Uploaded by Yohanes Carlos Simanjuntak

Kajian Tumbuhan Putri Malu

advertisement
KAJIAN TUMBUHAN PUTRI MALU (Mimosa pudica L.) BERDASARKAN BOTANI,
BIOAKTIVITAS, DAN PEMANFAATAN DALAM BERBAGAI BIDANG
Yohanes Carlos Simanjuntak1
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Indonesai, Jakarta
Coressponding author. [email protected]
ABSTRAK
Mimosa pudica atau putri malu merupakan tumbuhan yang kaya manfaat baik dalam bidang kesehatan ataupun bidang
sosial sekalipun. Pemanfaatan tumbuhan selalu berkaitan dengan matabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu
tumbuhan dan bioaktivitas tumbuhan tersebut. Kajian ini bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat
bahwa Mimosa pudica merupakan tumbuhan dengan berbagai manfaat, dan bagi peneliti kira nya kajian ini bisa
menjadi pendorong dalam mengembangkan pemanfaatan Mimosa pudica, penulisan artikel ini menggunakan metode
literatur atau kepustakaan dengan menggunakan kata kunci Mimosa pudica, pemanfaatan Mimosa pudica, dan Uses
of Mimosa pudica. Pemanfaatan Mimosa pudica pada kehidupan masyarakat adalah untuk mengatasi demam.
Insomnia, sakit gigi, alergi, dan stroke. Selain dalam bidang kesehatan Mimosa pudica juga dimanfaatkan sebagai
pewarna alami, pengawet alami, dan pestisida alami. Biokativitas Mimosa pudica antara lain antioksida, antimikroba,
antivenom, antelmintik, antiantraknosa, pencegah DBD, bahan dasar hand sanitizier, optimalisator pertumbuhan bibit
tertentu. Pemanfaatan dan bioaktivitas Mimosa pudica berdasar dari hasil metabolit sekunder.
Kata Kunci: Mimosa pudica, Antimikroba, Fitokimia
ABSTRACT
Mimosa Publica or Putri Malu is a plant that is useful for the health and social sector. The usage of plants is always
connected to the secondary methabolism which is produced by a certain plant and its bioactivity. This study is written
to inform the society that Mimosa Pudica is a plant with many benefits, and for researchers this study can help to gain
more information about the advantages of Mimosa Pudica. This study uses the writing literature methods with the use
of key word: Mimosa Pudica, the benefit of Mimosa Pudica and Uses of Mimosa Pudica. The utilization of Mimosa
Pudica for the public is to treat fever, insomnia, tooth ache, allergy and stroke. Apart from the health sector Mimosa
Pudica is also used for natural coloring, natural preservative and natural pesticide. Mimosa Pudica’s bioactivity are
among others antioxidants, antimicrobial, antivenom, anthelmintic, anti anthracnose, dengue fever deterrent, basic
material for hand sanitizer and growth optimizer for a certain seeds. The utilization and bioactivity of Mimosa Pudica
is based from the result of secondary metabolites.
Keyword: Mimosa pudica, Antimicrobial, Phytochemistry
1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia memiliki ±17.000 pulau yang beragam dan membentang di sepanjang garis
khatulistiwa. Indonesia adalah negara yang dikenal dunia dengan kekayaan akan
keanekaragamannya dalam bidang flora dan fauna. Keberagaman flora dan fauna pada suatu
wilayah dipengaruhi oleh kondisi geografis seperti curah hujan, kadar pH, kondisi tanah, dan iklim
(Samadi, 2007). Keanekaragaman flora pada suatu negara dapat memberikan pengaruh secara
ekonomis, baik dialokasikan kebidang pertanian, perkebunan, pedagangan, dan kesehatan.
Tumbuhan memiliki peran penting dalam keberlangsungan hidup manusia yang sudah dipercaya
sejak beribu tahun, tumbuhan sudah dipercayai dengan fungsinya yang dapat diolah menjadi obatobatan, bumbu, minuman, kosmetik, dan pewarna (Lubna et al., 2011).
Tumbuhan adalah kingdom yang memiliki spesies yang beragam dengan jumlah yang
banyak dan tersebar di seluruh permukaan bumi, dengan ordo, kelas, famili yang sangat beragam.
Mimosa pudica L. atau yang sering dikenal dengan nama lokal putri malu ini merupakan spesies
yang berasal dari famili Mimosaceae, ordo Fabales dan subkelas Rosidae. Putri malu adalah gulma
yang ditemukan tumbuh liar diseluruh zona dengan temperatur hangat dan lembab seperti di India,
Afrika, Amerika tropis, dan kawasan Asia (Vaidya et al., 1986). Putri malu memiliki habitus perdu
dengan daun tersusun majemuk dan memiliki keunikan yang menjadi ciri khas tumbuhan putri
malu yaitu ketika daun putri malu tersentuh maka daun putri malu akan menutup daunnya, dan
pada batang terdapat modifikasi berbentuk duri yang ikut mengkayu, dan pada akar Mimosa
pudica L. terdapat bintil akar yang merupakan modifikasi akar yang terbentuk akibat adanya
simbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen. Bunga putri malu memiliki warna merah muda yang
membentuk pembungaan majemuk.
