Uploaded by User92440

334468444-Penatalaksanaan-Ft-Pada-Varises-Tungkai-Bawah-Ibu-Hamil

advertisement
VARISES TUNGKAI BAWAH
PADA IBU HAMIL
Oleh:
- Abruni Bram
- Gabriela Intan Nggasi
- Halida Djiah
- Nahdatunnisa Arumahi
-Nur Ismah Burhan
-Rosyaadah Hasan
-St. Samsinar
PENGERTIAN
Varises adalah vena normal yang mengalami dilatasi
akibat pengaruh peningkatanan tekanan vena. Varises ini
merupakan suatu manifestasi yang dari sindrom insufiensi
vena dimana pada sindrom ini aliran darah dalam vena
mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik menuju
tungkai yang kemudianmengalami kongesti.
Bentuk ringan dari insufisiensi vena hanya
menunjukkan keluhan berupa perasaan yang tidak nyaman,
menggangu atau penampilan secara kosmetik tidak enak,
namun pada penyakit vena berat dapat menyebabkan respon
sistemuk berat yang dapat menyebabkan kehilangan tungkai
atau berakibat kematian.
KLASIFIKASI
Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):
a. Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas
bawah
b. Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan disertai
dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema, perubahan
kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.
ANATOMI FISIOLOGI
Vena Safena Magna (VSM) berawal dari sisi
medial kaki merupakan bagian dari lengkung vena
dan mendapat percabangan dari vena profunda
pada kaki yang kemudian berjalan keatas sepanjang
sisi anterior malleolus medialis. Dari pergelangan
kaki, VSM berjalan pada sisi anteromedial betis
sampai lutut dan ke bagian paha dimana terletak
lebih medial. Dari betis bagian atas sampai
pelipatan paha VSM ditutupi oleh sebuah fasia tipis
dimana fasia ini berfungsi untuk mencegah agar
vena ini tidak berdilatasi secara berlebihan.
NormalnyaVSM memiliki ukuran normal 3-4
mm pada pertengahan paha.
Sepanjang perjalanannya sejumlah vena peforata mungkin menghubungkan
antara VSM dengan sistem vena profunda pada regio femoral, tibia posterior, gstrocnemius,
dan vena soleal. Antara pergelangan kaki dan lutut terdapat Cockett perforator, yang
merupakan kelompok vena perforata yang menghubungkan sistem vena profunda dengan
lengkung vena posterior yang memberikan percabangan ke v. Safena Magna dari bawah
pergelangan kaku dan berakhir di VSM di bawah lutut.
Selain vena perforata pada beberapa vena superfisial juga memberikan cabang
ke VSM. Sedikit di bawah Safenofemoral Junction (SFJ), VSM menerima
percabangan dari cabang kutaneus lateral dan medial femoral, vena iliaka sirkumfleksa
eksterna, vena episgatrika superfisialis, dan vena pudenda interna. Apabila vena-vena
ini mengalami refluks akan bermanifestasi pada paha bagian bawah dan bêtis bagian
atas. Akhir dari perjalanan VSM berakhir di vena femoralis bercabangan ini disebut
dengan Safenofemoral junction. pada pertemuan antara vena safena magna dengan
vena femoralis terdapat katup terakhir dari VSM.
ETIOLOGI
Berbagai faktor intrinsik berupa kondisi patologis dan ekstriksi yaitu faktor lingkungan
bergabung menciptakan spektrum yang luas dari penyakit vena. Penyebab terbanyak dari varises
vena adalah oleh karena peningkatan tekanan vena superfisialis, namun pada beberapa penderita
pembentukan varises vena ini sudah terjadi saat lahir dimana sudah terjadi kelenahan pada
dinding pembuluh darah vena walaupun tidak adanya peningkatan tekanan vena.
Setiap orang khususnya wanita rentan menderita varises vena, hal ini dikarenakan pada
wanita secara periodik terjadi distensi dinding dan katup vena akibat pengaruh peningkatan
hormon progrestron. Kehamilan meningkatkan kerentangan menderita varises karena pengaruh
faktor hormonal dalam sirkulasi yang dihubungkan dengan kehamilan. Hormon ini akan
meningkatkan kemampuan distensi dinding vena dan melunakkan daun katup vena. pada saat
bersaan, vena harus mengakomodasikan peningkatan volume darah sirkulasi. Pada akhir
kehamilan terjadi penekanan vena cava inferior akibat dari uterus yang membesar. penekanan
pada v. cava inferior selanjutnya akan menyebabkan hipertensi vena dan distensi vena tungkai
sekunder. berdasarkan mekanisme tersebut varises vena pada kehamilan mungkin akan
menghilang setelah proses kelahiran.
