PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PROSESDAN HASIL BELAJAR MATEMATIKADIKELAS IVSDN NO 40/VI RANTAU PANJANG KECAMATAN TABIR KABUPATEN MERANGIN PROPOSAL PENELITIAN Disusun Oleh: EKA FITRIA MUSRAFA NPM : 171014286206035 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO 2021 ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI ......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. B. Identifikasi Masalah .................................................................... C. Batasan Masalah.......................................................................... D. Rumusan Masalah ....................................................................... E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ................................................................................ 1. Hakikat Keterampilan Bercerita Dan Berbicara ................... 2. Karakteristik Keterampilan Bercerita Dan Berbicara ........... 3. Manfaat Keterampilan Bercerita Dan Berbicara ................... B. Media........................................................................................... 1. Pengertian Media .................................................................. 2. Media Gambar ....................................................................... C. Pembelajaran Bahasa Indonesia .................................................. 1. Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran ............................. 2. Teori Belajar ......................................................................... 3. Jenis-Jenis Belajar ................................................................ D. Kerangka Berfikir........................................................................ E. Penelitian Yang Relevan ............................................................. F. Hipotesis Tindakan...................................................................... BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................ B. Subjek Penelitian......................................................................... C. Desain Penelitian ......................................................................... D. Data dan Tenik Pengumpulan Data............................................. E. Instrumen Penelitian.................................................................... F. Reduksi Data ............................................................................... G. Kriteria Keberhasilan Tindakan .................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ i 1 6 7 7 8 10 10 19 27 28 28 32 37 38 39 40 43 45 47 48 50 50 54 54 59 59 60 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat masyarakat dapat mengembangkan potensi manusia agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Di sampimg itu pendidikan merupakan usaha untuk membentuk manusia yang utuh lahir dan batin cerdas, sehat, dan berbudi perkerti luhur. Pendidikan mampu membentuk kepribadian melalui pendidikan lingkungan yang bisa dipelajari baik secara sengaja maupun tidak. Pendidikan juga mampu membentuk manusia itu memiliki disiplin, pantang menyerah, tidak sombong, menghargai orang lain, bertaqwa, dan kreatif, serta mandiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan baik sengaja maupun tidak, akan mampu membentuk kepribadian manusia yang matang dan wibawa secara lahir dan batin, menyangkut keimanan, ketakwaan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan. model pembelajaran Matematika yang berkembang didasarkan pada teori-teori belajar. hakikat dari teoriteori belajar yang sesuai dengan pembelajaran matematika perlu dipahami sungguh-sungguh sehingga tidak keliru dalam penerapannya. teori-teori pembelajaran itu menjadi tidak berguna jika tidak dipahami dengan baik. matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang cukup pesat baik materi maupun kegunaannya sehingga konsep dasar matematika harus dikuasai oleh anak didik sejak dini yang akhirnya terlampil dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Karena sangat penting kegunaan dan fungsinya. mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua perserta didik dengan kemampuan berpikir secara logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan berkerja sama dengan kelompoknya. Kemampuan tersebut diperlukan agar perserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatka informasi yang berpadu pada ilmu pengetahuan dan informasi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Tanggal 1-3 Desember 2020 di kelas IV SD Negeri No 40/IV Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika. Diantaranya kurangnya antusias peserta 1 4 didik untuk belajar karena bosan dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari sikap peserta didik yang melakukan aktivitas lain yang lebih menarik dari pada belajar seperti ribut atau mengganggu teman lainnya yang sedang fokus belajar sehingga suasana kelas tidak kondusif. Selain itu hasil belajar Matematika peserta didik kelas IV di SD tersebut masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diterapkan untuk mata pelajaran Matematika adalah 70. Guru juga belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran, masih menggunakan model ceramah, sehingga peserta didik merasa bosan. peneliti menduga pembelajaran yang dilaksanakan selama ini kurang menarik perhatian peserta didik karena pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran yang tidak menarik hal ini yang menyebabkan rendahnya hasil belajar Matematika peserta didik. Berikut tabel daftar nilai peserta didik kelas IV SD Negeri No 40/VI Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin, yang didapatkan dari wali kelasnya, yang bernama Arlena S.Pd. Tabel 1 Nilai hasil Mid Semester peserta didik Mata Pelajaran MTK kelas IV SDN 40/VI Rantau panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. NAMA AB AK AN DS DO FI FS EO JM KA MR MS MS NA PNU RDP SP SIL SAB KKM PKn 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 NILAI TUNTAS 50 80 75 50 75 60 60 40 70 80 75 40 40 45 30 75 40 60 60 T T T T T T T - TIDAK TUNTAS TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT 5 20. 21. 22. 23. 24. SMR JD YF YL ZA Jumlah Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai terendah Peserta didik Tuntas Peserta didik Tidak Tuntas KKM 70 70 70 70 70 80 65 65 60 80 1.455 60.63 80 30 9 15 T T TT TT TT - 37,5% 62,5% 70 Sumber: Dokumentasi Mid Semester guru kelas IV. Berdasarkan tabel 1.1 di atas diketahui bahwa pada kelas IV dengan jumlah peserta didik secara keseluruhan sebanyak 24 orang dan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70, jumlah peserta didik yang tuntas yaitu 9 peserta didik (37,5%), sedangkan peserta didik yang belum tuntas 15 peserta didik (62,5%). Upaya untuk mengatasi hal tersebut diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan peserta didik aktif dalam meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang betul-betul mengoptimalisasikan kemampuan berpikir perserta didik dengan proses kerja kelompok yang sistematis sehinggan perserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan Menurut Rusman 2016:145 (Octaviana 2018:10). Menurut Barrow (Murfiah 2017:143) Menyatakan bahwa “pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning (PBL) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Menurut Kemendikbud 2016 (Suherti, E & Rohiman, S.M 2016:61) menyatakan Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka untuk diselesaikan oleh perserta didik untuk 6 mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Proses pembelajaran Matematika yang dirasa sulit dan membosankan dapat dirubah menjadi pelajaran yang menyenangkan karena dengan model Problem Based Learning (PBL) siswa lebih memahami isi materi pembelajaran sebab kegiatan pembelajaran melibatkan siswa secara aktif untuk membangun dan menemukan sendiri pengetahuan yang dimilikinya hal ini akan membuat siswa proses dan hasil belajarnya akan meningkat serta menyenangkan. