LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA SPIRITUAL Disusun Oleh : Risti Nur Hidayati PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2013 SPIRITUAL A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Spiritual 1. Pengertian 1. Spiritual Berasal dari bahasa latin spiritus, yang berrti bernafas atau angin. Ini berarti segala sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan, 2005). Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Achir Yani, 2000). Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry, 2009) Menurut Burkhardt (1993) spiritual meliputi aspek sebagai berikut: a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidk diketahui b. Menemukan arti dan tujuan hidup c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri. 2. Kepercayaan (faith) Kepercayaan artinya mempunyai kepercayaan atau komitmen terhadap sesuatu atau seseorang (Achir Yani, 2000) 3. Agama merupakan sistem ibadah yang teratur dan terorganisasi (Achir Yani, 2000) Karakteristik 1. Hubungan dengan diri sendiri Kekuatan dalam dan self relience a. Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya) b. Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan, ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri) 2. Hubungan dengan alam Harmoni a. Mengetahui tentang alam,iklim, margasatwa b. Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam), mengabdikan dan melindungi alam 3. Hubungan dengan orang lain Harmoni/ Suportif a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik b. Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat) Tidak harmonis a. Konflik dengan orang lain b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi 4. Hubungan dengan Ketuhanan Agamis atau tidak agamis a. Sembahyang/ berdoa/ meditasi b. Perlengkapan keagamaan a. Bersatu dengan alam Perkembangan spiritual 1. Bayi dan todler (1-3 tahun) Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya dengan yang mengasuh dan sejalan dengan perkembangan rasa aman, dan dalam hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan mengenal dunia melalui hubungan dengan lingkungan kususnya orangtua. Bayi dan todler belum memiliki rasa bersalah dan benar, serta keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual tanpa tau arti kegiatan tersebut dan ikut ketempat ibadah yang mempengaruhi citra diri mereka. 2. Prasekolah Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan pada anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk.anak pra sekolah belajar dari apa yang mereka lihat bukan pada apa yang diajarkan. Disini bermasalah jika apa yang terjadi berbeda dengan apa yang diajarkan. 3. Usia sekolah Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang salah akan dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada mas pubertas , anak akan sering kecewa karena mereka mulai menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja. Pada masa ini anak mulai mengambil keputusan akan meneruskan atau melepaskan agama yang dianutnya karena ketergantungannya pada orang tua. Remaja dengan orang tua berbeda agama akan memutuska memilih pilihan agama yang dianutnya atau tidak memilih satupun dari agama orangtuanya. 4. Dewasa Kelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang diajarkan padanya waktu kecil dan masukan tersebut dipakai untuk mendidik anakya. 5. Usia pertengahan Usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang di yakini oleh generasi muda. Konsep terkini dalam kesehatan spiritual. 1. Spiritualitas Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih: Energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial, keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani. a. Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan untuk memelihara kesehatan. b. Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang merupakan dorongan dari luar yang lebih besar dari individu. c. Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal (dengan diri sendiri), interpersonal (dengan orang lain) dan transpersonal ( dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau yang tertinggi) (Miner –william, 2006 cit Potter & Perry, 2009) d. Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan Tuhan. Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun ada kepercayaan tanpa agama. e. Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup). f. Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu individu menentukan apa yang penting bagi mereka dan membantu individu menghargai keindahan dan harga pemikiran, obysk dsn prilaku.