Modul 4 TIPOLOGI KLASSEN Konsep Dasar Tipologi Klassen Pemerintah Daerah perlu membuat prioritas kebijakan agar pembangunan daerah dapat berjalan sesuai rencana. Terkait dengan kebijakan anggaran, penentuan prioritas kebijakan tentang pengeluaran daerah merupakan hal yang penting. Penentuan prioritas kebijakan tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan menentukan sektor-sektor prioritas atau unggulan. Lebih jauh, penentuan prioritas tidak hanya dilakukan pada tingkat sektoral saja, tetapi juga pada tingkat subsektor, usaha, bahkan tingkat komoditi yang layak untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada. Untuk menentukan sektor, subsektor, usaha, atau komoditi prioritas tersebut dapat digunakan beberapa alat analisis. Salah satu alat analisis yang relatif sering digunakan adalah alat analisis Tipologi Klassen. Topik ini akan membahas dan menguraikan lebih lanjut mengenai alat analisis Tipologi Klassen. Pengertian Tipologi Klassen Selain itu, Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi prioritas atau unggulan suatu daerah. Dalam hal ini analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi atau secara nasional. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah. Tipologi Klassen juga merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional, yaitu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pada pengertian ini, Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah dengan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau PDB per kapita (secara nasional). Tujuan dan Manfaat Tipologi Klassen Analisis Tipologi Klassen dapat digunakan untuk tujuan sebagai berikut: 1. mengidentifikasi posisi perekonomian perekonomian daerah yang diacunya suatu daerah dengan memperhatikan 2. mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi unggulan suatu daerah Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, pengguna analisis tipologi Klassen akan mendapatkan manfaat sebagai berikut: 1. Dapat membuat prioritas kebijakan daerah berdasarkan keunggulan sektor, subsektor, usaha, atau komoditi daerah yang merupakan hasil analisis tipologi Klassen. 51 2. Dapat menentukan prioritas kebijakan suatu daerah berdasarkan posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian nasional maupun daerah yang diacunya. 3. Dapat menilai suatu daerah baik dari segi daerah maupun sektoral. Alat analisis Tipologi Klassen merupakan gabungan atau perpaduan antara alat analisis hasil bagi lokasi atau Location Quotient (LQ) dengan Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Tipologi Klassen dapat digunakan melalui dua pendekatan, yaitu sektoral maupun daerah. Data yang biasa digunakan dalam analisis ini adalah data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Tabel 1 Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Sektoral Kuadran I Kuadran II Sektor maju dan tumbuh dengan pesat Sektor maju tapi tertekan gi>g, si>s gi<g, si>s Kuadran III Kuadran IV Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat Sektor relatif tertinggal gi>g, si<s gi<g, si<s Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut. 1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan si>s. Sektor dalam kuadran I dapat pula diartikan sebagai sektor yang potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar daripada daerah yang menjadi acuan atau secara nasional. 2. Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II). Sektor yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah (si) yang lebih besar dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi<g dan si>s. Sektor dalam kategori ini juga dapat dikatakan sebagai sektor yang telah jenuh. 3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (si) lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan si<s. Sektor dalam Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang sedang booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil dibandingkan rata-rata nasional. 4. Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB 52 daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi tipologi Klassen di atas dapat digambarkan dengan Tabel 1. Pendekatan kedua yang dilakukan dalam analisis tipologi Klassen adalah pendekatan daerah seperti yang diutarakan oleh Sjafrizal (1997). Pendekatan ini mempunyai konsep yang serupa dengan pendekatan sektoral dan data yang digunakan juga berupa data PDRB dan pertumbuhan per kapita. Yang membedakan adalah empat daerah kuadaran dibagi menurut klasifikasi daerah sebagai berikut. 1. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran daerah dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan gki>gk. 2. Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II). Daerah yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi<g dan gki>gk. 3. Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi pertumbuhan PDRB per kapita daerah tersebut (gki) lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan gki<gk. 4. Daerah relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan sekaligus pertumbuhan PDRB per kapita (gki) yang lebih kecil dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi menurut daerah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Daerah Kuadran I Kuadran II Daerah maju dan tumbuh dengan pesat Daerah maju tapi tertekan gi>g, gki>gk gi<g, gki>gk Kuadran III Kuadran IV Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat Daerah relatif tertinggal gi>g, gki<gk gi<g, gki<gk 53 Contoh Aplikasi Analisis Tipologi Klassen Berikut akan disajikan contoh aplikasi analisis Tipologi Klassen untuk melihat posisi sembilan sektor PDRB terhadap perekonomian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) selama periode 2001-2004. Analisis ini seperti yang telah dilakukan oleh Pusat Studi Asia Pasifik (PSAP) Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PT Toyota Astra Motor tahun 2006. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data PDRB Provinsi NAD atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2001-2004. Laju pertumbuhan PDRB masing-masing sektor dan pangsa masing-masing sektor terhadap PDRB Provinsi NAD menurut lapangan usaha tahun 2001-2004 dihitung kemudian dicari rata-ratanya. Setelah itu laju pertumbuhan PDRB masing-masing sektor dan pangsa masingmasing sektor PDRB Provinsi NAD dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan masingmasing sektor PDRB dan rata-rata pangsa masing-masing sektor PDRB menurut lapangan usaha tahun 2001-2004 secara nasional. Data PDRB Provinsi Nanggroe Aceh menurut lapangan usaha tahun 2001-2004 disajikan dalam Tabel 3. Pada Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa selama tahun 2001-2004 terdapat sektor-sektor yang secara kontinyu memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian Provinsi NAD. Sektor-sektor tersebut adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Pertanian, dan Sektor Industri Pengolahan. Sektor Pertambangan dan Penggalian memberikan kontribusi paling besar di antara ketiganya dan di antara seluruh sektor perekonomian Provinsi NAD. Sementara itu, sektor yang memberikan kontribusi paling kecil bagi perekonomian Provinsi NAD adalah Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum. Tabel 3 PDRB Provinsi Nanggroe Aceh Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha, 2000-2004 (Juta Rupiah) Sektor 2001 2002 2003 2004 Rata-rata Pertanian 7.662.095 7.648.846 7.911.032 8.358.743 7.895.179 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Restoran, dan Hotel Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Sewa Rumah dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Jasa 8.819.238 6.108.758 44.588 1.312.300 4.773.911 1.432.546 14.705.875 7.122.730 43.179 1.486.528 4.877.782 1.484.159 16.155.576 7.237.889 50.512 1.500.578 4.997.601 1.550.830 12.944.898 6.914.822 60.379 1.514.429 4.863.382 1.633.976 13.156.397 6.846.050 49.665 1.453.459 4.878.169 1.525.378 251.741 312.027 408.729 480.591 363.272 2.159.900 2.279.715 2.426.563 2.893.073 2.439.813 Sumber: BPS Tabel 4 menyajikan hasil olahan data pada Tabel 3, yaitu berupa nilai pangsa dan pertumbuhan masing-masing sektor pada PDRB Provinsi NAD. Pada Tabel 4, terlihat bahwa sektor yang memiliki kontribusi terhadap PDRB NAD paling besar adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian, lalu diikuti Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolahan. Untuk rata-rata pertumbuhan masing-masing sektor, ternyata rata-rata pertumbuhan paling besar dimiliki oleh Sektor Keuangan, Asuransi, Sewa Rumah dan Jasa Perusahaan. Sementara itu sektor yang memiliki pertumbuhan paling kecil bahkan negatif adalah Sektor Bangunan. Selain itu, pada Tabel 4 disajikan rata-rata pangsa dan pertumbuhan perekonomian nasional tahun 2001-2004. Secara nasional, sektor-sektor yang memiliki rata-rata pangsa paling besar adalah Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Restoran, dan Hotel dan Sektor 54 Pertanian. Sementara itu, sektor yang yang memberikan pangsa paling kecil bagi perekonomian nasional adalah Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum. Rata-rata pertumbuhan