BAB II ASMA PADA ANAK 1.1Definisi Asma merupakan suatu kelainan inflamasi kronis pada saluran nafas yang melibatkan sel dan elemenelemen seluler. Inflamasi kronis tersebut berhubungan dengan hiperresponsif dari saluran pernafasan yang menyebabkan episode wheeting, apnea, sesak nafas dan batuk-batuk terutama pada malam hari atau awal pagi. Episode ini berhubungan dengan luas obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversibel baik secara spontan ataupun dengan terapi Definisi asma menurut WHO pada tahun 1975, yaitu keadann kronik yang ditandai oleh bronkospasme rekuren akibat penyempitan lumen saluran napas sebagai respon terhadap stimulus yang tidak menyebabkan penyempitan serupa pada banyak orang Defenisi terbaru yang dikeluarkan oleh Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI pada tahun 2004 menyebutkan bahwa asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik, cenderung pada malam dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktifitas fisik serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya 1.2 Etiologi 1. Alergen Faktor alergi dianggap mempunyai peranan penting pada sebagian besar anak dengan asma (William dkk 1958, Ford 1969) Disamping itu hipereaktivitas saluran napas juga merupakan factor yang penting Sensitisasi tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan alergenik sehingga dengan berhubungan dengan umur. Pada bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis alergen pencetusnya. Asma karena makanan biasanya terjadi pada bayi dan anak kecil 2. Infeksi Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak kecil Virus penyebab biasanya respiratory syncytial virus (RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang juga dapat disebabkan oleh bakteri, jamur dan parasit. 3. Cuaca Perubahan tekanan udara (Sultz dkk 1972), suhu udara, angin dan kelembaban (Lopez dan Salvagio 1980) dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma. 4. Iritan Hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipa, bau tajam dari cat, SO2, dan polutan udara yang berbahaya lainnya, juga udara dingin dan air dingin. Iritasi hidung dan batuk dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi (Mc. Fadden 1980). Udara kering mungkin juga merupakan pencetus hiperventilasi dan kegiatan jasmani (strauss dkk 1978, Zebuilos dkk 1978). 5. Kegiatan jasmani Kegiatan jasmani yang berat dapat menimbulkan serangan pada anak dengan asma (Goldfrey 1978, Eggleston 1980). Tertawa dan menangis dapat merupakan pencetus. Pada anak dengan faal paru di bawah normal sangat rentan terhadap kegiatan jasmani 6. Infeksi saluran napas bagian atas Disamping infeksi virus saluran napas bagian atas, sinusitis akut dan kronik dapat mempermudah terjadinya asma pada anak (Rachclestsky dkk 1978). Rinitis alergi dapat memperberat asma melalui mekanisme iritasi atau refleks. 7. Refluks gastroesofagitis Iritasi trakcobronkial karena isi lambung dapat memberatkan asma pada anak dan orang dewasa (Dess 1974). 8. Psikis Tidak adanya perhatian dan tidak mau mengakui persoalan yang berhubungan dengan asma olch anak sendiri atau keluarganya akan memperlambat atau menggagalkan usaha-usaha pencegahan Dan sebaliknya jika terlalu takut terhadap serangan asma atau hari depan anak juga tidak baik, karena dapat memperberat serangan asma. Membatasi aktivitas anak, anak sering tidak masuk sekolah sering bangun malam, terunggunya irama kehidupan keluarga karena anak sering mendapat serangan asma, pengeluaran uang untuk biaya pengobatan dan rasa khawatir, dapat mempengaruhi anak asma dan keluarganya, 1.3 Faktor risiko Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, kejadian asma, berat ringannya penyakit, serta kematian akibat penyakit asma beberapa faktor tersebut sudah disepakati oleh para ahli, sedangkan sebagian lain masih dalam penelitian. Faktor-faktor tersebutantara lain: 1. Jenis kelamin, menurut laporan dari beberapa penelitian didapatkan bahwa prevalens asma pada anak laki-laki sampai usia 10 tahun adalah 1,5 sampai 2 kali lipat anak perempuan. Namun pada orang dewasa, rasio ini berubah menjadi sebanding antara laki laki dan perempuan pada usia 30 tahun 2. Usia, umumnya pada kebanyakan kasus asma persisten gejala asma timbul pada usia muda, yaitu pada beberapa tahun pertama kehidupan. 