(Holins, 2005; vilagomenza, 2005 g. Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan pengertian kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang dibutuhkan saat membuat keputusan sulit (Braks-wallance dan Park, 2004). h. Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal maupun menjelang ajal (Potter & Perry, 2009). Ada individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis) atau percaya bahwa tidak ada kenyataan akhir yang diketahui (Agnostik). Ini bukan berati bahwa spiritual bukan merupakan konsep penting bagi atheis dan agnostik, Atheis mencari arti kehidupan melalui pekerjaan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.agnostik menemukan arti hidup dalam pekerjaan mereka karena mereka percaya bahwa tidak adanya akhir bagi jalan hidup mereka. 2. Dimensi Spiritual ( Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zentner, 1993 ): a. Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar b. Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan c. Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, dan menghadapi kematian 3. Konsep kesejahteraan spiritual ( spiritual well-being) (Gray,2006; Smith, 2006): a. Dimensi vertikal Hubungan positif individu dengan Tuhan atau beberapa kekuasaan tertinggi b. Dimensi horisontal Hubungan positif individu dengan orang lain Hubungan antara spiritual – kesehatan dan sakit 1. Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami: a. Menuntun kebiasaan sehari-hari praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai contoh: ada agama yang menetapkan diet makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan. b. Sumber dukungan pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama. c. Sumber konflik Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan. Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan 2. kepercayaan agama tentang kesehatan Agama/ Kepercayaan Respon Penerapan pada Budaya terhadap terhadap kesehatan dan pelayanan penyakit perawatan Menerima ilmu Dosa masa Waktu untuk doa, medis terkini lalu jimat, ritual, simbol kesehatan Hindu menyebabkan penyakit Shikhism Menerima ilmu medis terkini Wanita Waktu untuk doa, diperiksa jimat, ritual, simbol wanita Melepaskan pakaian dalam merupakan tekanan Buddha Menerima ilmu Menolak medis terkini pengobatan pada hari suci Roh non manusia yang menyerang manusia menyebabkan penyakit Islam Harus dapat Menggunakan Kesehatan dan mempraktikkan kepercayaan spiritual saling 5 hukum islam penyembuhan berhubungan Terkadang Tidak Tidak memiliki melakukan mempertimbangkan pandangan eutanasia transplantasi organ Mempercayai Eutanasiaa Percaya penting kesucian hidup dilarang hidup sehat Menerima ilmu Menggunakan Mendukung donor medis terkini doa, kuas organ kesehatan yang salah Yahudi Ibadah hari sabath, menolak pengobatan hari sabath Kristiani penyembuhan 2. Etiologi (FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUAL). Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual seseorang adalah 1. Tahap perkembangan seseorang Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda, ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak 2. Keluarga Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua. 3. Latar belakang etnik dan budaya Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu 4. Pengalaman hidup sebelumnya Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya. 5. Krisis dan Perubahan Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak terminal. 6. Terpisah dari ikatan spiritual Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual. 7. isu moral terkait dengan terapi Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ, sterilisasi,dll. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan. 3. MANIFESTASI KLINIS SPIRITUAL Manifestasi spiritual merupakan cara kita untuk dapat memahami spiritual secara nyata. Manifestasi spiritual dapat dilihat melalui bagaimana cara seseorang berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan dengan Yang Maha Kuasa, serta bagaimana sekelompok orang berhubungan dengan anggota kelompok tersebut (Koenig & Pritchett, 1998). Contoh kebutuhan spiritual individu adalah kebutuhan seseorang untuk mencari tujuan hidup, harapan, mengekspresikan perasaan kesedihan maupun kebahagiaan, untuk bersyukur, dan untuk terus berjuang dalam hidup. Kebutuhan spiritual menyangkut individu dengan orang lain meliputi keinginan memaafkan dan dimaafkan serta mencintai dan