Putri malu merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki banyak aktivitas
faramakologi seperti agen, antidiabetes, antitoxin, anthipetaoxi, antioksidan, dan penyembuh luka.
Menurut seorang herbalis sekaligus terapis Natura Health Centre di Depok, Jawa Barat, putri malu
mengandung melatonin, yang dimana senyawa ini memberikan efek relaksasi pada syaraf otak
kecil. Ekstrak daun Mimosa pudica L. dapat meningkatkan kerja dari enzim antioksidan seperti
Superoxide Dismutase (SOD), Catalase, dan Glutathion Peroxide. Dengan kandungan flavonoid
dan fenol, Mimosa pudica L. menunjukkan aktivitas antioksidan yang relatif tinggi. Putri malu
memiliki potensi antioksidan dan berdasarkan uji antioksidan yang telah dilakukan menunjukkan
putri malu memiliki IC50 46,06mg /mL, Mimosa pudica juga telah diuji aktivitas antioksidannya
terhadap enzim fenolase pada apel terkupas untuk melihat reaksi pencokelatan yang terjadi pada
hitungan menit. Sedangkan pada penelitian yang lain, putri malu juga memiliki kemampuan untuk
mengawetkan tomat (Jannah et al., 2018).
Ekstrak putri malu dapat dimanfaatkan membunuh Ascaris summ L., hal ini disebabkan
oleh kandungan mimosin dan tanin yang terdapat didalam putri malu. Pernyataan-pernyataan ini
membuktikan bahwa putri malu (Mimosa pudica L.) memiliki banyak manfaat. Penyusunan kajian
ini didasari oleh tujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa putri malu
merupakan tumbuhan yang memiliki banyak manfaat (Ratnawati et al., 2013).
2
2. Perumusan Masalah
Putri malu (Mimosa pudica L.) adalah bagian dari bahan alam yang memiliki banyak
manfaat, dengan ketersedian yang tidak terbatas, mudah untuk dikembangbiakan, dan dapat
dijumpai hampir diseluruh bagian Indonesia, pemanfaatan Mimosa pudica L. dapat dikembangkan
dan menimalisir terjadi efek samping apabila putri malu dikembangkan dalam bidang obat-obatan.
3. Tujuan Penelitian
Kajian bertujuan untuk memberikan informasi, menjelaskan, dan mendekripsikan putri
malu secara botani, dan menghubungkan bioaktivitasnya dengan pemanfaatan yang dapat
digunakan. Sehingga pemanfaatannya oleh masyarakat dapat dikembangkan dengan bentuk dan
tujuan yang beragam.
4. Manfaat Penelitian
Kajian ini memiliki manfaat sebagai sumber informasi yang konfrehensif untuk
masyarakat mengenai pemanfaatan dan biokativitas putri malu (Mimosa pudica L.) dan kajian ini
juga dapat dimanfaatkan sebagai informasi untuk mengembangkan obat-obat berbahan dasar
ekstrak Mimosa pudica L., dan pengembangan pemanfaatan baru yang dapat digunakan dari
Mimosa pudica L. oleh para peneliti.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah metode studi literatur atau
yang biasa disebut dengan studi pustaka. Metode studi pustaka merupakan metode penelitian yang
memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian (Zed, 2008). Dalam
penelitian, literatur yang digunakan didasarkan terbit secara online baik di google, google scholar,
dan perpusnas.go.id. Kata kunci yang digunakan antara lain: Mimosa pudica, pemanfaatan Mimosa
pudica, dan uses of Mimosa pudica. Kumpulan informasi dalam literatur yang didapat
disintesiskan sehingga dapat menjelaskan pemanfaatan, botani, dan bioaktivitas Mimosa pudica.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Botani Mimosa pudica L.
Mimosa pudica L. atau yang kerap dikenal dengan sebutan lokal putri malu, sedangkan
dalam Bahasa Inggris disebut “sensitive plant”, dalam Bahasa Hindi lokal disebut “chuimui”
(Tamilarasi et al., 2012), dan di Cina tumbuhan ini disebut “han xiu cao” merupakan tumbuhan
yang dikenal memiliki khasiat sejak dahulu kala. Mimosa pudica adalah gulma yang mudah
ditemukan dan tumbuh liar diseluruh zona hangat dan lembab di Amerika dan India (Vaidya et al.,
1986) dengan habitat spesifik seperti sekitar semak-semak, lahan berumput, dan pinggir jalan.
Mimosa pudica adalah spesies yang menjadi bagian dari famili Mimocaceae, famili Mimocaceae
memiliki sekitar 50 Genus dan kurang lebih 3000 spesies, jumlah keanekaragaman genus dari
famili Mimocaceae adalah Acacia (700-800 Genus) dan Mimosa (450-500 Genus) (Silalahi, 2017).
