Uploaded by putriramadhani16983

MAKALAH MANAJEMEN RS KLP 4 AKK A3

advertisement
MAKALAH MATA KULIAH ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
Dosen Pengampu:
Shelvy Haria Roza, M.Kes
Kelompok 4
Ardiana Safitri D
2011213041
Dina Oktavia
2011216011
Elvaricha Ambia
2011213031
Fathya Sawitri
2011213033
Ilham Dzikrullah
1911213026
Muhammad Fakhraihansyah
2011213023
Neri Aziza
2011211041
Putri Ramadhani
2011213034
Salwa Cintia
2011212025
Shylvi Yunitri Darman
2011213019
Siska Yuliani
2011212035
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah berjudul “Manajemen Rumah Sakit” tepat waktu.
Shalawat serta salam kita sampaikan kepada junjungan umat Islam, Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita ke dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan
bersama Al-Qur’an dan sunnah.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Manajemen Rumah Sakit.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima
demi kesempurnaan makalah ini.
Padang, 20 Februari 2021
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1
Latar Belakang............................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3
Tujuan ........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4
2.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ...........................................4
2.2
Manajemen Sumber Daya Manusia .............................................................6
2.3
Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia ..........................................6
2.4
Peran dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia ............................... 10
2.5
Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia ..............................................12
2.6
Rumah Sakit ............................................................................................. 12
2.7
Tugas dan fungsi Rumah Sakit .................................................................. 14
2.8
Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit ................................. 15
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................... 17
3.1
Gambaran SDM Kesehatan di Rumah Sakit ..............................................17
3.2
Perkembangan dan Tantangan SDM Kesehatan di Rumah Sakit ...............21
3.3
Manajemen SDM Kesehatan di Rumah Sakit ............................................ 28
3.4
Contoh Manajemen di Rumah Sakit .......................................................... 41
BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 61
4.1
Kesimpulan............................................................................................... 61
4.2
Saran ........................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 64
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah telah memcanangkan Visi Indonesia 2025 yaitu menjadi
negara maju pada tahun 2025. Namun, pemerintah juga sepenuhnya menyadari
bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) masih menjadi suatu tantangan
dalam mewujudkan visi yang dimaksud. Para pakar di bidang SDM menyatakan
bahwa kualitas SDM secara dominan ditentukan oleh kemudahan akses pada
pendidikan dan fasilitas kesehatan yang berkualitas.
Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting.
Sumber daya manusia merupakan pilar utama sekaligus penggerak roda
organisasi dalam upaya mewujudkan visi dan misinya. Karenanya harus
dipastikan sumber daya ini dikelola dengan sebaik mungkin agar mampu
memberi kontribusi secara optimal. Maka diperlukan lah sebuah pengelolaan
secara sistematis dan terencana agar tujuan yang diinginkan di masa sekarang
dan masa depan bisa tercapai, yang sering disebut sebagai manajemen sumber
daya manusia. Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah mengelola atau
mengembangkan kompetensi personil agar mampu merealisasikan misi
organisasi dalam rangka mewujudkan visi.
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai
kespesifikan dalam hal sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana dan
peralatan yang dipakai. Sering rs dikatakan sebagai organisasi yang padat modal,
padat sumber daya manusia, pada teknologi dan ilmu pengetahuan serta padat
regulasi. Padat modal karena rumah sakit memerlukan investasi yang tinggi
untuk memenuhi persyaratan yang ada. Padat sumber daya manusia karena
didalam rumah sakit pasti terdapat berbagai profesi dan jumlah karyawan yang
banyak. Pada teknologi dan ilmu pengetahuan karena di dalam rumah sakit
terdapat peralatan peralatan canggih dan mahal serta kebutuhan berbagai disiplin
ilmu yang berkembang dengan cepat. Padat regulasi karena banyak regulasi atau
1
peraturan peraturan yang mengikat berkenaan dengan syarat syarat pelaksanaan
pelayanan di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut lah yang melatarbelakangi disusunnya makalah
ini untuk membahas secara detail mengenai manajemen sumber daya manusia di
rumah sakit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia?
2. Bagaimana Manajemen Sumber Daya Manusia?
3. Bagaimana Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia?
4. Bagaimana Peran dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia?
5. Bagaimana Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
6. Apa itu Rumah Sakit?
7. Bagaimana Tugas dan fungsi Rumah Sakit ?
8. Bagaimana Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit?
9. Bagaimana Gambaran SDM Kesehatan di Rumah Sakit?
10. Bagaimana Perkembangan dan Tantangan SDM Kesehatan di Rumah Sakit?
11. Bagaimana Manajemen SDM Kesehatan di Rumah Sakit?
12. Bagaimana Contoh Manajemen di Rumah Sakit?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetaui pengertian Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia.
2. Untuk mengetaui Manajemen Sumber Daya Manusia.
3. Untuk mengetaui Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia.
4. Untuk mengetaui Peran dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia.
5. Untuk mengetaui Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
6. Untuk mengetaui pengertian Rumah Sakit.
7. Untuk mengetaui Tugas dan fungsi Rumah Sakit.
8. Untuk mengetaui Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit.
9. Untuk mengetaui Gambaran SDM Kesehatan di Rumah Sakit.
2
10. Untuk mengetaui Perkembangan dan Tantangan SDM Kesehatan di Rumah
Sakit.
11. Untuk mengetaui Manajemen SDM Kesehatan di Rumah Sakit.
12. Untuk mengetaui Contoh Manajemen di Rumah Sakit.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM adalah suatu ilmu
atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga
kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat
digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan,
karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu
konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia, bukan mesin dan bukan semata
menjadi sumber daya bisnis.
Berikut ini adalah pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
menurut para ahli:
1. Menurut Melayu SP. Hasibuan.
Manajemen sumber daya manusia (human resources management) adalah
pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas j asa, dan
pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.
2. Menurut Henry Simamora
Manajemen sumber daya manusia (human resources management) adalah
pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan
pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.
3. Menurut Achmad S. Rucky
Manajemen sumber daya manusia menurut Achmad S. Rucky adalah aplikasi
yang lebih tepat pada efisiensi yang sama dalam pemanfaatan, akuisisi,
pengembangan dan pemeliharaan sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi secara efektif untuk mencapai tingkat optimal dari pemanfaatan
sumber daya manusia oleh organisasi dalam mencapai tujuannya..
4. Menurut Mutiara S. Panggabean
Manajemen sumber daya manusia adalah proses yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian kegiatankegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan,
4
pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan
kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
5. Sofyandi
Manajemen sumber daya manusia menurut Sofyandi adalah suatu strategi
dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing,
leading and controlling, dalam setiap aktivitas atau fungsi operasional
sumber daya manusia mulai dari proses penarikan, seleksi, pelatihan dan
pengembangan, penempatan yang meliputi promosi, demosi dan transfer,
penilaian kinerja, pemberian kompensasi, hubungan industrial, hingga
pemutusan hubungan kerja, yang ditujukan bagi peningkatan kontribusi
produktif dari sumbernya manusia organisasi terhadap pencapaian tujuan
organisasi secara lebih efektif dan efisien.
MSDM adalah kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat dilihat
dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja. Dari
sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan evaluasi pekerjaan. Sedangkan dari sisi
pekerja meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga kerja, penilaian prestasi
kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi, kompensasi dan pemutusan
hubungan kerja.
Hal ini menunjukan pentingnya manajemen sumber daya manusia dalam
mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Jadi, Manajemen
Sumber
Daya
pengkoordinasian,
Manusia
merupakan
pelaksanaan
dan
perencanaan,
pengawasan
pengorganisasian,
terhadap
pengadaan,
pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Dalam usaha pencapaian tujuan perusahan permasalahan yang dihadapi
manajemen bukan hanya terdapat pada bahan mentah, alat-alat kerja, mesinmesin produksi, uang dan lingkungan kerja saja, namun juga mencakup
karyawan (SDM) yang mengelola faktor-faktor produksi lainnya tersebut.
Namun, perlu diingat bahwa sumber daya manusia sendiri sebagai faktor
produksi, seperti halnya faktor produksi lainnya, merupakan masukan (input)
yang diolah oleh perusahaan dan mengasilkan keluaran (output).
5
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
Secara konseptual, sumber daya manusia adalah (SDM) merupakan
makhluk yang unik dan mempunyai karakteristik yang multi kompleks, dan hal
ini dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah : (Ilyas, 2004)
a. SDM merupakan komponen kritis
Semakin tinggi tingkat pemanfaatan SDM akan semakin tinggi pula hasil
guna sumber daya lainnya, kesimpulannya kapital resource sangat bergantung
terhadap adanya sumber daya manusia yang berkualitas.
b. SDM Tidak Instan
Kebutuhan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas tidak dapat
diperoleh dengan seketika. Diperlukan perencanaan dengan seksama agar
diapatkan orang yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan organisasi, selain
itu sumber daya yang ada harus diberikan pendidikan dan pelatihan yang
continue sesuai dengan kebutuhan kerja dan minatnya.
c. SDM Tidak Di Stok
SDM tidak dapat disimpan untuk kebutuhan di masa depan, sehingga perlu
direncanakan sesuai dengan kebutuhan organisasi yang berkembang.
d. SDM Adalah Subjek Yang Dapat Absolut
SDM bisa menjadi usang, dimana pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya tidak berkembang, untuk mencegah terjadinya hal tersebut
diperlukan pendidikan dan pelatihan lanjutan bagi SDM yang bersangkutan.
2.3 Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam setiap kegiatan atau aktivitas organisasi selalu timbul masalahmasalah. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut ada beberapa pendekatan
sesuai
dengan
periodenya.
Maksudnya
pendekatan
yang
lebih
akhir
menunjukkan lebih baru ditinjau dari segi waktunya. Namun sampai sekarang
pun masih ada pimpinan perusahaan yang menggunakan pendekatan lama dalam
mengatasi permasalahan. Di bawah ini dikemukakan tiga pendekatan:
1. Pendekatan Mekanis (klasik)
Perkembangan di bidang industri dengan penggunaan mesin-mesin dan
alat-alat elektronika membawa kemajuan yang sangat pesat dalam efisiensi
6
kerja. Dalam pendekatan mekanis, apabila ada permasalahan yang
berhubungan dengan tenaga kerja, maka unsur manusia dalam organisasi
disamakan dengan faktor produksi lain, sehingga pimpinan perusahaan
cenderung menekan pekerja dengan upah yang minim sehingga biaya
produksi rendah. Pandangan pendekatan ini menunjukkan sikap bahwa tenaga
kerja harus dikelompokkan sebagai modal yang merupakan faktor produksi.
Dengan hal ini maka di usahakan untuk memperoleh tenaga kerja yang murah
namun bisa di manfaatkan semaksimal mungkin dan memperoleh hasil yang
lebih besar untuk kepentingan pemberi kerja.
2. Pendekatan Paternalisme (Paternalistik)
Dengan adanya perkembangan pemikiran dari para pekerja yang
semakin maju dari para pekerja, yang menunjukkan mereka dapat melepaskan
diri
dari
ketergantungan
manajemen
atau
pimpinan
perusahaan
mengimbangkan dengan kebaikan untuk para pekerja. Paternalisme
merupakan suatu konsep yang menganggap manajemen sebagai pelindung
terhadap karyawan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pimpinan perusahaan
supaya para pekerja tidak mencari bantuan dari pihak lain.
3. Pendekatan Sistem Sosial (Human Relation)
Manajemen Sumber Daya Manusia atau personalia merupakan proses
yang kompleks. Dengan kekomplekan kegiatan manajemen Sumber Daya
Manusia, maka pimpinan perusahaan mulai mengarah pada pendekatan yang
lain yaitu pendidikan sistem sosial yang merupakan suatu pendekatan yang
dalam pemecahan masalah selalu memperhitungkan faktor-faktor lingkungan.
Setiap ada permasalahan, maka diusahakan dipecahkan dengan sebaik
mungkin dengan resiko yang paling kecil, baik bagi pihak tenaga kerja
maupun pemberi kerja.
2.3 Proses Tahapan Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Recruitment (pengadaan)
Pengadaan Manajemen Sumber Daya Manusia Recruitment disini
diartikan sebagai suatu proses kegiatan mengisi formasi yang lowong, mulai
dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyarigan sampai dengan
7
pengangkatan dan penempatan. Pengadaan yang dimaksud adalah upaya
penemuan calon dari dalam organisasi maupun dari luar untuk mengisi
jabatan yang memerlukan SDM yang berkualitas.
Pengadaan dapat berupa recruitment from outside dan recruitment from
within. Recruitment from within merupakan bagian dari upaya pemanfaatan
SDM yang sudah ada, melalui pemindahan dengan promosi atau tanpa
promosi. Recruitment from outside yaitu pengadaan pekerja dari luar, melalui
tahapan seleksi, seleksi yang dianjurkan bersifat terbuka (open competition)
yang didasarkan kepada standar dan mutu yang sifatnya dapat diukur
(measurable). Pada seleksi pekerja baru maupun perpindahan baik promosi
dan tanpa promosi, perlu memperhatikan unsur-unsur berikut ;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kemampuan,
Kompetensi,
Kecakapan,
Pengetahuan,
Keterampilan,
Sikap dan
Kepribadian.
Tahapan pemanfaatan SDM sangat penting, dan merupakan tugas
utama dari seorang pimpinan. pemanfaatan SDM atau pekerja secara efisien,
atau secara optimal, artinya pekerja dimanfaatkan sebesar-besarnya namun
dengan
tetap
memperhatikan
dan
mempertimbangkan
batas-batas
kemungkinan pemanfaatan yang wajar. Orang tidak merasa diperas karena
secara wajar pula orang tersebut menikmati kemanfaatannya.
Prinsip pemanfaatan SDM yang baik adalah prinsip satisfaction yaitu
tingkat kepuasan yang dirasakan sendiri oleh pekerja yang menjadi
pendorong untuk berprestasi lebih tinggi, sehingga makin bermanfaat bagi
organisasi dan pihak-pihak lain, dengan prinsip the right man on the right job.
