Uploaded by wwirawan28

dokumen.tips lp-kebutuhan-spititualdocx

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
SPIRITUAL
Disusun Oleh :
Risti Nur Hidayati
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2013
SPIRITUAL
A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Spiritual
1. Pengertian
1. Spiritual
Berasal dari bahasa latin spiritus, yang berrti bernafas atau angin.
Ini berarti segala sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari
kehidupan seseorang (McEwan, 2005).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta (Achir Yani, 2000).
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup,
kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Mauk dan
Schmidt, 2004 cit Potter Perry, 2009)
Menurut Burkhardt (1993) spiritual meliputi aspek sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidk diketahui
b. Menemukan arti dan tujuan hidup
c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri.
2.
Kepercayaan (faith)
Kepercayaan artinya mempunyai kepercayaan atau komitmen
terhadap sesuatu atau seseorang (Achir Yani, 2000)
3. Agama merupakan sistem ibadah yang teratur dan terorganisasi
(Achir Yani, 2000)
 Karakteristik
1.
Hubungan dengan diri sendiri
Kekuatan dalam dan self relience
a.
Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat
dilakukannya)
b. Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa
depan, ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri
sendiri)
2. Hubungan dengan alam
Harmoni
a. Mengetahui tentang alam,iklim, margasatwa
b. Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam),
mengabdikan dan melindungi alam
3. Hubungan dengan orang lain
Harmoni/ Suportif
a.
Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik
b.
Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit
c.
Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat)
Tidak harmonis
a.
Konflik dengan orang lain
b.
Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi
4. Hubungan dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis
a.
Sembahyang/ berdoa/ meditasi
b.
Perlengkapan keagamaan
a.
Bersatu dengan alam
 Perkembangan spiritual
1.
Bayi dan todler (1-3 tahun)
Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya dengan
yang mengasuh dan sejalan dengan perkembangan rasa aman, dan
dalam hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan
mengenal dunia melalui hubungan dengan lingkungan kususnya
orangtua. Bayi dan todler belum memiliki rasa bersalah dan benar,
serta keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual
tanpa tau arti kegiatan tersebut dan ikut ketempat ibadah yang
mempengaruhi citra diri mereka.
2.
Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan pada anak
tentang apa yang dianggap baik dan buruk.anak pra sekolah belajar
dari apa yang mereka lihat bukan pada apa yang diajarkan. Disini
bermasalah jika apa yang terjadi berbeda dengan apa yang
diajarkan.
3.
Usia sekolah
Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang salah akan
dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada mas pubertas ,
anak akan sering kecewa karena mereka mulai menyadari bahwa
doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai
mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja.
Pada masa ini anak mulai mengambil keputusan akan meneruskan
atau melepaskan agama yang dianutnya karena ketergantungannya
pada orang tua. Remaja dengan orang tua berbeda agama akan
memutuska memilih pilihan agama yang dianutnya atau tidak
memilih satupun dari agama orangtuanya.
4.
Dewasa
Kelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat
keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang diajarkan
padanya waktu kecil dan masukan tersebut dipakai untuk mendidik
anakya.
5. Usia pertengahan
Usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang di
yakini oleh generasi muda.
 Konsep terkini dalam kesehatan spiritual.
1.
Spiritualitas
Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang
tindih:
Energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas
eksistensial, keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan
batin nurani.
a. Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan
untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan
situasi yang sulit dan untuk memelihara kesehatan.
b. Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang
merupakan dorongan dari luar yang lebih besar dari individu.
c. Spiritualitas
memberikan
pengertian
keterhubungan
intrapersonal (dengan diri sendiri), interpersonal (dengan orang
lain) dan transpersonal ( dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau
yang tertinggi) (Miner –william, 2006 cit Potter & Perry, 2009)
d. Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan
Tuhan. Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun
ada kepercayaan tanpa agama.
e. Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan
hidup).
f. Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai
membantu individu menentukan apa yang penting bagi mereka
dan membantu individu menghargai keindahan dan harga
pemikiran, obysk dsn prilaku.(Holins, 2005; vilagomenza,
2005
g. Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan
pengertian kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang
dibutuhkan saat membuat keputusan sulit (Braks-wallance dan
Park, 2004).
h. Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit
terminal maupun menjelang ajal (Potter & Perry, 2009).
Ada individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis) atau
percaya bahwa tidak ada kenyataan akhir yang diketahui (Agnostik).
