Uploaded by kiranti2001

Hubungan Antarklausa

advertisement
Materi
HUBUNGAN ANTARKLAUSA
Oleh:
1. Elma Sari Br Ginting
(2183311029)
2. Elra Azmi Masfufah
(2181111002)
3. Isrin Ramadani
(2181111013)
4. Lisa Kiranti
(2181111007)
5. Meliana Kristin Sitindaon
(2183311032)
Kelas
: Reguler C Stambuk 2018
Mata Kuliah
: Sintaksis
Dosen Pengampu
: Drs. Azhar Umar, M.Pd.
Prodi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
: Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
2020
HUBUNGAN ANTAR KLAUSA
A. PENDAHULUAN
Kita akan membicarakan kalimat yang mengandung 2 klausa atau lebih. Pembicaraan ini
menyangkut berbagai hubungan yang terdapat antara satu klausa dengan klausa yang lain di
dalam kalimat majemuk setara atau bertingkat.
Hubungan antar klausa yang disebut di atas dapat ditandai dengan kehadiran konjungsi
atau kata hubung pada awal salah satu klausa tersebut. Perhatikan contoh yang di bawah.
(1) Pardi tinggal di daerah kumuh dan kakaknya tidak bisa membantunya.
Pada kalimat 1, klausa Pardi tinggal di daerah kumuh dihubungkan dengan klausa kakaknya
tidak bisa membantunya dengan mempergunakan konjungtor dan. hubungan antarklausa juga
dapat dilihat dengan adanya pelepasan bagian dari klausa khususnya subject perhatikan
contoh berikut.
(8) Engkau harus menjadi orang pintar harus tetap beribadah supaya mendapat rezeki yang
bersih dan halal.
Kalimat tersebut terdiri atas 3 Kalau saya itu (i) engkau harus menjadi orang pintar , (ini)
engkau harus tetap beribadat (III) engkau mendapat rezeki yang bersih dan halal. Subjek
ketiga klausa itu sama yaitu engkau. Klausa pertama dan kedua bersama keluarga ketiga
dipisahkan dengan tanda koma. Klausa kedua dan ketiga dihubungkan oleh konjungsi supaya.
B. HUBUNGAN KOORDINASI DAN SUBORDINASI
Seperti sudah di singgung pada 10.1, baik kalimat majemuk setara maupun kalimat
majemuk bertingkat mempunyai dua klausa atau lebih yang saling berhubungan. ada dua cara
untuk menghubungkan klausa dalam sebuah kalimat majemuk yaitu dengan koordinasi dan
subordinasi.
1. Hubungan Koordinasi
Koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai
kedudukan yang setara dalam struktur konsisten kalimat. Hasilnya adalah satuan yang sama
kedudukannya. hubungan antara klausa klausa nya tidak menyangkut satuan yang
membentuk hierarki Karena kalau sayang 1 bukan a consistent dari kelas yang lain. secara
diagramatik hubungan ini dapat dilihat dalam contoh berikut yang benar kan bahwa
konjungtor tidak termasuk dalam kawasan mana pun tetapi merupakan konstituen tersendiri.
a. Pengurus dharma wanita mengunjungi panti asuhan
b. Mereka memberi penghuninya hadiah
c. Pengurus dharma wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi
penghuninya hadiah
Klausa a dan b digunakan dengan cara koordinasi sehingga terbentuklah kalimat majemuk
setara C. Oleh karena itu klausa klausa dalam kalimat majemuk yang disusun dengan cara
koordinasi mempunyai kedudukan setara atau sama maka klausa klausa itu semuanya
merupakan klausa utama.
2. Hubungan Subordinasi
Subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk
yang salah satunya klausanya menjadi bagian dari kelas yang lain. jadi klausa klausa dalam
kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinasi itu tidak mempunyai kedudukan
yang setara. Dengan kata lain, dalam kalimat majemuk yang disusun melalui cara yang
subordinatif terdapat klausa yang berfungsi sebagai konsisten klausa yang lain. Hubungan
antara klausa klausa itu bersifat hirarkis. oleh karena itu kalimat majemuk yang disusun
dengan subordinatif itu disebut kalimat majemuk bertingkat.
