafi (Mitchum, 1977)
• Mengusulkan suatu satuan stratigrafi yang
dibatasi oleh ketidakselarasan  sebagai
sekuen pengendapan
• Posamentier & Vail (1988) menganalisis
hubungan antara perubahan muka laut
terhadap pembentukan rekaman batuan
dengan merumuskan sebagai akomodasi
sedimen
Pemodelan stratigrafi sequence
• Berawal dari pengamatan pola stratigrafi
dalam rekaman batuan  dilakukan analisa
menggunakan stratigrafi sequence untuk
mengetahui dinamika sedimentasi selama
sejarah pembentukan batuan
• Suatu pemodelan yang menyatakan hubungan
antara rekaman batuan dengan faktor-faktor
pengontrol pembentukannya dalam dinamika
sedimentasi
Konsep Dasar Stratigrafi Sequence
• Studi hubungan batuan dalam kerangka waktu
sebagai lapisan yang saling berhubungan
secara genetis dan dibatasi oleh permukaan
erosi / non-deposisi atau keselarasan yang
sebanding (van Wagoner, dkk., 1988)
Batas sekuen & parasekuen
• Satuan dasar dalam stratigrafi sequence 
sequence/sekuen  urutan stratigrafi yang dibatasi
oleh ketidakselarasan atau keselarasan yang sebanding
• Sekuen tersusun oleh system tract  tumpukan blok
penyusun sekuen yang dibatasi oleh marine flooding
surface
• Blok penyusun sekuen  disebut parasekuen
• Sekuen dan parasekuen dapat dikenali dari permukaan
batas pengendapan dan pola pengendapan di antara
batas tersebut
• Batas sekuen & parasekuen  untuk korelasi dan
pemetaan batuan sedimen
Sekuen Pengendapan
• Sekuen pengendapan terbentuk sebagai
akibat dari interaksi antara kecepatan
pemasokan sedimen dan kemampuan
ruangan yang tersedia untuk sedimentasi.
• Interaksi kedua faktor  pemodelan geometri
sekuen pengendapan selama sejarah
pengisian cekungan (Van Wagoner, dkk., 1990)
Karakter systems tract dan hubungannya dengan kurva eustatik
(Posamentier, dkk., 1988)
Sekuen pengendapan
(Van Wagoner dkk, 1990)
Edited by Foxit Reader
Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2007
For Evaluation Only.
Cakupan Korelasi
• Analisa stratigrafi menggunakan stratigrafi sekuan 
memperbaiki pemahaman stratigrafi tradisional: litostratigrafi,
biostratigrafi dan kronostratigrafi
• Korelasi menggunakan konsep tradisional  terbatas pada
daerah yang lokal
• Untuk daerah yang luas, korelasi cenderung tidak menerus
karena hanya berdasarkan pada karakter fisik fasies litologi,
tanpa mempertimbangkan waktu pembentukannya.
• Korelasi stratigrafi sekuen didasarkan atas kesamaan waktu
pembentukan batuan  memungkinkan perubahan fasies
litologi secara lateral.
Konsep stratigrafi sekuen
• Konsep stratigrafi sekuen dapat diterapkan pada skala yang
luas  mulai dari skala singkapan sampai skala cekungan.
• Penerapan stratigrafi sekuen  bukan sebagai model
stratigrafi sekuen yang dipaksakan  lebih bermanfaat bila
dilakukan sebagai pendekatan yang mempertimbangkan
faktor-faktor lokalnya.
• Kelebihan: dapat diterapkan pada daerah dengan data sedikit
yang diambil dari sumur yang terbatas
• Kelemahan: bila penerapannya terpancang pada model
stratigrafi sekuen yang dipaksakan sehingga analisa stratigrafi
yang dihasilkan tidak akurat.
DINAMIKA SEDIMENTASI
Arie Noor Rakhman
Dinamika Sedimentasi
• Sedimen silisiklastik diendapkan di lingkungan darat,
pantai, paparan, lereng dan cekungan.
• Rekaman batuan sedimen silisiklastik terbentuk oleh
dua parameter utama: perubahan kemampuan
ruangan untuk sedimentasi dan kecepatan
pemasokan sedimen.
• Interaksi antara dua parameter tersebut
menghasilkan pola rekaman stratigrafi tertentu yang
dapat menjelaskan sejarah pengisian cekungan.