dicintai. Menurut Nolan & Crawford (1997) kebutuhan spiritual sekelompok orang meliputi keinginan kelompok tersebut untuk dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungannya. Dalam kenyataannya, semua manusia memiliki dimensi spiritual, semua klien akan mengekspresikan dan memanifestasikan kebutuhan spiritual mereka kepada perawat. Karena kurangnya pemahaman tentang kebutuhan spiritual, seringkali perawat gagal dalam mengenali ekspresi kebutuhan spiritual klien, sehingga perawat gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Kesejahteraan Spiritual,merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya penerimaan hidup, kedamaian, keharmonisan, adanya kedekatan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan sehingga menunjukkan adanya suatu kesatuan (Greer & Moberg, 1998). Dalam hierarki kebutuhan dasar manusia, kesejahteraan spiritual termasuk dalam tingkat kebutuhan aktualisasi diri . CARA PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PERAWAT Perawat diharapkan terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan spiritualnya, sebelum membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien. Dengan hal ini diharapkan perawat dapat lebih memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan spiritual perawat antara lain sebagai berikut : 1. Beribadah dalam suatu komunitas Berpartisipasi dalam suatu komunitas rohani dapat meningkatkan spiritualitas. Banyak orang merasa asing dengan orang-orang yang memiliki agama atau kepercayaan sama. Tetapi dengan bergabung dalam suatu komunitas rohani dapat menimbulkan rasa nyaman dan dapat meningkatkan rasa spiritual. 2. Berdoa Berdoa, membaca kitab suci, merenungkan berkat dalam hidup dan berserah kepada Yang Maha Kuasa merupakan cara yang baik dalam meningkatkan spiritual. 3. Meditasi Beberapa orang manggunakan yoga atau meditasi untuk kembali menenangkan diri dan memfokuskan pikiran kembali untuk menemukan makna dari suatu hal. 4. Pembenaran yang positif. Pembenaran yang positif dapat membantu seseorang menghadapi situasi stress. Salah satu cara untuk mendapat pembenaran positif adalah dengan berdiam diri, sambil merenungkan kitab suci atau nyanyian. 5. Menulis pengalaman spiritual. Perawat dapat menulis perasaan yang sedang dirasakan, pengalaman spiritual yang dialami, atau semua inspirasi dan pikiran-pikiran yang timbul. Cara ini sangat bermanfaat bagi perawat untuk dapat keluar dari situasi stress. 6. Mencari dukungan spiritual. Dukungan spiritual dapat datang dari mana saja. Perawat dapat mencari dukungan spiritual dari komunitas rohaninya. Selain itu dukungan spiritual juga dapat diperoleh dari teman, mentor, ataupun konselor. Menurut Agus (2002) inti dari pemenuhan kebutuhan spiritual untuk mencapai kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) adalah proses transendensi dan realisasi. Dalam proses transendensi (menyendiri), pencerahan-pencerahan spiritual terjadi. Seseorang dapat menjalankan hubungan yang paling intim dengan hakikat diri terdalamnya atau dengan Tuhannya. Dengan memusatkan diri untuk sementara waktu dari keributan dunia, seseorang dapat mencurahkan segenap kemampuannya untuk memahami makna dari apa yang telah terjadi dan bagaimana seharusnya kejadian itu dapat diperbaiki Manifestasi perubahan fungsi spiritual 7. Verbalisasi disstress Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan meverbalisasikan yang dialaminya untuk mendalatkan bantuan. 8. Perubahan perilaku Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual.. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya berikut terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual. Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif Kebutuhan Rasa percaya Tanda pola atau Tanda pola atau prilaku adaptif prilaku maladaptif Rasa percaya terhadap Merasa tidak nyaman diri sendiri dan dengan kesadaran diri kesabaran Mudah tertipu Menerima bahwa yang Ketidakmampuan untuk lain akan mampu terbuka dengan orang memenuhi kebutuhan lain Rasa percaya terhadap Merasa bahwa hanya kehidupan walaupun orang tertentu dan terasa berat tempat tertentu yang Keterbukaan terhadap aman Tuhan Mengharapkan orang tidak berbuat baik dan tidak tergantung Ingin kebutuhan dipenuhi segera tidak dapat menunggu Tidak terbuka kepada Tuhan Takut terhadap maksud Tuhan Kemampuan Menerima diri sendiri Merasa penyakit sebagai memberi dan orang lain dapat suatu hukuman maaf berbuat salah Merasa Tuhan sebagai Tidak mendakwa atau penghukum berprasangka