Uploaded by User91828

Derry-Lapkas DSS

advertisement
LAPORAN KASUS
“DENGUE SHOCK SYNDROME”
Pembimbing :
dr. Arief Sudjati Gazali Sp.A
Oleh :
Derry Arya Pratama
2015730028
KEPANITERAAN KLINIK RSUD CIANJUR
ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama
: An. R
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 1 Tahun 10 Bulan
TTL
: Cianjur, 06 Maret 2019
No.CM
: 94****
Alamat
: Seda Mukti, Cianjur
Tanggal Masuk RS : 19 Januari 2021
i.
Nama Ayah
: Tn. R
Usia
: 41 tahun
Pekerjaan
: Supir
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Seda Mukti, Cianjur
Nama Ibu
: Ny. I
Usia
: 40 tahun
Pekerjaan
: Buruh Pabrik
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Seda Mukti, Cianjur
Anamnesis
Dilakukan Alloanamnesis dengan Ibu pasien pada tanggal 19 Januari 2021

Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Sayang Cianjur dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS. Demam mendadak tinggi, bersifat terus menerus dan terjadi sepanjang hari. 1
hari SMRS, ibu pasien mengatakan anaknya terlihat lemas dan sekitar 2 jam SMRS ibu
pasien mengatakan kelopak mata, perut, kedua tangan dan kaki anaknya tampak
bengkak.
Keluhan seperti mimisan ,perdarahan gusi, mual, dan muntah disangkal. Ibu pasien
juga menyangkal pasien mengalami batuk pilek, nyeri saat menelan, nyeri saat buang
air kecil, nyeri perut bagian bawah. Mata merah dan berair serta adanya ruam kemerahan
yang dimulai dari belakang leher menyebar ke seluruh tubuh disangkal. Buang air besar
tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu
o Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini

Riwayat Penyakit Keluarga
o Anggota keluarga tidak ada yang mengeluh keluhan yang sama.
o Keluarga tidak ada yang pernah mengalami demam 3 bulan terakhir

Riwayat Pengobatan
Pasien diberikan obat penurun panas sebelum ke rumah sakit. Diminum 3 kali sehari.
Diberikan satu sendok teh. Demam turun hanya sekitar ± 3 jam

Riwayat Kehamilan
o Ibu pasien memeriksakan kehamilannya sebanyak 5-6x ke puskesmas
o Ibu pasien rutin minum tablet penambah darah selama kehamilan.
o Selama hamil tidak ada masalah seperti riwayat tekanan darah tinggi, kencing
manis, asma, kurang darah, mual muntah berlebihan, dan perdarahan.

Riwayat Persalinan
o Pasien lahir dari ibu G4P3A0, usia kehamilan 39 - 40 minggu
o Pasien dilahirkan di puskesmas dengan bantuan bidan secara spontan
o Berat badan lahir 3400 gram, panjang badan 53 cm.
o Saat lahir, pasien segera menangis, riwayat kuning (-)
o Riwayat persalinan lama, tekanan darah tinggi, ketuban pecah dini disangkal.


Riwayat Imunisasi
o Usia 0 bulan
: HB0 dan Polio 0
o Usia 2 bulan
: BCG ,DPT Pentabio1, Polio1
o Usia 3 bulan
: DPT Pentabio2, Polio2
o Usia 4 bulan
: DPT Pentabio3, Polio3
O Kesan
: Imunisasi tidak lengkap.
Riwayat Pemberian Makanan
o 0 – 6 bulan
: ASI eksklusif
o 6 – 9 bulan
: ASI + bubur kental + sereal (2-3 x sehari setengah
mangkuk)
o 9 – 12 bulan
: ASI + Nasi tim + buah dipotong halus (4x sehari
setengah mangkuk)
o 12 – saat ini
: Menu keluarga
o Pola makan pasien saat ini biasa mengkonsumsi nasi, tempe, ayam,
buah-buahan dan sayur-sayuran. Frekuensi makan 3 x sehari, 3/4 porsi
orang dewasa
o Kesan : Kualitas dan kuantitas pemberian makan baik

Riwayat Perkembangan
 Motorik Kasar :

Tengkurap
: 4 bulan

Duduk
: 7 bulan

Berdiri
: 11 bulan

Berjalan
: 1 tahun
 Motorik Halus :

Menggapai benda
: 6 bulan

Mencoret-coret
: 1 tahun 3 bulan
 Bahasa
:

Menoleh ke arah suara : 6 bulan

Mengoceh
: 7 bulan

Kombinasi kata
: 1 tahun 8 bulan
 Sosial
:

Melambaikan tangan : 8 bulan

Bertepuk tangan
: 10 bulan

Mencuci tangan
: 1 tahun 8 bulan
Kesan : Pasien saat ini berusia 1 tahun 10 bulan, ibu pasien mengatakan perkembangan
anaknya sesuai usianya.

Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai alergi terhadap obat, makanan, cuaca dan debu.

Riwayat Psikososial
Pasien tinggal bersama orangtua dan kedua adiknya. Ibu pasien mengatakan bahwa
jarang dilakukan penyemprotan di lingkungan rumahnya dan ibu pasien lupa terakhir
penyemprotan. Tetangga sebelah rumah pasien ada yang mengalami keluhan serupa, 1
orang wanita dewasa dan 1 orang anak usia 4 tahun. Ibu pasien mengatakan bak mandi
di rumahnya jarang dibersihkan. Di sekitar rumah pasien juga terdapat beberapa tempat
genangan air seperti botol dan kaleng bekas.
ii.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tampak
: Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: 15
Tanda Vital
Nadi
: 108 x/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan
: 32 x/menit
Suhu
: 37,80 C
Status Gizi
Berat Badan
: 12,5 kg
Tinggi Badan
: 88 cm
Lingkar Kepala : 48cm = 0SD (Norrmocephal)

BB/U → ≥0SD ≤2SD  Normal

TB/U → ≥0SD ≤2SD  Normal

BB/TB → ≥0SD ≤1SD  Normal

IMT → 12,5/0,882 = 16,1(≥0SD ≤1SD)  Normal

Kesan gizi
: Status gizi baik
Status Generalisata

Kepala
: Normocephal, rambut distribusi merata dan tidak mudah rontok

Mata
: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+, edema
palpebra (+/+)

Hidung
: Sekret (-), epistaksis (-)

Mulut
: Mukosa bibir kering (-), perdarahan gusi (-) faring hiperemis (-)
T1/T1
 Leher
: Pembesaran KGB (-)

:
Thorax
Paru-paru
o Inspeksi
: Bentuk dan gerakan dinding dada kanan dan kiri simetris,
o Palpasi
: Vocal premitus sama kiri dan kanan
o Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi
: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung
o Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi
: Ictus cordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra
o Perkusi
: Batas Atas
: ICS II Linea Parasternalis Dextra
Batas Kanan : ICS IV Linea Parasternalis Dextra
Batas Kiri
o Auskultasi

: ICS V Linea Midclavicula Sinistra
: BJ 1 & 2 reguler (+), murmur (-), gallop (-)
Abdomen
o
Inspeksi
: Permukaan cembung,
o
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
o
Palpasi
: Nyeri tekan epigastrium (-), Teraba hepar 1 jari dibawah
arcuscostae tepi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal, lien tidak teraba.
o

Perkusi
Ekstremitas
: Timpani di lapang abdomen, Shifting Dullness (-)
: Akral dingin(+/+), CRT< 2 detik, petekie (+) edema ekstremitas
atas (+/+), edema ekstremitas bawah (+/+), sianosis(-/-)
iii.
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan
Hematologi Lengkap
 Hemoglobin
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
15,0
g/dL
11,5-13,5

Hematokrit
46,0
%
32-42

Eritrosit
5,76
Juta/µL
4,0-5,2

Leukosit
9,1
ribu/µL
4,5-10,5

Trombosit
47
ribu/µL
150-450

MCV
75,2
fL
80-94

MCH
32,6
pg
27-31

MCHC
32,7
%
33-37

RDW-SD
45,1
fL
37 - 54

PDW
16,9
fL
9 – 14

MPV
8,4
fL
8 – 12
Limfosit
42,9
%
26 – 36
Monosit
6,0
%
4–8
Neutrophil
50,2
%
47 – 62
Eosinophil
1,4
%
1–3
Basophil
0,6
%
<1
Limfosit
3,91
10^3ML
1 – 1,51
Monosit
0,54
10^3ML
0,16 – 1.0
Neutrophil
4,56
10^3ML
2.1 – 8,4
Eosinophil
0,02
10^3ML
0.02 – 0.50
Basofil
0,06
10^3ML
0.00 – 0.10
84
mg/dl
<180
Differential
Absolut
Kimia Klinik
Glukosa Rapid Sewaktu
iv.
Resume
An. R, Laki-laki, usia 1 tahun 10 bulan datang dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS.
Demam mendadak tinggi, bersifat terus menerus dan terjadi sepanjang hari. Pasien tampak
lemas, kelopak mata, perut, kedua tangan dan kaki bengkak. Jarang dilakukan penyemprotan
di lingkungan rumahnya, tetangga sebelah rumah pasien ada yang mengalami keluhan serupa.
Bak mandi rumah jarang dibersihkan, dan terdapat beberapa tempat genangan air.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 108 x/menit, pernapasan 32 x/menit, suhu 37,80 C,
hepatomegali, petekie positif, edema pada kelopak mata, perut, ekstremitas atas dan bawah, dan
akral dingin. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb meningkat, Ht meningkat,
trombositopenia, limfositosis.
v.
Diagnosa Banding
1. Dengue Shock Syndrome
2. DHF + Shock Hipovolemik
vi.
Diagnosa Kerja
 Dengue Shock Syndrome
vii.
Rencana Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Hematologi setiap 12 jam
2. Ureum dan kreatinin
3. SGOT dan SGPT
4. Elektrolit
viii.
Penatalaksanaan