Perhatikan contoh
penggabungan klausa dengan cara subordinatif berikut ini.
a. Orang tua itu mengatakan sesuatu
b. Anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati
c. Orang tua itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati
Klausa a dan b digabungkan dengan cara subordinatif sehingga terbentuk kalimat
majemuk bertingkat C .
Klausa subordinatif itu merupakan klausa nominal karena menduduki fungsi yang
biasanya diduduki oleh nomina. Selain konjungtor bahwa klausa nominal yang di subordinasi
kan dapat pula ditandai oleh konjungtor berupa kata tanya seperti apakah atau tidak.
a. Saya dengar bahwa dia akan berangkat besok
b. Saya tidak yakin apakah dia akan datang atau tidak
c. Saya tahu di mana anak itu tinggal
Klausa subordinatif dapat pula berupa klausa adverbial dalam arti klausa itu berfungsi
sebagai keterangan. konjungtor yang digunakan untuk menggabungkan klausa adverbial
dengan klausa utama dapat dikelompokkan berdasarkan jenis klausa adverbial sebagai
berikut.
a. Konjungtor waktu : setelah, sesudah, sebelum, sehabis sejak selesai ketika tatkala,
waktu, sementara, sambil seraya selagi, selama, sehingga sampai.
b. Konjungtor syarat : jika, kalau, jikalau kau asalkan, bila, manakala
c. Konjungtor pengandaian : Andaikan, seandainya, andaikata sekiranya
d. Konjungtor tujuan : agar, supaya, biar
e. Konjungtor konsesif : biarpun, meskipun, sungguhpun, sekalipun, walaupun,
kendatipun.
f. Konjungtor pembandingan atau kemiripan : seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana,
seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat.
g. Konjungtor sebab atau alasan : sebab, karena, oleh karena
h. Konjungtor hasil atau akibat : sehingga, sampai-sampai
i. Konjungsi cara : dengan, tanpa
j. Konjungtor alat : dengan, tanpa.
Perhatikan contoh berikut:
a. partisipasi masyarakat terhadap program keluarga berencana meningkat sesudah
mereka menyadari manfaat keluarga kecil
b. jika masyarakat menyadari pentingnya program keluarga berencana mereka pasti mau
berpartisipasi dalam menyukseskan program tersebut
c. Andaikan saya memperoleh kesempatan saya akan mengerjakan pekerjaan itu sebaikbaiknya
d. Anda harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dengan baik
e. Meskipun usianya sudah lanjut semangat belajarnya tidak pernah padam
f. Saya memahami keadaan dirinya sebagaimana ia memahami keadaan diriku
g. Proyek perbaikan kampung kumuh itu berhasil karena mendapat dukungan dari
masyarakat
h. Ledakan bom mobil itu demikian hebatnya sehingga meruntuhkan atap gedung
gedung di sekitar kejadian
i. petani berusaha meningkatkan hasil panennya dengan menggunakan bibit unggul
pemupukan, irigasi, pemberantasan hama, dan penerapan teknologi pasca panen yang
tepat.
Klausa perluasan yang disematkan dalam klausa utama disebut sebagai klausa relatif dan
berfungsi sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu.
Kalimat majemuk bertingkat dapat pula terbentuk bila dua propisisi diperbandingkan,
satu dinyatakan pada klausa utama dan satunya lagi pada klausa subordinatif. Klausa
subordinatif disebut juga klausa perbandingan. Biasanya menggunakan bentuk lebih atau
kurang bersama-sama dengan kongjuntor dari(pada), dan sama...dengan. Perhatikan contoh
berikut.
(27) a. Dia bekerja lebih lama daripada istrinya (bekerja)
Kalimat di atas dapat dinyatakan dengan:
S (Dia)
P (bekerja)
Ket(lebih lama)
Konj daripada) S(istrinya)
Ket (klausa subordinatif)
P(-)
Ket(-)
Perlu dicatat bahwa predikat bekerja dan keterangan lama harus dilesapkan.