buruk Merasa maaf hanya Memandang penyakit diberikan berdasar sebagai sesuatu yang prilaku nyata Tidak menerima diri Memaafkan diri sendiri sendiri Memaafkah orang lain Menyalahkan diri Menerima sendari atau orang lain. pengampunan Tuhan. Pandangan yang realistik terhadap masa lalu Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif Kebutuhan Tanda pola atau prilaku Tanda pola atau prilaku adaptif maladaptive Mencintai dan Mengekspresikan Takut akan tergantung ketertarikan perasaan dicintai oleh dengan orang lain orang lain atau Tuhan Menolak bekerja sama Mampu menerima dengan tenaga bantuan kesehatan Menerima diri sendiri Cemas berpisah dengan Mencari kebaikan dari keluarga orang lain Menolak diri sendiri serta angkuh dan mementingkan diri sendiri Tidak mampu untuk mempercayai diri sendiri dicintai oleh Tuhan, tidak punya hubungan rasa cinta dengan Tuhan Merasa tergantung dan hubungan bersifat magik dengan Tuhan. Merasa jauh dengan Tuhan. Keyakinan Ketergantungan dengan Mengekspresikan anugerah Tuhan perasaan ambivalens Termotifasi untuk terhadap Tuhan tumbuh Tidak percaya terhadap Mengekspresikan kekuasaan Tuhan kepuasan dengan Takut kematian menjelaskan kehidupan Merasa terisolasi dari setelah kematian kepercayaan Mengekspresikan masyarakat sekitar kebutuhan untuk Merasa pahit, frustasi memasuki kehidupan dan marah terhadap dan ataui memahami Tuhan kehidupan manusia Nilai, keyakinan dan dengan wawasanyang tujuan hidup yang tidak lebih luas jelas Mengekspresikan Konflik nilai kebutuhan ritual Tidak mempunyai Mengekspresikan komitmenm kehidupan untuk merasa berbagi keyakinan Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif Kebutuhan Tanda pola atau Tanda pola atau prilaku adaptif prilaku maladaptive Kreatifitas dan Meminta informasi Mengekspresikan harapan tentang kondisi perasaan takut Membicarakan kehilangan kendali kondisinya secara diri realistik Mengekspresikan Menggunakan waktu kebosanan diri selama dirawat inap Tidak mempunyai secara konstruktif visi alternatif yang Mencari cara untuk memungkinkan mengekspresikan Takut terhadap terapi diri Putus asa Mencari Tidak dapat kenyamanan batin menolong ayau daripada fisik menerima diri sendiri Mengekspresikan Tidak dapat harapan tentang menikmati apapun masa depan Telah menunda Terbuka terhadap pengambilan kemungkinan keputusan. mendapatkan kedamaian Arti dan tujuan Mengekspresikan Mengekspresikan kepuasan hidup tidak ada alasan Menjalani kehidupan bertahan hidup sesuai dengan sistem Tidak dapat nilai menerima arti Menggunakan penderitaan yang penderitaan sebagai dialami cara memahami diri Mempertanyakan arti Mengekspresikan kehidupan arti kehidupan/ Mempertanyakan kematian tujuan penyakit Mengekspresikan Tidak dapat komitmen dan merumuskan tujuan orientasi hidup dan tidak mencapai Jelas tentang apa tujuan yang penting Telah menunda pegambilan keputusan yang penting. G. Intervensi dalam kesehatan spiritual Tehnik dalam kesehatan spiritual adalah dengan tehnik meditasi Tehnik Meditasi: Tujuan: klien dapat mengungkapkan perasaan relaksasi dan trandensi diri setelah meditasi Strategi pengajaran: 1. Berikan informasi singkat mengenai pengajaran / cara meditasi 2. Bantu klien mengidentifikasi ruangan dalam rumah yang tenang dan mempunyai gangguan minimal 3. Jelaskan bahwa musik yang tenang dan bunyi yang mendesing dapat mengganggu meditasi 4. Ajarkan langkah-langkah meditasi, duduk dalam posisi yang nyaman dengan punggung lurus; bernafas perlahan; dan fokus pada suara, doa atau gambar 5. Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit dua kali sehari 6. Jawab pertanyaan klien dan perkuat informasi selama diperlukan Evaluasi : Ijinkan klien menggambarkan perasaan setelah melakukan meditasi. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DENGAN GANGGUAN SPIRITUAL 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda pula (Mcsherry dan ross, 2002) Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah 1. Alifiasi nilai a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama 2. Keyakinan agama dan spiritual a. Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara agama b. Strategi koping Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi: a. Tujusn dan arti hidup b. Tujuan dan arti kematian c. Kesehatan dan arti pemeliharaan d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual menurut North American Nursing Diagnosis Association adalah distressspiritual (NANDA, 2006). Pengertian dari distresspiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan din, orang lain, seni, musik, literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (NANDA, 2006). Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006) batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan distressspiritual adalah : 1) Berhubungan dengan diri, meliputi; pertamamengekspresikan kurang dalam harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian, penerimaan, cinta, memaafkan diri, dan keberanian. Kedua marah, ketiga rasa bersalah, dan keempat koping buruk. 2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi; menolak berinteraksi dengan pemimpin agama, menolak berinteraksi dengan teman dan keluarga, mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan, mengekspresikan terasing. 3) Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi; tidak mampu mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi, mendengar / menulis musik), tidak ada ketertarikan kepada alam, dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama. 4) Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak mampu ibadah, tidak mampu berpartisipasi 'alam aktifitas agama, mengekspresikan ditinggalkan atau marah kepada Tuhan, tidak mampu untuk mengalami transenden, meminta untuk bertemu pemimpin agama, perubahan mendadak dalam praktek keagamaan, tidak mampu introspeksi dan mengalami penderitaan tanpa harapan. Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006) faktor yang berhubungan dari diagnosa keperawatan distressspiritual adalah; mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan sosial, cemas, deprivasi/kurang sosiokultural, kematian dan sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang lain. 3. Intervensi (Perencanaan keperawatan) 1). Distress spiritual b.d anxietas Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis NOC : a. Menunjukkan harapan b. Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual : - Berarti adlam hidup - Pandangan tentang spiritual - Ketentraman, kasih sayang dan ampunan - Berdoa atau beribadah - Berinteraksi dengan pembimbing ibadah - Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataan c. Klien tenang NIC : - Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama - Tentukan konsep ketuhanan klien - Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien - Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan - Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan - Kolaborasi dengan pastoral 2). Koping inefektif b.d krisis situasi Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat stressor, pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersedia NOC : - Koping efektif - Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif - Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku kompulsif - Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan informasi NIC : - Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya - Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal - Peningkatan koping : Nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri Nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai - Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan PELAKSANAAN MEDIS Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan EVALUASI Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum tujuan tercapai apabila klien ( Achir Yani, 1999) 1. Mampu beristirahat dengan tenang 2. Menyatakan penerimaan keputusan moral 3. Mengekspresikan rasa damai 4. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka 5. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas DAFTAR PUSTAKA Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions Clasification (NIC), Mosby: St. Louis, Missouri Doenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta Hamid, Achir Yani, 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya medika: Jakarta Intansari Nurjanah, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA), Mocomedia: Yogyakarta Intansari Nurjanah, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia: Yogyakarta NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification 20072008, Philadelphia NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 20092010, EGC: Jakarta Potter, P. A., Perry, A. G., Fundamental Keperawatan, Salemba medika: Jakarta Sue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004, Nursing Outcomes Clasification (NOC), Mosby: St. Louis, Missouri Taylor, Lilis, Lemone, Lyn, 2011, Fundamental of Nursing The art and Sience of Nursing Care, lippincott