Uploaded by User85870

ASMA PADA ANAK-WPS Office

advertisement
BAB II
ASMA PADA ANAK
1.1Definisi
Asma merupakan suatu kelainan inflamasi kronis pada saluran nafas yang melibatkan sel dan elemenelemen seluler. Inflamasi kronis tersebut berhubungan dengan hiperresponsif dari saluran pernafasan
yang menyebabkan episode wheeting, apnea, sesak nafas dan batuk-batuk terutama pada malam hari
atau awal pagi. Episode ini berhubungan dengan luas obstruksi saluran
pernafasan yang bersifat reversibel baik secara spontan ataupun dengan terapi Definisi asma menurut
WHO pada tahun 1975, yaitu keadann kronik yang ditandai oleh
bronkospasme rekuren akibat penyempitan lumen saluran napas sebagai respon terhadap stimulus yang
tidak menyebabkan penyempitan serupa pada banyak orang
Defenisi terbaru yang dikeluarkan oleh Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI pada tahun 2004
menyebutkan bahwa asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik
sebagai berikut; timbul secara episodik, cenderung pada malam dini hari (nokturnal), musiman, setelah
aktifitas fisik serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya
1.2 Etiologi
1. Alergen
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan penting pada sebagian besar anak dengan asma (William
dkk 1958, Ford 1969) Disamping itu hipereaktivitas saluran napas juga merupakan factor yang penting
Sensitisasi tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan alergenik sehingga dengan
berhubungan dengan umur. Pada bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah.
Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis alergen pencetusnya. Asma karena makanan biasanya
terjadi pada bayi dan anak kecil
2. Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak kecil Virus penyebab biasanya respiratory syncytial
virus (RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang juga dapat disebabkan oleh bakteri, jamur dan
parasit.
3. Cuaca
Perubahan tekanan udara (Sultz dkk 1972), suhu udara, angin dan kelembaban (Lopez dan Salvagio 1980)
dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma.
4. Iritan
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipa, bau tajam dari cat, SO2, dan polutan udara yang
berbahaya lainnya, juga udara dingin dan air dingin. Iritasi hidung dan batuk dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi (Mc. Fadden 1980). Udara kering mungkin juga merupakan pencetus hiperventilasi dan
kegiatan jasmani (strauss dkk 1978, Zebuilos dkk 1978).
5. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani yang berat dapat menimbulkan serangan pada anak dengan asma (Goldfrey 1978,
Eggleston 1980). Tertawa dan menangis dapat merupakan pencetus. Pada anak dengan faal paru di
bawah normal sangat rentan terhadap kegiatan jasmani
6. Infeksi saluran napas bagian atas
Disamping infeksi virus saluran napas bagian atas, sinusitis akut dan kronik dapat mempermudah
terjadinya asma pada anak (Rachclestsky dkk 1978). Rinitis alergi dapat memperberat asma melalui
mekanisme iritasi atau refleks.
7. Refluks gastroesofagitis
Iritasi trakcobronkial karena isi lambung dapat memberatkan asma pada anak dan orang dewasa (Dess
1974).
8. Psikis
Tidak adanya perhatian dan tidak mau mengakui persoalan yang berhubungan dengan asma olch anak
sendiri atau keluarganya akan memperlambat atau menggagalkan usaha-usaha pencegahan Dan
sebaliknya jika terlalu takut terhadap serangan asma atau hari depan anak juga tidak baik, karena dapat
memperberat serangan asma. Membatasi aktivitas anak, anak sering tidak masuk sekolah sering bangun