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) pembelajaran yang berbasis masalah dalam model ini perserta didik belajar untuk memecahkan suatu masalah atau tantangan di dunia nyata melalui tahapan-tahapan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah penulis mengambil judul “penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk menigkatkan proses dan hasil belajar Matematika di kelas IV SD Negeri No 40/VI Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat di identifikasikan beberapa permasalahan yang terjadi pada perserta didik kelas IV di SD Negeri 4/VI Rantau Panjang kecamatan Tabir Kabupaten Merangin: 1. Hasil belajar perserta didik masih rendah sehingga masih ada yang belum mencapai KKM. 2. Pembelajaran matematika masih dianggap sulit bagi perserta didik. 3. Dalam menerapkan model pembelajaran pendidik kurang berinovasi dan kratif. 4. Pendidikan belum pernah menerapkan pembelajaran menggunakan PBL model problem based learning. C. Batasan Masalah 7 Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijelaskan, maka penelitian dilakukan pembatasan masalah atau fokus penelitian yaitu pada masalah proses dan hasil belajar perserta didik pada mata pelajaran matematika, sehingga perlu dilaksanakan pembelajaran menggunakan model PBL problem based learning pada perserta didik kelas IV SD Negeri 40/VI Rantau Panjang kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana peningkatan proses belajar matematika menggunakan model problem based learning PBL pada perserta didik kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 40/VI Rantau Panjang Kecamat Tabir Kabupaten Merangin? 2. Bagaimaa peningkatan hasil belajar matematika menggunakan model PBL problem based learning pada perserta didik kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 40/VI Rantau Panjang Kecamat Tabir Kabupaten Merangin? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan proses belajar matematika menggunakan model PBL problem based learning pada perserta didik kelas kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 40/VI Rantau Panjang Kecamat Tabir Kabupaten Merangin. 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika menggunakan model PBL problem based learning pada perserta didik kelas kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 40/VI Rantau Panjang Kecamat Tabir Kabupaten Merangin.. 8 F. Manfaat Penelitian Hasil pemikiran ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang menyelenggarakan pendidikan dan memberikan manfaat, manfaat penelitian terbagi 2 yaitu manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritik, penelitian ini dapat membantu perkembangan pengetahuan khususnya yang terkait dengan hasil belajar siswa dan penerapan model problen based learning dalam pembelajaran matematika. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Matematika Memberikan pembelajaran alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran khususnya matematika dalam rangka meningkatkan proses dan hasil belajar matematika siswa. b. Bagi siswa Penerapan model problem based learning diharapkan dapat melatih siswa menjadi lebih baik dan meningkatkan kemauan serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. c. Bagi Sekolah Penerapan model problem based learning akan membantu dalam perbaikan dan peningkatan pembelajaran matematika yang aktif dan terpusat pada siswa, serta pembaharuan pendidikan matematika di sekolah tersebut. d. Bagi Mahasiswa Manfaat yang dapat diambil bagi mahasiswa dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan tentang pembelajaran menggunakan model problem based learning 9 delam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Proses dan Hasil Belajar Siswa a. Pengertian Pembelajar Pendidikan merupakan salah satu cara seseorang untuk mewujudkan cita-cita atau impiannya. Pendidikan tidak lepas dari kata belajar, karena dengan pendidikan seseorang akan belajar banyak hal, baik berupa perilaku, sikap, maupun keterampilan. Dengan ini di bawah akan membahas belajar menurut teori. Menurut Murfiah, U (2017:1) mengatakan bahwa belajar merupakan kata kunci untuk menghantar manusia agar menjadi manusia yang berkualitas. Dengan belajar yang berkualitas, manusia bisa memainkan peran kemanusiaannya dengan berhasil, melalui proses belajar agar dapat membangun proses peradaban yang tinggi. Menurut Majid, A (2014:15) menyatakan “ belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian”. Pendapat Majid berbeda dengan pendapat Murfiah. Perbedaannya adalah menurut Murfiah belajar merupakan sebagai kunci untuk menghantar manusia agar menjadi berkualitas, sedangkan menurut Majid belajar merupakan proses perubahan kepribadiaan seseorang seperti sikap, kebiasaan, dan kepandaian. 10 Selain itu Skinner (Hanafi, 2014:68) berpendapat “belajar adalah menciptakan kondisi peluang dengan penguatan (reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar dengan adanya ganjaran (funnistment) dan pujian (reward) dari guru atas hasil belajarnya”. Menurut (Rahmayanti, V, 2013:212) menyatakan “Belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar”. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Teori ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Majid, karena menurut mereka belajar itu merupakan proses perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Menurut Hamalik (Susanto, 2013:4) menyatakan “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa belajar adalah proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru.Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman. b. Tujuan Belajar Proses belajar seseorang berbeda-beda, tergantung dari apa yang ingin mereka pelajari dan tujuan dari mereka belajar itu apa. Dengan ini di bawah akan membahas tujuan belajar menurut teori. Menurut (Agustina, R, 2016:16) mengemukakan tujuan belajar sebagai berikut : 11 1. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku. Misalnya seorang anak kecil yang belum memasuki sekolah bertingkah laku cengeng, takut, pendiam.Kemudian setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar, tingkah lakunya berubah menjadi anak yang tidak lagi cengeng, menjadi lebih berani dalam berinteraksi dengan teman, dan dapat bergaul bersama temannya.Hal ini dapat menunjukkan bahwa tersebut telah belajar dari lingkungan yang baru. 2. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik. Contohnya mengubah kebiasaan mabuk-mabukan menjadi tidak mabuk-mabukan, kebiasaan merokok menjadi tidak merokok, menghilangkan ketergantungan pada obat-obatan terlarang, kebiasaan ini dapat dilakukan dengan suatu proses belajar. 3. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. Misalnya seorang remaja yang tadinya selalu melawan orangtuanya menjadi lebih patuh. 4. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau kecakapan. Misalnya dalam hal olahraga, seorang yang terampil bermain sepak bola sebagian besar ditentukan oleh ketekunan belajar dan latihan yang sungguh-sungguh. 5. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Misalnya seorang..anak yang tadinya tidak bisa berhitung, menjadi bisa karena belajar. Menurut Dimyati& Mujiono, 2012:23 (Agustina, R, 2016:17) “tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri”. Dalam desain instruksional guru merumuskan”tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa.Menurut Suprijono, A, 2014:5 (Agustina, R, 2016:17) “tujuan belajar adalah tujuan belajar sangat banyak dan bervariasi, tujuan belajar ada yang eksplisit dan ada yang berbentuk instruksional”.Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik menghidupi suatu sistem lingkungan belajar tertentu. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa tujuan belajar merupakan sesuatu 12 yang ditetapkan untuk dapat merubah kebiasaan yang ada pada diri orang tersebut, yang tadinya memiliki sikap kurang baik menjadi lebih baik, yang kurang disiplin menjadi lebih disiplin. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Suprijono, Agus, 2014:5 (Agustina, R, 2016:18) hasil belajar adalah polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut Rusman (2015:67) menyatakan ”Hasil Belajar adalah sejumlah pengalakman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesesuaian sosial, macam-macam keterampilan, citacita, keinginan dan harapan. Menurut Sudjana, 1989:39 (Susanto, 2016:15) menyatakan “hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau factor lingkungan”. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Menurut Nasution, 1982:25 (Supardi, 2015:2) menyatakan “keberhasilan belajar adalah suatu perubahan yangterjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar”. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh peserta didik setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan dan memberikan perubahan dalam prilaku peserta didik. 13 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto, 2003:54 (Pratiwi, 2018:12) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah : 1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) a) Faktor jasmaniah yang berkenaan dengan faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis yang berkenaan dengan intelegensi, bakat motivasi dan kematangan. c) Faktor kesiapan, yang berkenaan dengan kesiapan jasmani dan rohani. 2. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa) a. Faktor keluarga yang berkenaan dengan cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. b. Faktor sekolah yang berkenaan dengan metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat yang berkenaan dengan kesiapan siswa dalam masyarakat, media, teman bergaul dan bentuk kehidupan dalam masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi, 2008:24 (Rusman, 2015:67) meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu : 1) Faktor internal a) Faktor fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. 14 b) Faktor psikologis. Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kemapuan psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor intelektual (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan nalar siswa. 2) Faktor eksternal a) Faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat memengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial, lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. b) Faktor instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang berhubungan dengan kesiapan jasmani dan rohani,sedangkan faktor yang berasal dari luar yaitu hubungan antar keluarga. 3. Indikator Hasil Belajar Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apa bilamencapai indikator dan tujuan suatu pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dilihat dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kulikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom (Sudjana, 2016:22) yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah yaitu: a. Aspek kognitif penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) kelas/tingkat yakni: 1) Pengetahuan, dalam hal ini siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih dari fakta-fakta yang sederhana. 2) Pemahaman, yaitu siswa diharapkan mampu untuk membuktikan bahwa ia memahami 15 hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep. 3) Penggunaan / penerapan, disini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih generalisasi/ abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. 4) Analisis, merupakan kemampuan siswa untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar. 5) Sintesis, merupakan kemampuan siswa untuk menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. 6) Evaluasi, merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus. b. Aspek Afektik Tujuan ranah afektif berhubungan denga hierarki pehatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi. Kratwohl, Bloom, dan Masia mengemukakan taksonomi tujuan ranah kognitif meliputi 5 kategori yaitu menerima, merespon, menilai, mengorganisasi, dan karakterisasi. c. Aspek Psikomotorik Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan. Kibler, Barket, dan Miles mengemukakan taksonomi ranah psikomotorik meliputi gerakan tubuh yang mencolok, ketepatan gerakan yang dikoordinasikan,perangkat komunikasi nonverbal, dan kemampuan berbicara. Menurut Djamarah (Supardi, 2015:5) untuk mengetahui keberhasilan belajar dapat dilihat dari daya serap siswa dan perilaku yang tampak pada siswa. 1) Daya serap yaitu tingkat penguasaan bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru dan 16 dikuasai oleh siswa baik secara individual atau kelompok. 2) Perubahan dan pencapaian tingkah laku sesuai yang digariskan dalam kompetensi dasar atau indikator belajar mengajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bias menjadi bisa dari tidak kompeten menjadi kompeten. Adapun menurut Moore, 2014 (Ricardo, 2017:85), ketiga ranah hasil belajar tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1) Ranah kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, penciptaan, dan evaluasi. 2) Ranah afektif, yaitu penerimaan, menjawab, penilaian, organisasi, dan penentuan ciri-ciri nilai. 3) Ranah psikomotorik, yaitu fundamental movement, generic movement, ordinative movement, dan creative movement. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Bloom dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan untuk melihathasil belajarpesertadidikpadapenelitian ini yaitu menggunakanranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Rinciannya sebagai berikut: 1) Pengetahuan, dalam hal ini peserta didik diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih dari fakta-fakta yang sederhana. 2) Pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran matematika. 3) Penerapan kemampuan yang tepat untuk memilih konsep dalam menyelesaikan pembelajaran. 4) Evaluasi, merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus. 5) Kemampuan untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh pendidik. 6) Kemampuan dalam merespon materi pembelajaran yang telah dipelajari. 