Ini bukan berati bahwa spiritual bukan merupakan konsep penting
bagi atheis dan agnostik, Atheis mencari arti kehidupan melalui
pekerjaan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.agnostik
menemukan arti hidup dalam pekerjaan mereka karena mereka
percaya bahwa tidak adanya akhir bagi jalan hidup mereka.
2.
Dimensi Spiritual ( Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995;
Murray & Zentner, 1993 ):
a.
Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia
luar
b.
Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan
c. Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, dan
menghadapi kematian
3. Konsep kesejahteraan spiritual ( spiritual well-being) (Gray,2006;
Smith, 2006):
a. Dimensi vertikal
Hubungan positif individu dengan Tuhan atau beberapa
kekuasaan tertinggi
b. Dimensi horisontal
Hubungan positif individu dengan orang lain
 Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit
1.
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa
pengaruh yang perlu dipahami:
a. Menuntun kebiasaan sehari-hari
praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan
bagi klien, sebagai contoh: ada agama yang menetapkan diet
makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.
b. Sumber dukungan
pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari
keyakinan agamanya. sumber kekuatan sangat diperlukan
untuk dapat menerima keadaan sakitnya khususnya jika
penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang
lama.
c. Sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama
dengan praktik kesehatan. Misalnya: ada yang menganggap
penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan
2.
kepercayaan agama tentang kesehatan
Agama/
Kepercayaan
Respon
Penerapan pada
Budaya
terhadap
terhadap
kesehatan dan
pelayanan
penyakit
perawatan
Menerima ilmu
Dosa masa
Waktu untuk doa,
medis terkini
lalu
jimat, ritual, simbol
kesehatan
Hindu
menyebabkan
penyakit
Shikhism Menerima ilmu
medis terkini
Wanita
Waktu untuk doa,
diperiksa
jimat, ritual, simbol
wanita
Melepaskan
pakaian dalam
merupakan
tekanan
Buddha
Menerima ilmu
Menolak
medis terkini
pengobatan
pada hari suci
Roh non
manusia yang
menyerang
manusia
menyebabkan
penyakit
Islam
Harus dapat
Menggunakan
Kesehatan dan
mempraktikkan
kepercayaan
spiritual saling
5 hukum islam
penyembuhan
berhubungan
Terkadang
Tidak
Tidak
memiliki
melakukan
mempertimbangkan
pandangan
eutanasia
transplantasi organ
Mempercayai
Eutanasiaa
Percaya penting
kesucian hidup
dilarang
hidup sehat
Menerima ilmu
Menggunakan
Mendukung donor
medis terkini
doa, kuas
organ
kesehatan yang
salah
Yahudi
Ibadah hari
sabath, menolak
pengobatan hari
sabath
Kristiani
penyembuhan
2. Etiologi (FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUAL).
Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi
spiritual seseorang adalah
1. Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara
berbeda, ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan
dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan
kepribadian anak
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual
anak. Hal yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada
anak tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan,
kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena
keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama
anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan
anak ada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam
berhubungan dengan saudara dan orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan
budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan
spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan
agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu
diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut
individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang
menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat
menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai
suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji
imannya.
5. Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual
seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi
penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan
kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan
spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih meningkat
dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat
individu terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem
dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain
tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan
tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari
ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.
7. isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara
Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama
yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat
dipengaruhi oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ,
sterilisasi,dll. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama
sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
3. MANIFESTASI KLINIS SPIRITUAL
Manifestasi spiritual merupakan cara kita untuk dapat memahami spiritual
secara nyata. Manifestasi spiritual dapat dilihat melalui bagaimana cara
seseorang berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan dengan Yang
Maha Kuasa, serta bagaimana sekelompok orang berhubungan dengan
anggota kelompok tersebut (Koenig & Pritchett, 1998). Contoh kebutuhan
spiritual individu adalah kebutuhan seseorang untuk mencari tujuan hidup,
harapan, mengekspresikan perasaan kesedihan maupun kebahagiaan,
untuk bersyukur, dan untuk terus berjuang dalam hidup. Kebutuhan
spiritual menyangkut individu dengan orang lain meliputi keinginan
memaafkan dan dimaafkan serta mencintai dan dicintai.