PATOFISIOLOGI
Biasanya kerusakan diakibatkan kerena adanya suatu hambatan aliran darah dan tekanan
hidrostatik yang terlau besar.
Pada keadaan normal katup vena bekerja satu arah dalam mengalirkan darah vena naik keatas
dan masuk kedalam. Pertama darah dikumpulkan dalam kapiler vena superfisialis kemudian
dialirkan ke pembuluh vena yang lebih besar, akhirnya melewati katup vena ke vena profunda
yang kemudian ke sirkulasi sentral menuju jantung dan paru. Vena superficial terletak
suprafasial, sedangkan vena vena profunda terletak di dalam fasia dan otot. Vena perforate
mengijinkan adanya aliran darah dari vena superfisial ke vena profunda.
Di dalam kompartemen otot, vena profunda akan mengalirkan darah naik keatas melawan
gravitasi dibantu oleh adanya kontraksi otot yang menghasikan suatu mekanisme pompa otot.
Pompa ini akan meningkatkan tekanan dalam vena profunda sekitar 5 atm, tekanan ini tidak
akan menimbulkan distensi pada vena profunda dan selain itu karena vena profunda terletak di
dalam fasia yang mencegah distensi berlebihan. Tekanan dalam vena superficial normalnya
sangat rendah, apabila mendapat paparan tekanan tinggi yang berlebihan akan menyebabkan
distensi dan perunbahan bentuk menjadi berkelok-kelok
Varises vena pada kehamilan paling sering disebabkan
oleh karena adanya perubahan hormonal yang
menyebabkan dinding pembuluh darah dan katupnya
menjadi lebih lunak dan lentur, namun bila terbentuk
varises selama kehamilan hal ini memerlukan evaluasi
lebih lanjut untuk menyingkir adanya kemungkinan
disebabkan oleh keadaan DVT akut.
Kerusakan yang terjadi akibat insufisiensi vena
berhubungan dengan tekanan vena dan volume darah
vena yang melewati katup yang inkompeten. Sayangnya
penampilan dan ukuran dari varies yang terlihat tidak
mencerminkan keadaan volume atau tekanan vena yang
sesungguhnya. Vena yang terletak dibawah fasia atau
terletak subkutan dapat mengangkut darah dalam jumlah
besar tanpa terlihat ke permukaan. Sebaliknya
peningkatan tekanan tidak terlalu besar akhirnya dapat
menyebabkan dilatasi yang berlebihan.
TANDA DAN GEJALA
•
Tegang, kram otot, sampai kelelahan otot tungkai bawah.
•
Edema tumit dan rasa berat tungkai dapat pula terjadi, sering terjadi kram di malam hari.
•
Terjadi peningkatankepekaan terhadap cedera dan infeksi.
•
Apabila terjadi obstruksi vena dalam pada varises, pasien akan menunjukkan tanda dan
gejala insufisiensi vena kronis; edema, nyeri, pigmentasi, dan ulserasi.
•
Gejala subjektif biasanya lebih berat pada awal perjalanan penyakit, lebih ringan pada
pertengahan dan menjadi berat lagi seiring berjalannya waktu.Gejala yang muncul umunya
berupa kaki terasa berat, nyeri atau kedengan sepanjang vena, gatal, rasa terbakar, keram
pada malam hari, edema, perubahan kulit dan kesemutan. Nyeri biasanya tidak terlalu berat
namun dirasakan terus-menerus dan memberat setelah berdiri terlalu lama.
•
Nyeri yang disebabkan oleh insufisiensi vena membaik bila beraktifitas seperti berjalan
atau dengan mengangkat tungkai, sebaliknya nyeri pada insufisiensi arteri akan bertambah
berat bila berjalan dan tungkai diangkat.
FAKTOR PEMICU
Beberapa faktor pemicu terjadinya varises, antara lain:
•
Peningkatan tekanan pembuluh darah vena permukaan (vena superfisialis) oleh berbagai
sebab.
