Nama : Sari Utami Kelas : IX.1 KEBAHAGIAANMU ADALAH TAKDIR Di sebuah kampung hiduplah sepasang kakak beradik, Suga dan Renjun namanya. Mereka hidup bahagia dan damai bersama kedua orang tuanya. Meskipun sangat sederhana, mereka hidup dengan sangat bahagia. Suga duduk di kelas 3 SMP, Ia anak yang berbakti dan berprestasi, dan sang adik Renjun, ia masih duduk di kelas 3 SD. Pekerjaan orang tua mereka adalah menjual kayu kepasar. Meskipun hasilnya sedikit, tapi cukup untuk kebutuhan seharihari dan untuk membayar sekolah kedua anaknya. Ketika waktu libur Suga dan Renjun selalu membantu orang tuanya mencari kayu. Itulah kenapa orang tuanya sangat menyayangi Suga dan Renjun, karena mereka menghormati pekerjaan orang tuanya dan tidak malu menjadi anak seorang penjual kayu. Namun kebahagiaan dan kedamaian tersebut berbalik 180 o ketika sebuah peristiwa tabrak lari yang menewaskan kedua orang tua mereka saat akan menjual kayu kepasar. Renjun terus menangis diperistirahatan terakhir orang tuanya hingga masing-masing insan meninggalkan kedua anak tersebut di pemakaman. Berbeda dari Renjun, Suga yang sedang menenangkan adiknya tanpa mengeluarkan air matanya”kau boleh menangis sampai kau merasa puas jika itu bisa membuatmu lebih baik sekarang. Tapi setelah ini jangan tangisi kepergian ibu dan bapak lagi,mereka sudah bahagia di surga”. Kata suga yang menenangkan renjun yang terus menangis. Suga pun sama seperti Renjun merasa hancur dan kehilangan, namun Suga juga tau bahwa ia tidak boleh menangis, karena sekarang ia adalah kekuatan adiknya. Renjun akan semakin hancur jika Suga menunjukkan air matanya. Setelah beberapa lama membujuk Renjun, akhirnya ia mau pulang. Setelah sampai di rumah Renjun langsung tertidur, mungkin ia kelelahan karena menangis terus. Diam-diam Suga pergi kemakam ibu dan bapaknya. Perlahan Suga berkata “Ibu, Bapak, kenapa kalian pergi secepat ini, bagaimana kami hidup tanpa kalian, bagaimana cita-citaku untuk membahagiakan kalian. Aku belum menjadi anak yang baik bagi kalian, tapi kalian sudah meninggalkan kami duluan. Bagaimana aku menenangkan Renjun saat ia merindukan kalian”. Air mata Suga lolos begitu saja, kakinya lemas hingga ia jatuh terduduk. Ia menangis tersedu-sedu melampiaskan kesedihan yang ia pendam sedari tadi. Setelah ia merasa puas, Suga menghapus air matanya, lalu ia berkata “Ibu, Bapak, Suga pamit dulu, bahagialah di sana dan doakan agar setiap langkah Suga dan Renjun adalah jalan yang Tuhan ridhoi”. Lalu Suga pun bangkit dan pulang. Dua bulan telah berlalu kehidupan yang mengiris hati dialami oleh kakak beradik tersebut. Kesehariannya mencari kayu kehutan, setelah pulang sekolah dan sholat dhuhur hingga matahari mulai terbenam di balik rimbunnya pepohonan. Mereka menjual kayu tersebut keesokan paginya bersamaan dengan berangkat sekolah Jika kalian bertanya apakah uangnya cukup, tentu saja tidak, Suga sering tidur dengan perut yang meronta-ronta karena lapar agar adikknya bisa makan dengan kenyang. Uang yang mereka peroleh hanya cukup untuk membeli satu bungkus nasi saja. Untuk uang Cerpen Sari Utami kelas IX.1 Page 1 Sekolah, Suga sedang pusing memikirkannya. Adiknya pun sering merengek karena tagihan Sekolah tersebut. Suga hanya bisa menenangkan dan berkata “iya, akan kakak usahakan, Renjun sabar dulu ya”. Bujuk Suga sambil tersenyum, meskipun didalam hatinya ia teramat bingung harus bagaimana. Hari-hari yang melelahkan telah Suga lewati bersama adiknya. 