 Menurut Nolan & Crawford (1997) kebutuhan spiritual sekelompok
orang meliputi keinginan kelompok tersebut untuk dapat memberikan
kontribusi positif terhadap lingkungannya. Dalam kenyataannya,
semua manusia memiliki dimensi spiritual,
semua klien akan
mengekspresikan dan memanifestasikan kebutuhan spiritual mereka
kepada perawat. Karena kurangnya pemahaman tentang kebutuhan
spiritual, seringkali perawat gagal dalam mengenali ekspresi kebutuhan
spiritual klien, sehingga perawat gagal dalam memenuhi kebutuhan
tersebut.Kesejahteraan
Spiritual,merupakan
suatu
kondisi
yang
ditandai adanya penerimaan hidup, kedamaian, keharmonisan, adanya
kedekatan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan
sehingga menunjukkan adanya suatu kesatuan (Greer & Moberg,
1998). Dalam hierarki kebutuhan dasar manusia, kesejahteraan
spiritual termasuk dalam tingkat kebutuhan aktualisasi diri .
 CARA PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PERAWAT
Perawat diharapkan terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan spiritualnya,
sebelum membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien.
Dengan hal ini diharapkan perawat dapat lebih memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan spiritual perawat antara lain sebagai
berikut :
1. Beribadah dalam suatu komunitas
Berpartisipasi dalam suatu komunitas rohani dapat meningkatkan
spiritualitas. Banyak orang merasa asing dengan orang-orang yang
memiliki agama atau kepercayaan sama. Tetapi dengan bergabung
dalam suatu komunitas rohani dapat menimbulkan rasa nyaman dan
dapat meningkatkan rasa spiritual.
2. Berdoa
Berdoa, membaca kitab suci, merenungkan berkat dalam hidup dan
berserah kepada Yang Maha Kuasa merupakan cara yang baik dalam
meningkatkan spiritual.
3. Meditasi
Beberapa orang manggunakan yoga atau meditasi untuk kembali
menenangkan diri dan memfokuskan pikiran kembali untuk
menemukan makna dari suatu hal.
4. Pembenaran yang positif.
Pembenaran yang positif dapat membantu seseorang menghadapi
situasi stress. Salah satu cara untuk mendapat pembenaran positif
adalah dengan berdiam diri, sambil merenungkan kitab suci atau
nyanyian.
5. Menulis pengalaman spiritual.
Perawat dapat menulis perasaan yang sedang dirasakan, pengalaman
spiritual yang dialami, atau semua inspirasi dan pikiran-pikiran yang
timbul. Cara ini sangat bermanfaat bagi perawat untuk dapat keluar
dari situasi stress.
6. Mencari dukungan spiritual.
 Dukungan spiritual dapat datang dari mana saja. Perawat
dapat mencari dukungan spiritual dari komunitas rohaninya.
Selain itu dukungan spiritual juga dapat diperoleh dari
teman, mentor, ataupun konselor.
Menurut Agus (2002) inti dari pemenuhan kebutuhan
spiritual untuk mencapai kecerdasan spiritual (Spiritual
Quotient) adalah proses transendensi dan realisasi. Dalam
proses transendensi (menyendiri), pencerahan-pencerahan
spiritual terjadi. Seseorang dapat menjalankan hubungan
yang paling intim dengan hakikat diri terdalamnya atau
dengan Tuhannya. Dengan memusatkan diri untuk
sementara waktu dari keributan dunia, seseorang dapat
mencurahkan segenap kemampuannya untuk memahami
makna dari apa yang telah terjadi dan bagaimana
seharusnya kejadian itu dapat diperbaiki
 Manifestasi perubahan fungsi spiritual
7. Verbalisasi disstress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan
meverbalisasikan yang dialaminya untuk mendalatkan bantuan.
8. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi
spiritual.. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan
mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya
berikut terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual.
Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif
Kebutuhan
Rasa percaya
Tanda pola atau
Tanda pola atau
prilaku adaptif
prilaku maladaptif
Rasa percaya terhadap
Merasa tidak nyaman
diri sendiri dan
dengan kesadaran diri
kesabaran
Mudah tertipu
Menerima bahwa yang
Ketidakmampuan untuk
lain akan mampu
terbuka dengan orang
memenuhi kebutuhan
lain
Rasa percaya terhadap
Merasa bahwa hanya
kehidupan walaupun
orang tertentu dan
terasa berat
tempat tertentu yang
Keterbukaan terhadap
aman
Tuhan
Mengharapkan orang
tidak berbuat baik dan
tidak tergantung
Ingin kebutuhan
dipenuhi segera tidak
dapat menunggu
Tidak terbuka kepada
Tuhan
Takut terhadap maksud
Tuhan
Kemampuan
Menerima diri sendiri
Merasa penyakit sebagai
memberi
dan orang lain dapat
suatu hukuman
maaf
berbuat salah
Merasa Tuhan sebagai
Tidak mendakwa atau
penghukum
berprasangka buruk
Merasa maaf hanya
Memandang penyakit
diberikan berdasar
sebagai sesuatu yang
prilaku
nyata
Tidak menerima diri
Memaafkan diri sendiri
sendiri
Memaafkah orang lain
Menyalahkan diri
Menerima
sendari atau orang lain.
pengampunan Tuhan.