C. CIRI-CIRI HUBUNGAN KOORDINASI DAN SUBORDINASI
1. Ciri-ciri sintaksis hubungan koordinasi
Ada empat ciri hubungan koordinasi:
a. Hubungan koordinasi menggabungkan dua klausa. Salah satu klausa yang
dihubungkan oleh konjungtor koordinatif dapat berupa kalimat majemuk.
Perhatikan:
(28) Saya mengetahui kedatangannya, tetapi tidak mengetahui tujuan serta
maksud kedatangannya.
b. Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh koordinatif dan, atau, dan tetapi
tidak dapat diubah. Apabila diubah dapat menimbulkan kalimat majemuk setara
tidak berterima. Contoh:
(29) Dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh dan
mayatnya dibuang begitu saja.
Jika dilakukan perubahan dengan meletakkan klausa yang diwali dengan
koordinator pada awal kalimat. Contoh:
(29a) Dan mayatnya dibuang begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering
melihat orang ditembak musuh.
c. Urutan klausa yang tetap dalam hubungan koordinasi yang telah dibacakan di atas
berhubungan erat dengan pronominalisasi. Contoh:
(32) Dia suka lagu keroncong, tetapi Hasan tidak mau membeli kaset ini.
d. Sebuah koordinat dapat didahului oleh koordinator lain untuk memperjelas atau
mempertegas hubungan antara kedua klausa yang digabungkan. Contoh:
(33) Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian
menerimanya dengan suara bulat.
2. Ciri-ciri sintaksis hubungan subordinasi
Ada tiga ciri sintaksis dalam hubungan subordinatif:
a. Subordinasi akan menghubungkan dua klausa yang salah satu diantaranya
merupakan bagian dari klausa yang lain. Contoh:
(35) Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata partainya
masih dapat meraih hampir empat belas juta suara pemilih setelah suara itu
dihitung ulang.
b. Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh subordinatif dapat beruba.
Contoh:
(36) Para pejuan itu pantang menyerah selama hayat dikandung badan.
Urutan dapat diubah dengan meletakkan klausa diawali subordinator pada awal
kalimat. Contoh:
(36a) Selama hayat dikandung badan, para pejuang pantang menyerah.
c.
Hubungan subordinatif memungkinkan adanya acuan kataforis. Contoh:
(39) Walaupun dia suka lagu keroncong, Hasan tidak mau membeli kaset itu.
3. Ciri-ciri semantis hubungan koordinasi
Perhatikan kata berikut!
(40) Orang tua itu putus asa dan bunuh diri.
Dalam kalimat itu dinyatakan bahwa Orang tua itu putus asa mempunyai peranan
yang sama pentingnya dengan informasi yang diberikan oleh klausa (orang tua itu)
bunuh diri. Kedua klausa ada hubungan sebab-akibat.
4. Ciri-ciri semantis hubungan subordinasi
Ada dua ciri hubungan ini. Pertama, dalam hubungan subordinasi, klausa yang
mengikuti subordinator memuat informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder
oleh pemakai bahasa, sedangkan klausa yang lain memuat pesan utama kalimat
tersebut. Contoh:
(42) Orang tua itu bunuh diri karena ia putus asa.
Kedua, anak kalimat yang dihubungkan oleh subordinator umumnya dapat diganti
denga kata atau frasa tertentu, sesuai dengan makna anak kalimat itu. Jika anak
kalimat mengacu pada pada waktu yang dapat dipakai sebagai pengganti. Contoh:
(44) a. Kami harus pergi sebelum ia datang
b. Kami harus pergi pukul lima.
D. HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK
SETARA
Hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk dapat ditentukan oleh dua hal,
yaitu koordinator dan arti klausa-klausa yang dihubungkan. Klausa yang terdapat dalam
kalimat majemuk setara dihubungkan oleh koordinator seperti dan, serta, lalu, kemudian,
tetapi, padahal, sedangkan, baik, maupun, tidak, tetapi, dan bukan. Dalam bagian ini akan
dibicarakan hubungan semantic antarklausa yang mempergunakan coordinator seperti ini.