AKOMODASI SEDIMEN
• Sedimen yang terakumulasi membutuhkan
ruangan yang terletak di bawah permukaan
air, karena sedimen di atas permukaan air
akan tererosi
• Ruangan yang tersedia untuk pengisian 
akomodasi sedimen (Jervey, 1988)
• Kemampuan akomodasi dikontrol eustasi dan
subsiden
Eustasi
• Eustasi  pergerakan permukaan air laut, yang
diukur dari permukaan air laut sampai datum
tetap, yaitu pusat bumi.
• Muka laut eustasi dikontrol  perubahan volume
cekungan dan volume air laut
• Subsiden  pergerakan dasar cekungan
pengendapan
• Total subsiden dapat disebabkan oleh pendinginan
kerak bumi, kompaksi sedimen, pengangkatan,
isostatic dan flexural loading.
Eustasi
• Pengaruh eustasi dan subsiden  menghasilkan
posisi muka laut relatif.
• Muka laur relatif diukur dari permukaan air laut
sampai datum lokal, yaitu dasar cekungan
• Kedalaman laut diukur dari permukaan air laut
sampai permukaan akumulasi sedimen 
kedalaman laut tidak sama dengan muka laut relatif
• Kedalaman air laut akan menunjukan paleobatimetri
yang terbentuk pada lingkungan pengendapan
tertentu.
Muka laut eustatik, muka laut relatif dan kedalaman
laut yang diukur dari pusat bumi, dasar laut, dan
permukaan air laut (Posamentier, dkk., 1988)
Profil kesetimbangan
• Perubahan akomodasi diwakili oleh perubahan muka laut
relatif  di darat maupun di laut, akomodasi berada di
bawah profil kesetimbangan (Van, Gorsel, 1987)
• Profil tersebut merupakan permukaan (teoritis) yang
mewakili kesetimbangan antara erosi dan pengendapan.
• Sedimen yang terletak di atas profil kesetimbangan akan
tererosi.
• Sedimen terletak pada profil yang berimpit dengan profil
kesetimbangan akan melewati profil tersebut tanpa
terjadi erosi dan pengendapan
Profil kesetimbangan
• Sedimen yang terletak di bawah profil
kesetimbangan akan diendapkan pada
cekungan tersebut  daratan maupun laut
• Pembentukan akomodasi di lingkungan laut
dipengaruhi muka laut relatif; akomodasi di
darat dipengaruhi oleh profil kesetimbangan
fluvial
Perubahan akomodasi diwakili perubahan muka laut relatif
PEMASOKAN SEDIMEN
• Pemasokan sedimen dari daratan ke laut
• Proses sedimentasi yang berlangsung cepat
dipengaruhi oleh iklim dan relief topografi atau
fisiografi cekungannya.
• Iklim dikontrol oleh curah hujan  bersifat lokal 
berbeda intensitasnya dari satu tempat ke tempat
lain
• Relief topografi berpengaruh pada proses erosi yang
berlangsung, semakin besar relief maka erosi
semakin intensif
Pemasokan sedimen
• Bila curah hujan tinggi maka erosi yang
berlangsung di daratan tinggi akibatnya
pemasokan sedimen menjadi tinggi
• Pemasokan sedimen yang tinggi di lingkungan
laut  menghambat pertumbuhan batuan
karbonat  pengotoran air laut dapat mengubah
kondisi pembentukan batuan karbonat
• Besarnya pemasokan sedimen akan berpengaruh
pada pola stratigrafi yang dihasilkan
Faktor Pengontrol
Dinamika Sedimentasi
• Subsiden  menentukan ruangan dimana
sedimen terakumulasi
• Eustasi  menentukan pola lapisan dan
distribusi litofasiesnya
• Pemasokan sedimen  menentukan
pengisian sedimen dan paleobatimeteri
• Iklim  berpengaruh terhadap siklus eustasi
dan besarnya pemasokan sedimen
Pembentukan akomodasi yang dipengaruhi oleh
subsiden, eustasi dan profil kesetimbangan
pengendapan (Van Gorsel, 1987)
Peran antar pengontrol
• Perubahan intensitas masing-masing faktor
pengontrol  mempengaruhi pola
pengendapan dan batas sekuen pengendapan
• Kontrol eustasi dan subsiden akan
menentukan batas sekuen pengendapan
• Variasi pemasokan sedimennya akan
menentukan rekaman stratigrafi di antara
batas sekuen tersebut (Posamentier, 1995)
POLA REKAMAN
STRATIGRAFI
Arie Noor Rakhman
Pola Rekaman Stratigrafi
• Pola rekaman stratigrafi yang dijumpai sebagai
urutan vertikal dapat digunakan untuk analisis
interaksi antara perubahan muka laut relatif
dan kecepatan pemasokan sedimen.