7 hari lagi tepatnya 4 Desember adalah ulang tahun sang adik Renjun. Saat berangkat sekolah tadi, adiknya terus memohon agar diulang tahunnya ia dibelikan kue seperti teman-temannya yang Renjun ceritakan kepada Suga. Keinginan adiknya membuat Suga menjadi bingung. Suga tahu persis bagaimana keuangannya. Untuk makan sehari-hari saja sangat sulit. Hingga saat pelajaran Bu Minji, guru matematika serta terkenal guru paling galak di sekolah tersebut, Suga terkena hukuman berdiri sambil hormat di bawah tiang bendera karena tidak memperhatikan dan melamun. “Kak, apakah kuenya sudah ada?” tanya Renjun antusias saat mereka sedang mengumpulkan kayu bersama. “Belum Renjun, lagi pula ulang tahunmu masih 7 hari lagi, jika kakak beli sekarang tentu saja akan bau dan rusak di hari ulang tahunmu nanti”. Kata Suga menjelaskan.” Ooo, begitu ya kak, aku sudah tidak sabar menunggunya, pasti kuenya sangat enak”. Ucap Renjun. Suga hanya tersenyum tanpa arti karena ia khawatir kalau tidak bisa memenuhi keinginan adiknya itu. Besok adalah hari ulang tahun Renjun, Renjun sudah tidur karena memang hari sudah larut malam. Namun sepertinya insan satu ini enggan untuk memejamkan matanya. Ya, siapa lagi selain Suga. Suga tidak bisa tidur karena terus memikirkan tentang kue yang diinginkan Renjun. Walaupun Suga sudah berusaha mengumpulkan uang dalam sepekan ini serta uang tabungannya, tetap saja kurang. Kemarin diam-diam Suga mencoba bertanya pada toko-toko kue ulang tahun, namun hasilnya nihil, uang Suga tidak cukup. Suga melihat Renjun yang sedang tertidur pulas, walaupun hanya di atas anyaman bambu serta diterangi cahaya obor yang samar-samar. Nyamuk tentu teman tidur setiap malam yang paling menjengkelkan. Namun sepertinya mereka sudah terbiasa. Jam menunjukkan pukul satu malam. Suga keluar rumah, ia menatap langit malam yang dihiasi milyaran bintang yaang membentuk galaksi silver. Air matanya tiba-tiba jatuh begitu saja, dalam hatinya ia mengharap agar sang pemilik bintang-bintang yang indah itu menolongnya. “ Tuhan, hamba ingin sekali membahagiakan adik hamba, hamba mohon bantu hamba, sesungguhnya engkau dzat yang maha mulia”. Doa Suga sambil tersedu-sedu. Tidak terasa sudah 3 jam ia menatap bintang yang menemaninya dalam kesepian dan kesunyian malam. Lalu Suga beranjak mengambil air wudhu dan ia melaksanakan sholat tahajud. Disana ia curahkan semuanya sambil menangis, hingga ia tertidur pulas di atas sajadahnya. Suga terbangun karena suara adzan shubuh mushola kampung. Ia pun segera bangun dan membangunkan Renjun untuk melaksanakan sholat subuh bersama. Selesai sholat, sekitar pukul 06:00 pagi mereka bersiap-siap untuk pergi ke Sekolah, tiba-tiba Renjun bertanya “ kakak apakah kuenya sudah kakak beli? “. “ Akan kakak usahakan nanti siang Cerpen Sari Utami kelas IX.1 Page 2 setelah pulang sekolah ya”. Kata Suga menutupi kegelisahanya. “ Baiklah, aku sangat menantikanya”. Jawab Renjun bersemangat. Waktu menunjukan pukul 07:00, merekapun berangkat sekolah. Mereka memang tidak pernah sarapan semenjak orang tua meninggal. Setelah pulang sekolah, tepatnya setelah sholat dhuhur, Renjun kembali bertanya tentang