malam, terunggunya irama kehidupan keluarga karena anak sering mendapat serangan asma,
pengeluaran uang untuk biaya pengobatan dan rasa khawatir, dapat mempengaruhi anak asma dan
keluarganya,
1.3 Faktor risiko
Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, kejadian asma, berat ringannya
penyakit, serta kematian akibat penyakit asma beberapa faktor tersebut sudah disepakati oleh para ahli,
sedangkan sebagian lain masih dalam penelitian. Faktor-faktor tersebutantara lain:
1. Jenis kelamin, menurut laporan dari beberapa penelitian didapatkan bahwa prevalens
asma pada anak laki-laki sampai usia 10 tahun adalah 1,5 sampai 2 kali lipat anak perempuan. Namun
pada orang dewasa, rasio ini berubah menjadi sebanding antara laki laki dan perempuan pada usia 30
tahun
2. Usia, umumnya pada kebanyakan kasus asma persisten gejala asma timbul pada usia muda, yaitu
pada beberapa tahun pertama kehidupan.
3. Riwayat atopi. adanya riwayat atopi berhubungan dengan meningkatnya risiko asma persisten dan
beratnya asma, Beberapa laporan menunjukan bahwa sensitisasi alergi terhadap alergen inhalan, susu,
telur, atau kacang pada tahun pertama kehidupan, merupakan prediktor timbulnya asma,
4. Lingkungan, adanya alergen di lingkungan hidup anak meningkatkan risiko penyakit asma, alergen
yang sering mencetuskan asma antara lain adalah serpihan kulit binatang piaraan, tungau debu rumah,
jamur, dan kecoa.
5. Ras, menurut laporan dari amerika serikat, didapatkan bahwa prevalens asma dan kejadian serangan
asma pada ras kulit hitam lebih tinggi daripada kulit putih.
6. Asap rokok, prevalens asma pada anak yang terpajan asap rokok lebih tinggi daripada anak yang tidak
terpajan asap rokok. Risiko terhadap asap rokok sudah dimulai sejak janin dalam kandungan, umumnya
berlangsung terus setelah anak dilahirkan, dan menyebakan meningkatnya risiko
7. Outdoor air pollution.
8. Infeksi respiratorik.
1.4 Patofisiologi
 Obstruksi Saluran Respiratorik
Inflamasi saluran respiratorik yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal yang mendasari
gangguan fungsi : obstruksi saluran respiratorik menyebabkan keterbatasan aliran udara yang dapat
kembali secara spontan atau setelah pengobatan Perubahan fungsional yangdihubungkan dengan gejala
khas pada asma : batuk. sesak, wheezing dan disertai hipereaktivitas saluran respiratorik terhadap
berbagai rangsangan.
Batuk sangat mungkin disebabkan oleh stimulasi saraf sensoris pada saluran respiratorik oleh mediator
inflamasi dan terutama pada anak batuk berulang bisa jadi merupakan satu-satunya gejala asma yang
ditemukan. Penyempitan saluran respiratorik pada asma dipengaruhi oleh banyak faktor. Penyebab
utama penyempitan saluran respiratorik adalah kontraksi otot polos bronkus yang diprovokasi oleh pek
pasan agonis dari sel-sel inflarnasi Yang termasuk agonis adalah histamine, triptase, prostaglandin D2
dan leukotrien C4 dari sel must, neuropeptida dari saraf aferen setempat, dan asetilkolin dari saraf
eferen postganglionic. Kontraksi otot polos saluran respiratonik diperkuat oleh penebalan dinding
saluran napas akibat edema akut, inflamasi sel-sel inflamasi dan remodeling, hiperplasia dan hipertrofi
kronis otot polos, vaskuler, dan sel-sel sekretori serta deposisi matriks pada dinding saluran respiratorik.
Selain itu, hambatan saluran respiratorik juga bertambah akibat produksi secret yang banyak, kental,
dan lengket oleh sel goblet dan kelenjar submukosa. protein plasma yang keluar melalui mikrovaskular
bronkus dan debris selular