Pandangan yang
realistik terhadap masa
lalu
Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif
Kebutuhan
Tanda pola atau prilaku
Tanda pola atau prilaku
adaptif
maladaptive
Mencintai dan Mengekspresikan
Takut akan tergantung
ketertarikan
perasaan dicintai oleh
dengan orang lain
orang lain atau Tuhan
Menolak bekerja sama
Mampu menerima
dengan tenaga
bantuan
kesehatan
Menerima diri sendiri
Cemas berpisah dengan
Mencari kebaikan dari
keluarga
orang lain
Menolak diri sendiri
serta angkuh dan
mementingkan diri
sendiri
Tidak mampu untuk
mempercayai diri
sendiri dicintai oleh
Tuhan, tidak punya
hubungan rasa cinta
dengan Tuhan
Merasa tergantung dan
hubungan bersifat
magik dengan Tuhan.
Merasa jauh dengan
Tuhan.
Keyakinan
Ketergantungan dengan
Mengekspresikan
anugerah Tuhan
perasaan ambivalens
Termotifasi untuk
terhadap Tuhan
tumbuh
Tidak percaya terhadap
Mengekspresikan
kekuasaan Tuhan
kepuasan dengan
Takut kematian
menjelaskan kehidupan
Merasa terisolasi dari
setelah kematian
kepercayaan
Mengekspresikan
masyarakat sekitar
kebutuhan untuk
Merasa pahit, frustasi
memasuki kehidupan
dan marah terhadap
dan ataui memahami
Tuhan
kehidupan manusia
Nilai, keyakinan dan
dengan wawasanyang
tujuan hidup yang tidak
lebih luas
jelas
Mengekspresikan
Konflik nilai
kebutuhan ritual
Tidak mempunyai
Mengekspresikan
komitmenm
kehidupan untuk
merasa berbagi
keyakinan
Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif
Kebutuhan
Tanda pola atau
Tanda pola atau
prilaku adaptif
prilaku maladaptive
Kreatifitas dan
Meminta informasi
Mengekspresikan
harapan
tentang kondisi
perasaan takut
Membicarakan
kehilangan kendali
kondisinya secara
diri
realistik
Mengekspresikan
Menggunakan waktu
kebosanan diri
selama dirawat inap
Tidak mempunyai
secara konstruktif
visi alternatif yang
Mencari cara untuk
memungkinkan
mengekspresikan
Takut terhadap terapi
diri
Putus asa
Mencari
Tidak dapat
kenyamanan batin
menolong ayau
daripada fisik
menerima diri sendiri
Mengekspresikan
Tidak dapat
harapan tentang
menikmati apapun
masa depan
Telah menunda
Terbuka terhadap
pengambilan
kemungkinan
keputusan.
mendapatkan
kedamaian
Arti dan tujuan
Mengekspresikan
Mengekspresikan
kepuasan hidup
tidak ada alasan
Menjalani kehidupan
bertahan hidup
sesuai dengan sistem
Tidak dapat
nilai
menerima arti
Menggunakan
penderitaan yang
penderitaan sebagai
dialami
cara memahami diri
Mempertanyakan arti
Mengekspresikan
kehidupan
arti kehidupan/
Mempertanyakan
kematian
tujuan penyakit
Mengekspresikan
Tidak dapat
komitmen dan
merumuskan tujuan
orientasi hidup
dan tidak mencapai
Jelas tentang apa
tujuan
yang penting
Telah menunda
pegambilan
keputusan yang
penting.
G.
Intervensi dalam kesehatan spiritual
Tehnik dalam kesehatan spiritual adalah dengan tehnik meditasi
Tehnik Meditasi:
Tujuan: klien dapat mengungkapkan perasaan relaksasi dan trandensi
diri setelah meditasi
Strategi pengajaran:
1. Berikan informasi singkat mengenai pengajaran / cara meditasi
2.
Bantu klien mengidentifikasi ruangan dalam rumah yang tenang
dan mempunyai gangguan minimal
3.
Jelaskan bahwa musik yang tenang dan bunyi yang mendesing
dapat mengganggu meditasi
4.
Ajarkan langkah-langkah meditasi, duduk dalam posisi yang
nyaman dengan punggung lurus; bernafas perlahan; dan fokus
pada suara, doa atau gambar
5.
Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit
dua kali sehari
6.
Jawab pertanyaan klien dan perkuat informasi selama diperlukan
Evaluasi :
Ijinkan klien menggambarkan perasaan setelah melakukan meditasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DENGAN
GANGGUAN SPIRITUAL
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif
Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk
individu yang berbeda pula (Mcsherry dan ross, 2002)
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah
1. Alifiasi nilai
a.
Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara
aktif atau tidak
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2. Keyakinan agama dan spiritual
a. Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara
agama
b. Strategi koping
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:
a.
Tujusn dan arti hidup
b.
Tujuan dan arti kematian
c.
Kesehatan dan arti pemeliharaan
d.
Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual
menurut North
American
Nursing
Diagnosis
Association
adalah
distressspiritual (NANDA, 2006). Pengertian dari distresspiritual adalah
kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan din, orang lain, seni, musik,
literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (NANDA,
2006).
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA,
2006) batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan distressspiritual
adalah :
1) Berhubungan dengan diri, meliputi; pertamamengekspresikan
kurang
dalam
harapan,
arti
dan
tujuan
hidup,
kedamaian, penerimaan, cinta, memaafkan diri, dan keberanian.
Kedua marah, ketiga rasa bersalah, dan keempat koping buruk.
2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi; menolak berinteraksi
dengan pemimpin agama, menolak berinteraksi dengan teman dan
keluarga,
mengungkapkan
terpisah
dari
sistem
dukungan,
mengekspresikan terasing.
3) Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi;
tidak
mampu
mengekspresikan
kondisi
kreatif
(bernyanyi,
mendengar / menulis musik), tidak ada ketertarikan kepada alam,
dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama.
4) Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi;
tidak mampu ibadah, tidak mampu berpartisipasi 'alam aktifitas
agama, mengekspresikan ditinggalkan atau marah kepada Tuhan,
tidak mampu untuk mengalami transenden, meminta untuk bertemu
pemimpin agama, perubahan mendadak dalam praktek keagamaan,
tidak mampu introspeksi dan mengalami penderitaan tanpa
harapan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA,
2006)
faktor
yang
berhubungan
dari
diagnosa
keperawatan distressspiritual adalah; mengasingkan diri, kesendirian atau
pengasingan sosial, cemas, deprivasi/kurang sosiokultural, kematian dan
sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis
diri atau orang lain.
3. Intervensi (Perencanaan keperawatan)
1). Distress spiritual b.d anxietas
Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek
dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC :
a.
Menunjukkan harapan
b.
Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual :
- Berarti adlam hidup
-
Pandangan tentang spiritual
-
Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
-
Berdoa atau beribadah
-
Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
-
Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi
pikiran, perasaan dan kenyataan
c. Klien tenang
NIC :
-
Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
- Tentukan konsep ketuhanan klien
-
Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
-
Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan
spiritiual dan kesehatan
-
Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk
mengamati praktik keagamaan
-
Kolaborasi dengan pastoral
2). Koping inefektif b.d krisis situasi
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat
stressor, pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau
ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersedia
NOC :
-
Koping efektif
-
Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
-
Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari
prilaku kompulsif
- Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan
menggunakan informasi
NIC :
-
Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan
kesesuaiannya
- Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
- Peningkatan koping :
 Nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan
gambaran diri
 Nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
 Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat
keputusan
 Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
 Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai
-
Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung
pemberian pelayanan kesehatan
PELAKSANAAN MEDIS
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan
EVALUASI
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum
tujuan tercapai apabila klien ( Achir Yani, 1999)
1.
Mampu beristirahat dengan tenang
2.
Menyatakan penerimaan keputusan moral
3.
Mengekspresikan rasa damai
4.
Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
5.
Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan
ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions
Clasification (NIC), Mosby: St. Louis, Missouri
Doenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C., Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC: Jakarta
Hamid,
Achir
Yani,
1999, Buku
ajar
Aspek
Spiritual
dalam
Keperawatan, Widya medika: Jakarta
Intansari Nurjanah, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment
(ISDA), Mocomedia: Yogyakarta
Intansari Nurjanah, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa,
Mocomedia: Yogyakarta
NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification 20072008, Philadelphia
NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 20092010, EGC: Jakarta
Potter, P. A., Perry, A. G., Fundamental Keperawatan, Salemba medika:
Jakarta
Sue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004, Nursing Outcomes
Clasification (NOC), Mosby: St. Louis, Missouri
Taylor, Lilis, Lemone, Lyn, 2011, Fundamental of Nursing The art and
Sience of Nursing Care, lippincott
Download