kuenya. “Maaf Renjun, uang kakak belum cukup untuk membeli kuenya, insyaallah nanti sore ya, setelah mencari kayu .Kakak akan berangkat lebih awal dan menjualnya sore nanti agar kita bisa membeli kuenya”. Bujuk Suga agar Renjun tidak marah. Terlihat raut muka Renjun langsung berubah drastis.” Baiklah kak”. Kata Renjun tak bersemangat. Merekapun berangkat mencari kayu, namun di tengah perjalanan Suga melihat Bapak-Bapak yang sedang berjalan dan dibelakanya ada motor yang dikendarai secara kebutkebutan. Suga pun langsung berlari menyelamatkan Bapak tersebut sambil berteriak “ awasss”. Suga berhasil menyelamatkan Bapak tersebut, namun na’as, malah Suga yang tertabrak motor tersebut hingga tergeletak di tengah jalan serta berlumuran darah di kepalanya. Namun pengendara motor tersebut melarikan diri. Renjun langsung berlari memeluk Suga yang tak sadarkan diri. Seketika tempat itu menjadi sangat ramai. Bapak tersebut membawa suga kerumah sakit menggunakan motor yang dipinjamkan oleh warga. Renjun pun menyusul Suga kerumah sakit. Kekhawatiran dan kegelisahan terus menghantui dua insan yg sedang berdiri dan menunggu di depan pintu UGD. Renjun terus menangis dan sesekali mengintip Suga yang sedang di tangani oleh Dokter. Setelah selesai, tidak beberapa lama Suga siuman dan mencari Renjun, lalu Dokter keluar dan mengabarkan bahwa Suga sudah siuman dan mencari Renjun. Renjun pun segera masuk, namun saat Renjun masuk Suga sudah tidak sadarkan diri. Ia pun memanggil Dokter dengan menangis. Dokter pun kembali menangani Suga. Renjun semakin khawatir di luar, begitupun dengan sang bapak yang di selamatkan oleh Suga, ia sangat panik dan gelisah. Tidak berapa lama Suga siuman kembali. Dokter bilang itu hanya efek biasa setelah kecelakaan, karena yang terbentur adalah kepala, yang menyebabkan kesadaranya tidak stabil. Renjun pun segera masuk ketika ia dipersilahkan oleh Dokter. Ia menangis sambil meminta maaf “kakak maafkan Renjun, gara-gara Renjun minta kue, Kakak jadi begini”. “tentu saja kau tidak salah. Kakak yang seharusnya minta maaf karena tidak bisa membelikanmu kue”. Jawab Suga yang masih lemas. Tak berapa lama Bapak yang tadi diselamatkan Suga masuk bersama Dokter. “Syukurlah kamu selamaat nak, terimakasih banyak telah menyelamatkan bapak”. Kata bapak itu sungguh-sungguh. “tidak perlu seperti itu pak, itu sudah kewajiban kita sebagai manusia untuk saling menolong”. Kata Suga lembut. Setelah beberapa saat Suga dipindahkan ke ruang rawat karena kondisinya sudah stabil. Namun Bapak yang diselamatkan Suga izin keluar sebentar. Beberapa saat Bapak itu kembali membawa kue ulang tahun bersama Dokter dan beberapa Suster sambil bernyanyi lagu ulang tahun. Betapa terkejutnya Suga dan Renjun. Renjun meniup lilinnya. Ia terlihat begitu bahagia, begitupun dengan Suga. Renjun menyuapi Suga kue dan juga menyuapi seluruh orang yang ada di ruangan tersebut. Lalu Suga bertanya “bagaimana Bapak bisa tahu ulang tahun adik saya?”