• Pemodelan yang digunakan adalah lingkungan
delta  lingkungan tersebut berada pada
daerah transisi yang sangat rentan terhadap
perubahan muka laut relatif dan kecepatan
pemasokan sedimen
Petrophysics and Lithofacies
Kolom litologi pembagian satuan
stratigrafi sekuen sekitar delta
Penampang pembagian satuan stratigrafi
sekuen lingkungan sekitar delta
Pola pengendapan regresi cepat
• Berdasarkan tipe endapannya pola pengendapan regresi
dibagi menjadi dua  Pola pengendapan regresi normal
dan regresi cepat (Posamentier, dkk., 1993)
• Pola pengendapan regresi cepat terjadi ketika muka laut
relatif tetap atau naik perlahan-lahan, karena kecepatan
pemasokan sedimen lebih besar daripada kecepatan
pembentukan akomodasi  garis pantai bergerak ke
arah laut.
• Pola pengendapan regresi cepat terjadi ketika muka laut
relatif turun sehingga garis pantai bergerak ke arah laut
mengikuti pemasokan sedimennya.
pola pengendapan regresi
•
Pola pengendapan regresi cepat
• Berdasarkan tipe endapannya pola pengendapan regresi
dibagi menjadi dua  Pola pengendapan regresi normal
dan regresi cepat (Posamentier, dkk., 1993)
• Pola pengendapan regresi cepat terjadi ketika muka laut
relatif tetap atau naik perlahan-lahan, karena kecepatan
pemasokan sedimen lebih besar daripada kecepatan
pembentukan akomodasi  garis pantai bergerak ke
arah laut.
• Pola pengendapan regresi cepat terjadi ketika muka laut
relatif turun sehingga garis pantai bergerak ke arah laut
mengikuti pemasokan sedimennya.
Pola Transgresi - Regresi
Prinsip Terminasi Lapisan
• Urutan pengendapan  arti kronologis: lapisan merupakan satuan
genetis yang diendapkan dalam suatu selang waktu geologi.
• Penentuan batas urutan dilakukan dengan mengamati hubungan
pengakhiran lapisan pada bidang ketidakselarasan.
• Prinsip Terminasi Lapisan  Lapisan bersifat menerus secara lateral
dan berakhir pada tepi cekungan, baik di darat maupun di laut.
• Terminasi lapisan bagian bawah berupa onlap dan downlap.
• Terminasi lapisan bagian atas berupa toplap dan truncation
• Interpretasi pola terminasi lapisan berguna untuk mengetahui pola
pengendapan dalam cekungan sedimentasi.
• Pola-pola dihasilkan oleh perubahan muka laut relatif yang terjadi
dari waktu ke waktu
Pola terminasi lapisan dan
penumpukan lapisan (Myers, 1991)
Point Arena Basin example of downlap of
Plio-Pleistocene over truncated Miocene
Santa Cruz Terrace Deposits
Downlapping onto unconformity
Geometri pengendapan dan perbandingan
kandungan pasir-lempungnya
• Perubahan pembentukan akomodasi dan kecepatan
pemasokan sedimen dapat mempengaruhi geometri
pengendapan dan perbandingan kandungan pasirlempungnya (Myers, 1991)
• Geometri  berupa progradasi, retrogradasi dan
agradasi.
• Bila akomodasi meningkat akibatnya perbandingan
pasir-lempung meningkat dan sebaliknya bila
akomodasi mengecil akibatnya perbandingan pasirlempung menurun
Pola penumpukan parasekuen sebagai fungsi dari
kecepatan pembentukan akomodasi dan pengendapan
sedimen (Van Wagoner, dkk., 1988)
Geometri Progradasi
• Geometri progradasi terjadi bila kecepatan
pemasokan sedimen melampaui kecepatan
naiknya muka laut relatif dan jalur fasies
berpindah ke arah cekungan.