Hiperreaktivitas Saluran Respiratorik
Penyempitan saluran respiratorik secara berlebihan merupakan patofisiologis yang secara klinis paling
relevan pada penyakit asma. Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap reaktivitas yang berlebihan
atau hiperreaktivitas ini belum diketahui tetapi mungkin berhubungan dengan perubahan otot polos
saluran napas (hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi secara sekunder yang menyerbabkan perubahan
kontraktilitas. Selain itu, inflamasi dinding saluran respiratorik terutama daerah peribronkial dapat
memperbemat penyempitan saluran respiratorik selama kontraksi otot polos.
Hiperreaktivitas bronkus secara klinis sering diperiksa dengan memberikan stimulus aerosol histamin
atau metakolin yang dosisnya dinaikan secara progresif kemudian dilakukan pengukuran perubahan
fungsi paru (PFR atau FEVI). Provokasi stimulasi lain seperti latihan fisik, hiperventilasi, udara kering dan
aerosol garam hipertonik, adenosine tidak mempunyai efek langsung terhadap otot polos (tidak seperti
histamin dan metakolin), akan tetapi dapat merangsang pelepasan mediatordari sel mast, ujung serabut
saraf, atau sel-sel lain pada saluran respiratorik. Dikatakan hipercaktif bila dengan cara histamin
didapatkan penurunan FEV 20% pada kosentrasi histamine kurang dari Smg.
1.5. Klasifikasi
Pembagian derajat penyakit asma yang dibuat oleh Phelan dkk. (dikutip dari Konsensus Pediatri
Internasional tahun 1998). Klasifikasi ini membagi derajat asma menjadi 3 (tiga).yaitu sebagai berikut
1. Asma episodik jarang ( Asma ringan) Golongan ini merupakan 70-75% dari populasi asma anak.
Biasanya terdapat pada anak umur 3-6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran
napas atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama hanya
beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala-gejala yang timbul lebih menonjol
pada malam hari. Mengi dapat berlangsung sekitar 3-4 hari dan batuknya dapat berlangsung 10-14 hari.
Waktu remisinya bermingu-minggu sampai berbulan-bulan. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim
yang didapatkan. Tumbuh kembang anak biasanya baik. Di luar serangan tidak ditemukan kelainan lain.
2 Asma episodik sering (Asma sedang)
Golongan ini merupakan 28% dari populasi asma anak. Pada dua pertiga golongan ini serangan pertama
terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran
pernapasan atas. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang
tua menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya alergen,
aktivitas fisik dan stress. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa
hari sampai beberapa minggu Frekuensi serangan paling banyak pada umur 8-13 tahun. Pada golongan
lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik atau persisten. Umumnya gejala
paling buruk terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang dapat mengganggu tidur.
Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung pada frekuensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 12 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay fever dan eksim dapat ditemukan pada golongan
ini. Pada golongan ini jarang ditemukan gangguan pertumbuhan.
3. Asma kronik atau persisten (Asma Berat)
Pada 25% anak serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan. 75% sebelum umur 3 tahun. Pada 50%
anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan pada 50% sisanya serangan episodik. Pada
umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas.
yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari. Dari waktu ke waktu terjadi serangan yang
berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Obstruksi jakan napas mencapai puncaknya pada
umur 8-14 tahun
Pada umur dewasa muda 50% dari golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering, Jurang yang
betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik dapat terjadi perubahan
bentuk toraks seperti dada burung (pigeon chest), dada tong barrel chest) dan terdapat sulkus Harrison
Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan, yaitu bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas
fisiknya sangat berkurang sering tidak dapat melakukan kegiatan olahraga dan kegiatan biasa lainnya.
Sebagian kecil ada juga yang mengalami gangguan psikososial.Selain itu juga pembagian asma menurut
GINA adalah sebagai berikut:
Tabel klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis.
Derajat asma
Intermiten
Gejalah