4. Model Pembelajaran Problem Based Learning 17 a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning Menurut Rusman, 2016:145 (dalam Octaviana, 2018:10) menyatakan bahwa problem based learning sebagai salah satu inovasi pembelajaran yang betul-betul mengoptimalisasikan kemampuan berpikir peserta didik dengan proses kerja kelompok yang sistematis sehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambugan. Menurut Barrow (Murfiah, 2017:143) menyatakan “Pembelajaran berbasis masalah (PBM) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah”. Menurut Mulyasa, E., Iskandar, D & Aryani, W.D (2016:132) menyatakan sebagai berikut: Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual untuk merangsang peserta didik belajar. PBL merupakan model pembelajaran yang dirancang secara inovatif dan revolusioner agar peserta didik mendapat pengetahuan penting yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kemendikbud 2016 (Suherti, E & Rohimah, S.M, 2016:61) menyatakan sebagai berikut: Pengertian Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan 18 membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Menurut Sanjaya (2014:214) menyatakan “Strategi Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa modelpembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yangberbasis masalah. Dalam model ini peserta didik belajar untuk memecahkan suatu masalah atau tantangan di dunia nyata melalui tahapantahapan pembelajaran. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran berbasis masalah dapat melatih peserta didik untuk belajar bagaimana ia bisa menemukan solusi dari permasalahan tersebut.Dengan ini peserta didik dapat langsung terlibat dalam memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. b. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning Menurut Maryati, I (2018:66) menyatakan karakteristik Problem Based Learning sebagai berikut: 1) Belajar dimulai dengan satu masalah. 2) Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa. 3) Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu. 4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. 5) Menggunakan kelompok kecil. 19 6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telahmereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik model pembelajaran berbasis masalah ini merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang di mana pendidik hanya sebagai fasilitator. Pendidik memberikan konsep dasar kepada peserta didik, kemudian pendidik menyampaikan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik, setelah itu peserta didik mencari solusi dari masalah tersebut, setelah itu peserta didik berdiskusi bersama teman-temannya dan didampingi oleh pendidik. Pendidik berperan sebagai mengawasi jalan diskusi dan meluruskan jawaban yang kurang tepat. c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning Menurut Huda, 2015:272 (Murfiah, 2017:144) menyatakan bahwa sintaks operasional PBL bisa mencakup antara lain sebagai berikut: 1) Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah. 2) Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus, kemudian mendefinisikan suatu masalah. Mereka membrain storming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian, mereka mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang tidak mereka ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah. 3) Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup, perpustakaan, database, website, masyarakat, dan observasi. 4) Siswa kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing informasi, melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu. 5) Siswa menyajikan solusi atas masalah. 6) Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan. Semua yang 20 berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya terhadap proses. tersebut. Menurut Mulyasa, E., Iskandar, D & Aryani, W.D (2016:234) mengemukakan bahwa prosedur pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Prosedur Pembelajaran Berbasis Masalah Fase-fase Fase 1 Orientasi peserta pada masalah. Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik. didik Perilaku Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih. Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Fase 3 Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan Membimbing informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen penyelidikan individu untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan dan kelompok. masalah. Fase 4 Membantu peserta didik dalam merencanakan dan Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, menyajikan hasil karya. model, dan berbagi tugas dengan teman. Fase 5 Menegevaluasi hasil belajar/meminta kelompok Menganalisis dan presentasi hasil kerja. mengevaluasi proses pemecahan masalah 21 Menurut (Priansa, D.J, 2015:190) mengemukakan langkah pokok dalam melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah adalah sebagai berikut: 1) Memahami Masalahnya. Masing-masing peserta didik mengerjakan latihan yang berbeda dengan teman sebelahnya. 2) Menyusun Rencana Penyelesaian. Pada tahap ini peserta didik diarahkan untuk dapat mengidentifikasi masalah, kemudian mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. 3) Melaksanakan Rencana Penyelesaian tersebut. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah dengan melihat contoh atau dari buku, dan bertanya pada pendidik. 4) Memeriksa Kembali Penyelesaian yang Telah Dilaksanakan. Peserta didik mengulang kembali atau memeriksa jawaban yang telah dikerjakan, kemudian peserta didik bersama pendidik dapat menyimpulkan dan dapat mempresentasikan di depan kelas. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran problem based learning yaitu suatu tahapan untuk mencapai suatu pembelajaran. Langkah pertama, pendidik memberikan suatu fenomena yang di mana peserta didik akan mengobservasi masalah dari fenomena tersebut. Langkah kedua, pendidik menyampaikan permasalahannya dan peserta didik diminta untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapatnya. Langkah ketiga, peserta didik mencari solusi untuk memecahkan permasalahannya dari berbagai sumber dan dibantu oleh pendidik dalam mengumpulkan informasi agar dapat memecahkan permasalahan tersebut. Langkah keempat, peserta didik diminta untuk menyajikan hasil dari suatu karya dalam bentuk laporan tertulis maupun nontulis. Langkah kelima, peserta didik mengulas apa yang telah mereka pelajari selama proses pengerjaan. Semua peserta didik yang berpartisipasi dalam proses tersebut diminta untuk mempresentasikan hasil karya mereka berdasarkan bimbingan dari pendidik, sekaligus melakukan refleksi. d. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning 22 Adapun tujuan dari Model Pembelajaran Problem Based Learning menurut Trianto, 2017:94 (Octaviana, 2018:11) adalah sebagai berikut : 1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. 2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3) Menjadi pembelajar yang mandiri. Tujuan PBM adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah PBM juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide learning), keterampilan memaknai informasi, kolaboratif dan belajar tim, dan keterampilan berpikir refleksi dan evaluatif, Rusman (2017:341). Menurut Sanjaya, W (2014:216) menyatakan “tujuan yang ingin dicapai oleh strategi pembelajaran berbasis masalah adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah”.