Hubungan semantic antarkalusa dalam kalimat majemuk setara ditentukan oleh dua hal,
yaitu arti coordinator dan arti klausa-klausa yang dihubungkan. Perbedaan koodinator yang
digunakan untuk menggabungkan klausa-klausa ke dalam masing-maisng kalimat
berpengaruh terhadap arti hubungan semaantisnya. Arti hubungan semantic antarklausa
majemuk setara juga ditentukan oleh arti klausa-klausa yang dihubungkan. Jika dilihat dari
segi arti koordinatornya, hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk setara ada
tiga macam: (a) hubungan penjumlahan, (b) hubungan perlawanan, dan (c) hubungan
pemilihan. Tiap hubungan itu berkaitan erat dengan koordinatornya.
1. Hubungan Penjumlahan
Hubungan penjumlahan adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan
kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan itu ditandai oleh koordinator dan, serta,
atau baik…maupun. Kadang-kadang koordinator bersifat manasuka, yakni boleh dipakai dan
boleh tidak. Jika kita perhatikan konteksnya, hubungan penjumlahan dapat menyatakan (1)
sebab-akibat, (2) urutan waktu, (3) pertentangan, dan (4) perluasan.
2. Hubungan Perlawanan
Hubungan perlawanan adalah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan
dalam klausa pertama berlawanan atau tidaksama, dengan apa yang dinyatakan dalam klausa
kedua. Hubungan itu ditandai dengan koordinator tetapi, melainkan, dan namun. Hubungan
perlawanan ddapat dibedakan atas hubungan yang menyatakan (1) penguatan, (2) implikasi,
dan (3) perluasan.
3. Hubungan Pemilihan
Hubungan pemilihan adalah hubungan yang menyatakan pilihan antara antara dua
kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Koordinator
yang dipakai untuk menyatakan hubungan pemilihan itu ialah atau. Hubungan pemilihan itu
sering juga menyatakan pertentangan.
E. HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK
BERTINGKAT
Seperti halnya dengan kalimat majemuk setara, hubungan semantic antarklausa dalam
kalimat majemuk bertingkat juga ditentukan oleh macam koodinator yang dipakai dan makna
leksikal dari kata atau frasa dalam klausa masing-masing. Hubungan semantic antara klausa
subordinatif dan klausa utama banyak ditentukan oleh jenis dan fungsi klausa subordinatif.
Berikut adalah beberapa macam hubungan semantis yang ada antara klaussa subordinatif dan
klausa utama:
(a) waktu
(b) syarat
(c) pengandaian
(d) tujuan
(e) konsesif
(f) pembandingan
(g) sebab atau alasan
(h) hasil atau akibat
(i) cara
(j) alat
(k) komplementasi
(l) atribut
(m) perbandingan
Hubungan semantis (a)-(j) bertalian dengan peran semantis klausa adverbial subordinatif,
(k) dengan klausa nominal, dan (l) dengan klausa relative, dan (m) dengan klausa
perbandingan.
1. Hubungan Waktu
Klausa subordinatif menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan
dalam klausa utama. Hubungan waktu itu dapat dibedakan lagi menjadi (a) waktu batas
permulaan, (b) waktu bersamaan, (c) waktu berurutan, dan (d) waktu batas akhir terjadinya
peristiwa atau keadaan.
a. Waktu Batas Permulaan
Untuk menyatakan waktu batas permulaan digunakan subordinator sejak dan sedari.
Perhatikan contoh.
(93) Sejak aku diserahkan orang tuaku kepada Nenek, aku tidur di atas dipan di kamar Nenek
yang luas
b. Waktu Bersamaan
Hubungan waktu bersamaan menunjukkan bahwa peristiwa atau keadaan yang
dinyatakan dalam klausa utama dan klausa subordinatif terjadi pada waktu yang bersamaan
atau hampir bersamaan. Subordinatornya antara lain, (se)waktu, ketika, seraya, serta, sambil,
sementara, selagi, tatkala, dan selama. Perhatikan contoh.
(97) Peristiwa itu terjadi (se)waktu keluargaku sedang dalam suasana berkabung.
c. Waktu Berurutan
Hubungan waktu berurutan menunjukkan bahwa yang dinyatakan dalam klausa utama
lebih dahulu atau lebih kemudian dari pada yang dinyatakan dalam klausa subordinatif.