bulanan

Gejala <1x/minggu

Tanpa gejala diluar
serangan
Gejalah malam
Feal paru
Kurang lebih
2x/bulan
• APE2 80%
nilai terbaik
• Variabilitas APE
20%
Serangan singkat
Persisten ringan
•mingguan
•Gejala lebih dari 1x/minggu
tetapi kurang dari 1x sehari
•Serangan dpt mengganggu
aktivitas dan tidur
•VEPI > 80% nilai
prediksi APE > 80%
Lebih dari
2x/bulan
• APE2 80%
•VEPI > 80% nilai
prediksi APE > 80%
nilai terbaik
• Variabilitas APE
20%-30%
Persisten sedang
•Harian
•gejalah tiap hari
Lebih dari
1x/minggu
•serangan menganggu
aktivitas dan tidur
•kontinua
•gejala terus menerus
•sering kambuh
•Aktivitas fisik terbatas
•VEPI 60-80% nilai
prediksi APE 6080%nilai terbaik<
•variabel APE lebih
dari 30%
•mebutuhkan bronkolidator
setiap hari
Persisten berat
• APE 60-80%
Sering
•APE kurang dari
60%
•VEpi kurang dari
60%nilai produksi
60%nilai terbaik
•veriabelitas APE
kurang dari 30%
Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatan, dan pengobatan yang telah berlangsung seringkali
tidak adekuat Pengobatan akan mengubah gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian
berat asma pada penderita dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan itu sendiri.
1.6 Manifestasi Klinis
Gejala asma terdiri dari trias dispnea, batuk dan mengi. Pada bentuk yang paling khas, asma merupakan
penyakit episodik dan keseluruhan tiga gejala tersebut dapat timbul bersama sama. Berhentinya
episode asma kerapkali ditandai dengan batuk yang menghasilkan lendir atu mukus yang lengket seperti
benang yang liat.
Pada serangan asma ringan:


Anak tampak sesak saat berjalan.
bayi, menangis keras.













anak bisa berbaring.
berbicara dengan kalimat.
Kesadaran: mungkin irritable,
Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa),
Mengi sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi
Biasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
interkostal dan dangkal.
nafas: cepat (takipnea).
Frekuensi nadi: normal.
Tidak ada pulsus paradoksus (<10 mmHg)
SaO: %> 95%.
: normal, biasanya tidak perlu diperiksa.
Paco.<45 mmHg
Pada serangan asma sedang














Anak tampak sesak saat berbicara
Pada bayi menangis pendek dan lemah, sulit menyusu/makan.
anak: lebih suka duduk
Dapat berbicara dengan kalimat yang terpenggal/terputus
Kesadaran: biasanya irritable.
ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
Mengi nyaring, sepanjang ekspirasi + inspirasi.
menggunakan otot bantu pemalasan Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya sedang
Frekuensi nafas: cepat (takipnea).
Frekuensi nadi: cepat (takikardi)
Ada pulsus paradoksus (10-20 mmHg)
SaO: % sebesar 91-95.
: > 60 mmHg.
: < 45 mmHg
Pada serangan asma berat tanpa disertai ancaman henti nafas









Anak tampak sesak saat beristirahat.
bayi tidak mau minum/makan.
anak duduk bertopang lengan
Dapat berbicara dengan kata-kata
Kesadaran biasanya irritable
Terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
Mengi sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop sepanjang ekspirasi dan inspirasi
Menggunakan otot bantu pernafasan
Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya dalam, ditambah nafas cuping hidung.






nafas: cepat (takipnea).
Frekuensi nadi: cepat (takikardi).
Ada pulsus paradoksus (> 20 mmHg)
SaO, % sebesar 90 %.
: < 60 mmHg.
, >45 mmhg
Pada serangan asma berat disertai ancaman henti nafas:








Kesadaran: kebingungan.
Nyata terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
Mengi sulit atau tidak terdengar.
otot bantu pernafasan: terdapat gerakan paradoks torakoabdominal
dangkal/hilang.
nafas: lambat (bradipnea).
Frekuensi nadi: lambat (bradikardi).
Tidak ada pulsus paradoksus; tanda kelelahan otot nafas.
1.7 Diagnosis
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa
berat di dada dan variabilitas yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk
menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama
reversibiltas kelainan faal paru akan lebih meningkatkan nilai diagnostik