•
Obesitas (kegemukan)
•
Berdiri lama (terutama para pekerja yang dituntut berdiri lama)
•
Faktor hormonal
•
Kehamilan
•
Obat-obat kontrasepsi (KB)
•
Faktor keturunan (genetik)
GEJALA DAN KELUHAN
•
Berdasarkan berat ringannya penyakit dan keluhan, varises terbagi menjadi 4 stadium, yakni:
•
Stadium I : Pada stadium ini keluhan biasanya tidak spesifik. Pada umumnya ditandai
dengan keluhan tungkai, diantaranya: gatal, rasa terbakar, rasa kemeng, kaki mudah capek,
kesemutan (gringgingen), rasa pegal.
•
Stadium II: Pada stadium ini ditandai dengan warna kebiruan yang lebih nyata pada
pembuluh darah vena (fleboekstasia).
•
Stadium III: Pembuluh darah vena nampak melebar dan berkelok-kelok. Keluhan pada
tungkai makin nyata dan makin kerap dialami.
•
Stadium IV: Pada stadium ini ditandai dengan timbulnya berbagai penyulit (komplikasi),
antara lain: dermatitis, tromboplebitis, selulitis, luka (ulkus), perdarahan varises, dan
gangguan pembuluh darah vena lainnya.
KOMPLIKASI
•
Ulkus
•
Edema
•
Pecahnya Varises / Pendarahan
•
Tromboflebitis
•
Dermatitis
ASSESSMENT DAN DIAGNOSA
Anamnesis Umum
•
Nama : Aulia Putri
•
Umur : 25 tahun
•
Agama : Islam
•
Alamat : Jl. Jend.Sudirman No.14
•
Pekerjaan : PNS
•
Hobby : Travelling
Anamnesis Khusus
•
Keluhan utama : Nyeri, kram, dan kaku
•
Lokasi keluhan : Kedua tungkai kaki atau betis
•
Penyebab keluhan : Dalam keadaan hamil berdiri terlalu lama dan sering jalan
•
Sejak kapan keluhan terjadi : Sejak sebulan yang lalu
•
Pada aktivitas seperti apa timbul nyeri : Saat berdiri lama dan berjalan dengan kurun
waktu yang lama
•
Pada akivitas apa nyeri berkurang : Saat beristirahat, dengan kaki berselonjor
Riwayat Kehamilan
•
Usia kandungan : 6 bulan
•
Kehamilan keberapa : Kehamilan kedua
•
Pernah abortus: Tidak pernah
•
Pola nutrisi : Terkontrol baik (lebih banyak mengonsumsi protein)
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
•
•
•
•
•
•
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 72x per menit
Pernapasan Perut : 20x per menit
Berat Badan : Sebelum hamil 47 kg, sekarang 60 kg
Tinggi Badan : 158 cm
Suhu : 35.5ºc
TES VAS:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rasa nyeri berada pada no. 5
• Inspeksi Statik : Wajah agak pucat, menahan nyeri, dan adanya eodom pada tungkai
• Inspeksi Dinamis : Pada saat berjalan sangat jelas vena melebar, berkelok-kelok, dan berwarna
kebiruan.
• Palpasi : Palpasi diawali dari sisi permukaan anteromedial kemudian dilanjutkan pada sisi lateral
diraba apakah ada varises dari vena nonsafena yang merupakan cabang kolateral dari Vena
Safena Magna , selanjutnya dilakukan palpasi pada permukaan posterior untuk menilai keadaan
Vena Safena Parfa. Dilakukan juga palpasi denyut arteri distal dan proksimal untuk mengetahui
adanya insufisiensi arteri dengan menghitung indeks ankle-brachial. Nyeri pada saat palpasi
kemungkinan adanya suatu penebalan, pengerasan, thrombosis vena.