• Arti: akomodasi yang terbentuk semakin kecer 2(e
Geometri Retrogradasi
• Geometri retrogrdasi terjadi bila kecepatan
pemasokan sedimen lebih kecil dari kepatan
naiknya muka laut relatif dan jalur fasies
berpindah ke arah darat.
• Arti: akomodasi yang terbentuk semakin besar
sehingga dalam urutan vertikal kandungan
pasirnya semakin sedikit.
Sekuen Pengendapan
• Parasekuen akan bertumpuk sebagai
tumpukan parasekuen yang selanjutnya
menyusun sekuen pengendapan.
• Tumpukan parasekuen  urutan parasekuen
yang berhubungan secara genetik dan relatif
selaras, dibatasi oleh major marine flooding
surface
Parasekuen dan tumpukan
parasekuen
• Parasekuen dan tumpukan parasekuen
merupakan blok penyusun dasar dalam
sekuen.
• Variasi kecepatan pemasokan sedimen dan
perubahan muka laut relatif akan
menghasilkan pola penumpukan parasekuen
dan tumpukan parasekuen yang dapat dikenali
dalam sekuen pengendapannya.
Rekaman batuan (Haughton, 2007)
Rekaman Batuan
• Tumpukan lapisan ini akan membentuk suatu fasies
sedimentasi yang sesuai dengan lingkungan pengendapannya.
• Rekaman batuan umumnya menunjukkan pola tumpukan
fasies yang berulang.
• Urutan fasies tersebut berhubungan secara genetis 
terbentuk secara menerus tanpa selang waktu pengendapan
yang berarti.
• Hubungan genetik fasies-fasies yang sama akan ditunjukkan
dalam tesktur dan struktur  pola dihasilkan oleh perulangan
proses sedimentasi yang sama dari waktu ke waktu.
Rekaman batuan (Haughton, 2007)
Keselarasan
• Keselarasan  permukaan perlapisan yang
memisahkan lapisan muda terhadap yang
lebih tua, tanpa dijumpai bukti erosi (di darat
maupun di laut) atau non-deposisi dan tanpa
hiatus yang berarti (Van Wagoner, dkk., 1988)
• Termasuk permukaan bidang pengendapan
tipis yang diendapkan secara lambat dalam
waktu geologi yang sangat panjang.
Pola Sekuen Pengendapan
• Sekuen pengendapan  satuan stratigrafi
yang tersusun oleh urutan lapisan yang saling
berhubungan secara genetis dan relatif
selaras, dibatasi oleh ketidaksedbae(dan <008[(2 1 g
Ketidakselarasan
• Ketidakselarasan  permukaan yang
membatasi lapisan muda terhadap yang lebih
tua , dengan dijumpai bukti erosi (di daratan
maupun di laut) atau non-deposisi dan
mewakili hiatus yang berarti (Posamentier dan
Vail, 1988)
Keselarasan
• Keselarasan  permukaan perlapisan yang
memisahkan lapisan muda terhadap yang
lebih tua, tanpa dijumpai bukti erosi (di darat
maupun di laut) atau non-deposisi dan tanpa
hiatus yang berarti (Van Wagoner, dkk., 1988)
• Termasuk permukaan bidang pengendapan
tipis yang diendapkan secara lambat dalam
waktu geologi yang sangat panjang.
Sequence Boundary
Sekuen tipe 1
• Sekuen tipe 1 tersusun oleh sedimen yang
diendapkan selama siklus muka laut relatif
mulai turun
• Sekuen tipe 1 dibatasi oleh batas sekuen tipe
1 di bagian bawah dan di bagian atas oleh
batas sekuen 1 atau tipe 2.
Type 1 Sequence Boundary
Batas Sekuen tipe 1
• Batas Sekuen tipe 1 ditandai oleh penorehan
fluvial dan peremajaan aliran, shelf
sedimentary bypass
, pergeseran fasies dan
coastal onlapke arah cekun
Type 1 Sequence Boundary
Batas Sekuen tipe 2
• Batas Sekuen tipe 2 ditandai oleh pergeseran
coastal onlap ke arah cekungan dan erosi
subaerial yang meluas, tetapi tanpa peremajaan
aliran dan pergeseran fasies ke arah cekungan.