Riwayat penyakit atau gejala :
1. Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
2. Gejala berupa batuk berdahak. sesak napas, rasa berat di dada.
3. Gejala timbul/memburuk terutama malam dini hari.
4. Diawali olch faktor pencetus yang bersifat individu.
5. Responsif terhadap pembenan bronkodilator.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit
1. Riwayat keluarga (atopi).
2. Riwayat alergi atopi.
3. Penyakit lain yang memberatkan
4. Perkembangan penyakit dan pengobatan
Serangan batuk dan mengi yang berulang lebih nyata pada malam hari atau bila ada beban fisik sangat
karakteristik untuk asma. Walaupun demikian cukup banyak asma anak dengan batuk kronik berulang,
terutama terjadi pada malam hari ketika hendak tidur, disertai sesak, tetapi tidak jelas mengi dan sering
didiagnosis bronkitis kronik. Pada anak yang demikian, yang sudah dapat dilakukan uji faal paru
(provokasi bronkus) sebagian besar akan terbukti adanya sifat-sifat asma.
Batuk malam yang menetap dan yang tidak tidak berhasil diobati dengan obat batuk biasa dan
kemudian cepat menghilang setelah mendapat bronkodilator, sangat mungkin merupakan bentuk asma
 Pemeriksaan fisik
 Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pada asma ringan dan sedang tidak ditemukan
kelainan fisik di luar serangan.
 inspeksi terlihat pernapasan cepat dan sukar disertai batuk-batuk paroksismal, kadang-kadang
terdengar suara mengi, ekspirasi memanjang, terlihat retraksi darah supraklavikular,
suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada asma kronik bentuk toraks emfisematous, bongkok
ke depan, sela iga melebar. diameter anteroposterior toraks bertambah
 Pada perkusi terdengar hipersonor seluruh toraks, terutama bagian bawah
 Pada posterior. Daerah pekak jantung dan hati mengecil. auskultasi bunyi napas
kasar/mengeras, pada stadium lanjut suara napas melemah atau hampir tidak terdengar karena
aliran udara sangat lemah. Terdengar juga ronkhi kering dan ronkhi basah serta suara lender bila
sekresi bronkus banyak.
 Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Mengi dapat tidak
terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat disertai gejala sianosis, gelisah, sukar
bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan obat bantu napas.
 dan berat badan perlu diperhatikan dan bila mungkin bila hubungannya dengan tinggi badan
kedua orang tua, Asma sendiri merupakan penyakit yang dapat menghambat perkembangan
anak. Gangguan pertumbuhan biasanya terdapat pada asma yang sangat berat. Anak perlu
diukur tinggi dan berat badannya pada tiap kali kunjungan, karena akibat pengobatan sering
dapat dinilai dari perbaikan pertumbuhannya.
 Uji faal paru
Berguna untuk menilai asma meliputi diagnosis dan penatalaksanaannya. Pengukuran faal paru
digunakan untuk menilai
1.Derajat obstruksi bronkus
2.Menilai hasil provokasi bronkus
3 Menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit
Pemeriksaan faal paru yang penting pada asma adalah PEFR. FEV1, PVC, FEVIFVC. tiap anak dengan
asma di uji faal parunya pada tiap kunjungan "peak flow meter adalah yang paling sederhana,
sedangkan dengan spirometer memberikan data yang lebih lengkap. Volume kapasitas paksa (FVC),
aliran puncak ekspirasi (PEFR) dan rasio FEV1/FVC berkurang > 15% dari nilai normalnya Perpanjangan
waktu ekspirasi paksu biasanya ditemukan, walaupun PEFR dan FEVI FVC hanya berkurang sedikit. Inflasi
yang berlebihan biasanya terlihat secara klinis, akan digambarkan dengan meningginya isi total paru
(TLC), isi kapasitas residu fungsional dan isi residu. Di luar serangan faal paru tersebut umumnya akan
normal kecuali pada asma yang berat. Uji provokasi bronkus dilakukan bila diagnosis masih diragukan,
Tujuannya untuk menunjukkan adunya hiperreaktivitas bronkus. Uji Provokasi bronkus dapat dilakukan
dengan:
1. Histamin
2 Metakolin
3. Beban lari
4. Udara dingin
5. Uap air
6. Alergen
Yang sering dilakukan adalah cara nomor 1, 2 dan 3. Hiperreaktivitas positif bila PEFR, FEVI turun > 15%
dari nilai sebelum uji provokasi dan setelah diberi bronkodilator nilai normal akan tercapai lagi. Bila PEFR
dan FEVI sudah rendah dan setelah diberi bronkodilator naik > 15% yang berarti hiperreaktivitas bronkus
positif dan uji provokasi tidak perlu dilakukan.
 Foto rontgen toraks
Tampak corakan paru yang meningkat. Atelektasis juga sering ditemukan. Hiperinflasi terdapat pada
serangan akut dan pada asma kronik. Rontgen foto sinus paranasalis perlu juga bila asmanya sulit
dikontrol