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan model pembelajaran problem based learning yaitu membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam berpikir kritis, membantu peserta didik agar terampil dalam memecahkan masalah, terampil dalam memaknai suatu informasi, dan bisa berdiskusi bersama temannya. e. Keunggulan Model Pembelajaran Problem Based Learning Menurut Ibrahim, 2015:27 (Octaviana,2018:13) kelebihan model Problem Based Learning yaitu sebagai berikut: 1) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran karena masalah yang menjadi fokus utama pembelajaran membuat kegiatan belajar menjadi bermakna. 2) Orientasi pembelajaran adalah investasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah, sehingga perhatian siswa terpusat pada masalah. 23 3) Pengetahuan bertahan lama, dapat diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan sebagian model pembelajaran lain. 4) Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir kritis. 5) Dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi untuk bekerja secara tim sampai menemukan solusi. 6) Menjadikan peserta didik lebih mandiri. 7) Dapat membuat pelajaran lebih luas dan konkrit. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keunggulan model problem based learning adalah model ini cukup bagus untuk peserta didik dalam memahami isi pelajaran, dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik, model ini dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya, peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, model ini dapat mengembangkan kemampauan berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradabtasi dengan pengetahuan baru, bisa memberikan kesempakatan kepada peserta didik agar dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam mengembangkan minat peserta didik dunia nyata,bias dan mengembangkan konsep belajar secara terus menerus karena masalah tidak akan pernah selesai. f. Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning Kelemahan/kekurangan model Problem Based Learning menurut Ibrahim, 2015:27 (Octaviana, 2018:13), yaitu sebagai berikut: 1) Kapasitas siswa yang banyak membuat guru sulit untuk menerapkan model ini karena butuh perhatian dan bimbingan guru secara langsung selama penyelidikan. 2) Jika tidak disertai perencanaan yang matang, waktu akan terbuang sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif dan efisien. 24 3) Tidak semua siswa dapat memahami pembelajaran dengan menggunakan model ini jika tidak disertai dengan petunjuk yang jelas dari guru. Menurut Suyadi (2015:143) selain memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut: 1) Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah. 2) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Artinya, perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada peserta didik. 3) Proses pelaksanaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang. Itupun belum cukup, karena sering sekali peserta didik masih memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. Padahal, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum yang ada. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan model problem based learning yaitu apabila peserta didik tidak memiliki minat yang tinggi atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa ia mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka akan enggan untuk mencoba karena takut salah. Jumlah peserta didik yang banyak membuat pendidik sulit dalam menerapakan model ini,karena butuh perhatian dan bimbingan pendidik secara langsung. Tidak semua peserta didik bisa belajar dengan model ini jika tidak disertai denganpetunjuk yang jelas dari pendidik. Proses pelaksanaan pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lebih lama, itupun belum tentu cukup, karena sering sekali peserta didik masih memerlukan waktu untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh pendidik.Tanpa sebuah pemahaman tentang mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dipelajari, 25 maka mereka tidak akan bias belajar apa yang ingin mereka pelajari, untuk itu pendidik perlu menjelaskan maanfaat dari yang mereka pelajari. g. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1) Pengertian Pembelajaran Matematika Menurut Amir (2014:73) Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan tentang matematika yang dipelajari, cerdas,terampil, mampu memahami dengan baik bahan yang diajarkan. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang setiap konsepnya harus disajikan dalam bentuk kongkret, agar peserta didik memperoleh pengetahuan tentang matematika dengan baik. Pembelajaran matematika tidak terlepas dari kehudipan sehari-hari, karena matematika memiliki kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. 2) Tujuan Pembelajaran Matematika Dalam dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD dan MI pada kurikulum 2006 (Amir,2014:76) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah: a) Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakan dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. b) Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. c) Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikan dalam pemecahan masalah sehari-hari. d) Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikan dalam pemecahan masalah sehari-hari. 26 e) Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah sehari-hari. f) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan. g) Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. Dapat disimpulkan dari pendapat di atas bahwa tujuan pembelajaranmatematika yaitu memahami konsep matematika,menjelaskan mengaplikasikan keterkaitan antar konsep dan konsep.Memecahkan masalah dengan cara memahami masalah, mengomunikasikan masalah dengan simbol, tabel, diagram, agar bisa memperjelas masalah. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan h. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Dalam Amir (2014:76) menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran matematika SD adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan yang selalu menghubungkan suatu topik sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk mempelajari topik matematika berikutnya. Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Pemberian konsep dimulai dengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika. 2) Pembelajaran matematika bertahap Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep yang sederhana, sampai kepada konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, dilanjutkan ke semi konkret dan akhirnya menuju konsep abstrak. 27 3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif. Contoh: Pada materi bangun datar dan bangun ruang. Pengenalannya tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan contoh-contoh dari bangun tersebut dan mengenal namanya. Menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun tersebut sehingga didapat pemahaman konsepnya. 4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya. 5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam pembelajaran bermakna siswa mempelajari matematika mulai dari proses terbentuknya suatu konsep kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi konsep konsep tersebut pada situasi baru. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa terhindar dari verbalisme. Karena dalam setiap hal yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran ia memahaminya mengapa dilakukan dan bagaimana melakukannya. Oleh karena itu akan tumbuh kesadaran tentang pentingnya belajar. B. Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang terkait dengan model Problem Based Learning terhadap kemampuan metakognitif siswa diantaranya : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sastriani, 2017 dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang” 28 Tahun 2017, menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA, dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran sebelumnya yaitu model konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil belajar siswa pada Siklus I dengan rata-rata nilai 65,95 dan persentase ketuntasan 66,67%. Siklus II dengan rata-rata 72,73 dan persentase ketuntasan 78,57%. Siklus III dengan nilai rata-rata 75,35 dan persentase ketuntasan 88,09%. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Puji Hardono, Siti Istiyati, Idam Ragil Widianto Admojo, 2016 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses IPA pada Siswa Sekolah Dasar”, menunjukkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukakan sebanyak tiga siklus pada pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan ketrampilan proses IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Karanganyar Tahun Ajaran 2016/ 2017. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai ketrampilan proses IPA, pada ketrampilan mengamati dari 33 siswa sudah mencapai indikator kinerja penelitian cukup terampil (75-84) sejumlah 32 siswa atau 99,96% dan pada keterampilan mengomunikasikan juga mencapai 96,96% atau 32 siswa dari 33 siswa sudah cukup terampil (75-84). 3. Penelitian yang dilakukan oleh Maaruf Fauzan, Abdul Gani, & Muhammad Syukri, 2017 dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning pada Pembelajaran Materi Sistem Tata Surya untuk 29 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif, sikap sosial serta ketrampilan peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih baik daripada pembelajaran secara konvensional khususnya pada materi sistem tata surya. Analisis data menunjukkan bahwa terjadi kenaikan komponen- komponen yang dinilai antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rata- rata nilai ketrampilan kelas kontrol sebesar 68, sedangkan pada kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dari pada kelas kontrol. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Maysitah dengan judul “Penerapan Model Prpblem Based Learning” untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematiks kelas V MIN 3 Banda Aceh” menunjukan bahwa melalui pembelajaran problem Based learning meningkatkan iklim pembelajaran, terlihat dengan siswa lebih berpikir kritis daan aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar yang meningkat. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Desvian HalimWicaksono dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning” (PBL) untuk meningkatkan Aktivitas Belajar IPA Kelas V SD Negeri Panjunan 02 Tahun 2014/2015” menunjukan bahwa kemampuan memcahkan masalah belajar yang diajarkan dengan model problem based learning lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran konvensional. 1 C. Kerangka Konseptual Pembelajaran matematika bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan dari guru ke siswa. Matematika juga bukan sekedar menghapal. Dalam pembelajaran membutuhkan konsep-konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Konsep-konsep matematika yang mudah untuk dapat dikuasai oleh siswa, oleh sebab itu untuk mempermudah belajar memahami konsep siswa menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada model pembelajaran siswa diberikan permasalahan yang ada disekitar mereka untuk didiskusikan sehingga dalam pembelajaran siswa dituntut lebih aktif dengan memcahkan masalah yang ada disekitar mereka menjadikan siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran matematika sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Salah satu model pembelajaran yang dapat merangsanag aktivitas belajari siswa dalam mengembangkan pengetahuan adalah model problem based learning, dalam PBL siswa mengikuti pola pembelajaran tertentu yang dimulai dengan mempertimbangkan masalah yang terdiri dari kejadian yang membutuhkan penjelasan. Berdasarkan berbagai hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model PBL dapat meningkatkan Proses dan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika. 2 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian diterima yaitu : Penerapan Model Problem Basad Learning (PBL) dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dikelas IV SD Negeri No. 40/VI Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2016:2) menyatkan jika “metode penelitianPada dasarnya cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuandankegunaan tertentu”. Penelitian yang dilakukan peneliti dalam penelitian iniadalahPenelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Reserch ). Penelitian tindakan yang dilakukan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar pesertadidik. Menurut Suyadi dalam bukunya (2014:14) menyimpulkan bahwa “ Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakanterhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuahkelas secara bersamaan “. Arikunto yang merupakan salah satu pakar dari metode Penelitian tindakan Kelas (PTK) menjelaskan pengertian dari Penelitian Tidakan Kelas(PTK) secara sistematis , sebagai berikut: 1. Penelitian adalah kegiatan mencermati objek dengan menggunakan cara dan dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. 2. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana denngan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal dengan sikussiklus kegiatan untuk peserta didik. 37 4 3. Kelas adalah tempat di mana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama. Penelitian Tindakan kelas dilakukan oleh seorang guru seyogyinyadilakukan dengan kesadaran dan tanpa tuntutan dari pihak manapun, sesuaidengan yang pernah di ungkapkan oleh Arikunto bahwa Penelitian Tindakandilakukan dengan kesadaran untuk meningkatkan hasil kualitas kinerja, makapeneliti harus melakukannya secara sukarela. Adapun Kemmis dan Tagart dalam Badang Iskandar (2015:2) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan adalah bentuk penyelidikan refleksi diri yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial (mencakup pendidika) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan sosial atau praktik pendidikan, pemahaman praktik, situasi, berlagsung praktik. Iskandar, Dais dan Narsim (2015:6) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru (sebagai peneliti) atas sebuah permasalahan nyata yang ditemui saat pembelajaran berlangsung guna meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan dan kualitas pendidikan dalam arti luas”. Berdasarkan uraian pendapat diatas mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga dapat disimpulkan bahwa, Penelitian Tindakan Kelass (PTK) adalah suatu kegiatan tindakan yang dilakukan oleh guru yang memiliki tujuan untuk memperbaiki proses dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah 5 rendahnya hasil belajar peserta didik yang belum mencapai ketuntasan KKM secara menyeluruh pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. Penelitian Tindakan kelas ini menerapkan model Problem based Learning (PBL). B. Setting Penelitian Setting penelitian dalam penelitian ini meliputi tempat penelitian, waktu penelitian dan subjek penelitian. 