. Tanya suga bingung Cerpen Sari Utami kelas IX.1 Page 3 “sebenarnya tadi saya mendengar pembicaraan kalian di UGD, sehingga saya berinisiatif untuk membelikan kue, karena saya pikir adik anda ulang tahun”. Jelas Bapak tersebut. “terimakasih banyak Pak”. Kata Suga gembira.”anggap saja ucapan ini ucapan terimakasih saya karena adek telah menyelamatkan saya”. Jawab bapak itu. “oh,ya,kalau Bapak boleh tau siapa nama adik dan keluarga adik, agar saya bisa memberi tahu tentang keadaan adik”. Tanya Bapak tersebut. “saya Suga dan ini adik saya Renjun. Kami yatim piatu, orang tua kami meninggal karena tabrak lari saat akan menjual kayu kepasar. Kami hidup berdua”. Jelas Suga gemetar menahan tangis. “maafkan saya, jika pertanyaan saya membuat adik sedih”. Kata Bapak itu penuh penyesalan. “tidak, tidak apa-apa. Lalu bolehkah saya tahu nama Bapak?”Suga balik bertanya. “ooh tentu, saya Jeon, sebenarnya saya dari Kota dan kesini untuk berziarah ke makam Ibu dan Bapak saya”. Setelah 3 hari di rumah sakit, Suga selalu ditemani oleh Pak Jeon, karena Renjun juga harus Sekolah. Setelah makan siang bersama. “Pak Jeon ingin mengatakan sesuatu kepada kalian”. Kata Pak Jeon sedikit gugup. Kedua anak tersebut pun mendengarkan dengan antusias. “meskipun kita saling berkenalan hanya 3 hari, tapi Bapak yakin kalian adalah anak baik dan sopan santun. Bapak ingin bertanya apakah kalian mau Bapak angkat sebagai anak?”. Tanya Pak Jeon yang membuat Suga dan Renjun terkejut. “saya tinggal sendiri, Istri saya telah meninggalkan saya, dan saya juga tidak mempunyai anak. Tapi tidak apa-apa jika kalian tidak mau”. “ka-kami mau Pak”. Jawab Renjun dan Suga terbata. Tampak senyuman kebahagiaan menggantikan kekhawatiran yang jelas di wajah Pak Jeon. Begitupun dengan Suga dan Renjun yang tampak bahagia. Setelah di perbolehkan pulang, Pak Jeon mengurus administrasi Rumah Sakit, Suga dan Renjun mengemasi pakaian dan mereka pulang bersama Pak Jeon ke Kota. Sebelum itu tak lupa mereka berziarah ke makam Ibu dan Bapaknya. Di Kota mereka hidup bahagia bersama Pak Jeon. Pak Jeon sangat menyayangi Suga dan Renjun, begitupun Suga dan Renjun yang sangat menghormati Pak Jeon. Suga dan Renjun mendapatkan teman baru di sana dan dapat bersekolah dengan tenang tanpa mengkhawatirkan biayanya, karena semua biayanya telah di tanggung oleh Pak Jeon. Akhir yang bahagia di capai oleh Suga dan Renjun melewati jalan yang begitu terjal. Hari-hari yang melelahkan dan menguras air mata, hari-hari yang menyeramkan hingga mereka takut untuk membuka mata di pagi hari. Namun mereka mencoba menghilangkan rasa takut itu. Mereka mencoba melangkah, karena mereka tahu usaha yang kita lakukan hari ini adalah yang menentukan diri kita di masa depan. Kita memang tidak sempurna, tapi kita saling bercahaya dengan bintang kita. Kekurangan yang kita miliki adalah yang membuat kita bersinar terang. Diri kita kemarin yang melakukan kesalahan, diri kita sekarang yang gagal, dan diri kita di masa depan yang mungkin masih memiliki kekurangan, itu semua tetaplah diri kita. Jadi mari kita mencintai diri kita sendiri dan teruslah optimis dan bekerja keras, karena langkahmu yang menentukan arahmu. Serta jangan lupa tuhan yang selalu mengawasimu, Tuhan yang tak pernah tidur,yang selalu melihatmu dan menjadi saksi perjalananmu. Maka selalulah Cerpen Sari Utami kelas IX.1 Page 4 memohon pertolongan kepadanya dan berbuat baiklah kepada sesama mahluk hidup, karena itu tidak akan sia-sia dan pasti akan ada balasannya. Jalan kita masih panjang untuk berhenti. Dan kita terlalu muda untuk menyerah. Lakukan saja yang terbaik!!! Cerpen Sari Utami kelas IX.1 Page 5