2. Maintenance (pemeliharaan)
Pemeliharaan atau maintenance merupakan tanggung jawab setiap
pimpinan. Pemeliharaan SDM yang disertai dengan ganjaran (reward system)
akan berpengaruh terhadap jalannya organisasi. Tujuan utama dari
8
pemeliharaan adalah untuk membuat orang yang ada dalam organisasi betah
dan bertahan, serta dapat berperan secara optimal. Sumber daya manusia yang
tidak terpelihara dan merasa tidak memperoleh ganjaran atau imbalan yang
wajar, dapat mendorong pekerja tersebut keluar dari organisasi atau bekerja
tidak optimal.
Pemeliharaan SDM pada dasarnya untuk memperhatikan dan
mempertimbangkan secara seksama hakikat manusianya. Manusia memiliki
persamaan
disamping
perbedaan,
manusia
mempunyai
kepribadian,
mempunyai rasa, karya, karsa dan cipta. Manusia mempunyai kepentingan,
kebutuhan, keinginan, kehendak dan kemampuan, dan manusia juga
mempunyai harga diri. Hal-hal tersebut di atas harus menjadi perhatian
pimpinan dalam manajemen SDM. Pemeliharaan SDM perlu diimbangi
dengan sistem ganjaran (reward system), baik yang berupa finansial, seperti
gaji, tunjangan, maupun yang bersifat material seperti; fasilitas kendaraan,
perubahan, pengobatan, dan lain-lain serta juga dapat berupa immaterial
seperti: kesempatan untuk pendidikan dan pelatihan, dan lain-lain.
Pemeliharaan dengan sistem ganjaran ini diharapkan dapat membawa
pengaruh terhadap tingkat prestasi dan produktitas kerja.
3. Development (pengembangan)
Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang ada
didalam suatu organisasi perlu pengembangan sampai pada taraf tertentu
sesuai
dengan
perkembangan
organisasi.
Apabila
organisasi
ingin
berkembang yang diikuti oleh pengembangan sumber daya manusia.
Pengembangan sumber daya manusia ini dapat dilaksanakan melalui
pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan.
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangaan
SDM,
terutama
untuk
pengembangan
kemampuan
intelektual
dan
kepribadian. Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan
calon tenaga yang digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih
berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan pekerja yang
sudah menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu.
9
Untuk pendidikan dan pelatihan ini, langkah awalnya perlu dilakukan
analisis kebutuhan atau need assessment, yang menyangkut tiga aspek, yaitu:
a. Analisis organisasi, untuk menjawab pertanyaan : “Bagaimana organisasi
melakukan pelatihan bagi pekerjanya”.
b. Analisis pekerjaan, dengan pertanyaan : “Apa yang harus diajarkan atau
dilatihkan agar pekerja mampu melaksanakan tugas atau pekerjaannya”.
c. Analisis pribadi, menekankan “Siapa membutuhkan pendidikan dan
pelatihan apa”. Hasil analisis ketiga aspek tersebut dapat memberikan
gambaran tingkat kemampuan atau kinerja pegawai yang ada di organisasi
tersebut.
2.4 Peran dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen
umum yang memfokuskan diri pada sumber daya manusia yang memiliki fungsi.
Fungsi manajemen sumber daya manusia, meliputi: (Hasibuan, 2007)
1.
Perencanaan
Adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan.
Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian. Program
kepegawaian
meliputi
pengorganisasian,
pengarahan,
pengendalian,
pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan
2.
Pengorganisasian
Kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan
pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan
koordinasi dalam bagan organisasi. Organisasi hanya alat untuk mencapai
tujuan, dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan
secara efektif
3.
Pengarahan
Kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan
bekerja efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan,
10
karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan dengan menugaskan
bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik
4.
Pengendalian
Kegiatan mengendalikan semua karyawan agar
menaati peraturan
perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila didapati
penyimpangan/kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan
rencana
5.
Pengadaan
Proses penarikan, seleksi, penenpatan, orientasi, dan induksi untuk
mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan
6.
Pengembangan
Pengambangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7.
Kompensasi
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect), uang atau barang kepaa karyawan sebagai imbalan jasa
yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan
layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat
memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah
minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
8.
Pengintergrasian
Pengintergrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan
perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi
dan saling menguntungkan.
9.
Pemeliharaan
Pemeliharaan (Maintenace) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar mereka
mau tetap bekerjasama sampai pensiun.
11
10. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin
yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal.
11. Pemberhentian
Pemberhentian (Separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari
suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab
lainnya. Pelepasan ini diatur oleh undang-undang No. 12 Tahun 1964
2.5 Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Tujuan perencanaan sumber daya manusia menurut Hasibuan diantaranya
adalah:
1. Menentukan kualitas dan kuantias karyawan yang akan mengisi semua
jabatan dalam perusahaan
2. Menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa depan, sehingga
setiap pekerjaan ada yang mengerjakan
3. Menghindari terjadinya mismanajemen dan tumpang tindih dalam
pelaksanaan tugas
4. Mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS) sehingga
produktifitas kerja meningkat
5. Menghindari kekurangan dan atau kelebihan karyawan
6. Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan,
seleksi,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan,
dan pemberhentian karyawan
7. Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi (vertikal atau horizontal) dan
pensiun karyawan
8. Menjadi dasar dalam melakukan penilaian karyawan
2.6 Rumah Sakit
World Health Organization (WHO) mendeksripsikan rumah sakit sebagai
sebuah usaha yang memberikan layanan penginapan dan medis dalam jangka
pendek dan panjang, terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik, dan
12
rehabilitatif untuk orang yang menderita sakit, terluka atau melahirkan. Dalam
pelaksanaannya, rumah sakit juga memberikan pelayanan dasar berobat jalan
untuk pasien yang tidak membutuhkan pelayanan rawat inap. Rumah sakit
berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan yang holistik kepada
masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif dengan menjangkau keluarga dan
lingkungan, sekaligus sebagai pusat untuk mengadakan latihan tenaga kesehatan
serta melakukan penelitian (Ilyas, 2011).
Rumah
Sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes,
2014) Klasifikasi rumah sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit, berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah
Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan
lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/Menkes/Per/III/2010 Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan,
Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi: kelas/tipe A,B,C dan D
sedangkan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit
Khusus diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum dan Khusus ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
1. Rumah Sakit Kelas A
13
Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah
sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top
referral hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat.
2. Rumah Sakit Kelas B
Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan
rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital)
yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah
sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai
rumah sakit tipe B.
3. Rumah Sakit Kelas C
Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam pelayanan spesialis
disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan
kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan
rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten/kota (regency
hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
4. Rumah Sakit Kelas D
Rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan
menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D
hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi.
Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga menampung
pelayanan yang berasal dari puskesmas.
2.7 Tugas dan fungsi Rumah Sakit
a. Tugas Rumah Sakit
Tugas rumah sakit pada umumnya menyediakan keperluan untuk pemeliharaan
dan pemulihan kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit, tugas
14
rumah sakit adalah sebagai berikut : melaksanakan upaya kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan
pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.
b. Fungsi Rumah Sakit
Dalam
pelaksanaan
tugasnya
rumah
sakit
mempunyai
fungsi
:
menyelenggarakan pelayanan medis, penunjang medis dan non medis pelayanan
dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan serta administrasi dan keuangan.
2.8 Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit
Manajemen sumber daya merupakan manajemen umum yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Manajemen
Sumber Daya Manusia merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen
rumah sakit, strategi manajemen sumber daya manusia juga merupakan bagian
integral dari strategi rumah sakit. Dengan begitu sumber daya manusia adalah
aset utama bagi rumah sakit, manajemen sumber saya manusia yang strategis
memandang semua manager pada tingkat-tingkat apapun baik secara struktural
maupun fungsional sebagai manajer sumber daya manusia (Soeroso, 2003)
Keberhasilan suatu rumah sakit sangat ditentukan oleh pengetahuan,
keterampilan, kreativitas dan motivasi staf/ karyawannya, oleh karena itu
peranan anajemen sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan rumah
sakit untuk mencapai tujuannya (Soeroso, 2003).
Rumah sakit seharusnya melakukan perencanaan sumber daya manusia
dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah (Ilyas, 2004):
1. Produk rumah sakit adalah jasa karena sifatnya berupa pelayanan sehingga
hasilnya dapat langsung dirasakan oleh pelanggan, sehingga kualitas jasa
pelayanan menjadi sangat penting. Dengan demikian kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia yang ada berperan sangat penting dan harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya.
2. Rumah sakit bersifat padat karya, dimana dalam suatu rumah sakit terdiri dari
tenaga kerja dengan variasi status dan tingkat keahlian yang sangat luas.
3. Market tenaga rumah sakit belum terbentuk
15
Dalam melakukan proses perencanaan, ada lima langkah yang harus
dilakukan oleh perencana SDM Rumah Sakit. Pertama melakukan analisis
tenaga rumah sakit yang ada saat ini dan bagaimana kecukupan tenaga di masa
yang akan datang. Kedua analisis persediaan tenaga di rumah sakit. Ketiga,
analisis kebutuhan tenaga rumah sakit di masa yang akan datang. Keempat,
analisis kesenjangan tenaga yang ada saat ini dibandingkan kebutuhan tenaga
rumah sakit di masa datang. Terakhir, dokumen kebutuhan tenaga di rumah sakit
dalam arti jumlah, jenis dan kompetensi yang dibutuhkan pada priode waktu
tertentu. (Ilyas, 2004)
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran SDM Kesehatan di Rumah Sakit
3. 1. 1 Definisi Sumber Daya Manusia dan Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan rujukan utama bagi masyarakat
yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan baik untuk pengobatan maupun
untuk pemulihan kesehatannya. Sebagai pusat rujukan kesehatan utama, rumah
sakit dituntut mampu memberikan pelayanan yang komprehensif bagi setiap
pasiennya. Pelayanan kesehatan yang komprehensif adalah berbagai bentuk
pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin sesuai
kebutuhan pasien. Sumber Daya Manusia (SDM) di rumah sakit menjadi hal
penting yang mendukung berkembangnya rumah sakit dan menjadi tolak ukur
dalam penilaian pengembangan mutu pelayanan di rumah sakit.
Sering rumah sakit dikatakan sebagai organisasi yang padat modal, padat
sumber daya manusia, padat teknologi dan ilmu pengetahuan serta padat
regulasi. Padat modal karena rumah sakit memerlukan investasi yang tinggi
untuk memenuhi persyaratan yang ada. Padat sumber daya manusia karena di
dalam rumah sakit pasti terdapat berbagai profesi dan jumlah karyawan yang
banyak. Padat tehnologi dan ilmu pengetahuan karena di dalam rumah sakit
terdapat peralatan-peralatan canggih dan mahal serta kebutuhan berbagai disiplin
ilmu yang berkembang dengan cepat. Padat regulasi karena banyak
regulasi/peraturan-peraturan yang mengikat berkenaan dengan syarat-syarat
pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.
Sebagai perusahaan pelayanan jasa, rumah sakit menghasilkan produk
yang bersifat tidak berwujud atau intangible, maka SDM merupakan unsur yang
sangat penting baik dalam produksi maupun penyampaian jasa dalam pelayanan
berkualitas di rumah sakit.
Sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit terdiri dari:
17
1. Tenaga kesehatan yang meliputi medis (dokter), paramedis (perawat) dan
paramedis non keperawatan yaitu apoteker, analis kesehatan, asisten apoteker,
ahli gizi, fisioterapis, radiographer, perekam medis.
2. Tenaga non kesehatan yaitu bagian keuangan, administrasi, personalia dll.
3. 1. 2 Kompetensi SDM Rumah Sakit
Kompetensi pada umumnya didefinisikan sebagai kombinasi antara
pengetahuan, ketrampilan dan sikap/perilaku (attitude) seorang karyawan
sehingga mampu melaksanakan pekerjaannya. Beberapa ahli menyatakan bahwa
pengetahuan dan ketrampilan merupakan hard competency sedangkan sikap dan
perilaku sebagai soft competency, dimana dalam kenyataannya mampu
menunjang aspek hard-skill-nya.
Pengetahuan merupakan output dari pendidikan formal yang diperoleh.
Dalam standar minimal pelayanan rumah sakit jenis dan tingkat pendidikan SDM
sudah ditentukan sesuai dengan tipe rumah sakit. Ketrampilan merupakan wujud
dari perjalanan pengalaman seseorang dan seringnya melakukan ketrampilan
tersebut. Semakin lama dan semakin sering SDM melakukan tindakan maka
semakin terampil. Sedangkan Sikap/perilaku (attitude) merupakan refleksi dari
konsep nilai yang diyakini, karakteristik pribadi dan motivasi karyawan.
Berikut karakteristik kompetensi sumber daya manusia:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Terkait dengan yang dikemukakan oleh Carrillo, P., Robinson, (2004:46)
mengenai pengertian pengetahuan, yaitu:
 Tacit Knowledge
Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui
pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan.
 Explicit knowledge
Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis yang mudah untuk
dikomunikasikan dan dibagi. Penerapan explicit knowledge ini lebih
mudah karena pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk tulisan atau
18
pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat
mempelajarinya secara independen.
2. Keterampilan (Skill)
Skill (keterampilan) adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan
mental. Kompetensi keterampilan mental atau kognitif meliputi pemikiran
analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh,
mengorganisasi data dan rencana) serta pemikiran konseptual ( pengenalan
pola data yang kompleks).
3. Sikap (Attitude)
Attitude (sikap) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2003).
Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
4. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah kapasitas kesanggupan atau kecakapan seorang individu
dalam melakukan sesuatu hal atau beragam tugas dalam suatu pekerjaan
tertentu.
3. 1. 3 Pentingnya Pengembangan Kompetensi SDM di Rumah Sakit
Dalam Human Resources Champions (1997), Ulrich menguraikan
beberapa hal dalam pengembangan kompetensi sumber daya manusia, yaitu:
1. Menciptakan manajemen SDM yang ideal agar efektif dalam mencapai
tujuan-tujuan perusahaan. Fungsi SDM yang ideal tercapai jika berhasil
mengelola SDM perusahaan sehingga menghasilkan kinerja optimum. Untuk
itu, fungsi SDM perlu diperankan sebagai strategic partner bagi elemenelemen lain dalam perusahaan.