3. Riwayat atopi. adanya riwayat atopi berhubungan dengan meningkatnya risiko asma persisten dan beratnya asma, Beberapa laporan menunjukan bahwa sensitisasi alergi terhadap alergen inhalan, susu, telur, atau kacang pada tahun pertama kehidupan, merupakan prediktor timbulnya asma, 4. Lingkungan, adanya alergen di lingkungan hidup anak meningkatkan risiko penyakit asma, alergen yang sering mencetuskan asma antara lain adalah serpihan kulit binatang piaraan, tungau debu rumah, jamur, dan kecoa. 5. Ras, menurut laporan dari amerika serikat, didapatkan bahwa prevalens asma dan kejadian serangan asma pada ras kulit hitam lebih tinggi daripada kulit putih. 6. Asap rokok, prevalens asma pada anak yang terpajan asap rokok lebih tinggi daripada anak yang tidak terpajan asap rokok. Risiko terhadap asap rokok sudah dimulai sejak janin dalam kandungan, umumnya berlangsung terus setelah anak dilahirkan, dan menyebakan meningkatnya risiko 7. Outdoor air pollution. 8. Infeksi respiratorik. 1.4 Patofisiologi Obstruksi Saluran Respiratorik Inflamasi saluran respiratorik yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal yang mendasari gangguan fungsi : obstruksi saluran respiratorik menyebabkan keterbatasan aliran udara yang dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan Perubahan fungsional yangdihubungkan dengan gejala khas pada asma : batuk. sesak, wheezing dan disertai hipereaktivitas saluran respiratorik terhadap berbagai rangsangan. Batuk sangat mungkin disebabkan oleh stimulasi saraf sensoris pada saluran respiratorik oleh mediator inflamasi dan terutama pada anak batuk berulang bisa jadi merupakan satu-satunya gejala asma yang ditemukan. Penyempitan saluran respiratorik pada asma dipengaruhi oleh banyak faktor. Penyebab utama penyempitan saluran respiratorik adalah kontraksi otot polos bronkus yang diprovokasi oleh pek pasan agonis dari sel-sel inflarnasi Yang termasuk agonis adalah histamine, triptase, prostaglandin D2 dan leukotrien C4 dari sel must, neuropeptida dari saraf aferen setempat, dan asetilkolin dari saraf eferen postganglionic. Kontraksi otot polos saluran respiratonik diperkuat oleh penebalan dinding saluran napas akibat edema akut, inflamasi sel-sel inflamasi dan remodeling, hiperplasia dan hipertrofi kronis otot polos, vaskuler, dan sel-sel sekretori serta deposisi matriks pada dinding saluran respiratorik. Selain itu, hambatan saluran respiratorik juga bertambah akibat produksi secret yang banyak, kental, dan lengket oleh sel goblet dan kelenjar submukosa. protein plasma yang keluar melalui mikrovaskular bronkus dan debris selular Hiperreaktivitas Saluran Respiratorik Penyempitan saluran respiratorik secara berlebihan merupakan patofisiologis yang secara klinis paling relevan pada penyakit asma. Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap reaktivitas yang berlebihan atau hiperreaktivitas ini belum diketahui tetapi mungkin berhubungan dengan perubahan otot polos saluran napas (hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi secara sekunder yang menyerbabkan perubahan kontraktilitas. Selain itu, inflamasi dinding saluran respiratorik terutama daerah peribronkial dapat memperbemat penyempitan saluran respiratorik selama kontraksi otot polos. Hiperreaktivitas bronkus secara klinis sering diperiksa dengan memberikan stimulus aerosol histamin atau metakolin yang dosisnya dinaikan secara progresif kemudian dilakukan pengukuran perubahan fungsi paru (PFR atau FEVI). Provokasi stimulasi lain seperti latihan fisik, hiperventilasi, udara kering dan aerosol garam hipertonik, adenosine tidak mempunyai efek langsung terhadap otot polos (tidak seperti histamin dan metakolin), akan tetapi dapat merangsang pelepasan mediatordari sel mast, ujung serabut saraf, atau sel-sel lain pada saluran respiratorik. Dikatakan hipercaktif bila dengan cara histamin didapatkan penurunan FEV 20% pada kosentrasi histamine kurang dari Smg. 1.5. Klasifikasi Pembagian derajat penyakit asma yang dibuat oleh Phelan dkk. (dikutip dari Konsensus Pediatri Internasional tahun 1998). Klasifikasi ini membagi derajat asma menjadi 3 (tiga).yaitu sebagai berikut 1. Asma episodik jarang ( Asma ringan) Golongan ini merupakan 70-75% dari populasi asma anak. Biasanya terdapat pada anak umur 3-6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran napas atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama hanya beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala-gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung sekitar 3-4 hari dan batuknya dapat berlangsung 10-14 hari. Waktu remisinya bermingu-minggu sampai berbulan-bulan. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim yang didapatkan. Tumbuh kembang anak biasanya baik. Di luar serangan tidak ditemukan kelainan lain. 2 Asma episodik sering (Asma sedang) Golongan ini merupakan 28% dari populasi asma anak. Pada dua pertiga golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan atas. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberapa minggu Frekuensi serangan paling banyak pada umur 8-13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik atau persisten. Umumnya gejala paling buruk terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang dapat mengganggu tidur. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung pada frekuensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 12 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay fever dan eksim dapat ditemukan pada golongan ini. Pada golongan ini jarang ditemukan gangguan pertumbuhan. 3. Asma kronik atau persisten (Asma Berat) Pada 25% anak serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan. 75% sebelum umur 3 tahun. Pada 50% anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan pada 50% sisanya serangan episodik. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas. yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari. Dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Obstruksi jakan napas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun Pada umur dewasa muda 50% dari golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering, Jurang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik dapat terjadi perubahan bentuk toraks seperti dada burung (pigeon chest), dada tong barrel chest) dan terdapat sulkus Harrison Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan, yaitu bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisiknya sangat berkurang sering tidak dapat melakukan kegiatan olahraga dan kegiatan biasa lainnya. Sebagian kecil ada juga yang mengalami gangguan psikososial.Selain itu juga pembagian asma menurut GINA adalah sebagai berikut: Tabel klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis. Derajat asma Intermiten Gejalah bulanan Gejala <1x/minggu Tanpa gejala diluar serangan Gejalah malam Feal paru Kurang lebih 2x/bulan • APE2 80% nilai terbaik • Variabilitas APE 20% Serangan singkat Persisten ringan •mingguan •Gejala lebih dari 1x/minggu tetapi kurang dari 1x sehari •Serangan dpt mengganggu aktivitas dan tidur •VEPI > 80% nilai prediksi APE > 80% Lebih dari 2x/bulan • APE2 80% •VEPI > 80% nilai prediksi APE > 80% nilai terbaik • Variabilitas APE 20%-30% Persisten sedang •Harian •gejalah tiap hari Lebih dari 1x/minggu •serangan menganggu aktivitas dan tidur •kontinua •gejala terus menerus •sering kambuh •Aktivitas fisik terbatas •VEPI 60-80% nilai prediksi APE 6080%nilai terbaik< •variabel APE lebih dari 30% •mebutuhkan bronkolidator setiap hari Persisten berat • APE 60-80% Sering •APE kurang dari 60% •VEpi kurang dari 60%nilai produksi 60%nilai terbaik •veriabelitas APE kurang dari 30% Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatan, dan pengobatan yang telah berlangsung seringkali tidak adekuat Pengobatan akan mengubah gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian berat asma pada penderita dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan itu sendiri. 1.6 Manifestasi Klinis Gejala asma terdiri dari trias dispnea, batuk dan mengi. Pada bentuk yang paling khas, asma merupakan penyakit episodik dan keseluruhan tiga gejala tersebut dapat timbul bersama sama. Berhentinya episode asma kerapkali ditandai dengan batuk yang menghasilkan lendir atu mukus yang lengket seperti benang yang liat. Pada serangan asma ringan: Anak tampak sesak saat berjalan. bayi, menangis keras. anak bisa berbaring. berbicara dengan kalimat. Kesadaran: mungkin irritable, Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa), Mengi sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi Biasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan. interkostal dan dangkal. nafas: cepat (takipnea). Frekuensi nadi: normal. Tidak ada pulsus paradoksus (<10 mmHg) SaO: %> 95%. : normal, biasanya tidak perlu diperiksa. Paco.<45 mmHg Pada serangan asma sedang Anak tampak sesak saat berbicara Pada bayi menangis pendek dan lemah, sulit menyusu/makan. anak: lebih suka duduk Dapat berbicara dengan kalimat yang terpenggal/terputus Kesadaran: biasanya irritable. ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). Mengi nyaring, sepanjang ekspirasi + inspirasi. menggunakan otot bantu pemalasan Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya sedang Frekuensi nafas: cepat (takipnea). Frekuensi nadi: cepat (takikardi) Ada pulsus paradoksus (10-20 mmHg) SaO: % sebesar 91-95. : > 60 mmHg. : < 45 mmHg Pada serangan asma berat tanpa disertai ancaman henti nafas Anak tampak sesak saat beristirahat. bayi tidak mau minum/makan. anak duduk bertopang lengan Dapat berbicara dengan kata-kata Kesadaran biasanya irritable Terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). Mengi sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop sepanjang ekspirasi dan inspirasi Menggunakan otot bantu pernafasan Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya dalam, ditambah nafas cuping hidung. nafas: cepat (takipnea). Frekuensi nadi: cepat (takikardi). Ada pulsus paradoksus (> 20 mmHg) SaO, % sebesar 90 %. : < 60 mmHg. , >45 mmhg Pada serangan asma berat disertai ancaman henti nafas: Kesadaran: kebingungan. Nyata terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). Mengi sulit atau tidak terdengar. otot bantu pernafasan: terdapat gerakan paradoks torakoabdominal dangkal/hilang. nafas: lambat (bradipnea). Frekuensi nadi: lambat (bradikardi). Tidak ada pulsus paradoksus; tanda kelelahan otot nafas. 1.7 Diagnosis Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabilitas yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiltas kelainan faal paru akan lebih meningkatkan nilai diagnostik Riwayat penyakit atau gejala : 1. Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan 2. Gejala berupa batuk berdahak. sesak napas, rasa berat di dada. 3. Gejala timbul/memburuk terutama malam dini hari. 4. Diawali olch faktor pencetus yang bersifat individu. 5. Responsif terhadap pembenan bronkodilator. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit 1. Riwayat keluarga (atopi). 2. Riwayat alergi atopi. 3. Penyakit lain yang memberatkan 4. Perkembangan penyakit dan pengobatan Serangan batuk dan mengi yang berulang lebih nyata pada malam hari atau bila ada beban fisik sangat karakteristik untuk asma. Walaupun demikian cukup banyak asma anak dengan batuk kronik berulang, terutama terjadi pada malam hari ketika hendak tidur, disertai sesak, tetapi tidak jelas mengi dan sering didiagnosis bronkitis kronik. Pada anak yang demikian, yang sudah dapat dilakukan uji faal paru (provokasi bronkus) sebagian besar akan terbukti adanya sifat-sifat asma. Batuk malam yang menetap dan yang tidak tidak berhasil diobati dengan obat batuk biasa dan kemudian cepat menghilang setelah mendapat bronkodilator, sangat mungkin merupakan bentuk asma Pemeriksaan fisik Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pada asma ringan dan sedang tidak ditemukan kelainan fisik di luar serangan. inspeksi terlihat pernapasan cepat dan sukar disertai batuk-batuk paroksismal, kadang-kadang terdengar suara mengi, ekspirasi memanjang, terlihat retraksi darah supraklavikular, suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada asma kronik bentuk toraks emfisematous, bongkok ke depan, sela iga melebar. diameter anteroposterior toraks bertambah Pada perkusi terdengar hipersonor seluruh toraks, terutama bagian bawah Pada posterior. Daerah pekak jantung dan hati mengecil. auskultasi bunyi napas kasar/mengeras, pada stadium lanjut suara napas melemah atau hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat lemah. Terdengar juga ronkhi kering dan ronkhi basah serta suara lender bila sekresi bronkus banyak. Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat disertai gejala sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan obat bantu napas. dan berat badan perlu diperhatikan dan bila mungkin bila hubungannya dengan tinggi badan kedua orang tua, Asma sendiri merupakan penyakit yang dapat menghambat perkembangan anak. Gangguan pertumbuhan biasanya terdapat pada asma yang sangat berat. Anak perlu diukur tinggi dan berat badannya pada tiap kali kunjungan, karena akibat pengobatan sering dapat dinilai dari perbaikan pertumbuhannya. Uji faal paru Berguna untuk menilai asma meliputi diagnosis dan penatalaksanaannya. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai 1.Derajat obstruksi bronkus 2.Menilai hasil provokasi bronkus 3 Menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit Pemeriksaan faal paru yang penting pada asma adalah PEFR. FEV1, PVC, FEVIFVC. tiap anak dengan asma di uji faal parunya pada tiap kunjungan "peak flow meter adalah yang paling sederhana, sedangkan dengan spirometer memberikan data yang lebih lengkap. Volume kapasitas paksa (FVC), aliran puncak ekspirasi (PEFR) dan rasio FEV1/FVC berkurang > 15% dari nilai normalnya Perpanjangan waktu ekspirasi paksu biasanya ditemukan, walaupun PEFR dan FEVI FVC hanya berkurang sedikit. Inflasi yang berlebihan biasanya terlihat secara klinis, akan digambarkan dengan meningginya isi total paru (TLC), isi kapasitas residu fungsional dan isi residu. Di luar serangan faal paru tersebut umumnya akan normal kecuali pada asma yang berat. Uji provokasi bronkus dilakukan bila diagnosis masih diragukan, Tujuannya untuk menunjukkan adunya hiperreaktivitas bronkus. Uji Provokasi bronkus dapat dilakukan dengan: 1. Histamin 2 Metakolin 3. Beban lari 4. Udara dingin 5. Uap air 6. Alergen Yang sering dilakukan adalah cara nomor 1, 2 dan 3. Hiperreaktivitas positif bila PEFR, FEVI turun > 15% dari nilai sebelum uji provokasi dan setelah diberi bronkodilator nilai normal akan tercapai lagi. Bila PEFR dan FEVI sudah rendah dan setelah diberi bronkodilator naik > 15% yang berarti hiperreaktivitas bronkus positif dan uji provokasi tidak perlu dilakukan. Foto rontgen toraks Tampak corakan paru yang meningkat. Atelektasis juga sering ditemukan. Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik. Rontgen foto sinus paranasalis perlu juga bila asmanya sulit dikontrol darah cosinofil dan uji tuberkulin Pemeriksaan eosinofil dalam darah, sekret hidung dan dahak dapat menunjang diagnosis asma Dalam sputum dapat ditemukan kristal Charcot-Leyden dan spiral Curshman. Bila ada infeksi mungkin akan didapatkan leukositosis polimormonuklear. Uji kulit alergi dan imunologi 1. Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik serum. 2. Uji kulit adalah cara utama untuk mendigosis status alergi atopi, umumnya dilakukan dengan prick test, Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya. Walaupun uji kulit merupakan cara yang tepat untuk diagnosis atopi, dapat juga mendapatkan hasil positif palsu maupun negative palsu. Sehingga konfirmasi terhadap pajanan alergen yang relevan dan hubungannya dengan gejala klinik harus selalu dilakukan. Untuk menentukan hal itu, sebenarnya ada pemeriksaan yang lebih tepat, yaitu uji provokasi bronkus dengan alergen yang bersangkutan. Reaksi uji kulit alergi dapat ditekan dengan pemberian antihistamin 3. Pemeriksaan IgE spesifik dapat memperkuat diagnosis dan menentukan penatalaksaannya. Pengukuran IgE spesifik dilakukan pada keadaan uji kalit tidak dapat dilakukan antara lain dermatophagoism, dermatitis kelainan kulit pada lengan tempat uji kulit dan lain-lain). Pemeriksaan kadar IgE total tidak mempunyai nilai dalam diagnosis alergi atopi. 1. 8 Tanda dan Gejalah Asma Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya : Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas (exhalation). Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya terdegar wheezing adalah penderita asma! Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki (bronchiale). Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin. keluhan penderita yang merasakan dada sempit. Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur pernafasan. usia anak-anak, gejala awal dapat berupa rasa gatal dirongga dada atau leher. Selama serangan asma, rasa kecemasan yang berlebihan dari penderita dapat memperburuk keadaanya. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Penatalaksanaan Pengobatan asma menurut GINA ( Global initiative for Asma). Program penatalaksanaan asma diantaranya melalui 6 komponen dalam dibawah ini: 1.Edukasi pada anak keluarganya Dengan bantuan dokter dan tenaga keschatan lainnya, anak dan keluarganya akan secara aktif turut serta dalam penatalaksanaan penyakit asmanya untuk mencegah timbulnya masalah dan dapat hidup secara produktif. Sehingga dapat menjauhi faktor resiko berobat dengan benar, mengetahui perbedaan obat controller" dan 'reliever", monitoring, mengenali gejala serangan asma dan mencari pertolongan medis secara apropriate 2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala Menilaian dan monitor berat asma baik melalui pengukuran gejala, pemeriksaan uji faal paru, dan analisis gas darah sangat diperlukan untuk menilai hasil pengobatan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, banyak penderita asma yang tanpa gejala, ternyata pada pemeriksaan faal parunya menunjukkan adanya obstruksi saluran nafas. 