PEMERIKSAAN FUNGSI DASAR
Gerak Aktif
• Fleksi - Ekstensi (HIP) : Normal
• Abd - Add (HIP) : Normal
• Endo – Ekso (HIP) : Normal
• Fleksi - Ekstensi (Knee) : Terbatas
• Dorso – Plantar : Terbatas
Gerak Pasif
• Fleksi - Ekstensi (HIP) : Normal
• Abd - Add (HIP) : Normal
• Endo – Ekso (HIP) : Normal
• Fleksi - Ekstensi (Knee) : Terbatas
• Abd - Add (Knee) : Normal
• Dorso – Plantar : Terbatas
TIMT
•Fleksi - Ekstensi (HIP) : Normal
•Abd - Add (HIP) : Normal
•Endo – Ekso (HIP) : Normal
•Fleksi - Ekstensi (Knee) : Terbatas
•Abd - Add (Knee) : Normal
•Dorso – Plantar : Terbatas
Quick Test
•
Tes Trendelenburg
Tes ini digunakan untuk menentukan derajat insuffisiensi katup pada vena
komunikans. Mula-mula penderita berbaring dengan tungkai yang akan
diperiksa ditinggikan 30°-45° selama beberapa menit untuk mengosongkan
vena. Setelah itu dipasang ikatan yang terbuat dari bahan elastis di paha, tepat di
bawah percabangan safenofemoral untuk membendung vena superfisial setinggi
mungkin. Kemudian penderita berdiri dan pengisian vena diperhatikan. Bila
vena lambat sekali terisi ke proksimal, berarti katup komunikans baik. Vena
terisi darah dari peredaran darah kulit dan subkutis. Bila vena cepat terisi
misalnya dalam waktu 30 detik, berarti terdapat insuffisiensi katup komunikans.
Uji Trendelenburg positif berarti terdapat pengisian vena safena yang patologis.
•
Tes Perthes
Tes ini dilakukan untuk menentukan baik atau tidaknya vena bagian dalam.
Pemeriksaan dilakukan dengan menekan vena safena magna di paha dengan
torniket. Minta pasien untuk menggerakkan tungkai bawahnya dengan
menyepak ke depan dan ke belakang dengan kuat atau berjalan kaki dalam
ruangan. Tindakan tersebut akan menyebabkan pengosongan vena akibat
pengaliran darah ke bagian dalam. Jika terdapata kerusakan vena pada bagian
dalam atau adanya peningkatan tekanan hirdrostatis pada vena bagian dalam
maka besarnya varises tidak berkurang.
Diagnosa
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan fisik dan fungsi dasar dan gejala-gejala yang
dialami pasien, maka pasien positif mengalami varises pada kedua tungkai.
PROBLEMATIK FISIOTERAPI
•
Anatomical Impairment : Nyeri, rasa berat dan lelah pada kedua tungkai, kejang
pada calf muscle.
•
Functional Limination : Sulit jongkok, berjalan, berdiri lebih lama.
•
Participation Restrictive : Sulit kerja di kantor dan mempertahankan posisi kaki
lebih lama dan bepergian jauh.
PLANNING
•
Jangka Panjang : Untuk memperbaiki kualitas hidup penderita, dan juga membantu
pasien kembali beraktivitas dengan normal.
•
Jangka Pendek :
Menghilangkan keluhan
Melancarkan sirkulasi darah
Memperbaiki fungsi vena
Menghilangkan kejang/spasme pada calf muscle
Perbaikan kosmetik
Mencegah komplikasi
INTERVENSI
•
Istirahat
Istirahat dilakukan dengan posisi tidur terlentang atau setengah tertidur dengan kaki diangkat
keatas setinggi 15-30 derajat. Diperlukan penggunaan gaya berat untuk mempercepat
pengaliran kembali darah vena di daerah tungkai bawah, selanjutnya tungkai harus dinaikkan
selama pengobatan.
•
Support
Pemberian support atau stoking elastis, atau verban yang kuat. Stoking atau verban dipasang
dari jari kaki hingga lipatan paha. Tindakan ini akan menekan vena superfisioalis dan darah
yang mengalir didalamnya. Ketika bangun pagi stoking atau verban boleh dibuka hingga
malam hari sebelum tidur.tindakan ini bertujuan untuk mengirangi pembengkakan dalam
pembuluh darah vena dan mencegah thrombosis, dan membantu kelancaran aliran darah
vena.
•
Massase
Teknik massase yang digunakan adalah efflurange, kneeding, dan picking up untuk
seluruh tungkai bawah. Sebelum melakukan massase dierlukan persiapan penderita
maupun terapi atau alat. Penderita diminta untuk tengkurap dan bagian tungkai yang
akan di massase bebas dari pakaian. FT harus selalu menjaga kebersihan dalam
melakukan massase. Oleh karena itu FT harus mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
melakukan massase dan memastikan bahwa kukunya tidak panjang agar tidak
mengganggu saat melakukan massase. Daerah sekitar yang dimassase harus
diperhatikan untuk memastikan tidak ada bengkak atau luka. Gunakan bedak atau
pelican seperti baby oil untuk menjaga kelancaran kontak tangan FT dengan kulit
penderita.
Terapi Latihan.