2. Meningkatkan
kompetensi
karyawan
dalam
perusahaan
secara
berkesinambungan sehingga dihasilkan kompetensi yang mampu bertahan
lama.
3. Mengembangkan selection tools agar menemukan SDM berkualitas bagi
perusahaan. Selection tools yang umum digunakan adalah behavior interview,
19
assessment, knowledge test, dan motivational fit inventories. Organisasi yang
berbasis kompetensi perilaku juga mencakup juga penekanan atas integritas
sebagai perilaku, yang diterjemahkan dalam perilaku nyata berupa
keselarasan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan yang mengacu pada kode
etik perusahaan. Perusahaan dapat mengembangkan keterampilan ini dengan
menekankan kejujuran (honesty), komitmen, dan konsistensi dari karyawan
dalam seleksi dan pengembangan karyawan.
Apabila rumah sakit dapat mengembangkan kompetensi tersebut, maka akan
menumbuhkan sikap dan perilaku positif pada semua karyawannya, akan
menciptakan lingkungan kondusif dan memacu motivasi pada semua
karyawannya untuk berkembang dan maju, dan akan berdampak juga pada
kunjungan pasien yang meningkat dan di sertai dengan rasa puas dan nyaman
yang dirasakan oleh pasien. Hal ini merupakan suatu layanan unggulan yang
bisa bersaing dengan rumah sakit lain, serta visi Indonesia 2025 dapat terwujud.
3. 1. 4 Data dan Informasi SDM Kesehatan
*) Data SDM Kesehatan Per Tahun dengan Jumlah Lingkup Pemetaan Fasyankes yang berkembang
setiap Tahun nya
Rekapitulasi Sumber Daya Manusia Kesehatan Menurut Jenis Tenaga dan Provinsi
Tahun 2018
20
3.2 Perkembangan dan Tantangan SDM Kesehatan di Rumah Sakit
3.2.1 Perkembangan SDM Kesehatan di Rumah Sakit
1. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusian
Pengembangan menurut Tulus adalah “Suatu proses pendidikan jangka
panjang bagi para pegawai manajerial untuk memperoleh penguasaan konsepkonsep abstrak dan teoritis secara sistematis.” (1995: 89). Selain itu
pengembangan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan umum seorang pegawai termasuk didalamnya peningkatan
penguasaan teori, menekankan pada hal-hal yang bersifat mendasar dan
menekankan pada kemampuan berpikir secara rasional, ditujukan terhadap usaha
pembinaan sikap tingkah laku, kedewasaan berpikir, dan kepribadian para
pegawai. Pengembangan mengacu pada proses mendidik pegawai yang telah
diseleksi, sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan
untuk memimpin di jabatan masa depan. Menurut Gibson et al, tujuan
pengembangan sumber daya manusia adalah memastikan keberhasilan
21
organisasi dalam jangka panjang, mempersiapkan pengganti yang kompeten,
menciptakan tim yang efisien dapat bekerja dengan baik secara bersama – sama,
dan memungkinkan setiap manajer menggunakan potensinya secara penuh.
(1997: 104) Sedangkan menurut Handoko, disebutkan bahwa “Pengembangan
dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan kemajuan teknologi, pengembangan
juga dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan.” (1995: 243- 244).
Dari uraian singkat ini dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan
sumber daya manusia adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan
dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai tujuan suatuorganisasi.
Pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan merupakan komponen
strategis pembangunan kesehatan guna mempercepat pemerataan pelayanan
kesehatan dan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Kinerja suatu
organisasi akan ditentukan oleh salah satu unsur utama yaitu kualitas sumber
daya manusia.
Tujuan dari upaya pengembangan sumber daya manusia di bidang
kesehatan adalah meningkatnya pemberdayaan dan penyediaan sumber daya
manusia dibidang kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang bermutu
dalam jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
3.2.2 Perkembangan dan Hambatan situasi SDM Kesehatan
Secara terperinci dapat digambarkan perkembangan dan hambatan situasi
sumber daya kesehatan sebagai berikut :
1. Ketenagaan Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam
peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas harus menjadi
prioritas utama mengingat tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya
berpendidikan D-III serta S-1 sedangkan yang berpendidikan SPK serta
sederajat minim terhadap pelatihan tehnis, hal ini juga berkaitan dengan
globalisasi dunia dan persaingan terhadap kualitas ketenagaan harus menjadi
pemicu.
22
2. Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi
salah satu faktor utama didalam peningkatan pelayanan kesehatan, baik untuk
belanja modal maupun belanja barang. Di dalam upaya peningkatan
pembiayaan terhadap sektor kesehatan dianggarkan melalui dana APBN,
APBD Provinsi dan Kabupaten, serta sumber lainnya.
3. Sarana Kesehatan Dasar Komponen lain di dalam sumber daya kesehatan
yang paling penting adalah ketersedian sarana kesehatan yang cukup secara
jumlah/kuantitas dan kualitas bangunan yang menggambarkan unit sarana
pelayanan kesehatan yang bermutu baik bangunan utama, pendukung dan
sanitasi kesehatan lingkungan. Pembangunan sarana kesehatan harus
dilengkapi
dengan
peralatan
medis,
peralatan
nonmedis,
peralatan
laboratorium beserta reagensia, alat pengolah data kesehatan, peralatan
komunikasi, kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua.
3.2.3 Tatanan SDM dalam Kesehatan
Dalam SKN ( Sistem Kesehatan Nasional ) terdapat subsistem SDM
Kesehatan yang merupakan tatanan yang menghimpun bentuk dan cara
penyelenggaraan upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan,
yang meliputi upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan
dan pengawasan SDM
Kesehatan untuk mendukung
penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Jadi tatanan SDM dalam kesehatan antara lain :
a. Upaya Perencanaan SDM Kesehatan
Penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan SDM Kesehatan yang diutamakan, baik dalam
upaya kesehatan primer maupun upaya kesehatan sekunder serta tersier.
Perencanaan SDM Kesehatan yang meliputi jenis, jumlah dan kualifikasinya
dilakukan dengan meningkatkan dan memantapkan keterkaitannya dengan
unsur lainnya dalam manajemen pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan dengan memperhatikan tujuan pembangunan kesehatan dan
23
kecenderungan permasalahan kesehatan di masa depan. Perencanaan SDM
Kesehatan dilakukan dengan mendasarkan pada fakta ( berbasis bukti )
melalui peningkatan sistem informasi SDMKesehatan.
b. Upaya Pengadaan SDM Kesehatan
Upaya pengadaan SDM Kesehatan adalah dengan melaksanakan
pendidikan dan pelatihan SDM Kesehatan. Standar pendidikan tenaga
kesehatan dan pelatihan SDM Kesehatan mengacu kepada standar pelayanan
dan standar kompetensi SDM Kesehatan dan perlu didukung oleh etika
profesi SDM Kesehatan tersebut. Pemerintah dengan melibatkan organisasi
profesi dan masyarakat menetapkan standar kompetensi dan standar
pendidikan yang berlaku secara nasional. Pemerintah bertanggungjawab
mengatur pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan
tenaga kesehatan yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan.
Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan
ditekankan untuk menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang bermutu dan
dapat bersaing secara global dengan memperhatikan keseimbangan antara
kebutuhan, dinamika pasar baik di dalam maupun di luar negeri, dan
kemampuan produksi tenaga kesehatan dengan yang sudah ada. Pemerintah
dengan melibatkan organisasi profesi membentuk badan regulator profesi
yang bertugas menyusun berbagai peraturan persyaratan, menentukan
kompetensi umum, prosedur penetapan kompetensi khusus tenaga kesehatan,
serta menentukan sertifikasi institusi pendidikan dan pelatihan profesi.
Kompetensi tenaga kesehatan harus setara dengan kompetensi tenaga
kesehatan di dunia internasional, sehingga registrasi tenaga kesehatan lulusan
dalam negeri dapat diakui di dunia internasional. Penyelenggaraan pendidikan
tenaga kesehatan harus memenuhi akreditasi sesuai dengan peraturan
perundangan. Institusi/fasilitas pelayanan kesehatan yang terakreditasi wajib
mendukung penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan. Penyelenggaraan
pendidikan tenaga kesehatan harus responsif gender yang berorientasi kepada
kepentingan peserta didik.
24
c. Upaya Pendayagunaan SDM Kesehatan
Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melakukan
upaya penempatan tenaga kesehatan yang ditujukan untuk mencapai
pemerataan yang berkeadilan dalam pembangunan kesehatan. Dalam rangka
penempatan tenaga kesehatan untuk kepentingan pelayanan publik dan
pemerataan, pemerintah melakukan berbagai pengaturan untuk memberikan
imbalan material atau non material kepada tenaga kesehatan untuk bekerja di
bidang tugas atau daerah yang tidak diminati, seperti daerah terpencil, daerah
tertinggal, daerah perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan, serta daerah
bencana dan rawan konflik. Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah dan
Swasta melakukan rekrutmen dan penempatan tenaga kesehatan dan tenaga
pendukung
kesehatan
yang
diperlukan
sesuai
dengan
kebutuhan
pembangunan kesehatan dan atau menjalankan tugas dan fungsi institusinya.
Pemerintah Daerah bersama UPT-nya dan masyarakat melakukan
rekrutmen dan penempatan tenaga penunjang ( tenaga masyarakat ) yang
diperlukan untuk mendukung UKBM sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan. Pemerintah dan swasta mengembangkan dan menerapkan pola
karir tenaga kesehatan yang dilakukan secara transparan, terbuka dan lintas
institusi melalui jenjang jabatan struktural dan jabatan fungsional. Pemerintah
bersama organisasi profesi dan swasta mengupayakan penyelenggaraan
pendidikan
berkelanjutan
dalam
rangka
peningkatan
karir
dan
profesionalisme tenaga kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan untuk
keperluan luar negeri diatur oleh lembaga pemerintah dalam rangka
menjamin keseimbangan antara kemampuan pengadaan tenaga kesehatan di
Indonesia dan kebutuhan tenaga kesehatan Indonesia di luar negeri serta
melindungi hak-hak dan hak asasi manusia tenaga kesehatan Indonesia di luar
negeri. Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara asing hanya dilakukan
pada tingkat konsultan pada bidang tertentu, dalam rangka alih teknologi dan
ditetapkan melalui persyaratan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
25
Dalam rangka mengantisipasi globalisasi perlu dilakukan pengaturan agar
masuknya SDM Kesehatan warga negara asing dengan teknologi, modal dan
pengalaman yang mereka punyai tidak merugikan SDM Kesehatan Indonesia.
Tenaga kesehatan Warga Negara Indonesia lulusan institusi luar negeri yang
telah memperoleh pengakuan dari Departemen yang bertanggung-jawab atas
pendidikan nasional, mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan
tenaga kesehatan lulusan dalam negeri. Dalam rangka pendayagunaan SDM
Kesehatan yang sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan, perlu dilakukan
peningkatan kualitas SDM Kesehatan secara terus menerus (pra-jabatan/”preservice” dan “in-service”), diantaranya melalui pelatihan yang terakreditasi
yang dilaksanakan oleh institusi penyelenggara pelatihan yang terakreditasi.
d. Upaya Pembinaan dan Pengawasan SDM Kesehatan
Pembinaan penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan di berbagai tingkatan dan atau organisasi memerlukan komitmen
yang kuat dari pemerintah dan dukungan peraturan perundang-undangan
mengenai pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan tersebut.
Pembinaan dan pengawasan praktik profesi bagi tenaga kesehatan profesi
dilakukan melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi dan pemberian lisensi
bagi tenaga kesehatan yang memenuhi syarat. Sertifikasi tenaga kesehatan
dalam bentuk ijazah dan sertifikat kompetensi diberikan Departemen
Kesehatan setelah melalui uji kompetensi yang dilaksanakan organisasi
profesi terkait. Registrasi tenaga kesehatan untuk dapat melakukan praktik
profesi di seluruh wilayah Indonesia diberikan oleh Departemen Kesehatan,
yang dalam pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah
Provinsi. Perizinan/lisensi tenaga kesehatan profesi untuk melakukan praktik
dalam rangka memperoleh penghasilan secara mandiri dari profesinya
diberikan oleh instansi kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah
mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesi terkait.
Pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan dilakukan melalui sistem
karier, penggajian, dan insentif untuk hidup layak sesuai dengan tata nilai di
26
masyarakat dan beban tugasnya agar dapat bekerja secara profesional.
Pengawasan SDM Kesehatan dilakukan untuk mencegah terjadinya
pelanggaran disiplin melalui pengawasan melekat dan pengawasan profesi.
Dalam hal terjadi pelanggaran disiplin oleh tenaga kesehatan maupun tenaga
pendukung/penunjang kesehatan yang bekerja dalam bidang kesehatan dan
menyebabkan kerugian pada pihak lain, maka sanksi administrasi maupun
pidana harus dilakukan dalam rangka melindungi masyarakat maupun tenaga
yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3.2.4 Tantangan SDM Kesehatan di Rumah Sakit
Perubahan jaman akan memaksa Rumah Sakit (RS) harus siap bersaing.
Selain tantangan dalam pelayanan pasien dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), pada era globalisasi sekarang ini memaksa RS harus memahami
bagaimana menyusun strategi marketing salah satunya mengenai SDM.
Tantangan SDM kesehatan di rumah sakit yaitu:
1. Jumlah SDM Kesehatan di Rumah Sakit yang Masih Kurang Pada umumnya,
terjadi kekurangan pada jumlah SDM kesehatan yang bergerak di bidang
Upaya Kesehatan Masyarakat/UKM (promotif dan preventif) yaitu tenaga
kesehatan masyarakat (kesmas), SDM kesehatan lingkungan (kesling), serta
tenaga gizi.
