Uploaded by User90652

01. Penerapan Akad Pada Bank Syari'ah

advertisement
PENERAPAN AKAD-AKAD SYARI’AH
MU’AMALAH DI KOPERASI JASA
KEUANGAN SYARI’AH (KJKS)
1
Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia
Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia
Oktober 2011
Perbankan Syariah di Indonesia

Koperasi syariah terus berkembang di
Indonesia, baik dalam bentuk BMT dan
lainnya. Berdasarkan data dari Kementerian
Koperasi dan UKM yang disampaikan oleh
Braman Setyo pada tahun 2016, jumlah unit
usaha koperasi mencapai 150.223 unit usaha,
dari jumlah tersebut 1,5% merupakan
koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah
(KSPPS). Tercatat jumlah KSPPS sebanyak
2.253 unit dengan angggota 1,4 juta orang.
Modal sendiri mencapai Rp 968 miliar dan
modal luar Rp 3,9 triliun.dengan volume
usaha Rp 5,2 triliun!
3
PENGERTIAN BANK SYARIAH
BANK SYARIAH adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasar kan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
KONSEP & SISTEM
PERBANKAN SYARIAH
PROSES
PENYALURAN DANA
MASYARAKAT
PEMILIK DANA
PROSES
PENGHIMPUNAN
DANA
KONSEP PENGHIMPUNAN
DANA :
1. AL WADIAH
2. MUDHARABAH
MASYARAKAT
PENGGUNA DANA
KONSEP PENYALURAN DANA :
1. Kerjasama Bagi-Hasil
Mudharabah
Musyarakah
2. Jual-bali :
Murabahah
Salam & Salam Pararel
Istishna & istishna Pararel
2. Prinsip sewa
3. Prinsip Pinjam Meminjam
4. Prinsip kegiatan berbasis imbalan
Wakalah
Kafalah
Hiwaalah
5. Zakat

PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT

PENYALURAN DANA KEPADA MASYARAKAT

JASA LALU LINTAS KEUANGAN
A. TITIPAN (WADIAH DHAMANAH)
B. BAGI HASIL (MUDHARABAH)
1. BAGI HASIL (MUDHARABAH, MUSYARAKAH)
2. JUAL-BELI (MURABAHAH, AL BAI BITHAMAN AJIL, ISTHISNA,
SALAM)
3. SEWA (IJARAH, AL BAI’UT TAKJIRI)
4. PINJAMAN KEBAJIKAN (AL QARDHUL HASAN)
5. JAMINAN/GADAI (RAHN)
1.
2.
3.
4.
5.
PERWAKILAN (WAKALAH)
PENJAMIN (KAFALAH)
PEMINDAHAN UTANG (HIWALAH)
IMBALAN (JU’ALAH)
SHARF
PRINSIP DASAR
OPERASIONAL
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR
11/ 3 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM
SYARIAH
2. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR
11/ 15 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN
KEGIATAN USAHA BANK KONVENSIONAL
MENJADI BANK SYARIAH
3. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR
11/10/PBI/2009 TENTANG UNIT USAHA
SYARIAH
1.
PBI PERBANKAN SYARIAH
Perbedaan Mendasar Antara Bank
Syariah dengan Bank Konvensional
Keterangan
Bank Konvensional
Bank Syariah
Sistem yang digunakan dalam produk
Berbasis bunga
Non-bunga (bagi hasil,
marjin, sewa, fee)
Susunan Pengurus
Hanya Dewan Komisaris dan
Direksi
Dewan Komisaris, Direksi &
Dewan Pengawas Syariah
Jenis pengikatan / akad
Hanya satu jenis pengikatan
Beragam jenis akad
Hasil investasi setiap bulannya
Tetap
Berfluktuasi, sesuai kinerja
bank
Penyaluran dana
Semua bisnis yang
menguntungkan
Hanya bisnis
menguntungkan yang
sesuai prinsip syariah
Fungsi sosial
Tidak ada
Dapat berperan sebagai
Lembaga Amil Zakat (LAZ)
PERBEDAAN BUNGA DAN BAGI HASIL
Perihal
Sistem Bagi Hasil
Sistem Bunga
Penentuan besarnya hasil.
Sesudah berusaha, sesudah ada Sebelumnya.
untungnya.
Yang ditentukan sebelumnya.
Menyepakati proporsi
pembagian untuk untuk masingmasing pihak, misalnya 50:50,
40:60, 35:65, dst.
Jika terjadi kerugian.
Ditanggung
kedua
nasabah dan lembaga.
Dasar perhitungan.
Dari untung yang bakal
Dari dan yang dipinjamkan,
diperoleh, belum tentu besarnya. fixed, tetap.
Titik perhatian usaha.
Keberhasilan usaha menjadi
Besarnya bunga yang harus
perhatian bersama: nasabah dan dibayar nasabah atau pasti
lembaga.
diterima bank.
Besarnya prosentase.
Proporsi: (%) kali jumlah untung
yang belum diketahui = belum
diketahui.
Bunga, besarnya nilai Rupiah.
pihak, Ditanggung nasabah saja.
Pasti: (%) kali jumlah pinjaman
yang telah diketahui pasti.
9
PBI 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan
Jasa Bank Syariah
PBI 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan PBI No. 9/19/PBI/2007
Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan
Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak
lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak
sesuai dengan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
TUJUAN BANK SYARIAH
11
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat
secara Islam.
Menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi
Meningkatkan kualitas hidup umat
Menanggulangi masalah kemiskinan
Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter
Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap
bank non syariah
Penghimpunan Dana
Wadiah
Penyaluran Dana
Piutang
Jasa-jasa Perbankan
Rahn
- Giro
- Qardh
Wakalah
- Tabungan
- Murabahah
Kafalah
- Salam
Hawalah
- Istishna
Sharf
Mudharabah
- Tabungan
- Deposito
Investasi
- Mudharabah :
a. Mutlaqah
b. Muqayyadah
- Musyarakah
Sewa
- Ijarah
- Ijarah Muntahiyyah Bittamlik
13
14
PENGHIMPUNAN DANA
Akad titipan dimana barang yang dititipkan dapat
diambil sewaktu-waktu.
 Pihak yang menerima titipan dapat meminta jasa
untuk keamanan dan pemeliharaan barang yang
dititipkan.
 Ada 2 jenis wadiah :
 Wadiah Amanah → Pihak yang menerima titipan tidak

diperkenankan mengambil manfaat dari barang yang dititipkan (contoh
: safe deposit box).
 Wadiah Yaddhamanah → Pihak yang menerima titipan boleh
mengambil manfaat dari barang yang dititipkan (contoh : giro &
tabungan)
16
Akad usaha dua pihak dimana salah satunya memberikan modal
(Shahibul Maal) sedangkan yang lainnya memberikan keahlian
(Mudharib).
 Modal 100% berasal dari shahibul maal.
 Nisbah keuntungan disepakati di muka oleh kedua belah pihak,
termasuk penentuan revenue atau profit sharing.
 Jika untung maka dibagi sesuai nisbah yang disepakati
 Jika rugi seluruhnya ditanggung oleh shahibul maal (jika
kerugian bukan karena kelalaian mudharib).
 Modal dapat dikembalikan kepada shahibul maal secara
berangsur-angsur.


Ada 2 jenis mudharabah :
 Mudharabah Mutlaqah → Mudharib diberikan
kebebasan dalam mengelola dana shahibul maal
(sepanjang memenuhi syariah Islam).
 Mudharabah Muqayyadah → Mudharib wajib
mengelola dana sesuai keinginan shahibul maal, misalnya
kepada proyek/nasabah tertentu. Dalam perbankan disebut
dengan istilah chanelling (dalam hal ini, bank menerima
fee).
19
PENYALURAN DANA
20
Use of Funds