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri No. 40/VI Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin untuk mata pelajaran matematika. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021, penentuan waktu mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar yang efektif dikelas. 3. Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2020/2021 di kelas IV SD Negeri No. 40/VI Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin yang terdiri dari 24 siswa masing-masing terdiri dari 10 laki-laki dan 14 perempuan. 6 4. Desain Penelitian Menurut pandangan Arikunto (2010:6) menyatakan penelitian ini mengacu pada desain PTK yang terdiri dari empat tahapan yang perlu dilakukan yaitu perencanaan,pelaksanaan tindakan,pengamatan atau observasi dan refleksi. Hubungan empat komponen tersebut merupakan suatu siklus dan dapat di gambarkan pada bagan sebagai berikut : Gambar 3.1 Rancangan penelitian tindakan kelas dengan model Problem Based Learning Sumber Arikunton,(2010:6) siklus penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap-tahap penelitian kelas yang dalam pelaksanaan tindakan kelas terdiri dari beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observasing) dan refleksi (reflecting). Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 7 Pada tahap ini dilakukan penyusunan instrumen yang akan dipergunakan saat pelaksanaana tindakan dan membuat rencana pembelajaran untuk setiap pertemuan saat pembelajaran. Tahap penyusun instrumen pada penelitian ini meliputi : 1. Perencanaan a. Menyiapkan standar kopetensi, kopetensi dasar dan indikator silabus, pemetaan dan bahan ajar. b. Menyiapkan instrument penelitian dari lembar observasi untuk kegiatan siswa. c. 2. Memilih alat dan bahan untuk digunakan dalam pembelajaran. Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan awal Guru menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Untuk mengawali proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa bersama. Guru memeriksa satu persatu untuk membangun komunikasi awal bersama siswa. Kemudia peneliti dan guru berdiskusi rencana pembelajaran model PBL dengan materi pokok. b. Kegiatan inti Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan melakukan rencana pembelajan yang telah disusun. Peneliti melakukan kerjasama dengan guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran. 8 Guru berperan untuk melaksanakan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai obsever serta mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan. 3. Observasi Pelaksanaan observasi dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran dikelas. Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang bertindak sebagai obsver. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model PBL. Melalui pengantar ini diterapkan dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan tindakan, sebagai modifikasi rancangan dapat dilakukan secepatnya, dengan kata lain pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan daalam melaksanakan refleksi. Pengamatan dilakukan dalam satu siklus memberikan pengaruh pada penyusunan tindakan yang dilakukan pada siklus berikutnya. 4. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi yang diperoleh dari penelitian untuk mengetahui hal-hal yang dirasakan sesudah berjalan baik dan bagian mana yang belum atau dikatakan sebagai evaluasi diri. Kegiatan refleksi dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan guru untuk mendiskusikan hasil dari 9 kegiatan yang dilakukan. Beberapa tindakan yang dilakukan pada saat refleksi, yaitu: a. Mengidentifikasikan kembali aktivitas yang telah dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung disetiap siklus. b. Menganalisis pengolahan data hasil evaluasi dan merinci kembali tindakan pembelajaran yang telah dilakukan. c. Menetapkan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil analisis kegiatan. Jika pelaksanaan tindakan telah tercapai maka penelitian dianggap selesai, tetapi jika belum tercapai kembali pada siklus rencana pembelajaran berikutnya. C. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data Penelitian Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, observasi, dan dokumentasi pada setiap tindakkan perbaikan pembelajaran Matematika dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada peserta didik kelas IV SD Negeri No.40/VI Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin, data tersebut tentang hal-hal sebagai berikut : a. Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan proses pembelajaran. b. Evaluasi pembelajaran Matematika dengan penerapan model Problem based learning (PBL) proses maupun hasil. 10 c. Hasil tes peserta didik sesudah pelaksanaan tindakkan pembelajaran Matematika dengan penerapan model Problem based learning (PBL). 2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah salah satu alasan penggunaan metode observasi dalam penelitian kualitatif adalah memungkinkan melihat dan mengamati sendiri fenomena yang terjadi pada saat penelitian, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran Matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning(PBL). b. Tes Tertulis Tes tertulis ini digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dalam kelas, terutama pada butir penguasaan materi pembelajaran siswa dengan bentuktes ganda. Adapun soal ganda pada setiap siklus yaitu sebanyak 10 soal dengan bobot nilai 10. c. Dokumentasi Dokumentasi berupa fhoto-fhoto pada saat penelitian sebagai data visual untuk memperkuat data baik dari peneliti maupun dari siswa. 11 D. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dikatakan tercapai apabila telah mencapai nilai 70 sampai 80 persentase hasil belajar peserta didik meningkat dari standar nilai KKM yang telah ditentukan, yaitu 70. Berikut rincian ketercapaian indikator yang diharapkan : 1. Proses belajar peserta didik dalam proses pembelajaran >70%. 2. Hasil belajar menggunakan model Problem Based Learnig>70%. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu langkah yang paling pentingmenentukan dari suatu penelitian, karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. 