2. Maldistribusi Jumlah SDM kesehatan di rumah sakit yang masih kurang
disebabkan oleh maldistribusi SDM. Ada sebagian fasilitas pelayanan
kesehatan yang kekurangan atau tidak ada jenis tenaga kesehatan tertentu,
namun di sisi lain ternyata ada fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah
berlebih jumlah dan jenis tenaganya.
3. Kualitas SDM Kesehatan Pertumbuhan institusi pendidikan tinggi bidang
kesehatan meningkat dengan cepat, terutama di sektor swasta. Pertumbuhan
yang cepat ini tidak diikuti dengan jaminan kualitas dari institusi pendidikan
kesehatan tersebut. Indonesia memiliki kemampuan untuk meningkatkan
27
jumlah SDM kesehatan karena pertumbuhan yang pesat dari institusi
pendidikan tinggi ini. Akan tetapi, kualitas institusi pendidikan tersebut masih
bervariasi satu sama lain.
4. Task Shifting dan Multitasking Akibat dari kekurangan SDM kesehatan
terutama tenaga medis (dokter, dokter gigi dan dokter spesialis), penanganan
pasien (diagnosa dan pengobatan) dilakukan oleh SDM kesehatan yang tidak
mempunyai kewenangan dan kompetensi untuk penanganan pasien. Selain
itu, kekurangan tenaga administrasi (akuntan, ahli ekonomi lainnya, ahli IT)
menyebabkan SDM kesehatan melakukan multitasking.
5. Perubahan Sistem Nilai pada Diri Tenaga Kesehatan Banyaknya perubahan
zaman telah terjadi maka terjadi juga perubahan sistem nilai pada diri tenaga
kesehatan termasuk pada para dokter, yaitu makin menonjolnya sikap
individualistik, materialistik, dan menurunnya solidaritas sosial.
6. Belum Tingginya Budaya IPTEK Masih belum tingginya budaya iptek dan
pemberian bobot penilaian yang lebih tinggi pada aktivitas pelayanan
kesehatan, sehingga dokter di Indonesia lebih berperan sebagai pengguna dari
pada pembuat iptek kedokteran. Hal ini tentu akan berpotensi dimanfaatkan
oleh industri RS asing.
3.3 Manajemen SDM Kesehatan di Rumah Sakit
Secara sederhana pengertian MSDM adalah mengelola sumber daya
manusia.
MSDM
mencakup
masalah-masalah
yang
berkaitan
dengan
pembinaan, penggunaan, dan perlindungan sumber daya manusia. MSDM
sebenarnya merupakan suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur
manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial, yang perlu dikembangkan
sedemikian rupa sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi
organisasi dan bagi pengembangan dirinya. Sumber daya manusia yang harus
dimiliki rumah sakit pada prinsipnya telah diatur melalui akreditasi rumah sakit
yakni dalam penentuan jumlah dan spesifikasi tenaga serta fasilitas penunjang
layanan yang harus dimiliki oleh sebuah rumah sakit. Sumber daya
28
terstandarisasi
seperti
SDM,
manajemen
dan
teknologi
terstandarisasi
merupakan komponen yang sangat diperlukan untuk menghadapi persaingan dan
menciptakan rumah sakit yang mempunyai jasa pelayanan kesehatan berkualitas
yang merupakan indikator untuk meningkatkan citra rumah sakit dan
profitabilitasnya.
Upaya organisasi rumah sakit untuk menciptakan rumah sakit yang
mempunyai citra baik (berkualitas) di mata pelanggannya sangat ditentukan oleh
kualitas SDM terstandarisasi yang dimilikinya. SDM terstandarisasi berarti
tenaga yang ada dalam organisasi telah mempunyai keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai dengan bidang tugas yang dikerjakan, dapat dilihat dari
tingkat pendidikan maupun pengalaman yang dimiliki SDM yang bersangkutan.
SDM rumah sakit pada dasarnya telah terspesialisasi secara jelas, karena semua
tenaga medis seperti perawat, bidan, dokter, dokter spesialis, farmasi dan lainlain secara khusus telah mempunyai latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas yang mereka kerjakan. Dengan latar belakang pendidikan itulah,
SDM di organisasi rumah sakit diharapkan mampu menunjang pelayanan rumah
sakit yang berkualitas. Meskipun demikian, karena masalah kesehatan dan
teknologi yang digunakan selalu berubah maka upaya peningkatan mutu SDM
akan selalu diperbaiki dengan berbagai cara dan strategi baik melalui pre service
education dan in service education. Apalagi di era saat ini yang menuntut
keunggulan mutu SDM yang ditandai dengan sinergi antara keleluasaan
penguasaan ilmu pengetahuan dan keteramplian memanfaatkan teknologi
informasi.
Ada sebuah model manajemen SDM yang di kenal yaitu model 7P yang
merupakan kependekan dari Perencanaan,
Penerimaan,
Pengembangan,
Pembudayaan, Pendayagunaan, Pemeliharaan, Pensiun yang keseluruhannya
menggambarkan siklus kegiatan manajemen SDM mulai dari perencanaan SDM
sampai karyawan memasuki masa pensiun.
Penerapan model 7P di Rumah Sakit meliputi :
1. Perencanaan.
29
Perencanaan merupakan aktivitas proses penetapan apa yang ingin dicapai
dan pengorganisasian sumberdaya untuk mencapainya. Perencanaan sumber
daya manusia meliputi jenis tenaga yang dibutuhkan dan berapa jumlahnya
yang disesuaikan dengan lingkup pelayanan yang akan dilaksanakan. Berapa
jumlah dokternya, perawatnya dan tenaga lainnya serta apakah perlu
fisioterapis atau tenaga yang lain tergantung lingkup pelayanannya. Lingkup
pelayanan rumah sakit tipe C minimal pelayanan medisnya adalah 4 besar
spesialistik yaitu spesialis obsgyn, anak, bedah dan dalam. Dengan adanya
ketentuan tersebut maka tentu saja perencanaan SDM di rumah sakit tipe C
akan berbeda dengan tipe yang lain.
2. Penerimaan.
Penerimaan karyawan merupakan tahap yang sangat kritis dalam manajemen
SDM. Bukan saja karena biaya proses penerimaan karyawan sangat mahal
tetapi merekrut orang yang tidak tepat ibarat menanam benih yang buruk. Ia
akan menghasilkan buah yang dapat merusak tatanan sebuah organisasi
secara keseluruhan. Rumah sakit perupakan sebuah organisasi pelayanan jasa
yang sifat produknya intangible (tidak bisa dilihat) tetapi bisa dirasakan. Dan
pelayanan ini hampir mutlak langsung diberikan oleh karyawan (bukan oleh
mesin/atau alat). Sehingga sikap, perilaku dan karakter karyawan sangat
mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Oleh karena itu, proses
penerimaan SDM rumah sakit harus memperhatikan sikap, perilaku dan
karakter calon karyawan.
3. Pengembangan.
Kompetensi SDM tidak terbentuk dengan otomatis. Kompetensi harus
dikembangkan secara terencana sesuai dengan pengembangan usaha agar
menjadi kekuatan untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Di rumah
sakit diperlukan karyawan yang selalu meningkat kompetensinya karena
tehnologi, ilmu pengetahuan tentang pelayanan kesehatan berkembang sangat
pesat dari waktu kewaktu. Adanya peralatan baru, metode perawatan yang
berubah merupakan contoh betapa perlunya pengembangan kompetensi.
30
Kegiatan pengembangan kompetensi ini antara lain pendidikan dan pelatihan,
pemagangan di rumah sakit lain, rotasi, mutasi.
4. Pembudayaan.
Budaya perusahaan merupakan pondasi bagi organisasi dan pijakan bagi
pelaku yang ada didalamnya. Budaya organisasi adalah norma-norma dan
nilai-nilai positif yang telah dipilih menjadi pedoman dan ukuran kepatutan
perilaku para anggota organisai. Anggota organisasi boleh pintar secara
rasional, tetapi kalau tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional dan
kebiasaan positif maka intelektual semata akan dapat menimbulkan masalah
bagi organisasi. Pembentukan budaya organisasi merupakan salah satu
lingkup dalam manajemen SDM.
5. Pendayagunaan.
The right person in the right place merupakan salah satu prinsip
pendayagunaan. Bagaimana kita menempatkan SDM yang ada pada tempat
atau tugas yang sebaik-baiknya sehingga SDM tersebut bisa bekerja secara
optimal. Ada SDM yang mudah bergaul, luwes, sabar tetapi tidak telaten
dalam hal keadministrasian. Mungkin SDM ini cocok di bagian yang
melayani publik daripada bekerja di kantor sebagai administrator. Lingkup
pendayagunaan ini adalah mutasi, promosi, rotasi, perluasan tugas dan
tanggung jawab.
6. Pemeliharaan.
SDM merupakan manusia yang memiliki hak asasi yang dilindungi dengan
hukum. Sehingga SDM tidak bisa diperlakukan semaunya oleh perusahaan
karena bisa mengancam organisasi bila tidak dikelola dengan baik. SDM
perlu dipelihara dengan cara misalnya pemberian gaji sesuai standar, jamisan
kesehatan, kepastian masa depan, membangun iklim kerja yang kondusif,
memberikan penghargaan atas prestasi dsb.
7. Pensiun.
Dengan berjalannya waktu SDM akan memasuki masa pensiun. Rumah sakit
harus menghindari kesan “habis manis sepah dibuang”, dimana ketika
karyawannya sudah masa pensiun kemudian di keluarkan begitu saja. Karena
31
itu sepatutnya rumah sakit mempersiapkan karyawannya agar siap memasuki
dunia purna waktu dengan keyakinan. Ada banyak hal yang bisa disiapkan
yaitu pemberikan tunjangan hari tua yang akan diberikan pada saat karyawan
pensiun, pemberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk membekali calon
purnakarya.
Peran Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Salah satu aspek terkait
dalam rangka menciptakan keberhasilan program, tugas dan fungsi suatu
organisasi adalah tersedianya sumber daya manusia yang potensial dan
berkualitas.
Manusia merupakan sumber daya yang paling penting dalam suatu
organisasi seperti rumah sakit guna mencapai keberhasilan. Sumber daya
manusia menunjang rumah sakit dengan karya, bakat, kreativitas dan motivasi.
Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi tanpa aspek sumber
daya manusia sulit untuk tujuan tercapai.
Dengan demikian posisi sumber daya manusia sebagai sumber daya
manusia mempunyai peran yang sangat strategis dan menentukan sebagai
subyek maupun obyek bagi segala akivitas organisasi dalam merencanakan,
merumuskan, menetapkan dan melaksanakan berbagai kegiatan di rumah sakit
dalam mencapai tujuannya.
Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit
Untuk mengetahui bagaimana kontribusi sumber daya manusia terhadap
kinerja sebuah organisasi, seperti pada sebuah rumah sakit, diperlukan adanya
suatu pendekatan pengukuran kinerja sumber daya manusia. Cara pengukuran
tersebut terbagi atas dua, yaitu:
1. Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton memperkenalkan konsep “Balanced Scorecard” untuk
mengukur kinerja organisasi. Umumnya para pimpinan organisasi mempunyai
kesamaan terutama dalam memusatkan perhatiannya kepada strategi finansial
dan memberikan prioritas kepada perbaikan proses operasional. Para pimpinan
32
organisasi pada umumnya kurang memperhatikan pada strategi pelanggan.
Mereka nampaknya belum menyadari dan memahami pentingnya strategi untuk
pengembangan sumber daya manusia (human capital).
Di dalam perkembangan organisasi pada era sekarang ini khususnya di
dalam penciptaan nilai-nilai (value creation), suatu organisasi sangat didominasi
oleh “human capital” dan modal “intangible” lainnya. Oleh sebab itu perlu
adanya pengukuran terhadap strategi sumber daya manusia. Salah satu konsep
yang diperkenalkan adalah “Balanced Scorecard” yang menawarkan langkahlangkah penting guna mengelola strategi sumber daya manusia. Sistem
pengukuran sumber daya manusia yang efektif mempunyai dua tujuan penting,
yaitu:
a. Memberi petunjuk bagi pembuatan keputusan dalam organisasi
b. Berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja sumber daya manusia
Konsep yang dikembangkan dalam “Balanced Scorecard” tersebut lebih
ditujukan kepada peran penting dari para profesi sumber daya manusia di masa
datang.
2. Key Performance Indicators (KPI)
KPI merupakan salah satu jenis indikator dari ukuran kinerja. Ukuran
kinerja adalah indikator yang digunakan oleh manajemen untuk mengukur,
membuat laporan dan mengelola tenaga kerja. KPI adalah indikator yang
mempresentasikan kinerja dari proses yang dilaksanakan.mKPI menyatakan
sekumpulan
ukuran
mengenai
aspek
kinerja
yang
paling
kritis,
yangmmenentukan kesuksesan organisasi pada masa sekarang dan masa yang
akan datang. KPI dapat digunakan untuk memprediksi kesuksesan atau
kegagalan dari proses-proses yang dilaksanakan organisasi, sehingga KPI dapat
digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja organisasi secara dramatis.
Pada dasarnya KPI diidentifikasi, dikembangkan dan diimplementasikan
secara internal dalam organisasi. Proses identifikasi sampai implementasi KPI
melibatkan partisipasi dari semua bagian dalam organisasi. Kesuksesan
pengembangan KPI di dalam organisasi, ditentukan oleh empat faktor mendasar,
yaitu
:
33
a. Kerjasama dengan staf, serikat pekerja, suplier utama dan konsumer utama
b.Transfer
kekuatan
ke
bagian
front
line
dalam
organisasi
c. Mengintegrasikan upaya pengukuran, pelaporan dan peningkatan kinerja
d. Menghubungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi
KPI yang dimiliki organisasi dapat mengalami perubahan, sejalan dengan
perkembangan bisnis dan strategi yang dijalankan organisasi. Oleh karena itu,
upaya pengembangan KPI dilakukan secara terus menerus untuk menjamin agar
proses pengukuran kinerja sesuai dengan tujuan organisasi.
