LITERATURE REVIEW Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan yang ditandai dengan ketidakseimbangan antara proses demineralisasi dan remineralisasi dan bermanifestasi menjadi pembentukan lesi karies pada gigi sulung dan permanen. Karies yang terjadi di interproksimal sekitar 16% dan 84% terjadi di pit dan fissure. Tingginya prevalensi dan cepat terjadinya karies pada gigi posterior disebabkan oleh pit dan fissure yang dalam dan sempit, sehingga sisa-sisa makanan dan mikroorganisme sebagai penyebab karies dapat menumpuk dengan mudah yang tidak dapat dibersihkan sexara sempurna dengan menggunakan bulu sikat gigi. Menyikat gigi akan menyapu bersih plak di permukaan gigi tetapi akan mendorong debris ke dasar fissure yang akan memudahkan terjadinya karies. Pit adalah titik yang dalam pada email gigi, sebesar ujung jarum yang terdapat pada permukaan oklusal gigi dimana developmental groove bertemu. Fissure adalah suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi, biasanya terdapat pada permukaan oklusal dan merupakan dasar dari developmental groove. Pit dan fissure merupakan anatomi gigi yang rentan karies di area sekitar oklusal umumnya sempit dan tidak teratur. Gambar 1. Pit dan Fissure Fissure memiliki kedalaman berkisar dari 40-1220 μm, serta terdiri dari 5 tipe morfologi berdasarkan klasifikasi Nagano yaitu tipe V, U, I, IK, dan inverted Y. Tipe V: lebar di bagian atas dan secara bertahap menyempit ke arah bawah. Mereka dangkal dan lebar serta memiliki sifat self-cleansing yang baik, resisten terhadap karies, dan teknik non-invasif direkomendasikan untuk fisur dengan tipe ini. Tipe-U: tipe ini juga dangkal dan lebar, self-cleansing baik, resisten karies, dan teknik non-invasif direkomendasikan. Tipe-I: Celahnya sangat sempit. berbentuk dalam, sempit, dan sangat terbatas, menyerupai leher botol, rentan karies, dan mungkin memerlukan teknik invasif. Tipe IK: Fisur terlihat seperti celah sempit yang terkait dengan bentuk yang lebih besar di bagian bawah, mungkin memerlukan teknik invasif, sangat rentan terhadap karies Tipe inverted Y: memiliki bentuk seperti huruf ‘Y’ terbalik sehingga terdapat bentukan seperti kawah. Gambar 2. Tipe Fisur Berdasarkan Klasifikasi Nagano Preventive resin restoration (PRR) merupakan suatu yang digunakan prosedur klinik untuk mengisolasi pit dan fisurre dan sekaligus mencegah terjadinya karies pada pit dan fisurre dengan memakai tehnik etsa asam. Tehnik ini diperkenalkan pertama kali oleh Simonsen pada tahun 1977, meliputi pelebaran daerah pit dan fisurre kemudian pembuangan email dan dentin yang telah terkena karies sepanjang pit dan fisurre. Tujuan dari preventive resin restoration (PRR) adalah untuk menghentikan proses karies awal yang terdapat pada pit dan fisurre, terutama pada gigi molar permanen yang memiliki pit dan fisurre, seklaigus melakukan tindakan pencegahan terhadap karies pada pit dan fisurre yang belum terkena karies pada gigi yang sama. Pit dan fisurre yang dalam dan sempit atau pit dan fisurre yang memiliki bentuk seperti leher botol, secara klinis merupakan daerah yang sangat mudah terserang karies, karena sewaktu gigi disikat bagian dalam pit dan fisurre tidak dapat dijangkau oleh bulu sikat gigi . Klasifikasi Menurut Simonsen, ada 3 tipe preventive resin restoration berdasarkan luas dan dalam lesi kariesnya, yaitu : 1.Tipe A : Memerlukan preparasi minimal pada pit dan fisur dengan menggunakan round bur no 1/4 dan ½. Gambar 3. Tipe A 2.Tipe B : Pembuangan karies dengan menggunakan round bur no. 1. Pembuangan karies pada tipe ini biasanya lebih dari satu setengah total kedalaman enamel yang terlibat, tetapi kavitasi masih berada di enamel. Gambar 4. Tipe B 3.Tipe C : Pembuangan karies dengan round bur no. 2 atau lebih, kavitas biasanya sudah mencapai dentin dan memerlukan kalsium hidroksida sebagai basis restorasi. Bahan yang digunakan : Menurut Simonsen, terdapat tiga tipe bahan restorasi pencegahan dengan resin (tipe A, tipe B dan tipe C) yang diklasifikasikan berdasarkan pada perluasan dan kedalaman karies. Klasifikasi ini untuk menentukan bahan restorasi yang akan dipakai. Bahan yang dipakai adalah bahan sealant tanpa partikel pengisi (unfilled) untuk tipe A, resin komposit yang dilute untuk tipe B dan filled resin komposit untuk tipe C. Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisur adalah sebagai berikut: Pada anak rendah karies tetapi memiliki pit dan fissure yang dalam Tidak terdapat karies pada interproksimal Umur gigi erupsi gigi kurang dari 4 tahun Memungkinkan isolasi adekuat kontaminasi saliva Pit dan fissure dengan deklasifikasi minimal Semua gigi permanen muda pada anak yang termasuk resiko karies sedang/tinggi Untuk lesi dangkal sebatas enamel, lesi sebatas dentin dan lesi kelas I yang dangkal dengan ukuran kecil. Kontra indikasi pemberian sealant pada pit dan fisur adalah sebagai berikut: Self cleansing yang baik pada pit dan fissure yang dangkal Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan untuk dilakukan isolasi Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun Terdapat tanda klinis karies interproksimal Diagnosis untuk karies pit dan fissure sulit sekali untuk dideteksi karena hampir sama dengan anatomi normal. Namun dapat pula deteksi karies didapatkan dengan gambaran antara lain : 1. Lunak pada dasar pit & fissure, 2. Enamel lunak yang mengelupas jika dilakukan explorasi, dan 3. Adanya porus enamel ( oleh karena demineralisasi) terlihat chalky, opaque bila dikeringkan dengan udara. 4. Serta pada gambaran radiografi terlihat radiolusen pada permukaan mahkota gigi PROSEDUR PEKERJAAN Alat dan Bahan No Alat Bahan 1 Diagnostic Set Cotton Roll 2 High Speed Handpiece Cotton Pellet 3 Saliva Ejector Pumice 4 Brush Bip 5 Microbrush Etsa 6 Light cure Bonding 7 Polishing bur composite Sealent (enhanced bur) 8 Low Speed Handpiece 9 Bur set (round Articulating Paper bur, round-ended bur) Tahap Pekerjaan 1. Isolasi gigi dengan rubber dam atau cotton roll disertai saliva ejector. 2. Hilangkan jaringan karies dengan round bur. Dilakukan pengambilan jaringan minimal untuk menjaga struktur gigi yang masih baik, sehingga digunakan bur berukuran kecil. Tidak diperlukan pembuatan bevel pada cavosurface margin. 3. Bersihkan gigi yang telah di preparasi dengan pumice dan brush, kemudian bilas dan keringkan. 4. Jika dasar kavitas mencapai dentin, beri base Ca(OH)2 harus diletakkan pada dasar kavitas (dentin) sebelum dilakukan pengetsaan. 5. Aplikasikan etsa pada permukaan gigi menggunakan microbrush selama 15 detik, bilas dan keringkan dengan cotton pellet lembab 6. Aplikasikan bonding pada gigi dan light cure selama 10-20 detik (tergantung pada instruksi pabrik) 7. Aplikasikan bahan silen. Light cure selama 20 detik. 8. Cek oklusi pasien dengan articulating paper, jika ada kelebihan gunakan bur polis. Gambar 5. Tahapan tehnik restorasi preventif resin. (1) pemberian rubber dam, (2) hasil preparasi kavitas, (3) aplikasikan etsa asam berupa gel selama 15 detik, (4) aplikasikan bonding, (5) selapis tipis resin adhesive, (6) pada kavitas aplikasi sealent DAFTAR PUSTAKA Avinash, J., Marya, C.M., Dhingra, S., Gupta, P., Kataria, S., Meenu, Bhatia, H.P. 2010. Pit and Fissure Sealants: An Unused Caries Prevention Tool. J Oral Health Comm Dent; 4(1): 1-6. Cameron, A.C., & Widmer. 2008. Handbook of Pediatric Dentistry. 3rd Ed. Australia: Mosby Elsevier. Jain, S., Raju, U.P., Priya, D., Shikha, R., Shweta, M., Sareen, K. 2020. Principle and Practice of Conservative Adhesive Restorations: A Brief Review. International Journal of Dentistry Research; 5(2): 110-16. Ripa, L.W., Mark, S.W. 1992. Preventive Resin Restorations: Indications, Techniquem, and Success. Quintessence Journal; 23(5): 307-15.