3. Mengidentifikasi dan menghindari factor pencetus Mengidentifikasi dan menghindan factor pencetus yang dapat menimbulkan proses inflamasi saluran nafas merupakan tahap pertama pada penatalaksuan penyakit asma, Menghindari factor pencetus dapat mengurangi gejala dan dalam jangka panjang dapat menekan proses inflamasi maupun hiperreaktivitas saluran nafas. Yang termasuk induced trigger antara lain allergen, bahan-bahan kimia yang iritatif, obat-obatan, infeksi virus.Sedang inciter trigger antara lain exercise, udara dingin, dan emosi, dll. 4. Program penatalaksanaan asma jangka panjang Program ini meliputi 3 hal yang harus dipertimbangkan yaitu obat-obatan asma, pengobatan secara farmakologis berdasarkan system anak tangga, pengobatan berdasarkan sistem zona atau wilayah bagi penderita. 5.Merencanakan pengobatan asma akut Serangan asma ditandai dengan gejala sesuk nafas, batuk, mengi atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Derajat serangan asma bervariasi dari yang ringan sampai berat yang dapat mengancam jiwa. Serangan bisa mendadak atau bisa juga perlahan-lahan dalam jangka waktu berhari-hari. Satu hal yang perlu diingat bahwa serangan asma akut menunjukan rencana pengobatan jangka panjang telah gagal atau pasien sedang terpajan faktor pencetus. 6. Berobat secara teratur Untuk memperoleh tujuan pengobatan yang diinginkan, pasien asma pada umumnya memerlukan pengawasan yang teratur dari tenaga kesehatan. Kunjungan yang teratur diperlukan untuk menilai hasil pengobatan, cara pemakaian obat, cara menghindari factor pencetus serta penggunaan alat peak flow meter. Makin baik hasil pengobatan, kunjungan ini akan semakin jarang. 1.9 Penatalaksanaan Serangan Asma Serangan asma akut merupakan kegawatan medis yang lazim dijumpai di ruang gawat darurat. Perlu ditekankan bahwa serangan asma berat dat dicegah, setidaknya dapat dikurangidengan pengenalan dini dan terapi intensif. Pada serangan asma, tujuan tatalaksananya adalah untuk mengurangi hipoksemia meredakan penyempitan saluran respiratorik secepat mungkin mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya rencana re-evaluasi tatalaksana jangka panjang untuk mencegah kekambuhan. Tahapan Tatalaksana Serangan Asma Alur tatalaksana serangan asma terhadap anak 1.10 Alogaritma penyakit Asma Catatan: Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin subkutan 0,01 ml/kgBB kali,maksimal 0.3 ml/kali Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 menit BAB III STATUS PASIEN A.Identitas Pasien Nama. :An F Tempat Tanggal Lahir : Solok, 03 November 2012 Umur. : :3 tahun Jenis Kelamin. :Perempuan Agama. :Islam Alamat. :Gaung Suku Bangsa. :Minang Tanggal Masuk No. RM : : 01 April 2016 050974 B.Identitas Orang Tua Nama. :Tn F Agama. :Islam Pekerjaan Anamnesis (Alloanamnesis) :Swasta Keluhan utama. :Sesak nafas sejak + 10 hari yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan diantar kedua orang tuanya ke Poli anak PUSKESMAS TANAH GARAM, SOLOK dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak = 10 hari yang lalu. Keluhan tampak semakin lama semakin memberat. Keluhan Keluhan sesak nafas sering dirasakan pasien terutama bila cuaca dingin, banyak debu dan udara pengap Keluhan demam sejak DI hari yang lalu Demam sering hilang timbul. Demam tidak terlalu tinggi Pasien batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu. Batuk tidak berdahak. • Keluhan mual dan muntah juga tidak dirasakan oleh pasien. makan menurun. Pasien kurang aktif dalam bermain Pasien tampak lemah udanya gangguan buang air besar dan buang air kecil disangkal. Riwayat Penyakit Dahulu Orang tua pasien menyangkal pasien pernah menderita penyakit yang sama Riwayat Penyakit Keluarga Orang tua pasien mengaku abang dan tante dari pasien mempunyai penyakit yang sama • Riwayat penyakit jantung pada keluarga disangkal Riwayat Kehamilan dan Kelahiran: Riwayat Makanan: Pada saat lahir sampai usia 6 bulan anak mendapatkan ASI. Setelah itu dilanjutkan dengan tambahan susu formula pada usia 6 bulan-2 tahun. Ibu memberikan bubur halus sejak anak berusia 2 tahun. Ibu memberikan nasi tim saat anak berusia 3 tahun. Anak sudah mengikuti menu makanan keluarga saat berusia 5 tahun. Riwayat Imunisasi Dasar: Vaksin Dasar umur Hipetitis B Lahir 1 bulan 6 bulan DPT/DT 2Bulan 4Bulan 6Bulan POLIO 2Bulan 4Bulan 6Bulan CAMPAK _ Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Sosial Ekonomi tinggal bersama 3 orang anggota keluarga lainnya. Pasien, ibu, ayah. 2 orang saudara. Penghasilan dari hasil pekerjaan ayah menetap. Lingkungan Pasien berada di rumah pemberian dari orang tuanya dengan ventilasi dan sanitasi yang baik dan terdiri dari 3 kamar tidur. Linkungan tempat tinggal pasien bersih Sedangkan untuk di rumah pasien sendiri bersih. Sumber air berasal dari PDAM. Pemeriksaan Fisik Status Lokalis Keadaan Umum :Sakit Sedang Kesadaran. :Compos Mentis Tanda Vital. :Frekuensi