Perencanaan SDM
Perencanaan menurut George R. Terry adalah menetapkan apa yang harus
dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi untuk menyelesaikan pekerjaan,
di mana perlu juga ditetapkan oleh manajer bila dan bagaimana pekerjaan harus
dilakukan. Bila dikaitkan dengan konteks SDM, perencanaan tenaga kesehatan
adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pembangunan kesehatan. Kebutuhan baik jenis, jumlah maupun
kualifikasi tenaga kesehatan dirumuskan dan ditetapkan oleh pemerintah pusat
berdasarkan masukan dari Majlis Tenaga Kesehatan yang dibentuk di pusat dan
provinsi. Perencanaan SDM juga menurut Yaslis merupakan proses estimasi
terhadap jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan, dan perilaku yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain
meramalkan atau memperkirakan siapa mengerjakan apa, dengan keahlian apa,
kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Melihat pengertian ini seharusnya
perencanaan SDM di rumah sakit berdasarkan fungsi dan beban kerja pelayanan
kesehatan yang akan dihadapi di masa depan, sehingga kompetensi SDM harus
sesuai dengan spesifikasi SDM yang dibutuhkan rumah sakit.
Yang dimaksud perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan
jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan. Sehingga dalam pemilihan tenaga kesehatan di suatu instansi harus
34
memperhatikan analisis situasi pembangunan kesehatan di wilayah tersebut,
jangan sampai jumlah tenaga yang ada itu kurang atau malah overkuantitas.
Perencanaan SDM kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan SDM
kesehatan, perencanaan program SDM kesehatan, analisa dan desain pekerjaan,
dan sistem informasi SDM kesehatan. Perencanaan SDM selama ini masih
dilakukan terutama berdasarkan kebutuhan pemerintah, kurang memperhatikan
kebutuhan dan potensi masyarakat (organisasi profesi, LSM, swasta dan
pengobatan tradisional). Selain itu kurang berorientasi pada paradigma sehat dan
pengaruh globalisasi serta kebutuhan spesifik daerah.
Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu
1. Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat institusi ; ditujukan pada
perhitungan kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, dan lain-lain
2. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah ; ditujukan
untuk menghitung kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan kebutuhan di
tingkat wilayah (propinsi/kabupaten/kota) yang merupakan gabungan antara
kebutuhan institusi dan organisasi.
3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk bencana ; dimaksudkan untuk
mempersiapkan SDM kesehatan saat prabencana, terjadi bencana dan post
bencana, termasuk pengelolaan kesehatan pengungsi.
Rekruitmen
Proses dalam recruitment diantaranya sebagai berikut
a. Mengidentifikasi Jabatan yang kosong dan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan
b. Mencari informasi jabatan melalui analisis jabatan
c. Menentukan dimana kandidat yang tepat harus dicari
d. Memilih metode rekrutmen yang tepat
e. Pemanggilan kandidat yang memenuhi persyaratan
f. Menyaring/menyeleksi kandidat
35
g. Membuat penawaran kerja
h. Mulai bekerja
Sumber rekruitment yaitu
a. Sumber Tenaga Kerja dari Dalam (Internal) : Promosi, Transfer,Demosi
b. Sumber Tenaga Kerja dari Luar (Eksternal)
• Iklan Media Massa
• Media Sosial
• Lembaga Pendidikan
• Lamaran Kerja yang sudah masuk di Lembaga
• Pengambilan tenaga dari luar atau dari dalam sama-sama memiliki kebaikan
dan kekurangan
Pelatihan dan pengembangan
Davis dan westher dalam bambang suyono (1993:6) memberikan ilustrasi
tentang keseimbangan antara kemampuan pegawai baru dengan lembaga setelah
orientasi dan latihan. Manfaat pelatihan dan pendidikan diantaraya :
a. Latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup “gap” antara kecakapan
atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan.
b. Program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja yang telah
ditetapkan.
Reward and Punishment
Reward adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan yang bertujuan
agar seseorang menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki kinerja yang
telah dicapai (Nugroho, 2006). Menurut Ivancevich, Konopaske dan Matteson
dalam gania, 2006. Tujuan utama dari program reward adalah:
a. Menarik orang yang memiliki kualifikasi untuk bergabung dengan organisasi
b. Mempertahankan karyawan agar terus datang untuk bekerja
c. Mendorong karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi
36
Punishment menurut Ivancevich, Konopaske dan Matteson dalam Gania
(2006:226) Punishment didefinisikan sebagai tindakan menyajikan konsekuensi
yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan sebagai hasil dari dilakukanya
perilaku tertentu.
Sumber daya manusia kesehatan adalah pengelolaan upaya pengembangan
dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan, yang meliputi: upaya
perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan
mutu sumber daya manusia kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan
(termasuk tenaga kesehatan strategis) dan tenaga pendukung atau penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan
manajemen kesehatan. Peran tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam
implementasi sistem kesehatan. Di sisi lain tantangan seperti rendahnya
komptensi menjadi hambatan tersendiri dalam pelaksanaan sistem kesehatan.
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem sumber daya manusia kesehatan
adalah tersedianya sumber daya manusia kesehatan sesuai kebutuhan yang
kompeten dan memiliki kewenangan yang terdistribusi secara adil dan merata
serta didayagunakan secara optimal dalam mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Unsur-unsur subsistem sumber daya manusia kesehatan
terdiri dari: sumber daya manusia kesehatan; sumber daya pengembangan dan
pemberdayaan sumber
daya
manusia
kesehatan;
dan penyelenggaraan
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.
Pelayanan kesehatan sebagai sektor yang paling terdampak oleh situasi
pandemik ini juga harus bersiap untuk menghadapi new normal. Rumah sakit
harus mulai memikirkan langkah yang akan diambil untuk tetap merawat pasien
namun disaat bersamaan juga memberikan pelayanan kepada pasien umum
dengan resiko penularan seminimal mungkin, sehingga disebut sebgai balancing
act.
37
Pelayanan kesehatan di era new normal akan sangat berbeda dengan
keadaan sebelum sakit. Rumah sakit perlu menyiapkan prosedur keamanan yang
lebih ketat dimana sterilisasi harus lebih masif dilakukan di setiap sudut rumah
sakit. Prosedur penerimaan pasien juga akan mengalami perubahan termasuk
penggunaan masker secara universal, prosedur screening yang lebih ketat (rapid
test/PCR),
pengaturan
jadwal
kunjungan,
dan
pembatasan
pengunjung/pendamping pasien bahkan pemisahan fasilitas untuk pasien yang
sakit.
Dari sisi pelayanan, rumah sakit akan lebih selektif dalam menerima
pasien dimana prioritas akan diberikan kepada kasus-kasus gawat darurat atau
life-thretening situation berdasarkan tingkat keparahan penyakit. Hal lain yang
perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah persiapan untuk menghadapi
kemungkinan gelombang kedua (second wave), mengingat resiko penularan
dimasyarakat masih mungkin untuk terjadi. Rumah sakit perlu menyiapkan
protokol emergensi yang jelas untuk menghadapi gelombang kedua termasuk
alokasi ruang perawatan untuk pasien yang sakit, tambahan tenaga kesehatan
bila
diperlukan,
kecukupan
personal protective
equipment (PPE),
serta
penutupan kembali beberapa layanan jika situasinya memburuk.
Perubahan dalam pelayanan ini merupakan kesempatan yang baik untuk
mempromosikan value-based care yakni pelayanan yang berorientasi pada
outcome sehingga menghindari perawatan/tindakan yang tidak perlu atau tidak
berkontribusi pada outcome. Salah satu perawatan yang akan mendapatkan
perhatian adalah chronic disease management dimana penderita penyakit kronis
memiliki resiko kematian yang lebih besar apabila terpapar sakit. Penggunaan
telemedicine dan remote monitoring untuk pasien dengan penyakit kronis dapat
menurunkan kunjungan yang tidak perlu ke fasilitas kesehatan dan mengurangi
resiko keterpaparan terhadap virus.
Value-based care juga merupakan bagian dari patient / people centered
care, yaitu konsep pelayanan yang berusaha memberikan perawatan dengan
menghormati dan responsif terhadap berbagai preferensi, kebutuhan, dan nilainilai individu pasien, dan memastikan bahwa nilai-nilai tersebut digunakan
38
untuk memandu semua keputusan klinis. Dalam New Normal preferensi,
kebutuhan dan nilai-nilai tersebut berubah, maka RS harus responsif untuk tetap
dapat menjaga mutu dan keselamatan pasien, tidak saja bagi pasien dengan
pasien lainnya.
Respon yang diharapkan dari RS adalah memastikan keempat inti
patient/people centered care yaitu:
1) Memberikan pelayanan kesehatan dengan bermartabat dan rasa hormat,
dimana para klinisi mendengarkan dan menghormati perspektif dan pilihan
pasien dan keluarga.
2) Berbagi informasi, yaitu para klinisi berkomunikasi dan berbagi informasi
yang lengkap dan tidak bias dengan pasien dan keluarga serta antar klinisi.
3) Partisipasi aktif, dimana pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk
berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan pada tingkat yang
mereka pilih.
4) Kolaborasi, yaitu pasien, keluarga, para klinisi, dan pengelola fasilitas
pelayanan kesehatan berkolaborasi dalam pengembangan dan pelayanan
kesehatan.
Dengan begitu banyaknya perubahan yang wajib dilakukan, rumah sakit
perlu melakukan re-desain pelayanan dengan memperhatikan:
1. Perencanaan dan manajemen rumah sakit dengan segala perubahan untuk
menghadapi masanya termasuk investasi pada teknologi serta pelatihan
tenaga kesehatan terkait telemedicine;
2. Promosi kesehatan dan edukasi kepada pasien dan pengunjung yang lebih
massif untuk memastikan keselamatan dapat dipahami dan ditaati oleh semua
pihak;
3. Upaya menjamin keselamatan dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan
tugasnya sebagai garda terdepan dalam upaya penanggulangan penyakit ini
termasuk kecukupan PPE, insentif yang sesuai, dan lain sebagainya;
39
4. Melakukan upaya peningkatan mutu layanan yang terintegrasi untuk
memastikan mutu layanan tetap terjaga dengan adanya pembatasanpembatasan.
5. Menggunakan tools untuk melakukan re-desain pelayanan, seperti FMEA
(failure modes and effects analysis maupun dengan house of quality/Quality
function
deployment).
pengelolaan
penyelenggaraan
berbagai
upaya
kesehatan, baik perorangan, kelompok, maupun masyarakat secara terencana,
terpadu, dan berkesinambungan guna tercapainya derajat
kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pemberdayaan masyarakat mencakup
pengembangan komunitas; pengembangan partisipasi dan pembentukan
kapasitas pemberdayaan untuk mewujudkan status kesehatan yang optimal
yang bertujuan untuk pengelolaan kontrol dan alokasi sumber daya yang
tersedia dalam interaksi “partisipasi” individu dan komunitas.
Tujuan subsistem pemberdayaan masyarakat adalah meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi
masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam setiap pembangunan
kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan
berwawasan kesehatan. Selain itu pemberdayaan masyarakat juga mampu
meningkatkan akses masyarakat ke pelayanan kesehatan; mendorong ketepatan
dalam perilaku pencarian pelayanan kesehatan dan meningkatkan resilien bagi
pasien secara berkelanjutan.
Unsur-unsur subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari: penggerak
pemberdayaan; sasaran pemberdayaan; kegiatan hidup sehat; dan sumber daya.
Prinsip-prinsip subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari: berbasis
masyarakat; edukatif dan kemandirian; kesempatan mengemukakan pendapat
dan memilih pelayanan kesehatan; dan kemitraan dan gotong royong.
Penyelenggaraan subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari: penggerakan
masyarakat; pengorganisasian dalam pemberdayaan; advokasi; kemitraan; dan
peningkatan sumber daya dengan mengutamakan peran promotif dan preventif.
40
3.4 Contoh Manajemen di Rumah Sakit
3.3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Bhayangkara Palu
1. Sejarah Rumah Sakit
Peletakan batu pertama RS. Bhayangkara Palu dilaksanakan pada awal
bulan mei 2004 atas prakarsa Kabid Dokkes Polda Sulteng AKBP Dr. Ramon
Amiman. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Kapolda Sultang Brigjen Pol
Drs. Taufik Ridha, MM.
Selanjutnya
peresmian
dan
operasional
RS.
Bhayangkara
Palu
dilaksanakan pada tanggal 4 agustus 2004 oleh Kapolda Sulteng Brigjen Pol
Drs. Ridha, MM dan disaksikan Kapus Dokkes Polri Brigjen Pol Dr. Bambang
Ibnu Suparto, dengan status sebagai Rumah Sakit Polri Tk IV yang setara
dengan Rumah sakit Pemerintah Daerah Tipe D.
Selama berdirinya RS. Bhayangkara Palu telah dijabat oleh empat kepala
Rumah Sakit Bhayangkara Palu sebagai berikut:
1. AKP drg. Agustinus MHT (periode 4 agustus 2004 s/d juli 2006)
2. Kompol dr. Felix Sangkalia, MS (Periode juli 2006 s/d september 2007)
3. Kompol dr. Moh. Haris (peiode september 2007 s/d september 2013)
Berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Sulteng No. Pol: Skep/151/VII/ 2007
tanggal 29 agustus 2007.
4. Kompol dr. Judy Dermawan, M.Kes (periode september 2013 s/d sekarang)
Berdasarkan keputusan Kapolda Sulteng Nomor: Kep/248/IX/2013 tanggal
20 September 2013.
2. Letak Geografis
Rumah Sakit Bhayangkara Palu terletak dibagian belakang Kantor
Mapolda Sulteng yang lebih tepatnya ditengah Asrama Polri Polda Sulteng yang
luasnya tanah 3500 m2 luas dan bangunan 1552 m2. Secara letak posisi RS.
Bhayangkara Palu berhadapan dengan rumah penduduk, dengan nama jalan DR.
Suharso Lorong III No. 2 Palu. Dibelakang RS. Bhayangkara Palu berbatasan
dengan rumah penduduk yang terpisahkan oleh tembok.