Tumbuhan putri malu memiliki kekerabatan yang dekat dengan Leucaena leucocephala atau petai
3
cina. Famili Mimocaceae memiliki ciri khas habitus berupa pohon dan herba, memiliki bintil akar
(bentuk simbiosis antara akar dengan bakteri pengikat nitrogen) dengan bentuk sepesti gelembung
atau tumor berwarna putih, pada beberapa spesies ditemukan duri pada batangnya, daun tersebar,
majemuk bipinnatus (majemuk rangkap dua), pulvinus (penghubung batang dengan tangkai daun)
terdapat pada pangkal petiolus communis (ibu tangkai daun) dan petiolus (tangkai daun). Bunga
tersusun secara rasemus dan spika, buah berbentuk legum dan biji umumnya memiliki endosperm.
(Silalahi, 2017).
Mimosa pudica memiliki ciri khas serupa dengan ciri umum dari famili Mimocaceae.
Secara spesifik Mimosa pudica merupakan herba berbaring dan setengah perdu dengan tinggi
berkisar 0,3 – 1,5 m. Batang berbentuk bulat, berambut, dan memiliki modifikasi berupa duri yang
ikut mengkayu. Daun berukuran kecil tersusun majemuk bipinnatus (majemuk rangkap dua)
dengan bentuk daun Elliptical (lonjong), ujung daun yang lancip (Acuminatus), dan memiliki
warna hijau dan terkadang berwarna kemerah-merahan (Setiawati et al., 2008). Dan yang menjadi
ciri khas daun Mimosa pudica adalah pada saat disentuh, daun Mimosa pudica menutup, peristiwa
ini disebut dengan gerak nasti. Gerak nasti merupakan gerak bagian tumbuhan terhadap
rangsangan dari luar dengan arah gerakan tidak dipengaruhi oleh rangsangan sehingga gerakan
yang terbentuk ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri, Mimosa pudica menutup daunnya pada saat
terkena sentuhan atau tekanan dengan refleks yang cepat, dan membuka kembali daunnya setelah
5 – 10 menit. Mekanisme gerakan menutup daun pada Mimosa pudica disebabkan oleh pengaruh
perubahan tekanan turgor di dalam sel-sel pada persendian daun (Abdullah et al., 2007).
Bunga Mimosa pudica L. memiliki warna merah muda dan terkadang dapat dijumpai
dengan warnai putih, dan bunga berbentuk bulat seperti bola (Tamilarasi et al., 2012). Mimosa
pudica L memiliki bunga majemuk yang tersusun dari bunga-bunga kecil yang memiliki simetri
aktinomorf (bersimteri banyak), dan jenis kelamin bisexual (bunga banci). Daun kelopak (sepal)
berjumlah 3-6 helai dan menyatu membentuk tabung. Daun mahkota (petal) berjumlah 3-6 helai
bersatu atau terpisah membentuk tabung. Stamen berjumalh 2 kali banyak daun kelopak (sepal)
atau lebih. Filament panjang dan berwarna, Ginaesium umumnya memiliki 1 karpel. Ovula
berjumlah 2 dan plasenta marginal (Silalahi, 2017). Buah berbentuk polong berukuran 2,5 sampai
3,5 cm, memiliki bulu halus dan, terdiri dari 3 sampai 5 satu persendian berbiji, pipih, dan
berwarna jerami (Tamilarasi et al. 2012). Biji berbentuk bulat dan pipih (Setiawati et al., 2008).
4
Gambar Mimosa pudica L. A. Bunga dengan daun; B. Batang berduri dan daun; C. Keseluruhan
bagian Mimosa pudica; D. Biosketching Mimosa pudica; E. Akar dengan Bintil akar.
5
Bioaktivitas dan Pemanfaatan
Pemanfaatan Mimosa pudica sudah dikenal sejak dahulu kala dengan pemanfaatanya
dalam bidang farmakologis yang dipercaya dapat bertindak sebagai antitoksin, antidiabetes,
antihepatotoksin, antioksidan, dan penyembuh luka. Di Indonesia pemanfaatan Mimosa pudica L.
tergolong minim dikarenakan masih dianggap sebagai tanaman tidak bermanfaat, pengotor, dan
harus dibasmi. Dengan konsep masyarakat seperti inilah saya sebagai mahasiswa bertanggung
jawab dalam memberikan informasi kepada masyarakat bahwa Mimosa pudica L. atau putri malu
merupakan tumbuhan yang memiliki banyak manfaat dalam berbagai bidang, dan berikut akan
dijelaskan bioaktivitas Mimosa pudica L. dan ragam manfaatnya.