Nadi :140x/menit Frekuensi Pernafasan :32x/menit Suhu. :36,5°C Status gizi Gizi :BB=13kg :TB=93cm Status Narmochopal Kepala : Rambut berwarna hitam tidak mudah digabut(rontok)tumbuh teratur Mata. :Konjegtiva Anemis-/- Sklera : Ikterik -/- Pupil. : bulat, isokor 2 mm Hidung. :Bentuk normal Tidak ada deviasi septum nasi Mulut :Sianosis per oral (-) Uvula tıdak deviasi Lidah tidak deviasi ke kiri permukaan bersih Leher :Pembesaran > KGB (-), Kelenjar Thyroid (-) Torax :Trakea ditengah (tidak deviasi kanan atau kiri) Pulmo :Inspeksi :Kedua hemithorax kanan-kiri simetris pada keadaan statis dan dinamis. Tidak terdapat sikatrix ataupun jejas Palpasi. :Fremitus vokal simetris kanan-kiri Fremitus taktil simetris kanan-kiri Perkusi. :Hemitorak kanan: Sonor di seluruh lapang paru kanan Hemitorak kiri. :Sonor di seluruh lapang paru kiri Auskultasi :Vesikuler +/+ Ekspirasi memanjang +/+ Ronkhi. -/Cor :Lapeksi :Pulsasi iktus kordis terlihat Palpasi : Pulsasi iktus kordis terabadi ICS 5 Linen Midelavicule sinistra Perkusi :Batas jantung nomial Auskultasi: BJ 1- BJ 2 mumi reguler + Murmur (-)Gallop (-) Abdomen:Inspeksi : Perut tampak datar, pelebaran vena (-), jejas (-) Auskultasi : BU (+) normal, Undulasi (-), Shiffting Dulness (-) Palpasi. :Hepar : Tidak teraba pembesaran Lien : Tidak teraba pembesaran Nyeri tekan (+) kuadran kanan atas Nyeri lepas (-) Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen Ekstremitas : Akral hangat. +. + +. + Oedema. +. + +. + Diagnosis Kerja Diagnosa Primer: Bronkitis akut Diagnosa Sekunder :Asma Bronkial Pemeriksaan penunjang Hitung Jenis Leukosit Tes Sensitifitus Kulit Pemeriksaan Anjuran Peak Flow Meter Foto Rontgen Thorak Rencana Penatalaksanaan A. Promotif : menjelaskan kepada orang tua pasien tentang penyakit pasien B. Prefentir : menghindari faktor resiko seperti minuman dingin, debu rumah dan tungau c. Curatif : Paracetamol syrup 150 mg/5ml 3x1 Amborxol puyer 6 mg 3x1 puyer 3 mg 3x1 puyer 2 mg 3x1 D. Rehabilitatif : Ad Vitam : Dubia ad Bonam Ad Fungtionam:Dubia ad Bonam Ad Sanactionam :Dubia ad Bonam Konseling Penyakit yang diderita pasien adalah penyakit yang di pindahkan secara genetik Menjelasan pada orang tua dan keluarga pasien tentang proses penyakit, faktor risiko penghindaran pencetus pada penyakit pasien Anjurkan pada orang tua dan keluarga pasien untuk membersihkan rumah dari debu dan tungau, dan tidak memelihara hewan peliharaan berbulu seperti kucing dan anjing di dalam rumah kepada orang tua pasien untuk meminumkan obat secara teratur dan benar dan tetap memeriksakan pasien ke puskesmas ataupun rumah sakit walaupun keadaan pasien telah membaik Menganjurkan kepada orang tua pasien untuk memberikan makanan sayur-sayuran dan buahbuahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien Mengajari orang tua pasien bagaimana cara menangani pasien saat serangan akut dan tindakan apa yang harus dilakukan orang tua terhadap pasien. Menyerankan kepada orang tua dan keluarga pasien untuk memberikan dukungan berupa fisik maupun psikis. MAKALAH Farmakoterapi asma DISUSUN OLEH KELOMPOK : VII NAMA : 1.Zaitun Jafar 2.Beby B Salampesy 3.Patima Papalia 4.Misdar Al Umar 5.Sani Leuly 6.Astini Nurlatu 7.Intan Nuria P samal SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA AMBON 2021 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Farmakoterapi molekuler dengan judul "Farmakoterapi asma". Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Ambon,01 Desember 2020 Penyusun Kelompok VII DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................. DAFTAR ISI.................................................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1.1.LATAR BELAKANG............................................................................................... 1.2.RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 1.3.TUJUAN ......................................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 1.1.PENGERTIAN ASMA....................................................................................................... 1.2.ETIOLOGI ASMA ........................................................................................................... 1.3.FAKTOR RESIKO PENYAKIT ASMA ................................................................................ 1.4.PATOFISIOLOGI ............................................................................................................. 1.5.KLASIFIKASI 1.6.MANIFESTASI KLINIK 1.7 DIOGNOSA .................................................................................................................... 