• Batas sekuen tersebut terbentuk ketika kecepatan
turunnya eustasi lebih kecil dari kecepatan
subsiden pada depositional shoreline break,
tetapi tanpa perubahan muka laut relatif turun
pada posisi tersebut
Type 2 Sequence Boundary
Maximum Flooding Surface
• Siklus regresi-transgresi yang terbentuk di antara dua
periode muka laut turun akan menghasilkan satu
sekuen pengendapan.
• Sekuen pengendapan dibatasi oleh ketidakselarasan
dan keselarasannya yang sebanding
• Pembentukan pengendapan sering diselingi oleh
pembentukan maximum flooding surface (MFS)
• Batas sekuen dan MFS  permukaan kunci yang
dapat dikenali dalam log sumur, inti bor, singkapan
dan penampang seismik
Maximum flooding surface
teridentifikasi oleh
adanya maximum landwardonlapdari lapisan
marine pada batas basin dan mencerminkan
kenaikan maksimum secara relatif dari sea level
(Armentout, 1991).
Sequence Boundary dengan
geokomputasi
Shown below is pyritization along a hardground developed on a combined sequence boundary
and transgressive surface. This hardground and possible karstic surface, with up to 10 cm of relief
locally, is locally encrusted with pyrite that weathers to a rusty color. This particular horizon can
be traced for tens of miles and is so distinctive that it can be identified from the highway. This
photograph was taken in the Upper Ordovician Leipers Limestone near Goodlettsville, Tennessee.
System Tract
Karakter systems tract dan hubungannya dengan kurva eustatik
(Posamentier, dkk., 1988)
System Tract
• Sekuen tipe 1 tersusun oleh lowstand, transgressive
dan
highstand systems tract
.
• Sekuen tipe 2 tersusun oleh shelf-margin, transgressivedan
highstand system tract
.
• System tract paling bawah yang terletak di atas batas
sekuen tipe 1 adalah lowstand systems tract
.
• Di atas batas sekuen tipe 2 adalah shelf-margin system
tract.
• Transgressive systems tract
terletak di tengah dan
highstand systems tract terletak
di bagian atas, baik dalam
sekuen tipe 1 maupun tipe 2.
System Tract
Lowstand System Tract (LST)
• Lowstand System Tract (LST)
 sedimen yang diendapkan
Lowstand System Tract (LST)
• Pembentukan LST terbagi menjadi fase awal
dan fase akhir.
• Fase awal LST terbentuk ketika muka laut
relatif turun sehingga garis pantai mengalami
regresi cepat dan terjadi penorehan lembah
pada daratan pantai.
• Tipe endapan yang dihasilkan selama fase ini
adalah Lowstand Fan Systems Tract
Lowstand System Tract (LST)
• Fase akhir LST terbentuk ketika muka laut
relatif tetap dan naik perlahan-lahan sehingga
garis pantai mengalami tegresi normal dan
terjadi agradasi pada torehan lembah.
• Tipe endapan yang dihasilkan selama fase ini
adalah Lowstand wedge Systems Tract
Transgressive System Tract (TST
• Transgressive system tract (TST)  sedimen
yang diendapkan selama kecepatan naiknya
muka laut relatif lebih besar daripada
kecepatan pemasokan sedimen
• TST ditandai dengan parasekuen yang
berpindah ke arah darat atau retrogradasional.
• Batas bawah TST berupa transgresi surface
Transgressive System Tract (TST
• Batas atas TST berupa maximum flooding surface (MFS) 
permukaan yang mewakili transgresi maksimum dimana posisi
garis pantai mencapai maksimum ke arah darat.
• MFS membatasi parasekuen retrogradasional dan agradasional
di atasnya
• Endapan TST dari darat ke arah laut berupa endapan fluvial yang
tipis, endapan dataran pantai yang luas, endapan tertinggal
akibat proses lanjut dan lempung laut.
• Endapan berbutir halus di lingkungan laut ini disebut condensed
section, yaitu endapan yang terdiri dari sedimen pelagis dan
hemipelagis yang tipis, diendapkan secara lambat dalam waktu
geologi yang panjang (Loutit, dkk., 1988)
Highstand System Tract (HST)
• Highstand System Tract (HST)
 sedimen yang diendapkan
selama kecepatan naiknya muka laut relatif lebih kecil
daripada kecepatan pemasokan sedimen.
• HST dapat terbentuk selama akhir muka laut relatif naik, tetap
atau awal muka laut relatif turun.