Fitokimia Mimosa pudica L
Sebagai bahan alam yang dapat diolah, kehadiran pemanfaatan metaloit sekunder
menunjukkan daya tarik dan daya guna tinggi. Mimosa pudica memiliki keanekaragaman hasil
metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam bidang medis seperti, tanin, fenolat, steroid,
flavonoid, saponin, alkaloid, bahkan karbohidrat, protein, dan asam amino (Muhammad et al.,
2016). Mimosa pudica mengandung alkaloid-Mimosine (CB H 10 04 N2) dalam jumlah yang
minim, minyak atsiri tumbuhan ini mengandung furnisal, linalool, geraniol, dan beberapa aldehida
termasuk anisaldehid dan benzaldehid. Dalam ekstrak daun Mimosa pudica didapati juga zat
serupa adrenalin, pulvini tanaman mengandung crocetin dimethyl ester (C22H28O4), didalam bunga
terdapat protein, lemak, karbohidrat, serat, dan abu. Batang dan daun tidak mengandung quinidine
(C20H24N2O2). Akar Mimosa pudica mengandung abu, 10% tanin, mimosin, dan kristal kalsium
oksalat (C2H2O4) (Vaidya et al., 1986). Akar Mimosa pudica mengandung endofit (adanya
mikroorganisme menghuni bagian tumbuhan dan membentuk simbiosis), endofit inilah yang
menyebabkan munculnya bintil akar pada Mimosa pudica. Endofit juga menghasilkan metabolit
sekunder berupa alkaloid, terpenoid, steroid, dan quinidine, yang dimana hasil metabolit ini
melindungi Mimosa pudica dari serangan berbagai jenis patogen. Selain itu akar Mimosa pudica
juga mengandung β-sitosterol, asam betulinic, stigmasterol, dan 1 steroglukosida yang ditandai
sebagai 24-dimethylcholest-7-en-3β-ol-3β-D-glukosida (Muhammad et al., 2016).
Farmakognosi dan Farmakologis Mimosa pudica L.
Farmakognosis adalah ilmu yang mempelejari bagian tumbuhan yang dapat dijadikan
sebagai bahan dasar obat atau kebutuhan medis. Terdapat 6-8 lapisan sel gabus pada akar Mimosa
pudica. Parenkim berdinding tipis berisi yang berisikan pati bergranul dan menempati korteks
sekunder. Pada sel kortikal ditemukan banyak kristal tanin dan rhomboid. Korteks tebal, xylem
berisi bejana dalam jumlah besar dengan ukuran yang beragam. Serbuk akar berwarna coklat
keabu-abuan, dan dicirikan dengan butiran pati, kristal, sel gabus, sel pengandung tanin, pembuluh
retikulat, parenkim berlubang, serat ada yang berlubang ada yang tidak, sel kortikal tips, dan
memiliki trakeid (Vaidya et al., 1986). Sedangkan farmakologis adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana penggunaan atau cara pakai dari suatu obat. Secara farmakologis, hampir seluruh
bagian tumbuhan Mimosa pudica dapat dimanfaatkan, seperti eksrak dan alkohol akar kering
6
Mimosa pudica dapat dimanfaatkan sebagai antivenom terutama bisa ular; ekstrak etanolik daun
Mimosa pudica dapat dimanfaatkan sebagai hyperglycemik atau antidiabetes; ekstrak dan
methalonik dari batang Mimosa pudica dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh luka; ekstrak
batang, ekstrak methalonik daun, dan biji Mimosa pudica tapi digunakan sebagai antimikroba;
ekstrak fenolik akar Mimosa pudica memperlihatkan adanya aktivitas farmakologis berupa
antiasma; dan esktrak daun Mimosa pudica menunjukkan aktivitas antimikroba yang tinggi dalam
melawan Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus; akar nya apabila dikonsumsi dapat
menyebabkan konstipasi, cacar, demam, inflamasi, stranguria, dan dapat bertindak sebagai
antispasmodik; larutan berair dari ekstrak daun menunjukan adanya aktivitas enzim antioksidan
seperti, Superoksida dimutasi, peroksida, katalase, dan polifenol oksida; etanolik dan minyak eter
dari ekstrak daun Mimosa pudica dapat dimanfaatkan sebagai antidiabetes; dan yan terakhir
larutan berair ekstrak akar kering tumbuhan ini menujukkan adanya aktivitas fibrinolitik,
pendarahan dan aktivitas analgesik (Pereda nyeri atau rasa sakit) (Azmi et al., 2011).
Antimikroba
Ekstrak tumbuhan putri malu memiliki kemampuan menghambat aktivitas jamur patogen
dan bakteri, aktivitas antimikroba oleh Mimosa pudica disebabkan terdapatnya senyawa saponin
yang dimana senyawa ini dapat menghambat mikroba. Potensi antimikroba dari Mimosa pudica
masih kurang dimanfaatkan di Indonesia (Fadilan et al., 2016). Potensi Mimosa pudica sebagai
antimikroba dibuktikan selain dengan kandungan saponin nya yang bersifat menghambat aktivitas
mikroba, tetapi Mimosa pudica dapat mencegah pembentukan biofilm, selain senyawa saponin,
senyawa flavonoid golongan flavon dan falavonol yang merupakan senyawa hasil metabolit
sekunder ini memiliki potensi menghambat intercellular adhesion genes icaA dan ica D. kehadiran
gen icaA dan icaD adalah salah penyebab terbentuknya biofilm. Gugus hidroksil yang dimiliki
senyawa flavonoid dapat menyebabkan pembentukan senyawa kompleks dengan protein yang
mampu mendenaturasikan biofilm (Winarsih et al., 2019). Aktivitas mikroba dari ekstrak metanol
Mimosa pudica yang diuji terhadap Aspergillus fumigatus, Klebsiella pneumonia, dan Citrobacte
divergens dapat menghambat aktivitas ketiga mikroba tersebut dengan perbedaan konsentrasi
50,100, dan 200 μg / disc. Aktivitas antimikroba pada Mimosa pudica disebabkan oleh adanya
bioaktif konstituen yang salah satunya adalah flavonoid (Joseph et al., 2013). Dan di lain penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak daun putri malu memiliki daya antimikroba terhadap Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacter cloacae, Staphylococcus aureus, Proteus stuarti, dan Escheria coli,
yang dimana potensi antimikroba ini makin meningkat apabila jumlah kosentrasi ekstrak
ditingkatkan sehingga dosis dan efek ekstrak sangat berpengaruh terhadap potensi antimikroba
Mimosa pudica dalam menghambat aktivitas kelima bakteri tersebut (Mehingko et al., 2010)
Antioksidan
Mimosa pudica memiliki potensi sebagai antioksidan yang didasarkan dari hasil uji
antioksidan menunjukkan bahwa antioksidan yang dihasilkan Mimosa pudica adalah IC50 46,06
mg/ mL dan dikategorikan sebagai antioksidan kuat (Jannah et al., 2018). Larutan berair esktrak
7
daun Mimosa pudica menunjukkan adanya aktivitas enzim antioksidan seperti superoksida
dismutase, peroksida, katalase, dan polifenol oksidase (Azmi et al., 2011), dikarenakan efek
samping antioksidan sintetis, maka obat-obatan herbal dianggap lebih aman dan hemat biaya.