Non farmakologi:
o Tirah baring

Farmakologi:
o O2 Nasal kanul 2 liter/menit
o IVFD RL bolus 20 cc/kgBB/jam (Resusitasi cairan cepat/30 menit)
o Paracetamol syrup 3 dd 1 ½ cth
o PSIDII Syrup 2 x1 cth
ix. PROGNOSA
x.

Ad vitam
: bonam

Ad fungtionam
: bonam

Ad sanationam
: bonam
Follow Up
Jenis Pemeriksaan (20/01/2021)
Hematologi Lengkap
 Hemoglobin
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
13,8
11,5-13,5
g/dL

Hematokrit
43,6
32-42
%

Eritrosit
5,2
4,0-5,2
Juta/µL

Leukosit
9,1
4,5-10,5
ribu/µL

Trombosit
57
150-450
ribu/µL

MCV
78,3
80-94
fL

MCH
28,6
27-31
pg

MCHC
35,7
33-37
%

RDW-SD
44,4
37 - 54
fL

PDW
13,5
9 – 14
fL

MPV
9,4
8 – 12
fL
Limfosit
49,3
26 – 36
%
Monosit
5,6
4–8
%
Neutrophil
55,6
47 – 62
%
Eosinophil
1,2
1–3
%
Basophil
0,8
<1
%
Limfosit
3,50
1 – 1,51
10^3ML
Monosit
0,44
0,16 – 1.0
10^3ML
Neutrophil
5,76
2.1 – 8,4
10^3ML
Eosinophil
0,03
0.02 – 0.50
10^3ML
Basofil
0,06
0.00 – 0.10
10^3ML
SGOT
1140
15-37
U/L
SGPT
339
<42
U/L
Natrium (Na)
124
135-148
mEq/L
Kalium (K)
5,12
3,50-5,30
mEq/L
Calcium ion
1,12
1,15-1,29
mmol/L
Differential
Absolut
Fungsi Hati
Elektrolit
Tanggal
20 Januari 2021
S
Demam (-) hari ke-5 , lemah (+), muntah (-),nafsu makan berkurang
O
N = 104 x/m
RR = 34 x/m
S = 36,9oC
 Mata
: CA (-/-), SI (-/-), refleks pupil +/+, edema palpebra (+/+)
 Hidung
: Sekret (-), epistaksis (-)
 Mulut
: Mukosa bibir kering (-), perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-) T1/T1
 Leher
: Pembesaran KGB (-)
 Thorax
Inspeksi : Bentuk dan gerakan simetris
Pulmo :Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/Cor : BJ I,II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : Permukaan cembung , Bising usus (+) normal, Teraba hepar 1 jari
dibawah arcuscostae tepi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal
 Ekstremitas : Akral hangat(+/+), CRT< 2 detik, edema ekstremitas atas (+/+), edema
ekstremitas bawah (+/+), petekie (+)
DSS
Hiponatremia
• IVFD RL 10 cc/kgBB/jam
• Paracetamol syrup 3 dd 1 ½ cth
• PSIDII Syrup 2 x1 cth
A
P
Jenis Pemeriksaan (21/01/2021)
Hematologi Lengkap
 Hemoglobin
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
12,6
11,5-13,5
g/dL