Prinsip Jual Beli
(Bai,)
Prinsip Sewa Beli
(ijarah wa iqtina)
Prinsip Bagi Hasil
(Syirkah)
Prinsip
pembiayaan
lain
Murabahah
Salam
Istishna
Musyarakah
Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Muqayyadah
Qardh (Dana Talangan)
Hiwalah (anjak piutang)
Rahn (Gadai)
Akad jual-beli dimana bank bertindak selaku penjual dan
nasabah selaku pembeli.
 Harga beli diketahui bersama dan tingkat keuntungan untuk
bank disepakati di muka.
 Bank dapat meminta uang muka dari nasabah
 Dalam fiqih klasik, murabahah dilakukan secara tunai, dalam
praktek perbankan, nasabah dapat membayar secara cicilan.
 Karena tidak membayar secara tunai, nasabah dapat diminta
untuk memberikan jaminan.
 Apabila nasabah melunasi sebelum jatuh tempo, maka dapat
diberikan diskon sesuai kesepakatan bersama.

Dalam fiqih klasik, penjual membeli barang langsung
dari penjual pertama.
 Dalam perbankan syariah, umumnya aplikasinya
sebagai berikut :

 Bank melakukan pemesanan barang kepada supplier,
namun barang dikirim langsung kepada nasabah. Ini
dilakukan karena bank tidak memiliki gudang penyimpanan
barang, dan untuk menghindari pajak progresif.
 Nasabah membeli sendiri langsung dari supplier selaku
wakil bank. Dalam hal ini bank melakukan akad wakalah
dengan nasabah.
Skema Murabahah
pembiayaan investasi
1. Negosiasi
2. Akad Jual Beli
BANK
NASABAH
6. Bayar
5. Terima
Barang dan
Dokumen
SUPPLIER
PENJUAL
4. Kirim
23
Akad jual beli tangguh/pesanan dimana pembayaran dilakukan
di muka dan barang diterima beberapa waktu kemudian.
 Dalam pembiayaan ini bank bertindak selaku pembeli
sedangkan nasabah bertindak selaku penjual. Uang pembelian
diberikan dimuka kepada nasabah.
 Barang yang dipesan harus memiliki spesifikasi dan jumlah
satuan yang jelas dan standar.
 Biasanya diterapkan untuk pembiayaan produk pertanian
(agrobased industries) atau produk2 yang terstandarisir.




Bank dapat menjual barang tersebut sebelum jatuh tempo
kepada pihak lain dengan cara yang sama (salam) tapi tidak
boleh dikaitkan dengan Salam yang pertama. Produk ini disebut
Salam Paralel.
Salam Paralel dilarang dilakukan terhadap nasabah yang sama,
karena dikhawatirkan terkena hukum riba.
Apabila nasabah gagal (wan prestasi, default) menyerahkan
barang yang dipesan, maka kewajiban terhadap bank tidak
berubah. Artinya penyerahan barang harus tetap dilakukan,
meskipun harus ditunda karena kegagalan.
Skema Bai Salam
NASABAH
PENJUAL
4. Kirim Pesanan
3. Kirim Dokumen
PEMBELI
3. Bayar
2. Negosiasi
pesanan dengan
kriteria
1. Pemesanan
barang nasabah
bayar tunai
BANK
SYARIAH
26



Akad sewa-menyewa, di mana bank sebagai pemberi sewa
(mu’jir) dan nasabah sebagai penyewa (musta’jir).
Pada umumnya bank tidak memiliki barang, tapi menyewa
dari pihak lain dan kemudian menyewakannya lagi kepada
nasabah dengan nilai sewa yang lebih tinggi. Hal ini
dibolehkan selama tidak ada kaitan antara akad sewa
pertama dengan akad kedua.
Sebagai mu’jir, bank bertanggungjawab atas pemeliharaan
asset yang disewa.
Skema Ijarah
B. Milik
PENJUAL/
SUPPLIER
2. Beli
Objek
Sewa
OBYEK
SEWA
A. Milik
NASABAH
1. Butuh
obyek sewa
BANK
SYARIAH
28
Skema
Mudharabah Mutlaqah
PERJANJIAN
BAGI HASIL
BANK
MUDHARIB
KEAHLIAN/
KETRAMPILAN
MODAL
100%
PROYEK/USAHA
Nisbah
X%
Nisbah
Y%
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN
MODAL
29