Subordinatif yang biasa dipakai adalah sebelum, setelah, sesudah, sesuai, begitu dan sehabis.
Perhatikan contoh berikut :
(106) Sanusi datang tepat waktunya sebelum kejemuan mampu mengubah buatku.
(107) Ia baru kembali ke desa setelah biaya untuk melanjutkan sekolahnya tidak ada.
(108) Sesudah dua tahun berkabung, Bapak ingin bekerja lagi do Balikpapan
(109) Seusai melantik para menteri, Presiden menghadiri makan siang bersama.
(110) Begitu dia masuk, terjadilah perang mulut itu.
(111) Sehabis mengerjakan pekerjaan rumahnya, Adik langsung pergi ke kamar tidur.
d. Waktu Batas Akhir
Hubungan waktu batas akhir dipakai untuk menyatakan ujung suatu proses. Perhatikan
contoh berikut :
(112) Gotong royong itu berjalan dengan lancar sampai kami menyelesaikan sekolah.
(113) Yanto mengurus Adik-adiknya hingga bapaknya pulang dari kantor.
e. Hubungan Syarat
Hubungan Syarat terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan syarat
terlaksananya apa yang disebut dalam klausa Utama. Perhatikan contoh berikut :
(114) Jika anda mau mendengarnya, saya tentu senang sekali menceritakannya.
f. Hubungan Pengandaian
Hubungan pengandaian terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya
menyatakan andaian terlaksananya apa yang dinyatakan klausa utama. Perhatikan contoh
berikut :
(118) Seandainya para anggota kelompok menerima norma itu, selesailah seluruh
permasalahan.
g. Hubungan Tujuan
Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan suatu
tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama. Perhatikan contoh berikut :
(121) Saya sengaja tinggal di kota kecil agar dapat mengetahui kehidupan di sana.
h. Hubungan Konsesif
Hubungan konsesif terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya
mengandung pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa
utama. Perhatikan contoh berikut :
(126) Perjuangan berjalan terus kendatipun musuh telah menduduki hampir semua kota besar.
i. Hubungan Pembandingan
Hubungan pembandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya
menyatakan pembandingan, kemiripan, atau referensi.
Perhatikan contoh berikut :
(133) Pak Hamid menyayangi semua kemenakannya seperti dia menyayangi anak
kandungnya.
(136) Daripada menganggur, cobalah engkau bekerja di kebun.
j. Hubungan Penyebaban
Hubungan Penyebaban terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan
sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Perhatikan contoh
berikut :
(139) Keadaan menjadi genting lagi, karena musuh akan melancarkan aksinya lagi di
Bandung.
k. Hubungan Hasil
Hubungan hasil terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya
menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Perhatikan
contoh berikut :
(143) Kami tidak setuju, maka kami pun protes.
l. Hubungan Cara
Hubungan cara terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan
cara pelaksanaan. Perhatikan contoh berikut :
(144) Elly Pical mencoba bertahan dengan menghindar.
m. Hubungan Alat
Hubungan alat terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan alat yang
dinyatakan dalam klausa utama. Perhatikan contoh berikut :
(146) Dia menangkap dengan mempergunakan kali.
n. Hubungan Komplementasi
Hubungan komplementasi, klausa subordinatifnya melengkapi apa yang dinyatakan
dalam verba utama oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak. Perhatikan contoh
berikut :
(148) Penulis perlu menekankan di sini bahwa isi bukunya belumlah sempurna.
2. Hubungan Atributif
Hubungan atributif oleh subordinatifnya yang. Ada dua macam hubungan atributif : a.
Restriktif dan b. Takrestriktif. Klausa yang dihasilkan sering pula disebut klausa relatif
dengan kedua macam hubungan di atas.
a. Hubungan Atribut Restriktif
Dalam hubungan seperti ini, klausa relative mewartai makna dari nomina yang
diterangkannya. Dengan kata lain, bila ada suatu nomina yang medapat keterangan tambahan
yang berupa klausa relatife- restriktif, maka klausa
itu merupakan bagian integral dari
nomina yang diterangkannya. Dal hal penulisannya perlu diperhatikan besar bahwa klausa
relative macam ini tidak dibatasi oleh tanda koma, baik di muka maupun di belakangnya.