Hematokrit
40,5
32-42
%

Eritrosit
4,86
4,0-5,2
Juta/µL

Leukosit
7,20
4,5-10,5
ribu/µL

Trombosit
66
150-450
ribu/µL

MCV
74,2
80-94
fL

MCH
30,6
27-31
pg

MCHC
31,7
33-37
%

RDW-SD
51,1
37 - 54
fL

PDW
11,9
9 – 14
fL

MPV
9,7
8 – 12
fL
Limfosit
37,5
26 – 36
%
Monosit
6,0
4–8
%
Neutrophil
55,2
47 – 62
%
Eosinophil
1,4
1–3
%
Basophil
0,2
<1
%
Limfosit
1, 8
1 – 1,51
10^3ML
Monosit
0,54
0,16 – 1.0
10^3ML
Neutrophil
3,56
2.1 – 8,4
10^3ML
Eosinophil
0,03
0.02 – 0.50
10^3ML
Basofil
0,05
0.00 – 0.10
10^3ML
Natrium (Na)
144
135-148
mEq/L
Kalium (K)
4,83
3,50-5,30
mEq/L
Calcium ion
1,17
1,15-1,29
mmol/L
Differential
Absolut
Elektrolit
Tanggal
21 Januari 2021
S
Demam (-) hari ke-6,nafsu makan berkurang
O
N = 101 x/m
RR = 31 x/m
S = 36,7oC
 Mata
: CA (-/-), SI (-/-), refleks pupil +/+, edema palpebra (+/+)
 Hidung
: Sekret (-), epistaksis (-)
 Mulut
: Mukosa bibir kering (-), perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-) T1/T1
 Leher
: Pembesaran KGB (-)
 Thorax
Inspeksi : Bentuk dan gerakan simetris
Pulmo :Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/Cor : BJ I,II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : Permukaan cembung , Bising usus (+) normal, Teraba hepar 1 jari
dibawah arcuscostae tepi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal
 Ekstremitas : Akral hangat(+/+), CRT< 2 detik, edema ekstremitas atas (+/+), edema
ekstremitas bawah (+/+), petekie (+)
A
DSS
P
•
•
•
IVFD RL 5 cc/kgBB/jam
Paracetamol syrup 3 dd 1 ½ cth
PSIDII Syrup 2 x1 cth
Jenis Pemeriksaan (22/01/2021)
Hematologi Lengkap
 Hemoglobin
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
11,5
11,5-13,5
g/dL

Hematokrit
37,4
32-42
%

Eritrosit
4,66
4,0-5,2
Juta/µL

Leukosit
7,1
4,5-10,5
ribu/µL


Trombosit
96
150-450
ribu/µL

MCV
75,2
80-94
fL

MCH
30,6
27-31
pg

MCHC
34,7
33-37
%

RDW-SD
47,1
37 - 54
fL

PDW
11,9
9 – 14
fL

MPV
11,2
8 – 12
fL
Limfosit
41,4
26 – 36
%
Monosit
7,0
4–8
%
Neutrophil
48,2
47 – 62
%
Eosinophil
2,2
1–3
%
Basophil
0,4
<1
%
2,91
1 – 1,51
10^3ML
0,74
0,16 – 1.0
10^3ML
6,66
2.1 – 8,4
10^3ML
0,03
0.02 – 0.50
10^3ML
0,07
0.00 – 0.10
10^3ML
Differential
Absolut
Limfosit
Monosit
Neutrophil
Eosinophil
Basofil
Tanggal
22 Januari 2021
S
Demam (-) hari ke-7,nafsu makan berkurang
O
N = 105 x/m
RR = 30 x/m
S = 36,6oC
 Mata
: CA (-/-), SI (-/-), refleks pupil +/+, edema palpebra (+/+)
 Hidung
: Sekret (-), epistaksis (-)
 Mulut
: Mukosa bibir kering (-), perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-) T1/T1
 Leher
: Pembesaran KGB (-)
 Thorax
Inspeksi : Bentuk dan gerakan simetris
Pulmo :Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/Cor : BJ I,II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : Permukaan cembung , Bising usus (+) normal, Teraba hepar 1 jari
dibawah arcuscostae tepi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal
 Ekstremitas : Akral hangat(+/+), CRT< 2 detik, edema ekstremitas atas (+/+), edema
ekstremitas bawah (+/+), petekie (+)
A
DSS
P
•
•
•
IVFD RL 5 cc/kgBB/jam
Paracetamol syrup 3 dd 1 ½ cth
PSIDII Syrup 2 x1 cth
Jenis Pemeriksaan (23/01/2021)
Hematologi Lengkap
 Hemoglobin
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
11,3
11,5-13,5
g/dL