Aktivitas antioksidan ini dapat menangkap randikal bebas dan mengobati beberapa jenis penyakit
seperti hepatitis, kanker, dan komplikasi vascular. Pada uji pembersihan radikal bebas DPPH
menggunakan ekstrak Mimosa pudica menujukkan bahwa ekstrak memiliki aktivitas antioksidan
yang baik (IC50 296,92 μg / mL) dan nilai tersebut melewati nilai antioksidan askorbat yaitu IC50
131,29 μg / mL. Sifat antioksidan dari suatu ekstrak tergantung pada konsentrasi dan keberadaan
senyawa fenolik (Muhammad et al., 2016).
Antelmintik
Ekstrak akar tanaman Mimosa pudica mampu menurunkan jumlah cacing Hymenolepsi sp.
dan ekstrak metanol daun Mimosa pudica mampu menghambat 50% aktivtitas larva cacing
Strongyloides strercorali, ekstrak akar Mimosa pudica juga mampu menghambat penetasan telur
Meloidogyne incoppeta yang adalah cacing parasit pada tumbuhan putri malu. Penggunaan ekstrak
Mimosa pudica sebagai obat cacing dan terapi terhadap Ascaris sp. pada manusia. Potensi
antelmintik ini merupakan dampak dari aktivitas mimosin atau asam amino yang bersifat toksi,
dengan begitu mimosin akan menghambat absorpsi asam amino lain yang dilakukan oleh mikrovili
tegumen, sehingga cacing mengalami defisiensi nitrogen dan akan terganggu sintesis proteinnya.
Selain berpotensi sebagai antelmintik, mimosin juga memiliki kemampuan fitotoksik, insektisidal,
dan racun terhadap mamalia (Candra et al., 2008). Ekstrak alkohol mentah dan ekstrak air
memberikan efek kelumpuhan hingga kematian terhadap cacing dengan potensi efek bergantung
pada dosis yang diberikan, dan ekstrak eter Mimosa pudica memiliki efek antelmintik paling lemah
dibanding standar antelmintik, potensi ekstrak etanol, dan ekstrak air (Joseph et al., 2013). Selain
mimosin, senyawa yang terdapat dalam ekstrak Mimosa pudica yaitu tanin. Tanin merupakan
senyawa yang bersifat antinutrisi dengan mengikat kuat protein dan derivatnya (enzim),
karbohidrat, dan mineral. Kehadiran tanin akan mengikat semua makromolekul dan membawanya
keluar bersama feses. Tanin memiliki kemampuan untuk menghancurkan mukosa usus dan
pelepasan protein serta asam amino esensial pada hewan monogastrik sehingga cacing tidak dapat
melekat pada mukosa usus dan tidak mendapatkan asupan protein. Mimosin dan tanin bekerja
secara sinergi dalam membunuh cacing parasit Ascaris suum L. (Ratnawati et al., 2013).
Optimalisastor Pertumbuhan Bibit
Perendaman benih dengan Mikroorganisme Lokal (MOL) dari akar Mimosa pudica
berpenaruh terhadap tinggi bibit padi Pandawangi, lama perendaman bersama Mikroorganisme
lokal mempengaruhi tinggi bibit, akar Mimosa pudica sebagai MOL memiliki pengaruh dalam
optimalisasi pertumbuhan tinggi bibit dikarenakan akar Mimosa pudica menyediakan dan
memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah
konsentrasi berbagai fitohormon pemacu tumbuh. MOL yang mengandung unsur hara mikro dan
8
makro dan juga mengandung bakteri dapat dimanfaatkan sebagai decomposer, perangsang
pertumbuhan, pupuk hayati, dan agen pengendali gulma serta penyakit. (Agustina et al., 2018).