Perhatikan contoh berikut.
a. Pamannya yang tinggal di bogor meninggal kemarin.
b. Para pedagang yang menunggak lebih dari 35 miliar rupiah akan dicekal.
c. Pemegang gelar MBA yang kuliah hanya enam bulan harus meninggalkan gelarnya.
Pada kalimat a tampak bahwa klausa relatif yang tinggal di bogor, yang tidak ditulis dua
tanda koma, mewarasi makna kata pamannya. Artinya, si pembicara mempunyai beberapa
paman; yang meninggal kemarin adalah yang tinggal di bogor.
b. Hubungan Atribut Takrestriktif
Berbeda dengan klausa yang restriktif, klausa subordinatif yang tekrestriktif hanyalah
memberikan sekedar tambahan informasi pada nomina yang diterangkannya. Jadi, ia tidak
mewatasi nomina yang mendahuluinya. karena itu, dalam penulisannya klausa ini diapit oleh
dua tanda koma. Perhatikan kontraks makna dan cara penulisan antara klausa restriktif dan
tekrestriktif berikut ini.
a. Istri saya yang tinggal di bogor meninggal kemarin
b. Istri saya, yang tinggal di bogor, meninggal kemarin.
Klausa relative yang tinggal di bogor pada A tidak diapit oleh tanda koma, sedangkan pada B
diapit oleh dua tanda baca ini. Makna dari kedua kalimat itu pun berbeda. Berikut adalah
beberapa cobtoh lain.
a. Pegawai kami, yang menyelewengkan dana impres, akan ditindak.
b. Polisis lalu lintas, yang bertugas mengatur jalan, malah pergi kalau hujan turun.
c. Adik saya, yang masih di SMP, sudah mahir seklai memakai computer.
d. KUD, yang menjadi pembeli cengkeh di daerah, sering kehabisan dana.
e. Manajer yang kamu cari tinggi gajinya.
f. Pendapat yang dia nyatakan secara terus terang itu menggugah hati kami.
g. Pelamar yang ijazahnya dari Bostum (itu) memenuhi persyaratan kami.
h. Rencana pemerintah yang garis-garis besarnya telah kita bahasa bersama(itu) perlu
dilaksanakan segera.
i. Para pegawai yang gajinya kecil tidak wajib memberikan sumbangan.
3. Hubungan Perbandingan
Hubungan perbandingan terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat yang klausa
subordinatif dan klausa utamanya mempunyai unsure yang sama yang tarafnya sama (ekuatif)
atau berbeda (komparatif)
a. Hubungan Ekuatif
Hubungan ekuatif muncul bila hal atau unsure pada klausa subordinatif dan klausa utama
yang diperbandingkan sama tarafnya. Bentuk yang digunkan untuk menyatakan hubungan
ekuatif adalah sama denagn atau bentuk se-. perhatikan contoh berikut.
(181) a. Gaji istrinya sama besar dengan gaji saya (benar)
b. gaji istrinya sebesar gaji saya.
(182) a. Rumah ini sama tua dengan saya (benar)
b. rumah ini setua saya.
(183) a. ingatannya sekarang tidak sama tajam dengan ingatannya dahulu (benar)
b. ingatannya sekarang tidak setajam ingatannya dahulu.
Pada kalimat 181 unsur hal yang dibandingkan pada klausa subordinatif pada klausa
utama adalah gaji saya dan gaji istrinya yang sama tarafmya dalam hal dapat mengakibatkan
terdapatnya dua unsur yang sama dalam satu kalimat.
b. Hubungan Komparatif
Hubungan komparatif muncul bila hal atau unsure pada Klaus asubordinatif dan klausa
utama yang diperbandingkan berbeda tarafnya. Bentuk yang digunakan untuk menyatakan
hubungan kompratif adalah lebih/ kurang… dari (pada). Perhatikan contoh berikut.
(184) Dia lebih cepat mengetik dengan computer daripada (dia mengetik) dengan mesin
tik.