3. Personel
41
Standar personil RS. Bhayangkara Polri tingkat III menurut Surat
Keputusan Kapolri Nomor : 11 Tahun 2011 tanggal 30 juni 2011 tentang
Susunan dan Tata Kerja Rumah sakit Bhayangkara Kepolisian Negara Republik
Indonesia tentang Daftar Susunan personel RS. Bhayangkara TK. III adalah 51
Personel secara struktural dan 104 fungsional.
Personel riil tahun 2014 adalah 80 orang, Anggota Polri 48 orang dan PNS
32 orang. Untuk menutupi kekurangan personel organik maka di adakan
perekrutan PHL sebanyak 102 orang.
Proses penguatan sumber daya manusia di RS. Bhayangkara Palu adalah
dengan menerima dan menyeleksi surat lamaran yang masuk dengan melalui
proses tahap wawancara dan praktek khusus bagi tenaga paramedis.
NO
PENDIDIKAN
POLRI PNS TKK* MITRA PTT* JML
1 DOKTER AHLI
1
2 DOKTER UMUM
2
3 DOKTER GIGI
39
40
18
20
1
4 SKM
6
5 S1 GIZI
-
1
2
8
-
-
3
3
6
7 S1 FARMASI
1
1
8 APOTEKER
1
1
6 S1 KEPERAWATAN
9 S1 HUKUM
2
10 S1 EKONOMI
-
-
-
-
2
-
3
11 D III FARMASI
3
8
11
12 D III KEBIDANAN
6
12
18
13
51
67
13 D III KEPERAWATAN
3
14 D III RADIOLOGI
-
-
1
3
1
15 D III ANALIS KESEHATAN
-
-
3
-
-
3
16 D I INFORMATIKA
-
-
-
-
-
-
17 D I ANALIS
1
42
-
1
18 D I KOMPUTER
1
19 D I BIDAN
-
-
-
20 SPK
5
4
-
21 SMU ANALIS
1
22 SPRG
1
23 STM
3
24 MAN
1
25 SMA
22
1
-
-
9
1
1
2
1
4
1
5
27
26 SMK
1
1
27 SMK FARMASI
-
-
JUMLAH
48
32
110
Kuat Personel RS. Bhayangkara Palu Periode Januari 2014
43
39
229
4. Visi dan Misi RS. Bhayangkara Palu
1. Visi RS. Bhayangkara Palu
Rumah Sakit Bhayangkara Palu dalam memberikan dukungan pelayanan
kesehatan secara profesional dan maksimal dengan disertai etos kerja yang
tinggi, tulus ikhlas dan penuh pengabdian tanpa membeda-bedakan
pelayanan kesehatan yang mencakup seluruh wilayah Polda Sulawesi
Tengah.
2. Misi RS. Bhayangkara
Memberikan pelayanan prima sesuai dengan standar dan kebutuhan
pengguna, baik keluarga besar Polri maupun masyarakat umum.
Melaksanakan dukungan kesehatan yang profesional bagi pelaksanaan tugas
operasional Polri.
5. Fasilitas Pelayanan
1. Poliklinik/Rawat Jalan
Pelayanan poliklinik Mencakup pelayanan umum dan spesialistik dengan
melakukan kerja sama/mitra dengan dokter spesialis yang ada di kota Palu.
Pelayanan spesialik poliklinik juga sebagai pelayanan Rawat Jalan Tingkat
Lanjut (RJTL).
Perkembangan pelayanan poloklinik periode tahun 2013 adalah sebagai
berikut:
1.
Poliklinik Umum
2.
Poliklinik Bedah
3.
Poliklinik Anak
4.
Poliklinik Kandungan dan Kebidanan
5.
Poliklinik syaraf
6.
Poliklinik mata
7.
Poliklinik THT
8.
Poliklinik Interma
9.
Poliklinik Kesehatan Jiwa
10. Poliklinik gigi
2. Rawat Inap
44
Pelayanan Rawat Inap RS. Bhayangkara Palu menyediakan 107 tempat
tidur yang berada diruangan masing-masing:
a. Ruangan Super VIP (1 tempat tidur pasien + 1 tempat tidur keluarga)
b. Ruangan VIP, 3 tempat tidur dengan ruangan:
1. Berlian (1 tempat tidur pasien + 1 tempat tidur keluarga)
2. Intan (1 tempat tidur pasien + 1 tempat tidur keluarga)
3. Veros 1 (1 tempat tidur pasien + 1 tempat tidur keluarga)
4. Veros 2 (1 tempat tidur pasien + 1 tempat tidur keluarga)
c. Kelas I, 9 tempat tidur dengan ruangan:
1. Ruby 1
: 1 tempat tidur
2. Ruby 2
: 1 tempat tidur
3. Ruby 3
: 1 tempat tidur
4. Ruby 4
: 1 tempat tidur
5. Safir 1
: 1 tempat tidur
6. Safir 2
: 1 tempat tidur
7. Permata 2
: 1 tempat tidur
8. Delima
: 1 tempat tidur
9. Veros
: 1 tempat tidur
d. Kelas II, 8 tempat tidur dengan ruangan:
1. Safir 3
: 2 tempat tidur
2. Safir 4
: 2 tempat tidur
3. Permata 1
: 2 tempat tidur
4. Zamrut
: 2 tempat tidur
e. Kelas III, 26 tempat tidur dengan ruangan:
1. Mutiara
: 8 tempat tidur
2. Giok
: 6 tempat tidur
3. Topas
: 6 tempat tidur
4. Coral
: 6 tempat tidur
5. Ruangan Terisolasi : 2 tempat tidur
6. Ruangan Tahanan
: 4 tempat tidur.
7. Kelas III Nifas
: 6 tempat tidur.
45
8. Ruang Bersalin
: 4 tempat tidur.
f. Ruangan ICU, 4 tempat tidur.
3. Instasi gawat Darurat (IGD) melayanai 24 jam, 4 tempat tidur.
4. Pelayanan Penunjang
a. Ruang Operasi
b. Ruang mayat
c. Ruang Perawatan bayi : 31 tempat tidur
d. Ruang Recovery : 2 tempat tidur
e. PPT/VCT
f. Instalasi forensik
g. Pojok DOTS sebagai realisasi kerjasama dengan Dinas Kesehatan
Provinsi dalam rangka program pemberantasan penyakit TB.
6. Sarana Prasarana
Sarana prasarana merupakan suatu yang sangat penting dalam pelaksanaan
operasional pelayanan kesehatan, untuk pemeliharaan dan pengembangan sarana
prasarana RS. Bhayangkara Palu secara bertahap pula dikembangkan, RS.
Bhayangkara Palu membentuk/mengaktifkan Instalasi Pemeliharaan Sarana
Prasarana RS. Bhayangkara Palu dan mendokumentasikan setiap penambahan
maupun kegiatan pemeliharaan. Perkembangan Rumah Sakit Bhayangkara Palu
dapat terlihat diantaranya adalah :
1. Petunjuk arah ruangan, Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan,
2. Penambahan Meja Operasi, Pemasangan SIM RS. Di Rumkit Bhayangkara
Palu,
3. Penambahan alat Endoscopi,
4. Pemasangan Air Conditioner ( AC) di ruang Perawatan Kelas III.
7. Program Kerjasama
Dalam rangka pengembangan RS. Bhayangkara Palu baik Mutu maupun
kualitas serta untuk mendukung pelaksanaan operasional RS. Bhayangkara Palu
maka program kerjasama dengan instansi lain atau perorangan sepatutnya
dilaksanakan. Olehnya itu, RS. Bhayangkara telah dan akan menjalin hubungan
kerjasama sehingga terciptanya ikatan yang menguntungkan saat ini. RS.
46
Bhayangkara Palu telah melakukan kerjasama dengan beberapa instansi dan
perorangan sebagai berikut:
1.
Para Dokter Umum
2.
Para Dokter Ahli 39 orang
3.
BPJS Kesehatan
4.
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako dalam rangka menjadi RS.
Bhayangkara Palu
5.
Kerjasama dengan Rumah Sakit Mitra Sehat Medika (MSM) PandaanPasuruan dalam pemasangan SIM RS .
6.
STIKES Widya Nusantara S1 Keperawatan & D III Kebidanan sebagai
lahan praktek bagi mahasiswa
7.
Kerjasama antara RS. Bhayangkara Palu dengan Poltekkes Palu, Sulteng
8.
Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Palu dan Dinkes Propinsi
Sulawesi Tengah dalam pelaksanaan Program Jamkesmas
9.
Sekolah Tinggi Kebidanan Cenderawasih sebagai tempat praktek bagi
mahasiswa kebidanan.
10. Kerjasama Pelaksanaan Pendidikan Khusus D III Keperawatan dengan
Akademi Keperawatan Kab. Donggala Sulawesi Tengah.
11. Kerjasama RS BAHAYANGKARA PALU dengan BNP2TKI.
3.3.2 Unit-Unit Kerja dan Tugas Pokok Serta Fungsi Rumah Sakit
Bhayangkara
1. Unit Kerja Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Polda Jabar
a. Kepala Rumah Sakit ( Karumkit )
b. Satuan Pengawas Internal ( SPI )
c. Tata Usaha dan Urusan Dalam
d. Juru Bayar
e. Wakil Kepala Pelayanan Medis dan Dokpol
f. Komite Medis
g. Wakil Kepala Umum dan Diklitkes
h. Kepala Bagian Pelayanan Medis
i. Kepala Bagian Penunjang Medis dan Kompartemen Dokpol
47
j. Instalasi Bidang Pelayanan Medis dan Dokpol
1) Rawat Inap
2) Rawat Jalan
3) Gawat Darurat
4) Bedah Sentral
5) Perawatan Intensif
6) Radiologi
7) Laboratorium
8) Farmasi
9) Rehab Medik
10) Gizi
11) Cuci dan Pusat Sterilisasi
12) Pemeliharaan Rumah Sakit
13) Patologi
14) Limbah
15) Rawat Tahanan
16) Forensik
17) Narkoba
k. Kepala Bagian SDM dan Diklitkes
l. Kepala Bagian Keuangan
m. Kepala Bagian SIM dan Medrec
n. Kepala Bagian Logistik
o. Kepala Bagian Perencanaan
p. Kepala Bagian Humas dan Hukum
2. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Bhayangkara
Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Bhayangkara Palu adalah sebagai
berikut :
a. Menyelenggarakan kegiatan serta upaya dalam bidang pemeriksaan,
pengobatan, dan perawatan sampai taraf spesialistik yang mendukung tugas
operasional Kepolisian.
48
b. Menyelenggarakan perawatan kesehatan tahanan, pertologan gawat darurat,
dan pelayanan ambulan dalam rangka mendukung tugas polisi, perawatan
penderita korban penyalahgunaan obat terlarang/narkoba.
c. Menyelenggarakan kegiatan dan pengembangan ilmu teknik dan prosedur
pelayanan rumah sakit Kepolisian
d. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan latihan sesuai program
pendidikab polri/Diklat Polda.
e. Menyelenggarakn kegiatan lain yang menujang pelaksanaan tugas rumah
sakit.
Sedangkan Fungsi Rumah Sakit Bhayangkara tingkat III adalah memberikan
pelayanan kesehatan terhadap anggota Polri, PNS, dan keluarga Polri.
3.3.3 Jenis - Jenis Pasien di Rumah Sakit Bhayangkara
1. Pasien Dinas
Pasien Dinas adalah pasien yang datang ke rumah sakit yang tidak dikenai
biaya, cukup dengan menunjukkan atau melengkapi persyaratan yang telah
ditentukan oleh pihak Polri.
Pasien Dinas :
a. Anggota Polri dan PNS Polri yang masih berdinas aktif.
b. Istri/suami sah anggota Polri dan PNS Polri yang terdapat di daftar gaji
c. Dua anak sah Polri dan PNS Polri dibawah usia 25 tahun, belum menikah
dan masih memperoleh tunjangan anak.
2. Pasien Umum
Pasien umum adalah pasien yang datang ke rumah sakit tanpa menggunakan
asuransi kesehatan, dan segala administrasi dan pembayarannya dilakukan
sendiri.
3. Pasien Rekanan
Pasien Rekanan adalah yang datang ke rumah sakit dengan membawa bukti
sesuai dengan persyaratan atau rujukan dari perusahaan (PT.) dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan biaya kesehatan ditanggung
oleh perusahaannya.
4. Pasien Tahanan
49
Pasien Tahanan adalah pasien yang datang ke rumah sakit akibat tindak
kriminal yang ia lakukan (seperti terorisme) sehingga ia terkena tembak, di
keroyok massa dsb.
3.3.4 Sistem Informasi Manajemen (SIM) di Rumah Sakit Bhayangkara
Rumah sakit Bhayangkara telah menerapkan Sistem Informasi Manajemen
(SIM) dalam proses manajemen SDM-nya. Menurut Abdul Kadir (2003) sistem
informasi manajemen (SIM) adalah sistem informasi yang digunakan untuk
menyajikan informasi yang digunakan untuk operasi, manajemen, dan untuk
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Biasanya, SIM menyediakan
informasi untuk operasi menurut Haag (2000) SIM juga sering disebut sebagai
sistem peringatan manajemen karena sistem ini memberikan peringatan kepada
pemakai (umumnya manajemen) terhadap masalah maupun peluang. SIM
menggunakan perangkat keras, dan perangkat lunak komputer, prosedur
pedoman, model manajemen dan keputusan dan sebuah “database”. SIM dapat
mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan.
Sistem informasi manajemen digambarkan sebagai sebuah bangunan
piramida dimana lapisan dasrnya terdiri dari informasi untuk pengolahan
transaksi, penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari
sumber-sumber informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari.
Lapisan ketiga terdiri dari sumber daya sistem informasi untuk membantu
perencanaan taktis dan pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen,
dan lapisan puncak terdiri dari sumber daya informasi untuk mendukung
perencanaan dan perumusan kebijakan oleh manajemen tingkat puncak.
Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang
menyediakan informasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana
mengoperasikan sistem informasi, dan orang-orang yang membuat produk,
menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan sistem
informasi tersebut. Orang-orang dalam sistem informasi membuat prosedur
untuk mengolah dan memanipulasi data sehingga menghasilkan informasi dan
menyebarkan informasi tersebut ke lingkungan.
Suatu SIM dapat dioperasionalisasi bila terdapat 3 unsur penting, yaitu:
50
1. Hardware (Perangkat Keras), terdiri dari: Komputer dan peralatannya,
jaringan komunikasi seperti modem, telepon dan lain-lain.
2. Software (Perangkat Lunak), terdiri dari program yang menjalankan proses
kerja pada komputer.
3. Brainware, merupakan unsur manusia yang menjalankan SIM.
SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) merupakan
himpunan atau kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan dan saling berkaitan
serta saling ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha
menyajikan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna
menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan dalam
memberikan pelayanan kesehatan di RumahSakit.
SIMRS di RS. Bhayangkara saat ini ditujukan untuk menunjang fungsi
perencanaan dan evaluasi dari penampilan kerja RS. Bhayangkara, antara lain
adalah jaminan mutu pelayanan rumah sakit yang bersangkutan, pengendalian
keuangan dan perbaikan hasil kerja RS. Bhayangkara tersebut, kajian dalam
penggunaan dan penaksiran permintaan pelayanan kesehatan RS. Bhayangkara
oleh masyarakat, perencanaan dan evaluasi program RS. Bhayangkara,
penyempurnaan laporan RS. Bhayangkara serta untuk kepentingan pendidikan
dan penelitian.
Sistem yang mencatat semua kegiatan operasional rumah sakit baik yang
bersifat medis maupun non medis. Meliputi proses pendaftaran pasien, admisi,
tindakan medis, laboratorium, radiologi, dan sebagainya yang semuanya tercatat
secara elektronis pada database medical record. Modul ini menggunakan engine
software opensource Care2X dengan modifikasi yang disesuaikan dengan
kondisi sistem informasi manajemen rumah sakit yang diinginkan dan telah
diintegrasikan dengan modul
Program ini telah teruji dan digunakan oleh banyak rumah sakit di
beberapa negara. Sistem yang mencatat semua aspek keuangan yang timbul dari
kegiatan-kegiatan yang terjadi pada modul Medical Information System,
pencatatan hutang piutang, invoice, pelunasan, inventory control (obat dan
bahan-bahan medis), point-of-sales, sampai dengan laporan-laporan keuangan
51
seperti neraca, laba rugi, buku besar, dan sebagainya. Modul ini menggunakan
engine software opensource SQL-Ledger dengan modifikasi yang disesuaikan
dengan kondisi sistem informasi keuangan rumah sakit yang diinginkan.
Program ini telah teruji dan digunakan oleh banyak perusahaan beberapa negara
dan program belum lama ini telah diterapkan di RS. Bhayangkara dan terbukti
sangat membantu sistem manajemen rumah sakit sehingga lebih teratur dan
terorganisir dalam pelaksanaannya meskipun masih banyak yang mesti
diperbaiki dalam pelaksanaannya.
Didalam SIMRS terdapat Tim Sistem informasi Rumah Sakit yang
mempunyai tugas meliputi:
1. Menentukan Spesifikasi aplikasi yang diinginkan yaitu: Output atau laporan
yang didinginkan. Selain itu Proses pemasukn data yang diinginkan.
2. Memberkan data yang berkitan dengan spesifikasi aplikasi.
3. Memberikan feedback yang cepat, akurat kepada pengembang dengan
mengisi form yang diberikan.
Berikut yang harus dilakukan oleh Tim SIRS atau tim SIM Rumah Sakit:
1) Adanya kerjasama tip unit dalam pemasukan data
2) Buat Komitmen dalam tim untuk mencapai tujuan
3) Tim SIM rumah sakit mengajukan hardware pendukung SIM Kordinator
bertanggung jawabterhadap data base unit yang dipimpinnya
4) Adanya surat tugas dari manjemen untuk Tim SIM rumah Sakit
5) Dibuat Protap atau SOP serta Jobdescription dari setiap unit
6) Komitmen dari TIM dibuatkan kontrak
7) Dibuat jadwal pertemuan rutin tiap unit
8) Buat SK pembentukan Tim SIM rumah sakit
Kendala-kendala yang sering terjadi dilapangan saat implementasi adalah:
1. Ketidaksiapan rumah sakit dalam menerapkan sistem informasi yang
terintergrasi dan berbasis komputer.
2. Penyajian data yang belum semua menjadi data elektronik yang akan
memudahkan pada proses migrasi data.
52
3. Komitment yang dilaksanakan secara bersamaan dan menyelur sehingga
menimbulkan kekacaun pada data transakit.
4. Koordinasi antar unit bagian yang terkesan mementingkan unit masingmasing.
5. Berubah-ubahnya kebijakan.
6. Mengubah pola kerja
yang sudah terbiasa
dengan manual ke
komputerisasi.
7. Pemahaman yang belum merata antara SDM terkait,
8. Mengacu pada UU Nomor 44 Tahun 2009,tentang Rumah Sakit yaitu
pasal 52 Ayat 1 yang berbunyi : “ Setiap :Rumah sakit wajib melakukan
pencatatan dan peloparan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah
Sakit dalam bentuk SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH
SAKIT.
SIM-RS adalah aplikasi berbasis web, yang ditunjuk untuk memperbaiki
pengelolaan data Rumah Sakit agar data Rumah Sakit dan informasi bisa ditata
dengan baik dan dapat di pertanggungjawabkan. Pengelolaan data dan informasi
meliputi :
1.
Front-Office
2.
Medical Record
3.
Billing System
4.
Akuntansi
5.
Pelaporan Keuangan
6.
Manajemen Pembelian (Pengadaan Barang / Jasa)
7.
Logistik & Persediaan
8.
Analisis Ratio
9.
Kepegawaian
10. Rawat Jalan/Poliklinik
11. Instalasi Gawat Darurat
12. Rawat Inap
13. ICU/PICU/NICU
14. OK/VK
53
15. Medical Check Up
16. Laboratorium
17. Radiologi
18. Farmasi
19. Instalasi Gizi
20. Instalasi Laundry
21. Keperawatan
22. Sistem Administrator
Adapunn keuntungan menggunakan SIM-RS adalah sebagai berikut:
1. Dapat memantau perkembangan Rumah Sakit secara akurat
2. Dapat meningkatkan pelayanan dibidang kesehatan kepada masyarakat secara
akurat.
3. Rumah Sakit tersebut dapat terpantau secara langsung oleh lembaga-lembaga
dari luar atau dalam Negeri secara akurat, sehingga mempermudah akses bagi
lembaga tersebut jika akan memberikan informasi serta mempermudah akses
jika ingin memberikan dana.
4. Dapat menyimpan data base Rumah Sakit mulai dari Pasien, Karyawan yang
terdiri dari Data Rumah Sakit, data administrasi,data Aset Rumah Sakit dan
lain-lain
5. Dapat mengangkat brand image Rumah Sakit tersebut secara tidak langsung
dengan memiliki fasilitas modern
6. Dapat mengurangi beban kerja sub-bagian rekam medis dalam menangani
berkas rekam medis,Bagian Rekam Medis memang sub-bagian yang paling
direpotkan mulai dari coding,indexing,filling dan lain-lain.Sebagian Rumah
Sakit di Indonesia masih mengggunakan petugas Rekam Medis ataupun kurir
dalam mendistribusikan berkas-berkas ke masing-masing pelayanan.
7. Dapat mengurangi pemakaian kertas.Pemakaian kertas masih belum bisa
dihilangkan di Indonesia karena data medis sangat rentan dengan hukum dan
akan memporakporandakan perdagangan kertas di Indonesia . Dengan sistem
yang terkomputerisasi , pemakaian kertas yang bisa di pangkas antara lain :
54
1) Lembar kertas Rekam Medis yang tidak berhubungan dengan masalah
Autentikasi atau aspek hukum
2) Laporan masing-masing unit pelayanan (karena semua laporan telah
terekap oleh sistem).
3) Rekap Laporan (RL) 1-6 yang dikirim ke dinas Kesehatan.
4) Menghasilkan
pelaporan
keuangan
rumah
sakit
yang
dapat
di
pertanggungjawabkan
3.3.5 Analisis Manajemen Sumber Daya Manusia di RS. Bhayangkara Palu
Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting.
Sumber daya manusia merupakan pilar utama sekaligus penggerak roda
organisasi dalam upaya mewujudkan visi dan misinya. Karenanya harus
dipastikan sumber daya ini dikelola dengan sebaik mungkin agar mampu
memberi kontribusi secara optimal. Maka diperlukanlah sebuah pengelolaan
secara sistematis dan terencana agar tujuan yang diinginkan dimasa sekarang dan
masa depan bisa tercapai yang sering disebut sebagai manajemen sumber daya
manusia. Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah mengelola atau
mengembangkan kompetensi personil agar mampu merealisasikan misi
organisasi dalam rangka mewujudkan visi.
RS. Bhayangkara Palu merupakan organisasi pelayanan jasa yang
mempunyai kespesifikan dalam hal SDM, sarana prasarana dan peralatan yang
dipakai..
.
Sumber daya manusia yang ada di RS. Bhayangkara Palu terdiri dari:
1. Tenaga kesehatan
2. Tenaga non kesehatan
Perkantoran di RS. Bhayangkara Palu yang termasuk tenaga non kesehatan
memulai aktivitasnya setiap hari senin hingga jumat pada pukul 07.00 – 15.00
WITA. Berbeda dengan para tenaga kesehatan yang harus siap 24 Jam di rumah
sakit.
Ada sebuah model manajemen SDM yang di kenal yaitu model 7P yang
merupakan kependekan dari Perencanaan,
55
Penerimaan,
Pengembangan,
Pembudayaan, Pendayagunaan, Pemeliharaan, Pensiun yang keseluruhannya
menggambarkan siklus kegiatan manajemen SDM mulai dari perencanaan SDM
sampai karyawan memasuki masa pensiun.
Penerapan model 7P di RS. Bhayangkara Palu meliputi :
1. Perencanaan.
2. Penerimaan.
Sistem rekrutmen di RS. Bhayangkara merupakan upaya penemuan calon dari
pekerja baru maupun pekerja tetap dari Polda atas rekomendasi pimpinan
untuk mengisi jabatan memerlukan SDM yang berkualitas. Tahap awal yang
perlu dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar
riwayat hidup/cv/curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar
dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal
memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil
kandidat
terpilih
untuk
dilakukan
ujian
test
tertulis,
wawancara
kerja/interview dan proses seleksi lainnya seperti praktek bagi tenaga medis
dengan memperhatikan unsur-unsur antara lain: kemampuan, kompetensi,
kecakapan, pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian sebagai
penilaian.
3. Pengembangan.
4. Pembudayaan.
Apabila rumah sakit dapat menumbuhkan sikap dan perilaku positif pada
semua karyawannya, akan terciptanya lingkungan kondusif dan memacu
motivasi pada semua karyawannya untuk berkembang dan maju, dan akan
berdampak juga pada kunjungan pasien yang meningkat dan di sertai dengan
rasa puas dan nyaman yang dirasakan oleh pasien.
Para tenaga kesehatan maupun non kesehatan di RS. Bhayangkara Palu
berusaha semaksimal mungkin agar sikap dan perilaku mereka tetap baik
sehingga memberikan kepuasan/kenyamanan kepada para pasien atau
pengunjung yang datang ke RS. Namun tak dipungkiri masih ada juga
beberapa yang belum menerapkan budaya tersebut, misalnya masalah
keterlambatan. Masih banyak para pekerja yang datang terlambat, namun
56
mereka memiliki solusi sendiri terhadap hal tersebut yaitu dengan melakukan
kesepakatan bersama yaitu apabila mereka datang terlambat ke Rumah Sakit
maka ada sanksi berupa membersihkan kamar mandi, membersihkan ruangan
kerja, dll sesuai dengan kesepakatan. Hal tersebut dilakukan agar para staff
dan perawat dapat disiplin terhadap pekerjaannya.
5. Pendayagunaan.
6. Pemeliharaan.
Pada RS. Bhayangkara Palu telah menetapkan metode pemeliharaan tersebut
dimana adanya reward/penghargaan yang diberikan setiap perayaan ulang
tahun RS pada setiap tenaga kesehatan/non kesehatan yang disiplin dan
melakukan pekerjaannya dengan baik berupa sertifikat, kenaikan gaji, bahkan
kenaikan pangkat apabila kinerjanya baik secara keseluruhan mencakup
instansi Polri dan itu berdasarkan keputusan pimpinan Polri secara langsung.
Hal tersebut dapat memberikan motivasi bagi para pekerja untuk
mengembangkan kompetensinya dan lebih produktif. Selain itu juga adanya
pemberian gaji sesuai UMR (Upah Minimum Regional) dan kesejahteraan .
7. Pensiun.
RS. Bhayangkara Palu mempersiapkan karyawannya agar siap memasuki
dunia purna waktu dengan keyakinan. Ada banyak hal yang bisa disiapkan
yaitu memberikan tunjangan hari tua yang akan diberikan pada saat karyawan
pension.
Berdasarkan penerapan model 7P di RS. Bhayangkara Palu, maka dapat
diketahui bahwa perencanaan SDM di rumah sakit tersebut belum berjalan
dengan baik dimana lingkup pelayanan rumah sakit tipe C minimal pelayanan
medisnya adalah 4 besar spesialistik yaitu spesialis obsgyn, anak, bedah dan
dalam. Rumah Sakit tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran subspesialis terbatas. Dengan adanya ketentuan tersebut
maka tentu saja perencanaan SDM di rumah sakit tipe C seperti RS.