Pembuatan Hand sanitizer
Ekstrak daun Mimosa pudica dengan takaran 3% dan 12% dapat dimanfaatkan sebagai
bahan hand sanitizer dalam bentuk gel. Handsanitizer dengan ekstrak Mimosa pudica berdosis
12% lebih efektif dalam membunuh kuman dibanding dengan 3%. Aktvitas antibakteri ini
disebabkan oleh kandungan flavonoid, saponin, dan terpenoid pada ekstrak daun Mimosa pudica
yang bertindak sebagai senyawa antibakteri. Flavonoid menunjukkan aktivitas antibakteri dengan
berinteraksi dnegan membrane protein pada dinding sel bakteri. Saponin merupakan golongan
glioksida alami yang berbentuk seperti busa, mekanisme antibakteri yang dilakukan oleh saponin
adalah dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga peningkatan permebilitas sel yang
mengiring pada kematian bakteri. Terpenoid bekerja dengan merusak membrane dengan
mengganggu komponen lipofilik. Ketiga senyawa inilah yang membuat ekstrak daun Mimosa
pudica dapat dimanfaatkan sebagai campiran handsanitizer dengan persentase penurunan jumlah
kuman 46,67% untuk Handsanitizer dengan doses ekstrak daun Mimosa pudica sebesar 3% dan
61,5% penurunan jumlah kuman untuk dosis ekstrak daun Mimosa pudica 12% (Dewi et al., 2019).
Pencegah DBD (Demam Berdarah Dengue) dan antimalaria
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengan
Aedes aegypti betina sebagai vektor penular utama. Salah satu upaya pemberantasan DBD adalah
dengan memberantas vektor penular. Penggunaan intensif larvasida sintetik dapat menyebabkan
resistensi vektor. Ekstrak daun Mimosa pudica dapat dijadikan sebagai alternatif berupa larvasida
nabati yang dapat membunuh larva. Lama pemaparan larva dengan ekstrak adalah 24 jam dan
konsentrasi ekstrak 10, 12.5, dan 15 mg/mL efektif sebagai larvasida Aedes aegypti dengan
persentase kematian masing-masing 12.5%, 30%, dan 60%. Ekstrak daun Mimosa pudica memiliki
nilai LC50 berdasarkan analisis probit sebesar 14,568 mg/mL (Khalish, 2019).
Ekstrak etanol daun Mimosa pudica mempu melawan Plasmodium yang menginfeksi tikus.
Ekstrak daun Mimosa pudica menunjukkan aktivitas antiplasmodial yang signifikan pada ketiga
model evaluasi antimalaria. Fitokimia skrinning mengungkapkan bahwa terpenoid, flavonoid, dan
alkaloid bertindak sebagai antiplasmodial vital konstituen (Joseph et al., 2013).
Antiantraknosa
Antraknosa merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici
dan menjadi salah satu penyebab terjadinya kerugian dalam budidaya cabai. Pengendalian dengan
pestisida kimia dapat menjadi ancaman konsumen (manusia) karena pestisida kimia meninggalkan
residu pada buah cabai. Penyemprotan ekstrak Mimosa pudica seberat 200 g dan diekstrak dengan
1 liter air, dan disemprotkan pada 7 hari setelah inokulasi menunjukkan hasil ekstraksi akar
Mimosa pudica dengan konsentrasi 200 g/l lebih efektif dalam mengendalikan penyakit antranosa
dibanding dengan menggunakan ekstrak batang, ekstrak daun, dan ekstrak seluruh bagian
9
tumbuhan Mimosa pudica. Ekstrak akar Mimosa pudica mampu menekan insidensi penyakit pada
buah dan mampu menekan keparahan penyakit pada daun dan buah (Yuda, 2013).
Antivenom
Ekstrak akar kering Mimosa pudica menunjukkan beragam aktivitas seperti, penghambat
lethalitas (kematian), aktivitas fosfolipase, aktivitas fibrinolitik, aktivitas pembentukan edema, dan
aktivitas hemorrhagic dari racun Naja naja (kobra india) dan Bangarus caerulus (Ular krait
umum). Sekitar 0,14 mg dan o,16 mg ekstrak Mimosa pudica mempu menetralkan aktivitas 1LD50
dari bisa Naja naja dan Bangarus caerulus (Joseph et al., 2013).
Pengobatan dan Pemanfaatan Tradisional
Pemanfaatan Mimosa pudica sebagai pengobatan tradisional sudah dikenal sejak dahulu,
dan berikut adalah beberapa pengobatan yang sudah dilakukan, dan kiranya bisa dikembangkan
untuk kedepannya. Mimosa pudica mengandung turgorins, daun, dan akar yang digunakan dalam
pengobatan fistula. Pasta hasil ekstrak daun Mimosa pudica dapat dioles pada sekeliling testis yang
mengalami hidrokel (penumpukan cairan). Dengan kapas yang dibalur ekstrak daun Mimosa
pudica dapat menyembuhkan sinus. Mimosa pudica dapat mengobati sakit gusi dan digunakan
sebagai pembersih darah. Dalam sistem pengobatan Ayurveda dan Unani, Mimosa pudica
digunakan untuk mengobati penyakit pada darah dan empedu yang rusak (Rajendran et al., 2009).