1.8.TANDA DAN GEJALAH 1.9.PENATALAKSANAN BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... A.KASUS .............................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah penyakit keturunan yang tidak menular. Asma mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indikator menunjukkan penyakit asma terus menerus meningkat, khususnya diantara anak-anak. Meskipun penelitian untuk mencegah asma terus berkembang akhir-akhir ini, asma tetap merugikan tubuh. Di Amerika Serikat tercatat sekitar 2 juta penderita asma yang mengunjungi Unit Gawat Darurat setiap tahunnya, dan sekitar 500.000 penderita asma yang harus menjalani rawat inap, dan sebagai peringkat ketiga penyebab rawat inap. Asthma atau asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang ditandai dengan meningkatnya responsivitas bronkial serta obstruksi jalan napas secara episodik. Asthma lebih sering muncul pada usia awal kehidupan, serta memiliki penyebab dan fenotip yang bervariasi. Asthma dapat berkembang atau malah mengalami remisi seiring dengan pertambahan umur. Estimasi prevalensi pasien asthma dewasa di dunia yang didiagnosis oleh dokter adalah 4,3%. Prevalensi asthma di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 4,5%. Tujuan jangka panjang tatalaksana asthma adalah mendapatkan gejala yang terkontrol dengan baik, meminimalisir risiko eksaserbasi dan penyempitan jalan napas yang menetap serta meminimalkan efek samping terapi. Apabila terkontrol dengan baik, prognosis asthma juga akan baik. Diagnosis asthma ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat didapatkan adanya keluhan sesak berulang yang dipicu oleh pencetus tertentu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan wheezing ekspiratorius. Dan pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan fungsi traktus respiratorius serta uji respon terhadap bronkodilator. Tatalaksana asthma dapat menggunakan bronkodilator golongan short acting beta agonist (SABA) dan pencegahan menggunakan long acting beta agonist (LABA) maupun steroid. B.. Rumusan Masalah 1.1. Pengertian Asma? 1.2. Etiologi penyakit asma? 1.3. Faktor Resiko? 1.4. Patofisiologi penyakit Asma 1.5. Klasifikasi penyakit Asma.? 1.6. Manifestasi klinik penyakit Asma? 1.7.Diognosa 1.8. Tanda dan Gejalah 1.9.Penatalaksanaaan C.Tujuan 1. Menjelaskan Pengertian Asma. 2. Menjelaskan Etiologi penyakit asma 3. Menjelaskan Faktor Resiko penyakit Asma 4. Menjelaskan Patofisiologi penyakit Asma 5. Menjelaskan Klasifikasi penyakit Asma 6.Menjelaskan manifestasi klinik penyakit Asma 7. Menjelaskan Diognosa penyakit Asma. 8.Menjelaskan Tanda dan Gejalah Penyakit Asma 9.Penatalaksanaan pada penyakit Asma DAFTAR PUSTAKA 1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asma : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan di Indonesia. Balai Penerbit FKUI: Jakarta, 2004. 2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak Cetakan Ke 7. Percetakan Infomedika : Jakarta, 2002. 3. Isselbacher. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit dalam. Edisi 13. Volume 3, Editor Edisi bahasa Indonesia : Ahmad H. Asdie. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta, 2000, 4. Robbins dkk. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. Alih Bahasa : Staf pengajar Laboratorium Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta, 1995, 5. Adi Utomo Suardi, Dr. SpA (K), dkk, Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Cetakan Pertama : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Badan Penerbit IDAI: Jakarta, 2008, 6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Nasional Asma Anak Balai Penerbit FUI : Jakarta, 2004. BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Dari hasil penilaian kasus asma ini.anak yang bernama An.F datang ke poli klinik dengan keluhan sesak nafas selama 10 hari lalu,dan dari hasil penelitian ternyata penyakit ini adalah penyakit Genetik atau penyakit keturunan Pemberian obat sudah sesuai .karena anak bukan saja dengan keluhan sesak nafas tetapi disertai batuk. Obat pengganti NSAID untuk penderita asma. Obat golongan NSAID, seperti ibuprofen, aspirin, serta naproxen tidak dianjurkan untuk pengidap asma. Untuk itu, pilihlah pereda nyeri jenis lainnya. Kebanyakan penderita asma diperbolehkan mengonsumsi acetaminophen (paracetamol) untuk mengobati demam atau rasa sakit dan nyeri . B.Saran Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi penulis tentang cara mengobati/menangani Asma.