Hematokrit
33,4
32-42
%

Eritrosit
4,66
4,0-5,2
Juta/µL

Leukosit
8,8
4,5-10,5
ribu/µL

Trombosit
127
150-450
ribu/µL

MCV
85,3
80-94
fL

MCH
30,4
27-31
pg

MCHC
34,7
33-37
%

RDW-SD
39,4
37 - 54
fL

PDW
13,3
9 – 14
fL

MPV
9,7
8 – 12
fL
Limfosit
46,4
26 – 36
%
Monosit
7,2
4–8
%
Neutrophil
58,4
47 – 62
%
Eosinophil
2,0
1–3
%
Basophil
0,4
<1
%
Limfosit
2,96
1 – 1,51
10^3ML
Monosit
0,64
0,16 – 1.0
10^3ML
Neutrophil
7,46
2.1 – 8,4
10^3ML
Eosinophil
0,03
0.02 – 0.50
10^3ML
Basofil
0,07
0.00 – 0.10
10^3ML
Differential
Absolut
Tanggal
23 Januari 2021
S
Demam (-) hari ke-8
O
N = 102 x/m
RR = 32 x/m
S = 36,6oC
 Mata
: CA (-/-), SI (-/-), refleks pupil +/+, edema palpebra (+/+)
 Hidung
: Sekret (-), epistaksis (-)
 Mulut
: Mukosa bibir kering (-), perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-) T1/T1
 Leher
: Pembesaran KGB (-)
 Thorax
Inspeksi : Bentuk dan gerakan simetris
Pulmo :Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/Cor : BJ I,II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen :
Permukaan cembung , Bising usus (+) normal,
Teraba hepar 1 jari
dibawah arcuscostae tepi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal
 Ekstremitas : Akral hangat(+/+), CRT< 2 detik, edema ekstremitas atas (+/+), edema
ekstremitas bawah (+/+), petekie (+)
A
DSS
P
•
•
•
IVFD RL 5 cc/kgBB/jam
Paracetamol syrup 3 dd 1 ½ cth
PSIDII Syrup 2 x1 cth
Jenis Pemeriksaan (24/01/2021)
Hematologi Lengkap
 Hemoglobin
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
11,6
11,5-13,5
g/dL

Hematokrit
34,7
32-42
%

Eritrosit
4,43
4,0-5,2
Juta/µL

Leukosit
9,6
4,5-10,5
ribu/µL

Trombosit
200
150-450
ribu/µL

MCV
80,3
80-94
fL

MCH
27,4
27-31
pg

MCHC
35,2
33-37
%

RDW-SD
40,4
37 - 54
fL

PDW
10,2
9 – 14
fL

MPV
8,7
8 – 12
fL
Limfosit
40,5
26 – 36
%
Monosit
6,5
4–8
%
Neutrophil
49,2
47 – 62
%
Eosinophil
2,0
1–3
%
Basophil
0,4
<1
%
Limfosit
2,44
1 – 1,51
10^3ML
Monosit
0,53
0,16 – 1.0
10^3ML
Neutrophil
6,56
2.1 – 8,4
10^3ML
Eosinophil
0,03
0.02 – 0.50
10^3ML
Basofil
0,07
0.00 – 0.10
10^3ML
Differential
Absolut
Tanggal
24 Januari 2021
S
Demam (-) hari ke-9
O
N = 103 x/m
RR = 31 x/m
S = 36,8oC
 Mata
: CA (-/-), SI (-/-), refleks pupil +/+, edema palpebra (-/-)
 Hidung
: Sekret (-), epistaksis (-)
 Mulut
: Mukosa bibir kering (-), perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-) T1/T1
 Leher
: Pembesaran KGB (-)
 Thorax
Inspeksi : Bentuk dan gerakan simetris
Pulmo :Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/Cor : BJ I,II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen :
Permukaan cembung , Bising usus (+) normal,
Teraba hepar 1 jari
dibawah arcuscostae tepi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal
 Ekstremitas : Akral hangat(+/+), CRT< 2 detik, edema ekstremitas atas (-/-), edema
ekstremitas bawah (-/-), petekie (-)
DSS Perbaikan
A
•
•
•
P
IVFD RL 3 cc/kgBB/jam
Paracetamol syrup 3 dd 1 ½ cth
PSIDII Syrup 2 x1 cth
Jenis Pemeriksaan (25/01/2021)
Hematologi Lengkap
 Hemoglobin
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
11,7
11,5-13,5
g/dL