• HST ditandai oleh urutan regresif
• Batas bawah HST berupa MFS dan batas atasnya berupa batas
sekuen tipe 1 atau tipe 2.
• Fase awal HST ditandai oleh penumpukan parasekuen
agradasional.
• Fase akhir HST ditandai oleh penumpukan parasekuen
progradasional.
Shelf-margin System Tract (SMST)
• Shelf-margin System Tract (SMST) ditandai oleh pebumpukan
tumpukan parasekuen agradasional dengan sedikit
progradasional (Myers, 1991) atau retrogradasional (Van
Wagoner, dkk., 1988)
• Batas bawah SMST berupa batas sekuen tipe 2 dan batas
atasnya berupa transgressive surface.
• Batas sekuen tipe 2 merupakan fungsi dari perubahan muka
laut relatif dan pemasokan sedimen sehingga waktu
pembentukannya bervariasi dari satu penampang ke
penampang lain
• Penentuan waktu pembentukan batas sekuen tipe 2 menjadi
sulit karena tidak berasosiasi dengan ketidakselarasan
TINGKATAN SATUAN
STRATIGRAFI
Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.
Satuan Stratigrafi
• Satuan Stratigrafi dapat dikenali dari rekaman batuan yang
terbentuk dalam cekungan.
• Tingkatan satuan stratigrafi dari yang terkecil sampai yang
terbesar berupa lamina, tumpukan lamina, lapisan, tumpukan
lapisan, parasekuen, tumpukan parasekuen, dan sekuen (Van
Wagoner, dkk., 1990)
• Pembagian satuan stratigrafi didasarkan atas kriteria fisik
dalam rekaman batuan seperti geometri, litologi, struktur
sedimen, pola arus purba dan kandungan fosilnya.
• Kriteria-kriteria ketebalan, waktu pembentukan dan
interpretasi asal terbentuknya merupakan hasil penafsiran
dari kriteria-kriteria fisiknya.
Tingkatan Satuan Stratigrafi
• Tingkatan satuan stratigrafi dalam rekaman batuan
berhubungan dengan orde siklus sedimentasi.
• Sesuai dengan urutan ordenya maka satuan stratigrafi yang
lebih besar tersusun oleh satuan-satuan stratigrafi yang lebih
kecil.
• Pengenalan satuan-satuan stratigrafi ini didukung oleh data
pengamatan yang digunakan  misal: data seismik, inti bor
dan singkapan.
• Data seismik digunakan untuk pengamatan lapisan sampai
sekuen.
• Data inti bor dan singkapan digunakan untuk pengamatan
mulai dari lamina sampai sekuen
Tingkatan satuan stratigrafi
dalam rekaman batuan
berhubungan dengan orde
siklus sedimentasi
(Van Wagoner, dkk., 1990)
Pembagian Orde Sikuen Stratigrafi
Analisis
System Tract
Resume Satuan Stratigrafi &
Korelasi Stratigrafi (5)
• Diantara ketidakselarasan tersebut terdapat
,
dan
.
• Masing-masing
tersebut
dipisahkan oleh
dan
.
Resume Satuan Stratigrafi &
Korelasi Stratigrafi (5)
• Diantara ketidakselarasan tersebut terdapat
lowstand systems tract
, transgressive systems
tract dan highstand systems tract
.
• Masing-masing system tracttersebut
dipisahkan oleh transgressive surface
dan
maximum flooding surface
.
Resume Satuan Stratigrafi &
Korelasi Stratigrafi (5)
• Diantara ketidakselarasan tersebut terdapat
lowstand systems tract
, transgressive systems
tract dan highstand systems tract
.
• Masing-masing system tracttersebut
dipisahkan oleh transgressive surface
dan
maximum flooding surface
.
Resume Satuan Stratigrafi &
Korelasi Stratigrafi (6)
• Dengan pembagian satuan stratigrafi yang berbeda
antara pendekatan stratigrafi tradisional dengan
stratigrafi sekuen maka hasil korelasi yang didapatkan
juga berbeda.
• Datum yang digunakan dalam lithostratigrafi adalah
permukaan selang batupasir, sedangkan dalam stratigrafi
sekuen digunakan batas parasekuen sebagai permukaan
kesamaan waktu
• Perbandingan keduanya dapat ditunjukkan dalam
korelasi parasekuen progradasional dan tumpukan
parasekuen retrogradasional (Van Wagoner, dkk., 1990)
Download