Bhayangkara Palu belum mencapai ketentuan tersebut karena pada rumah sakit
tersebut masih kurang dokter spesialis tetap. Kebanyakan dokter spesialis masih
bekerjasama dengan rumah sakit lain sehingga hal tersebut kadang menyebabkan
57
keterlambatan dokter dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap para
pasien.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti,
diketahui bahwa hubungan yang ada di antara pimpinan dan staf Rumah sakit
berjalan dengan cukup baik. Pimpinan maupun stafnya memiliki hubungan yang
cukup dekat dan tidak ada hierarki. Hal ini terlihat saat wawancara berlangsung
staf tidak begitu kaku dalam menggambarkan bagaimana gaya kepemimpinan
Direktur RS. Bhayangkara yang digambarkan begitu energik, humoris, tegas dan
disiplin serta menurut salah satu staf RS. Bhayangkara jika terjadi ada
kesalahpahaman
dalam
komunikasi,
mereka
segera
menyelesaikan
kesalahpahaman tersebut agar tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan.
3.3.6 Solusi Yang Ditawarkan Pihak RS. Bhayangkara Untuk Mengatasi
Masalah MSDM Di RS. Bhayangkara Palu.
“..Tidak dapat dipungkir bahwasanya didalam sebuah sistem manajemen
pastilah ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang mempengaruhi
kualitas RS. Bhayangkara, namanya juga yang jalankan itu manusia pastilah
tidak ada yang sempurna walaupun kita semua sudah berupaya semaksimal
mungkin untuk mengatasi permasalahan manajemen SDM, biasanya pimpinan
itu langsung mengambil keputusan jika masalah yang dihadapi masih dalam
lingkup yang tidak begitu berat permasalahannya akan tetapi jika pimpinan
merasa masalah yang dihadapi aadalah permasalahan yang cukup kompleks
dan harus segera mengambil keputusan, biasanya pimpinana akan langsung
merapatkan permasalahan tersebut dengan pihak-pihak yang bersangkutan
untuk segara mengatasi masalah. Dan untuk meningkatkan produktivitas kerja
para staf maka setiap ulang tahun Bhayangkara Reward, kenaikan gaji maupun
kenaikan pangkat untuk memotivasi para staf, selain itu banyak hal hal yang
dilakukan untuk mendisiplinkan para personel yang bekerja sebagai staf disini
diantaranya memberikan punishment jika datang terlambat dan melanggar
kedisplinan yang telah ditetapkan oleh pimpinan..”
Informan: I.
58
Berdasarkan kutipan wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
kebijakan yang dibuat oleh rumah sakit Bhayangkara Palu dalam upaya untuk
meningkatkan kinerja berbentuk reward, punishment, kenaikan pangkat,
pelatihan-pelatihan dan pembuatan standar prosedur pelayanan serta melakukan
evaluasi kinerja yang dimana kebijakan tersebut diambil bertujuan untuk
memberikan motivasi dan meningkatkan pelayanan keperawatan serta dapat
dijadikan acuan bagi Staf maupun petugas kesehatan dalam bekerja sehingga
mereka dapat bekerja dengan baik dan mampu menciptakan pelayanan prima,
selain itu dengan melakukan evaluasi kinerja kepala sub-bidang akan
mengetahui bagaimana kinerja bawahan apabila kinerja menurun maka akan
dicari solusi untuk meningkatkan kinerja Staff/petugas tersebut.
Bentuk kepemimpinan yang ada di RS. Bhayangkara yaitu berbentuk
kerjasama tim dimana dalam penentuan kebijakan dan wewenang serta untuk
memecahkan masalah, pimpinan melakukan diskusi dengan bawahan dengan
tujuan untuk menciptakan kenyaman antara pimpinan dan bawahan dimana
dengan adanya kenyaman dalam bekerja perawat dapat memberikan pelayanan
yang terbaik kepada pasien selain itu pimpinan juga memberikan motivasi dan
pengarahan kepada bawahan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pasien sehingga dengan adanya motivasi kinerja petugas keperawatan dapat
meningkat. Bentuk keterkaitan dalam meningkatkan kinerja itu sendiri ialah
dengan menerapkan reward dan punishment di RS. Bhayangkara.
Untuk mengatasi Masalah Kekurangan tenaga medis di RS. Bhayangkara,
Rumah sakit menjalin Kemitraan untuk meningkatkan kinerjanya. Kemitraan
disini ialah jalinan kerjasama antara Rumah Sakit Bhayangkara dengan instansi
lain baik itu instansi pemerintahan, lembaga pendidikan, rumah sakit lain
ataupun perusahaan, bentuk kemitraan yang dijalin itu sendiri ialah dalam
program BPJS, pihak BPJS yang menyelenggarakan jaminan kesehatan dan
pihak rumah sakit yang melaksanakan jaminan kesehatan,dan bentuk yang
dijalin dengan lembaga pendidikan yaitu pihak rumah sakit ada yang menjadi
tenaga pendidik dan mahasiswa di lembaga pendidikan mempunyai tempat
untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di lembaga pendidikan
59
tersebut. Dasar penetapan pemilihan mitra itu sendiri ialah melihat hubungan
yang saling membutuhkan. Kemitraan untuk meningkatkan kinerja ialah mitra
antara kepala sub-bidang pelayanan medis dan dokter polisi dengan bagian
diklat Rumah Sakit Bhayangkara yang dalam hal ini memiliki program untuk
mengikut sertakan perawat untuk mengikuti pelatihan selain itu mitra antara
sesama perawat pelaksana yang saling bekerjasama dalam memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien, dan mitra dengan kepala rumah sakit
untuk menerapkan program reward dan punishment kepada perawat serta RS.
Bhayangkara juga bermitara dengan sejumlah dokter spesialis di kota Palu
untuk menutupi kekurangan dokter ahli dibidang tertentu yang sangat
dibutuhkan di RS. Bhayangkara.
60
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM adalah suatu ilmu
atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga
kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat
digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan,
karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu
konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia, bukan mesin dan bukan semata
menjadi sumber daya bisnis. Sedangkan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat (Permenkes, 2014)
Manajemen sumber daya merupakan manajemen umum yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Manajemen
Sumber Daya Manusia merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen
rumah sakit, strategi manajemen sumber daya manusia juga merupakan bagian
integral dari strategi rumah sakit. Dengan begitu sumber daya manusia adalah
aset utama bagi rumah sakit, manajemen sumber saya manusia yang strategis
memandang semua manager pada tingkat-tingkat apapun baik secara struktural
maupun fungsional sebagai manajer sumber daya manusia (Soeroso, 2003)
Apabila rumah sakit dapat mengembangkan kompetensi tersebut, maka akan
menumbuhkan sikap dan perilaku positif pada semua karyawannya, akan
menciptakan lingkungan kondusif dan memacu motivasi pada semua
karyawannya untuk berkembang dan maju, dan akan berdampak juga pada
kunjungan pasien yang meningkat dan di sertai dengan rasa puas dan nyaman
yang dirasakan oleh pasien. Hal ini merupakan suatu layanan unggulan yang
bisa bersaing dengan rumah sakit lain, serta visi Indonesia 2025 dapat terwujud.
61
Tantangan SDM kesehatan di rumah sakit yaitu jumlah sdm kesehatan di
rumah sakit yang masih kurang, maldistribusi jumlah sdm kesehatan di rumah
sakit yang masih kurang, kualitas sdm kesehatan pertumbuhan institusi
pendidikan tinggi bidang kesehatan meningkat dengan cepat, terutama di sektor
swasta, task shifting dan multitasking akibat dari kekurangan sdm kesehatan ,
serta. perubahan sistem nilai pada diri tenaga kesehatan, serta belum tingginya
budaya IPTEK. Ada sebuah model manajemen SDM yang di kenal yaitu model
7P yang merupakan kependekan dari Perencanaan, Penerimaan, Pengembangan,
Pembudayaan, Pendayagunaan, Pemeliharaan, Pensiun.
RS. Bhayangkara Palu merupakan organisasi pelayanan jasa yang
mempunyai kespesifikan dalam hal SDM, sarana prasarana dan peralatan yang
dipakai. Sering rumah sakit dikatakan sebagai organisasi yang padat modal,
padat sumber daya manusia, padat teknologi dan ilmu pengetahuan serta padat
regulasi. Padat modal karena rumah sakit memerlukan investasi yang tinggi
untuk memenuhi persyaratan yang ada. Padat sumber daya manusia karena di
dalam rumah sakit pasti terdapat berbagai profesi dan jumlah karyawan yang
banyak. Padat tehnologi dan ilmu pengetahuan karena di dalam rumah sakit
terdapat peralatan-peralatan canggih dan mahal serta kebutuhan berbagai disiplin
ilmu yang berkembang dengan cepat. Padat regulasi karena banyak
regulasi/peraturan-peraturan yang mengikat berkenaan dengan syarat-syarat
pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.
4.2
Saran
Menurut kelompok kami manajemen Sumber Daya Manusia merupakan
bagian integral dari keseluruhan manajemen rumah sakit, strategi manajemen
sumber daya manusia juga merupakan bagian integral dari strategi rumah sakit,
oleh sebab itu Manajemen dirumah sakit diperlukan disini agar rumah sakit di
seluruh penjuru Indonesia dapat melayani atau memberikan pelayanan yang
maksimal. Untuk memaksimal kan pelayanan rumah sakit sebaiknya pihak
rumah sakit melakukan :
62
a. Evaluasi demi peningkatan mutu rumah sakit melalui peningkatan peran serta
para staf dirumah sakit dalam melaksanakan program-program yang ada atau
tersedia di rumah sakit.
b. Di perlukannya pelaporan yang diwajibkan dengan cakupan yang lebih luas,
cepat dan mudah diakses untuk keperluan manajemen maupun pelayanan
kepada pasien.
c. Dan sebaiknya pihak rumah sakit
membuat data kepuasan pasien
dikumpulkan secara berkala, misalnya dengan survei per semester atau per
triwulan kepada pengunjung atau keluarga pasien.
Dengan adanya evaluasi, pelaporan, dan pembuatan data kepuasan,
mungkin pihak manajemen rumah sakit beserta staf yang ada dapat
memaksimalkan pelayanan di rumah sakit.
63
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan,
P.,Malayu,
2007, Manajemen Sumber
Daya Manusia,
Jakarta:
PT.Binarupa Bumi Aksara. Diakses pada jumat, 19 februari 2021.
Ilyas. Yaslis, 2004, Perencanaan SDM di Rumah Sakit: Teori, Metoda dan Formula,
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Diakses pada
jumat, 19 februari 2021.
Soeroso, santoso, 2003, Manajemen Sumber Daya di Rumah Sakit : Suatu
Pendekatan Sistem, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Diakses pada
jumat, 19 februari 2021.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit Dengan Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada
jumat, 19 februari 2021.
Ilyas. Yaslis, 2011, Perencanaan SDM di Rumah Sakit, Depok: Jakarta, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Diakses pada jumat, 19 februari
2021.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 983/Menkes/SK/XI/1992 Tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum. Diakses pada jumat, 19 februari
2021.
https://manajemenrumahsakit.net/2019/10/7p-dalam-manajemen-sdm-rumah-sakit/.
Diakses sabtu 20 februari 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/info/distribusi_sdmk_rs_per_prov?prov=36.
Diakses sabtu 20 februari 2021
64
http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/info/distribusi_sdmk_rs. Diakses sabtu 20
februari 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/history/. Diakses sabtu 20 februari 2021
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf.. Diakses
sabtu 20 februari 2021
Tengah, Dinkes Propinsi Jawa. "Profil kesehatan." Kendari: BAPEDDA (2009).
Diakses sabtu 20 februari 2021
Ratnamiasih, Ina, et al. "Kompetensi SDM dan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit."
Budhi 11.1 (2012). Diakses sabtu 20 februari 2021
Suaedi, Falih. "Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam Rangka
Meningkatkan Pelayanan di Rumah Sakit Haji Surabaya." Al Tijarah 3.1
(2017): 79-102. Diakses sabtu 20 februari 2021
Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar. “Dokumen perencanaan kebutuhan
Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK ) kabupaten Polewali Mandar”
Tahun 2011-2012. Diakses sabtu 20 februari 2021
https://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/perencanaan-kebutuhan-sdmkkabupaten-polewali-mandar-2011-2012.pdf. Diakses sabtu 20 februari 2021
Mullins L, Thompson K. Hospitals Aiming To Achieve New Normal As Coronavirus
Pandemic
Continues.
2020.
https://www.wbur.org/commonhealth/2020/05/26/massachusetts-covid-19coronavirus-hospitals-normal-operations. Published 26 May 2020. Diakses
sabtu 20 februari 2021
Liu R, Fleisher LA. Getting to a New Normal: Mandating That Patients Wear Masks
as Hospitals Fully Reopen during the Coronavirus Pandemic. Anesthesiology:
The Journal of the American Society of Anesthesiologists. 2020. Diakses sabtu
20 februari 2021
65
Haseltine
WA.
A
New
Normal
For
Hospital
Care.
2020.
https://www.forbes.com/sites/williamhaseltine/2020/04/21/the-new-normalfor-hospital-care/. Published 21 April 2020. Diakses sabtu 20 februari 2021
Bhatt J, Rubin O. New normal for medicine emerges as hospitals return to elective
surgeries, non-COVID work. 2020. https://abcnews.go.com/Health/normalmedicine-emerges-hospitals-return-elective-surgeriescovid/story?id=70842080. Published 25 May 2020. Diakses sabtu 20 februari
2021
Schwamm LH, Estrada J, Erskine A, Licurse A. Virtual care: new models of caring
for our patients and workforce. The Lancet Digital Health. 2020. Diakses sabtu
20 februari 2021
Institute of Medicine. (2001). Crossing the Quality Chasm: A New Health Service
for the 21st Century. Washington, DC. Diakses sabtu 20 februari 2021
Johnson, B. H. & Abraham, M. R. (2012). Partnering with Patients, Residents, and
Families: A Resource for Leaders of Hospitals, Ambulatory Care Settings, and
Long-Term Care Communities. Bethesda, MD: Institute for Patient- and
Family-Centered Care. Diakses sabtu 20 februari 2021
https://text-id.123dok.com/document/zkx2djmy-makalah-msdm.
sumber-daya-manus.html. Diakses sabtu 20 februari 2021
66
manajemen-
Download