Hematokrit
33,6
32-42
%

Eritrosit
5,03
4,0-5,2
Juta/µL

Leukosit
8,6
4,5-10,5
ribu/µL

Trombosit
198
150-450
ribu/µL

MCV
82,3
80-94
fL

MCH
29,3
27-31
pg

MCHC
36,1
33-37
%

RDW-SD
43,2
37 - 54
fL

PDW
11,5
9 – 14
fL

MPV
9,3
8 – 12
fL
Limfosit
38,4
26 – 36
%
Monosit
7,2
4–8
%
Neutrophil
50,4
47 – 62
%
Eosinophil
1,0
1–3
%
Basophil
0,3
<1
%
Limfosit
1,94
1 – 1,51
10^3ML
Monosit
0,73
0,16 – 1.0
10^3ML
Neutrophil
6,86
2.1 – 8,4
10^3ML
Eosinophil
0,02
0.02 – 0.50
10^3ML
Basofil
0,05
0.00 – 0.10
10^3ML
Differential
Absolut
Tanggal
25 Januari 2021
S
Demam (-) hari ke-10
O
N = 102 x/m
RR = 30 x/m
S = 36,5oC
 Mata
: CA (-/-), SI (-/-), refleks pupil +/+, edema palpebra (-/-)
 Hidung
: Sekret (-), epistaksis (-)
 Mulut
: Mukosa bibir kering (-), perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-) T1/T1
 Leher
: Pembesaran KGB (-)
 Thorax
Inspeksi : Bentuk dan gerakan simetris
Pulmo :Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/Cor : BJ I,II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : Permukaan datar , Bising usus (+) normal, Hepar tidak teraba.
 Ekstremitas : Akral hangat(+/+), CRT< 2 detik, edema ekstremitas atas (-/-), edema
ekstremitas bawah (-/-), petekie (-)
A
P
DSS Perbaikan
•
•
•
IVFD RL 3 cc/kgBB/jam
Paracetamol syrup 3 dd 1 ½ cth
PSIDII Syrup 2 x1 cth
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae.
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.
Manifestasi simptomatik infeksi virus dengue adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue menurut WHO 2011. 4
1. Demam tidak terdiferensiasi. Adalah infeksi dengue primer (yaitu infeksi dengue pertama
kalinya), gejala yang timbul adalah demam sederhana yang tidak dapat dibedakan dengan
infeksi virus lainnya. Ruam makulopapular dapat menyertai demam atau mungkin muncul
selama penurunan suhu badan sampai normal. Umumnya disertai gangguan pencernaan dan
pernapasan bagian atas.
2. Demam dengue (DD) paling sering terjadi pada anak-anak yang lebih tua, remaja dan orang
dewasa. Hal ini umumnya merupakan penyakit demam akut, dan kadang-kadang demam
biphasic dengan sakit kepala parah, mialgia, arthralgias, ruam, leukopenia dan
trombositopenia. Pada DD bisa menjadi penyakit melumpuhkan dengan sakit kepala parah,
nyeri otot, sendi dan tulang, terutama pada orang dewasa. Kadang-kadang terjadi
perdarahan yang tidak biasa seperti pendarahan gastrointestinal, hypermenorrhea dan
epistaksis masif.
3. DBD (dengan atau tanpa renjatan). Demam berdarah dengue (DBD) lebih sering terjadi
pada anak kurang dari 15 tahun di daerah hiperendemik, berkaitan dengan infeksi dengue
berulang. DBD ditandai dengan onset akut dari demam tinggi dan berhubungan dengan
tanda-tanda dan gejala yang mirip dengan DD pada fase awal. Ada diatesis hemoragik
umum seperti uji tourniquet positif , petechiae, hematom dan perdarahan gastrointestinal
sering terjadi pada kasus berat. Pada akhir dari fase demam, ada kecenderungan untuk
berkembang menjadi syok hipovolemik (dengue shock syndrome) akibat kebocoran plasma.
Kehadiran tanda-tanda awal sebelumnya seperti muntah terus-menerus, sakit perut, lesu
atau gelisah, atau lekas marah dan oliguria gejala khas untuk intervensi mencegah
syok. Trombositopenia dan meningkatnya hematokrit / hemokonsentrasi adalah gejala
sebelum syok.
4. Expanded dengue syndrome. Manifestasi yang tidak lazim dengan keterlibatan organ
vital seperti hati, otak, ginjal, atau jantung yang terkait dengan infeksi dengue yang dapat
pula terjadi dengan tidak adanya bukti kebocoran plasma. Kebanyakan pasien DBD yang
memiliki manifestasi tidak lazim adalah hasil dari komplikasi syok yang berkepanjangan
dengan gagal organ atau pasien dengan penyakit penyerta (ko-infeksi).
2. Epidemiologi
Gambaran angka kesakitan DBD menurut provinsi tahun 2017 dapat dilihat pada Gambar
dibawah. Pada tahun 2016 terdapat 10 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per
100.000 penduduk. Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi yaitu Sulawesi Selatan
sebesar 105,95 per 100.000 penduduk, Kalimantan Barat sebesar 62,57 per 100.000 penduduk,
dan Bali sebesar 52,61 per 100.000 penduduk. Angka kesakitan pada provinsi Kalimantan
Barat meningkat lima kali lipat dibandingkan tahun 2016. Sulawesi Selatan yang sebelumnya
berada pada urutan ke-10 provinsi dengan angka kesakitan tertinggi tahun 2016, meningkat
menjadi provinsi dengan angka kesakitan tertinggi tahun 2017. Sementara itu, angka kesakitan
pada provinsi Bali menurun drastis hampir sepuluh kali lipat dari tahun 2016. Sebagian besar
provinsi lainnya juga mengalami penurunan angka kesakitan. Hal ini disebabkan oleh program
pencegahan penyakit DBD telah berjalan cukup efektif melalui kegiatan Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik, meskipun kegiatan tersebut belum dilaksanakan di seluruh provinsi maupun
kabupaten/kota.
3. Etiologi
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus. Keempat serotipe dengue terdapat di Indonesia, DEN-3 merupakan serotipe
dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti serotipe DEN-2 DEN-3
merupakan serotipe dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti serotipe
DEN-2.
4. Patofisiologi
Virus dengue dibawa oleh nyamuk kemudian menggigit tubuh manusia dan virus masuk
ke dalam darah yang menyebabkan infeksi virus dengue. Terjadi 2 proses ada primer dan
sekunder (terkena 2x infeksi dengan seotipe yang berbeda), di primer terdapat respon antibodi
netralisasi (virus tersebut tidak menyebabkan sakit pada penderita dan dikenali untuk
membunuh virus dengue jika terserang virus dengue dengan serotip yang sama lagi) dan
antibodi non-netralisasi (antibodi tidak mampu membunuh virus dengue sehingga dapat
menyebabkan penderita sakit). Virus sekunder heterolog itu virus dengue yang menyerang
kedua kali nya pada penderita dengan serotip yang berbeda. Dari respon antibodi dan virus
tersebut terjadi proses kompleks virus – antibodi. Kompleks virus antibodi ini dapat
menyebabkan 3 proses.