(185) Pembantunya saya lebih senang menonton film india daripada film barat.
(186) dia kurang mahir berbahasa inggris dari(pada) anaknya.
Pada kalimat (184), unsure pada klausa utama dan klausa subordinatif yang
diperbandingkan adalah mengetik dengan computer dan (mengetik) dengan mesin tik yang
berbeda tarafnya adalah hal cepatnya.
4. Hubungan Optatif
Hubungan optatif terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat yang klausa utamanya
menyataka “harapan” agar apa yang dinyatakan dlam klausa sobordinatif dapat terjadi.
Subordinatif yang lazim digunakan dalam kalimat yang mengungkapkan hubungan optatif itu
ialah semoga atau moga-moga dan mudah-mudahan
(187) kita berdoa semog/moga-moga/mudah-mudahan kemalangan ini segera diatasi.
F. PELEPASAN
Penggabungan dua klausa baik secara subordinatif maupun secara koordinatif. Di
samping pelepasan yang unsurnya tertelusuri balik dari teks ( pelepasan tekstural), ada
pelepasan yang unsurnya dpaat ditelusuri balik bedasarkan situasi (pelepasan situasional).
Perhatikan contoh berikut.
(192) a. Saya yakin ◊ kamu tidak bersalah (◊ = bahwa )
b. ◊ tutup jendela itu (◊= kamu)
(193) a. Silahkan diminum ◊ (◊ = kopinya, tehnya)
b. ◊ senangnya berkenalan denagn anda (◊ = saya)
contoh (192)
memperlihatkan pelepasan structural. Unsure yang dilepaskan dapat
ditelususri balik secra tepat berdasarkan pengetahuan mengenai struktur bahasa Indonesia.
Unsur bahwa pada (192a) dapat ditelusuri balik berdasarkan pengetahuan bahwa klausa yang
mengikuti verba yakin bisa didahului konjungtor bahwa. Unsure kamu pada (192b) dapat
ditelususri balik berdasarkan pengetahuan subjek kalimat imperatif adalah persona kedua.
Pelepasan juga dapat terjadi pada predikat. Kaidahnya sama seperti kaidah diatas, yakni
predikat dilepaskan hanya jika predikat dalam kedua klausa itu sama. Perhatikan contoh yang
berikut.
a. Saya tidak lulus
b. Dia akn ikut
c. Dia tidak akan ikut
d. Saya tidak tahu dia akan ikut atau tidak\
Dari contoh (a-e) di atasa tampak bahwa kalimat (a) sampai dengan (c) merupakan butir
pikiran yang terpisah-pisah. Butir pikiran itu kemudian disatukan dalam kalimat (d). akan
tetapi, karena predikat pada (b) dan (c) sama, yakni ikut, maka tidak perlu diulang. Jadi,
sebenarnya kalimat (d) berasal dari saya tidak tahu dia akan ikut atau (dia) tidak (akan ikut).
Pelepasan juga dapat terjadi pada objek kalimat. Kaidahnya sama, yakni kesamaan objek
anatar kedua klausa itu. Perhatikan contoh berikut.
a. Kita menacari atau mencuri bahan peledak itu?
b. Apa yang harus kita lakukan? Kita menangkap atau membunuh penjahat itu?
Verba mencari pada kalimat (A) sebenarnya juga mempunyai objek , yakni bahan
peladak itu. Akan tetapi, karena objek verba itu sama dengan objek dari verba berikutnya,
maka cukuplah jika disebutkan pada khir kalimat saja. Demikian pula dengan verba
menangkap pada kalimat (b) yamg mempunyai objek yang sama dengan verba membunuh.
Akan tetapi, karena kedua objek itu sama, maka hanya perlu disebutkan sekali saja.
Perlu dicatat bahwa objek yang sama itu disebutkan setelah verba terakhir dan bukan sesudah
verba pertama. Dengan demikian, kalimat (202) dan (203) merupakan kalimat baku,
sedangkan kaliamt (203a) dan (204a) berikut tidak.
(203a) *kita mencari bahan peledak atau mencuri.
(204a) apa yang harus kita lakukan ? *kita menangkap penjahat itu atau membunuh?
Download