Terapi latihan dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Terapi bertujuan membantu aliran
darah atau limfe dan penguatan otot tungkai bawaah dengan jalan pemberian gerakan atau
latihan berupa latihan pernapasan.
Latihan pernapasan (ekspirasi dan inspirasi) dilkukan secara bebas. Ketika ekspirasi, pasien
dalam keadaan setengah duduk atau duduk kemudian diajarkan menghembuskan nafas
melalui mulut. Jika perlu ajarkan pasien untuk belajar menkan tulang rusuk bawah (costa)
dengan tangan penderita sendiri atau tangan therapist disertai getaran secara perlahan dan
konsentrasi ang diikuti dengan ayunan tangan.
Latihan I :
•
•
Tidur terlentang dengan kedua tangan dibawa kepala.
Angkat kedua kaki hingga pinggu dan lutut mendekati badan
secara maksimum. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan
secara vertical dan perlahan-lahan turunkan kembali seperti
biasa.
• Lakukan latihan ini sebanyak 15-20 kali.
Latihan II :
•
Tidur terlentang dengan kedua kaki diangkat keatas. Hal ini
mungkin dikerjakan dengan meletakkan kursi di ujung kasur.
Badan harus sedikit melengkung dengan letak paha dan bagian
awah kaki lebih keatas.
• Lakukan gerakan pada jari kaki seperti gerakan mencakar dan
meregangkan.
• Lakkan selama 30 detik.
Latihan III :
•
•
Posisi badan dan kaki seperti latihan II.
Gerakan ujung kaki melingkar seperti dari dalam
keluar dan sebaliknya.
• Lakukan latihan ini sebanyak 30 detik.
Latihan IV :
•
•
Posisi badan dan kaki seperti latihan II.
Lakukan gerakan pada ujung kaki kiri dan kanan
seperti kerakan menggergaji.
• Lakukn selam 30 detik.
Latihan V :
•
•
Tidur terlentang dengan tangan bebas bergerak.
Lakukan gerakan menekuk lutut hingga mendekati
badan (bergantian untuk kaki kiri dan kanan),
sedangkan tangan memegang ujung kaki. Urut mulai
dari ujung kaki, betis, lutut dan paha.
• Lakukan latihan ini selama 8-10 kali setiap hari.
Latihan VI :
• Tidur terlentang dengan kaki terentang keatas dan kedua tangan
dibawah kepala.
• Jepit bantal diantara kedua kaki dan tekan sekuatnya. Pada saat
yang sama lengkungkan badan.
• Lakukan latihan ini sebanyak 4-6 kali selama 30 detik. Gerakan
mengegangkan dan mengendurkan otot harus dilakukan secara
perlahan.
Latihan VII :
• Tidur terlentang dengan kaki terangkat keatas dan kedua tangan
mendatar di kasur.
• Kaki kanan disilangkan keatas kaki kiri dan tekan yang kuat.
Pada saat yang sama tegangkan kaki dan kendurkan kembali
secara perlahan. Sekitas 4 detik setiap satu gerakan.
• Lakukan latihan in sebanyak 4-6 kali selama 30 detik.
Latihan VIII:
• Jalan dengan ujung jari kaki.
• Jalan dengan tumit kaki dengan jari kaki diatas.
• Selama melakukan latihan ini sebaiknya ridak menggunakan alas
kaki dan lakukan diatas lantai yang keras (sudah dilapisi karpet).
Latihan dilakukan selama 30 detik pada setiap Gerakan.
• Pada saat terakhir latihan, bernafas di ruangan atau di depan
jendela dengan ventilasi udara yang baik
EVALUASI
•
Sebelum melakukan treatment, pasien mengalami nyeri pada bagian tungkai bawah
begitu pula saat melakukan aktivitas yang secara langsung melibatkan tungkai
bawah sehingga pasien mengalami keterbatasan gerak. Saat dilakukan tes VAS,
tingkatan nyeri berada pada nomor 5. Setelah dilakukan treatment berupa pemberian
massase dan terapi latihan selama satu minggu, nyeri semakin berkurang sehingga
mengalami peningkatan luas gerak dan penambahan kekuatan pada otot-otot tungkai
bawah. Nilai tes VAS menurun dari angka 5 ke angka 1.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PERTANYAAN
1. OKTA
Dapat kah menghilangkan warna kebiruan pada varises stadium II?
2. INTAN
apakah di 4 kestadium pada varises penangannya sama atau tidak
3. HASWAR
Maksud patologi pada Quick test; Trendelenburg test
Download