nasional juga dapat dilihat pada Tabel 4. Sektor-sektor yang memiliki rata-rata pertumbuhan paling tinggi secara nasional adalah Sektor Angkutan dan Komunikasi. Sementara itu, Sektor Pertambangan dan Penggalian memiliki rata-rata pertumbuhan yang paling kecil. Tabel 4 Pangsa dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NAD dan Nasional Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha, 2001-2004 PDRB Tahun 2001-2004 (dalam persen) NAD Sektor Nasional Rata-rata Pangsa Rata-rata Pertumbuhan Rata-rata Pangsa Rata-rata Pertumbuhan Pertanian 20,62 2,93 16,16 3,07 Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan air Minum Bangunan Perdagangan, restoran, dan hotel Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Sewa Rumah dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Jasa 33,69 17,79 0,13 3,78 12,74 3,98 7,22 1,94 8,88 -2,45 3,32 5,26 10,86 25,87 1,07 5,14 18,02 5,62 0,86 3,72 7,11 4,80 5,71 8,62 0,93 20,25 8,47 4,78 6,34 8,98 8,78 6,01 Sumber: Data BPS, diolah Data pada Tabel 4 kemudian diklasifikasikan berdasarkan Tipologi Klassen. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5. Sesuai hasil analisis, sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh pesat adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor inilah yang sebaiknya mendapat perhatian yang lebih dari Pemerintah Daerah untuk dikembangkan. Lebih lanjut, dengan didukung oleh data yang memadai, Pemerintah Daerah sebaiknya menganalisis hingga ke tingkat komoditi. Apabila pada tingkat komoditi sudah ditemukan komoditi yang maju dan tumbuh pesat, maka sebaiknya anggaran pengeluaran diprioritaskan pada komoditi tersebut. Sementara itu, masih pada Tabel 5, Sektor Pertanian termasuk ke dalam sektor maju tapi tertekan. Sektor-sektor yang masuk ke dalam sektor potensial untuk berkembang adalah Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum, Sektor Keuangan, Asuransi dan Sewa Rumah, dan Sektor Pemerintahan dan Jasa. Sayang sekali menurut hasil analisis ternyata banyak sektorsektor di Provinsi NAD yang termasuk ke dalam sektor relatif tertinggal. Sektor-sektor tersebut adalah Sektor Industri Pengolahan, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Angkutan dan Komunikasi. 55 Tabel 5 Identifikasi Sektor Potensial Perekonomian Provinsi NAD terhadap Perekonomian Nasional, 2001-2004 Maju dan Tumbuh dengan Pesat - Sektor Maju tapi Tertekan (Jenuh) - Sektor Pertambangan dan Penggalian Potensial untuk Berkembang - Relatif Tertinggal Sektor Listrik, Gas dan Air Minum Sektor Keuangan, Asuransi dan Sewa Rumah Sektor Pemerintahan dan Jasa - Sumber: Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Hasil estimasi dalam Analisis Potensi Ekonomi Regional dan Proyeksi Ekonomi Regional, kerjasama PSAP UGM dan PT Toyota Astra Motor 2006 Implikasi Kebijakan Alat analisis Tipologi Klassen dapat membantu pengambil keputusan di daerah untuk menetapkan prioritas anggaran daerahnya, terutama yang berkaitan dengan sisi pengeluaran. Analisis tipologi Klassen pada tingkat sektor, subsektor, usaha, bahkan komoditi untuk menentukan sektor, subsektor, usaha, dan komoditi prioritas atau unggulan dapat mengarahkan pemerintah daerah untuk lebih fokus pada pengembangan sektor, subsektor, usaha, dan komoditi tersebut. Dengan kata lain, alokasi pengeluran pemerintah dapat lebih difokuskan untuk mengembangkan sektor, subsektor, usaha, dan komoditi yang termasuk ke dalam kuadran maju dan tumbuh pesat. Selain itu, sektor, subsektor, usaha dan komoditi yang termasuk ke dalam kuadaran maju dan tumbuh pesat sudah terbukti kontribusinya bagi perekonomian suatu daerah. Apabila pemerintah daerah memberikan stimulasi dana dan dorongan dengan kebijakan yang mendukung, maka sektor, subsektor, usaha, maupun komoditi tersebut akan dapat menyumbang lebih banyak kepada perekonomian daerah. 56 Referensi Utama Arsyad, Lincolin, Analisis Potensi Daerah, Power Point pada Pelatihan District and Provincial Economic Development, 2006 Kuncoro, Mudrajad dan Hairul Aswandi, Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 17, No. 1, 2002, 27 – 45 Penelitian dan Pengembangan Ekonomi FE UGM (PPE FE UGM), Identifikasi Faktor-Faktor Pemicu Inflasi Kota Manado dan Pembentuk PDRB Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo, 2006 Pusat Studi Asia Pasifik (PSAP) UGM dan PT Toyota Astra Motor, Analisis Potensi Ekonomi Regional dan Proyeksi Ekonomi Regional, 2006 Sjafrizal, ”Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat”, PRISMA 3, Maret 1997. www.sorong.go.id/implem/Potensi_ekonomi.pdf 57