Tannin yang terdapat pada batang dan akar tanaman dapat dimanfaatkan sebagai pewarna
alami (Marnoto et al., 2012). Genus Mimosa sudah dimanfaatkan sebagai antiinfeksi salauran
pernafasan, herpes, diare, asma, infeksi kulit, insomnia, bahkan pembengkakan karena luka. Dan
selain dalam bidan kesehatan, Mimosa pudica dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami
(Parnanto et al. 2013). Penelitian di Desa Pebaloran Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang
menunjukkan bahwa putri malu (Mimosa pudica) merupakan salah satu spesies tumbuhan liar
yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Pebaloran Kecamatan Curio Kabupaten Enkereang obatobatan yang dipercaya mampu mengatasi stroke, diabetes, insomnia, luka bakar, bisul, demam,
dan alergi. Flavonoid pada Mimosa pudica diketahui dapat mengatasi radang dan memperlancar
pengeluaran air seni (Aji, 2014). Mimosin pada Mimosa pudica dapat menyebabkan defisiensi
glisina menghambat perkembangan gulma, dan Mimosa pudica juga dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida nabati dan menerapkannya dalam sistem pertanian biopeptisida (Syarifah, 2020). Pada
penelitian pemanfaatn tumbuhan obat olah Suku Dayak Iban, ditemukan bahwa putri malu
(Mimosa pudica) merupakan salah satu tumbuhan yang sudah digunakan dalam mengobat sakit
gigi oleh Suku Dayak Iban (Yusro et al., 2019).
KESIMPULAN
1. Pemanfaatan Mimosa pudica dalam kehidupan masyarakat tradisional digunakan untuk
mengobati sakit gigi, diare, infeksi kulit, insomnia, asma, herpes, diabetes, demam, luka bakar,
dan alergi. Selain dalam bidang kesehatan, masyarakat tradisional memanfaatkan Mimosa
pudica sebagai pewarna alami, pengawet alami, dan pestisida alami.
10
2. Bioaktivitas Mimosa pudica antari lain antioksidan, antimikroba, antivenom, antelmintik,
antiantraknosa, pencegah DBD, pembuatan handsanitizer, dan optimalisator pertumbuhan
bibit tumbuhan tertentu.
3. Segala pemanfaatan dan bioaktivitas Mimosa pudica merupakan dampak lain dari pemanfaatan
metabolit sekunder dengan tepat dalam mengatasi masalah tertentu. Dengan metabolit
sekunder dominan adalah Mimosin, Flavonoid, dan Saponin.
DAFTAR PUSTAKA
Addullah, M. M., Saktiyono, Lutfi. 2007. IPA TERPADU SMP dan MTs Jilid 2A. Jakarta:
Erlangga
Agustina, T., Syamsiah, M. 2018. Aplikasi Lama Perendaman Benih Dengan MOL
(Mikroorganisme lokal) Dari Akar Putri Malu dalam Memacu Pertumbuhan Bibit Padi
Pandanwangi. Agroscience 8(1).
Aji, Y. L. 2014. Perngaruh Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) Terhadap Aktivitas
Enzim Superoksida Dismutase (SOD) Dan Gambaran Histopatologi Paru Pada Tikus
(Rattus norvegicus) Model Asia. Malang: Universitas Brawijaya
Azmi, L., Singh, M. K., Akhtar, A. K. 2011. Pharmacological and Biological Overview on
Mimosa pudica Linn. International Journal of Pharmacy & Life Science 2(11): 12261234
Candra, A.A., Ridwan, Y., Retnani, E.B. Potensi Anthelmintik Akar Tanaman Putri Malu
(Mimosa pudica L.) terhadap Hymenolepis nana pada Mencit. Media Peternakan 31(1):
29-35
Chowdhury, S. A., Islam, J., Rahaman, Md. M., Rahman, Md. M., Rumzhum N. N., Rebeka, S.,
Parvin, Most. N. 2008. Cytoxicity, Antimicrobial and Antioxidant Studies of Different
Plant Parts of Mimosa pudica. Stamford Journal of Pharmaceutical Science 1(1&2): 8084
Dewi, Q. A., Fitriani, A., Amna, F. K., Nugroho, P. S., Pranantyo L. E., Rahmadini, A., Ashlihati,
M., Habib, I. 2019. The Effectiveness of Putri Malu’s Leaves (Mimosa pudica Linn) Gel
as Handsanitizer. Yogyakarta: Universitas Muhammadiah Yogyakarta
Fadilan, Hamzah, B., Abram, H. P. 2016. Uji Efekteivitas Esktrak Tanaman Putri Malu (Mimosa
pudica Linn) Sebagai Bahan Pengawet Alami Tomat. J. Akademika Kim. 5(4): 153-152
Fatimah, I., Mutiara, N. A. L. 2016. Biosynthesis of Silver Nanoparticles Using Putri Malu
(Mimosa pudica) Leaves Extract and Microwave Irradiation Method. Molekul 11(2):
288-298
Hidayah, F. A. 2019. Uji Efektivitas Diuretik Kombinasi Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa
pudica Linn.) dan Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) pada Hewan Uji Mencit. Madiun:
Stikes Bhakt Husada Mulia Madiun
Jafar, J., Djollong, A. F. 2018. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat di Dataran Tinggi Kabupaten
Enkerang. Jurnal Galung Tropika 7(3): 198-203.