darah cosinofil dan uji tuberkulin
Pemeriksaan eosinofil dalam darah, sekret hidung dan dahak dapat menunjang diagnosis asma Dalam
sputum dapat ditemukan kristal Charcot-Leyden dan spiral Curshman. Bila ada infeksi mungkin akan
didapatkan leukositosis polimormonuklear.
 Uji kulit alergi dan imunologi
1. Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE
spesifik serum.
2. Uji kulit adalah cara utama untuk mendigosis status alergi atopi, umumnya dilakukan dengan prick
test, Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya. Walaupun uji kulit
merupakan cara yang tepat untuk diagnosis atopi, dapat juga mendapatkan hasil positif palsu maupun
negative palsu. Sehingga konfirmasi terhadap pajanan alergen yang relevan dan hubungannya dengan
gejala klinik harus selalu dilakukan. Untuk menentukan hal itu, sebenarnya ada pemeriksaan yang lebih
tepat, yaitu uji provokasi bronkus dengan alergen yang bersangkutan. Reaksi uji kulit alergi dapat
ditekan dengan pemberian antihistamin
3. Pemeriksaan IgE spesifik dapat memperkuat diagnosis dan menentukan penatalaksaannya.
Pengukuran IgE spesifik dilakukan pada keadaan uji kalit tidak dapat dilakukan antara lain
dermatophagoism, dermatitis kelainan kulit pada lengan tempat uji kulit dan lain-lain). Pemeriksaan
kadar IgE total tidak mempunyai nilai dalam diagnosis alergi atopi.
1. 8 Tanda dan Gejalah Asma
Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya :







Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas (exhalation).
Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang
nafasnya terdegar wheezing adalah penderita asma!
Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki (bronchiale).
Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.
keluhan penderita yang merasakan dada sempit.
Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya
dalam mengatur pernafasan.
usia anak-anak, gejala awal dapat berupa rasa gatal dirongga dada atau leher. Selama serangan
asma, rasa kecemasan yang berlebihan dari penderita dapat memperburuk keadaanya. Sebagai
reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Penatalaksanaan
Pengobatan asma menurut GINA ( Global initiative for Asma). Program penatalaksanaan asma
diantaranya melalui 6 komponen dalam dibawah ini:
1.Edukasi pada anak keluarganya
Dengan bantuan dokter dan tenaga keschatan lainnya, anak dan keluarganya akan secara aktif turut
serta dalam penatalaksanaan penyakit asmanya untuk mencegah timbulnya masalah dan dapat hidup
secara produktif. Sehingga dapat menjauhi faktor resiko berobat dengan benar, mengetahui perbedaan
obat controller" dan 'reliever", monitoring, mengenali gejala serangan asma dan mencari pertolongan
medis secara apropriate
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Menilaian dan monitor berat asma baik melalui pengukuran gejala, pemeriksaan uji faal paru, dan
analisis gas darah sangat diperlukan untuk menilai hasil pengobatan. Seperti telah dikemukakan
sebelumnya, banyak penderita asma yang tanpa gejala, ternyata pada pemeriksaan faal parunya
menunjukkan adanya obstruksi saluran nafas.
3. Mengidentifikasi dan menghindari factor pencetus
Mengidentifikasi dan menghindan factor pencetus yang dapat menimbulkan proses inflamasi saluran
nafas merupakan tahap pertama pada penatalaksuan penyakit asma, Menghindari factor pencetus
dapat mengurangi gejala dan dalam jangka panjang dapat menekan proses inflamasi maupun
hiperreaktivitas saluran nafas. Yang termasuk induced trigger antara lain allergen, bahan-bahan kimia
yang iritatif, obat-obatan, infeksi virus.Sedang inciter trigger antara lain exercise, udara dingin, dan
emosi, dll.
4. Program penatalaksanaan asma jangka panjang
Program ini meliputi 3 hal yang harus dipertimbangkan yaitu obat-obatan asma, pengobatan secara
farmakologis berdasarkan system anak tangga, pengobatan berdasarkan sistem zona atau wilayah bagi
penderita.
5.Merencanakan pengobatan asma akut
Serangan asma ditandai dengan gejala sesuk nafas, batuk, mengi atau kombinasi dari gejala-gejala
tersebut. Derajat serangan asma bervariasi dari yang ringan sampai berat yang dapat mengancam jiwa.
Serangan bisa mendadak atau bisa juga perlahan-lahan dalam jangka waktu berhari-hari. Satu hal yang
perlu diingat bahwa serangan asma akut menunjukan rencana pengobatan jangka panjang telah gagal
atau pasien sedang terpajan faktor pencetus.
6. Berobat secara teratur
Untuk memperoleh tujuan pengobatan yang diinginkan, pasien asma pada umumnya memerlukan
pengawasan yang teratur dari tenaga kesehatan. Kunjungan yang teratur diperlukan untuk menilai hasil
pengobatan, cara pemakaian obat, cara menghindari factor pencetus serta penggunaan alat peak flow
meter. Makin baik hasil pengobatan, kunjungan ini akan semakin jarang.
1.9 Penatalaksanaan Serangan Asma
Serangan asma akut merupakan kegawatan medis yang lazim dijumpai di ruang gawat darurat. Perlu
ditekankan bahwa serangan asma berat dat dicegah, setidaknya dapat dikurangidengan pengenalan dini
dan terapi intensif.
Pada serangan asma, tujuan tatalaksananya adalah untuk