Akad istishna mirip dengan Salam. Perbedaannya terletak pada
obyek yang dibiayai dan cara pembayaran.
Pada Istishna obyek yang dibiayai bersifat ‘customized’, sehingga
harus dibuat lebih dahulu. Pada Salam, obyek yang
dibeli/dibiayai terstandarisasi.
Pada Salam pembayaran oleh bank dibayar dimuka sekaligus,
sedangkan pada istishna, pembayaran oleh bank dapat dicicil/
bertahap.
Umumnya diterapkan pada produk jasa konstruksi, seperti
pembiayaan pembangunan/renovasi rumah.
Skema Istishna’
Produsen Pilihan Bank
NASABAH
KONSUMEN
(PEMBELI)
PRODUSEN
PEMBUAT
Produsen Pilihan Nasabah
NASABAH
KONSUMEN
(PEMBELI)
1. Pesan
Wakil dan Pesan
1. Pesan Beli
2. Beli
3. Jual
2. Pesan
& Beli
3. Jual Beli
BANK
PENJUAL
PRODUSEN
PEMBUAT
BANK
PENJUAL
31






Akad join venture, di mana bank dan nasabah sama-sama
memberikan modal (patungan) dalam usaha yang akan
dijalankan.
Nisbah keuntungan disepakati di muka oleh kedua belah
pihak, termasuk penentuan revenue atau profit sharing.
Porsi nisbah boleh berbeda dengan porsi modal, asalkan
disepakati bersama.
Keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati.
Kerugian ditanggung sesuai porsi modal masing-masing.
Selaku partner bisnis, bank berhak ikut serta dalam
pengaturan manajemen.
Skema Musyarakah
Nasabah Parsial:
Asset Value
Bank Syariah Parsial:
Pembiayaan
PROYEK/
USAHA
KEUNTUNGAN
Bagi Hasil Keuntungan
Sesuai porsi kontribusi modal
(Nisbah)
33





Akad sewa-menyewa, di mana penyewa (musta’jir) diberikan
opsi untuk memiliki obyek yang disewanya (Financial Lease).
Dimungkinkan apabila bank memiliki obyek yang disewakan.
Ijarah Muntahiyyah Bittamlik pada dasarnya terdiri dari dua
akad, yaitu akad sewa dan janji (opsi) pemilikan.
Peralihan kepemilikan tidak bisa dilakukan apabila akad sewa
belum berakhir.
Selama kepemilikan belum beralih, bank bertanggungjawab
atas pemeliharaan asset yang disewaIjarah Muntahia
Bittamlik
Skema IMBT
B. Milik
PENJUAL/
SUPPLIER
OBYEK
SEWA
NASABAH
3. Sewa
Beli
2. Beli
Objek
Sewa
A. Milik
1. Butuh
obyek sewa
BANK
SYARIAH
35
 Rahn dalam syariah memiliki dua makna :
 Fiducia: penyerahan barang, tapi hanya
dokumennya saja yang ditahan. Barang masih
digunakan oleh pemilik.
 Gadai: penyerahan barang secara fisik, sehingga
pemilik tidak dapat menggunakannya lagi.

Umumnya dipergunakan sebagai pengikatan
jaminan atas pembiayaan yang diberikan.
Akad hutang-piutang uang, tanpa imbalan apapun.
 Umumnya digunakan untuk pinjaman kesejahteraan
karyawan.
 Dapat pula disalurkan sebagai bagian dari fungsi sosial
bank syariah (dalam hal ini penerima qardh harus
merupakan mustahiq).

38

Wakalah (Perwakilan)
 Produk: Transfer, Inkaso, Debit Card, L/C

Kafalah (Penjaminan)
 Produk: Bank Guarantee, L/C, Charge Card

Hawalah (Pengalihan Piutang)
 Produk: Bill Discounting, Anjak Piutang, Post Dated Check

Sharf (Pertukaran mata uang)
 Produk: Jual beli Valuta Asing.
Dalam penyediaan jasa-jasa di atas, bank memperoleh ujrah (fee based
income). Karena ujrah diperoleh dari pemanfaatan asset/teknologi milik
bank sendiri, maka tidak termasuk yang dibagihasilkan.
40
TERIMA KASIH
41
Download