1. Analisis Data Kualitatif Data kualitatif ini dari pengamatan siswa dan guru pada saat pembelajaran sedang berlangsung sesuai indikator observasi yang telah disusun kemudian dipersentasikan peningkatan pada setiap pertemuan. a. Penilaian kinerja guru Untuk menghitung presentasi hasil observasi kinerja guru menggunakan rumus : P = Σ skor perolehan x 100 % Σ skor total Keterangan p = tingkat keberhasilan 12 Untuk melihat tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran digunakan lima kategori yaitu dapat dilihat pada table berikut : Tabel 1.2 Kriteria Keberhasilan Proses Pembelajaran Siswa dan Guru dalam %. No Tingkat Predikat Keberhasilan Keberhasilan 1 86 - 100 % Sangat tinggi 2 71 - 85 % tinggi 3 56 - 70 % sedang 4 41 - 55 % rendah 5 < 40 % Sangat rendah Rentang 15 % ( Sumber :Arikunton 2010:6) b. Penilaian proses belajar siswa Untuk menghitung presentasi hasil observasi kinerja siswa menggunakan rumus : P = Σ skor perolehan x 100 % Σ skor total Keterangan : p = tingkat keberhasilan Dari hasil penilaian sebelumya, nilai tersebut kemudian dikatagorikan berdasarkan tabel : Tabel 1.3 Kriteria Keberhasilan siswa dalam %. No Rentang Nilai Katagori 1 80 - 100% Sangat baik 2 70 – 79% Baik 3 60 – 69% Cukup 4 ≤ 50% Kurang 13 Nilai tersebut kemudian di katagorikan berdasarkan tabeldibawah ini: Tabel 1.4 Kriteria Keberhasilan Proses Pembelajaran Siswa dan Guru dalam %. No Tingkat Keberhasilan Predikat Keberhasilan 1 86 - 100 % Sangat tinggi 2 71 - 85 % tinggi 3 56 - 70 % sedang 4 41 - 55 % rendah 5 < 40 % Sangat rendah Rentang 15 % ( Sumber : Arikunton 2010:6) 2. Analisis Data Kuantitatif Analisis data kuantitatif didapat dari penilaian latihan dan tes (pre-tes dan post-tes ). a. Penilaian latihan dan tes mencari nilai rata-rata Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti tes sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus : Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus : X= ΣX ΣN Keterangan : X= nilai rata-rata Σ X = jumlah semua nilai siswa Σ N = jumlah siswa yang mengikuti tes ( Sumber: Arikunto 20010 : 6 ) 14 b. Penilaian untuk ketuntasan belajar Dalam penelitian ini terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar secara individual didapat dari KKM untuk pembelajaran tematik ditetapkan sekolah yaitusiswa dinyatakan tuntas jika telah mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 74 dan di bawah 74 dinyatakan belum tuntas. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan belajar siswa menyeluruh. Untuk menghitung persentase : P = Σ jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 x 100 % Σ Siswa mengikuti tes ( Arikunton 2010:6) Keterangan : P = Persentase ketuntasan Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase siswa yang tuntas belajar atau siswa yang mendapat nilai ≥ 70 jumlahnya lebih besar atau sama dengan 85 % dari jumlah siswa seluruhnya. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjutan dalam pertemuan dan siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleknsi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan sebagai 15 bahan pertimbangan dalam penentuan metode pembelajaran yang tepat. 16 DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. 2013. Agustina, R 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Amir, A. (2014). Kemampuan Penalaran dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Logaritma,Vol. II, No.01 Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009 Arnyana, Ida Bagus Putu. 2006. Perencanaan dan Desain Model-Model Pembelajaran. Singaraja. Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UNDIKSHA. Arief S. Sadiman. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan Pemanfaatannya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2014. dan Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung. PT. Remaja Rosda Karya 2010 Pembelajaran terpadu teori dan praktik terbaik di sekolah Damsar. 2012. “Pengantar Sosiologi Pendidikan”. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Darmodjo. 2008. Evaluasi Pembelajaran : Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Daryanto, 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Depdiknas, 2006. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Daryanto, Suyatri D 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Dimyati dan Mudjiyono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: jakarta. Eggen, P. dan Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks. 17 Fachrurazi. 2011. “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”, Edisi Khusus No. 1 Gunantara, Gd dan Pt. Nanci Riastini. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V”, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha/ Vol: 2 No.501, 1-10 Hanafi. 2014. Kontruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAL Hermawan, Ruswandi, dkk., Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar, Bandung:UPI Press, 2007 Iskandar, D. & Narsim. (2015). Penelitian Tindakan Kelas dan Publikasi. Jawa Tengah: Ihya Media 50 Jihad, A. dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo. Kusumah, Wijaya, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Malta Printindo, 2009 Kasful, A. Dkk. 2011. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Penerbit: Alfabeta. Marsudi,2012,Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.Jakarta:Prestasi Pustaka Maryati, I. (2018), Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola Bilangan Di Kelas Vii Sekolah Menengah Pertama. Jurnal “Mosharafa”, Mulyasa. (2016). Standar Kompetendi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Murfiah, Uum. (2017). Pembelajaran Terpadu. Bandung: Departemen FKIP Universitas Pasundan Octaviana 2018. Ragam pengembangan model pembelajaran untuk peningkatan profesionalitas guru. Jakarta: Kata Pena Pratiwi. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Tematik Peserta Didik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Srimulyo Natar. Disertasi, Sekolah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Lampung: Universitas Lampung Priansa, D.J. (2015). Manajemen Peserta Didik dan Model pembelajara. Bandung: Alfabeta Rahmayanti. 2013 Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Dikti 18 Ratuman. 2015. Inovasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Ombak) Ricardo. (2017). Impak minat dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa ( The impacts of students’ learning interest and motivation on their learning outcomes ). Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Rohimah, S.M. (2016). Bahan Ajar Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu. Bandung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan Rusman. (2015). Model-model pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press Rusmono. 2014. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor : Penerbit Ghalia Indone Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Menteri Pendidikan Nasional. Sadjana.2015,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Pt Remaja Roskarya Sanjaya, W. (2014). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Subhan, Fautin. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. (Sidoarjo: Qisthos Digital Perss). Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) Sudjana, Nana. (2016). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Supardi. 2015. Penelitian Pendidikan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suherman, Erman,dkk .2003. Kontemporer.Bandung: JICA. Strategi Pembelajaran Matematika Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran:Teori dan Aplikasi. (Jogjakarta: Arhaz Media) Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta:Kencana). Susanto 2013 Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Susanto 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Supardi. 2015. Penelitian Pendidikan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara 19 Sutama (2010). Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, danPTBK. Semarang : Surya Offset. Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D.Kartasura: FAIRUZ MEDIA. Suyadi. (2015). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Trianto (2010) Mendesain Model Pembelajaran Jakarta:Kencana Prenada Media Grup. Inovatif-Progesif.