11
Jannah, N. T., Agustini, T. W., Anggo, A. P. 2018. Penerapan Ekstrak Putri Malu (Mimosa
pudica L.) sebagai Penghambat Melanosis pada Udang Selama Penyimpanan Dingin.
Kelautan dan Perikanan 13(2): 131-140
Joseph, B., George, J., Mohan, J. 2013. Pharmacology and Traditional Uses of Mimosa pudica.
Intenational Journal of Pharmaceutical and Drug Research 5(2): 41-44
Khalish, V. A. 2019. Uji Potensi Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) yang Tumbuh
di Padang Sebagai Larvasida Nabati Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk (Aedes aegyti).
Padang: Universitas Andalas
Marnoto, T., Gogot, H., Gustinah, D., Putra, F. A. 2012. Ekstraksi Tannin Sebagai Bahan Pewarna
Alami Dari Tanaman Putri Malu ( Mimosa pudica) Menggunakan Pelarut Organik. Reactor
14(1): 39-45
Mehingko, L., Henoch, A., Wowor, M. P. 2010. Uji Efek Antimikroba Daun Putri Malu (Mimosa
pudica Duchaas & Walp) Secara In Vitro. Jurnal Biomedik 2(1): 44-49
Molina, M., Contreras, C. M., Tellez-Alcantara, P. 1999. Mimosa pudica may possess
anatidepressant action in the rat. Phytomedicine 6(5): 319-3231
Muhammad, G., Hussain, M. A., Jantan, I., Bukhari, S. N. A. 2016. Mimosa pudica L., a HighValue Medicinal Plant as a Source of Bioactives for Pharmaceuticals. Comprehensive
Reviews in Food Science and Food Safety 15: 303-315
Nazeema, T. H., Brindha, V. 2009. Antihepatotoxic and Antioxidant Defense Potential of Mimosa
pudica. International Journal of Drug Discovery 1(2): 01-04
Parnanto, N. H. R., Utami, R., Sutanto, A. 2013. Pengaruh Kemampuan Antioksidan dan
Antibakteri Pada Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica) Terhadap Kualitas Fillet Ikan
Tongkol (Eunthynnus affinis). Jurnal Teknosains Pangan 2(4): 75-81
Rajendran, R., Hemalatha, S., Akasakalai, K., MadhuKrishna, C. H., Sohil, B., Vittal, Sundaram,
R. M. 2009. Hepatotoprotective Activity of Mimosa pudica Leaves against
Carbontetrachloride Induced Toxicity. Journal of Natural Products 2(2009): 116-122
Ratnawati, D., Supriyati, R., Ispamuji, D. 2013. Aktivitas Anthelmintik Ekstrak Tanaman Putri
Malu (Mimosa pudica L) Terhadap Cacing Gelang Babi (Ascaris suum. L). Prosiding
Semirata Universitas Lampung: 87-91
Sari, N. R. C., Wardana, P. W. A., Indrayani, A. W. 2012. Uji Zona Hambat Ekstrak Daun Putri
Malu (Mimosa pudica) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Dan Methicillinresistant Staphylococcus aureus (MRSA) Secara In Vitro. Denpasar: Universitas
Udayana
Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gunaeni, N., Rubiati, T. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati
dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Bandung: Balai Penelitian Sayuran
Silalahi, M. 2017. Diktat Sistematika Tumbuhan Tinggi. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia
Suharti, S. 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Bawah di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung
Merapi oleh Masyarakat Sekitar Hutan. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1(6):
1411-1415
12
Syarifah, R. N. K. 2020. Pemanfaatan Gulma Mimosa invisa Sebagai Pengendai Organisme
Pangganggu Tanaman. BIOFARM 16(2): 59-67
Tamilarasi, T., Ananthi, T. 2012. Phytochemical Analysis and Anti Microbial Activity of Mimosa
pudica Linn. Research Journal of Chemical Science 2(2): 72-74
Vaidya, G. H., Sheth, U. K. 1986. Mimosa pudica (Linn.) Its Medicinal Value and Pilot Clinical
Use In Patients With Menorrhagia. Ancient Science of Life 5(3): 156-160
Winarsih, S., Khasanah, U., Alfatah, A. H. 2019. Aktivitas Antibiofilm Fraksi Etil Asetat Ekstrak
Daun Putri Malu (Mimosa pudica) pada Bakteri Methicilin-Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA) Secara In Vitro. Majalah Kesehatan 6(2): 76-85
Yuda, H. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Tumbuhan Putri Malu (Mimosa pudica Linn) Sebagai
Pengendali Penyakit Antraknosa (Colleotrichum capsici) Secara In Vivo pada Tanaman
Cabai (Capsicum annuum L). Jember: Universitas Jember
Yusro, F., Mariani, Y., Wardenaar, E. 2019. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Untuk Mengatasi
Gangguan Sistem Pencernaan Oleh Suku Dayak Iban: Studi Kasus Di Kabupaten Kapuas
Hulu, Kalimantan Barat. Jurnal Boreno Akcaya 5(1): 58-72
Zed, M. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
13
Download