Aktivasi Komplemen
Aktivasi komplemen dapat menyebabkan pelepasan C3a dan C5a yang dimana akan
ada proses anafilatoksin sehingga dapat merusak sel endotel pembuluh darah yang dapat
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Sehingga dapat terjadinya perembesan
plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.

Aktivasi Koagulasi
Aktivasi koagulasi akan mengaktivasi faktor hageman sehingga sistem kinin
mengeluarkan kinin yang dimana untuk proses inflamasi hal ini juga dapat mengakibatkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Sehingga dapat terjadinya perembesan plasma dari
ruang intravascular ke ruang ekstravscular.

Agregasi Trombosit
Didalam pembuluh darah terdapat NS1 (antigen dari virus dengeue) yang dimana
strutktur nya sangat mirip dengan trombosit sehingga pada RES (terdapat di hati, limpas,
usus dan sumsum tulang) mengenali trombosit yang asli dengan trombosit NS1 tersebut
dihancurkan di dalam pembuluh darah yang mengakibatkan trombosit dalam darah sedikit
dinamakan trombositopenia. NS1 dapat dicek dihari 1 dan 2 demam untuk deteksi dini virus
DBD).
Pada agregasi trombosit juga akan terjadi pengeluaran platelet faktor III yang dimana
akan mengaktivasi koagulopati konsumtif yang dapat menyebabkan terganggunya faktor
pembekuan darah.
Dari ketiga proses tersebut akan menyebabkan perdarahan yang berat dan bisa terjadinya
syok dan dapat mengakibatkan kematian.
5. Gambaran Klinis Infeksi Dengue
Terdiri dari 3 fase yaitu fase febris, fase kritis, dan fase pemulihan.

Pada fase febris, Biasanya demam mendadak tinggi 2 – 7 hari, disertai muka kemerahan,
eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada
beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia,
mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie,
perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan
perdarahan gastrointestinal.

Fase kritis, terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh
disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya
berlangsung selama 24 – 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni
progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.

Fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari
ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 – 72 jam setelahnya. Keadaan
umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan
diuresis membaik.
Tanda-tanda syok :

Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis

Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tidak teraba

Tekanan darah turun, bradikardi

Akral dingin, capillary refill time menurun

Diuresis menurun sampai anuria
6. Diagnosis


Anamnesis
o
Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari
o
Disertai lesu, tidak mau makan, dan muntah
o
Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut
o
Diare kadang-kadang dapat ditemukan
o
Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan
Pemeriksaan fisis
o
Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah, nyeri
kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di
bawah lengkung iga kanan. Gejala penyerta tersebut lebih mencolok pada DD
daripada DBD.
o
Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada
DBD.
o
Perbedaan
antara
DD
dan
DBD
adalah
pada
DBD
terjadi
peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan perembesan plasma, hipovolemia
dan syok.
o
Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura
dan rongga peritoneal selama 24-48 jam.
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium (WHO 1997) :

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama
2-7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan/melena.

Pembesaran hati.

Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan
tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.

Kriteria laboratorium: Trombositopenia (100.000/µl atau kurang).

Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit > 20%.
7. Klasifikasi kasus Dengue
Klasifikasi kasus yang disepakati sekarang adalah
a) Dengue tanpa tanda bahaya (dengue without warning signs)
b) Dengue dengan tanda bahaya (dengue with warning signs), dan
c) Dengue berat (severe Dengue)
Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya :

Bertempat tinggal di /bepergian ke daerah endemik dengue

Demam disertai 2 dari hal berikut :
o Mual, muntah
o Ruam
o Sakit dan nyeri
o Uji torniket positif
o Lekopenia

Tanda bahaya (Warning Sign) :
o Demam menurun tetapi keadaan memburuk
o Nyeri perut atau kelembutannya
o Muntah berkepanjangan
o Terdapat akumulasi cairan
o Perdarahan mukosa
o Letargi, lemah, gelisah
o Pembesaran hati > 2 cm
o Peningkatan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat

Kriteria dengue berat :
o Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi
cairan dengan distress pernafasan.
o Perdarahan hebat
o Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran,
gangguan jantung dan organ lain)
8. Derajat Demam Berdarah Dengue
Derajat penyakit Demam Berdarah Dengue dapat diklasifikasikan dalam 4 derajat:
(WHO,1999) :
 Derajat I: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah
uji tourniquet.
 Derajat II: seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lainnya.
 Derajat III: didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kaki dingin dan
lembab dan tampak gelisah.
 Derajat IV: syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur
9. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue
1. DBD tanpa syok (derajat I dan II)
 Medikamentosa

Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan aspirin.

Diusahakan tidak memberikan obat-obat
yang tidak diperlukan (misalnya
antasid, antiemetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.

Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati, apabila terdapat perdarahan
saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.

Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
 Suportif

Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan perdarahan.

Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk mengatasi masa peralihan
dari fase demam ke fase syok disebut time of fever differvesence dengan baik.

Cairan intravena diperlukan, apabila : anak terus-menerus muntah, tidak mau
minum, demam tinggi, dehidrasi yang dapat mempercepat terjadinya syok, nilai
hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
2. DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV)

Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan ringer laktat 10-20
ml/kgbb secara bolus diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila syok belum teratasi
tetap berikan ringer laktat 20 ml/kgbb ditambah koloid 20-30 ml/kgbb/jam, maksimal
1500 ml/hari.

Pemberian cairan 10ml/kgbb/jam tetap diberikan 1-4 jam pasca syok. Volume cairan
diturunkan menjadi 7ml/kgbb/jam, selanjutnya 5ml, dan 3 ml apabila tanda vital dan
diuresis baik.

Jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik.

Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok teratasi.

Oksigen 2-4 l/menit pada DBD syok. Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit pada
DBD syok.
Indikasi pemberian darah:

setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, syok menetap, hematokrit turun, diduga
telah terjadi perdarahan, berikan darah segar 10 ml/kgbb.

Apabila kadar hematokrit tetap > 40 vol%, maka berikan darah dalam volume kecil
Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna untuk koreksi gangguan
koagulopati atau koagulasi intravaskular desiminata (KID) pada syok berat yang
menimbulkan perdarahan masif.

Pemberian transfusi suspensi trombosit pada KID harus selalu disertai plasma segar
(berisi faktor koagulasi yang diperlukan), untuk mencegah perdarahan lebih hebat.
Indikasi Rawat Inap

Takikardi

CRT > 2 dtk

Dingin dan Pucat

Gelisah dan lemah

BAB Hitam

Oliguria

Cek lab : Ht meningkat dan trombosit menurun
Kriteria memulangkan pasien :

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

Nafsu makan membaik

Secara klinis tampak perbaikan

Hematokrit dan trombosit stabil

Tiga hari setelah syok teratasi

Tidak dijumpai distres pernapasan
Faktor risiko terjadinya komplikasi :

Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan syok atupun tanpa syok
karena adanya edema pada otak dan alkalosis.

Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal akut.

Edem paru, seringkali terjadi akibat - overloading cairan.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. 2011. Comprehensive Guidlines for Prevention and
Control of Dengue and Hemorrhagic Fever. WHO Library Cataloguing.
2. Rahajuningsih Dharma, Sri Rezeki Hadinegoro, Ika Priatni. Disfungsi Endotel Pada
Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan. Juni 1, 2006: 10 (1).
3. Ni Made Renny, dkk. Kelainan Hematologi Pada Demam Berdarah. Jurnal Penyakit
Dalam. September 3, 2009: 10 (5).
4. Profil Kesehatan Indonesia. 2018. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue Per
100.000 Penduduk Tahun 2010 – 2017. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia .
5. Antonius Pujiadi, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta : IDAI
Download