mengurangi hipoksemia
meredakan penyempitan saluran respiratorik secepat mungkin
mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
rencana re-evaluasi tatalaksana jangka panjang untuk mencegah kekambuhan.
Tahapan Tatalaksana Serangan Asma
Alur tatalaksana serangan asma terhadap anak
1.10 Alogaritma penyakit Asma
Catatan:


Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin subkutan 0,01 ml/kgBB
kali,maksimal 0.3 ml/kali
Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 menit
BAB III
STATUS PASIEN
A.Identitas Pasien
Nama.
:An F
Tempat Tanggal Lahir : Solok, 03 November 2012
Umur.
: :3 tahun
Jenis Kelamin.
:Perempuan
Agama.
:Islam
Alamat.
:Gaung
Suku Bangsa.
:Minang
Tanggal Masuk No. RM : : 01 April 2016 050974
B.Identitas Orang Tua
Nama.
:Tn F
Agama.
:Islam
Pekerjaan
Anamnesis (Alloanamnesis) :Swasta
Keluhan utama.
:Sesak nafas sejak + 10 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :







Pasien datang dengan diantar kedua orang tuanya ke Poli anak PUSKESMAS TANAH GARAM,
SOLOK dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak = 10 hari yang lalu. Keluhan tampak
semakin lama semakin memberat. Keluhan Keluhan sesak nafas sering dirasakan pasien
terutama bila cuaca dingin, banyak debu dan udara pengap
Keluhan demam sejak DI hari yang lalu Demam sering hilang timbul. Demam tidak terlalu tinggi
Pasien batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu. Batuk tidak berdahak. • Keluhan mual dan muntah
juga tidak dirasakan oleh pasien.
makan menurun.
Pasien kurang aktif dalam bermain
Pasien tampak lemah
udanya gangguan buang air besar dan buang air kecil disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu

Orang tua pasien menyangkal pasien pernah menderita penyakit yang sama
Riwayat Penyakit Keluarga

Orang tua pasien mengaku abang dan tante dari pasien mempunyai penyakit yang sama •
Riwayat penyakit jantung pada keluarga disangkal
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:
Riwayat Makanan:
Pada saat lahir sampai usia 6 bulan anak mendapatkan ASI. Setelah itu dilanjutkan dengan tambahan
susu formula pada usia 6 bulan-2 tahun. Ibu memberikan bubur halus sejak anak berusia 2 tahun. Ibu
memberikan nasi tim saat anak berusia 3 tahun. Anak sudah mengikuti menu makanan keluarga saat
berusia 5 tahun.
Riwayat Imunisasi Dasar:
Vaksin
Dasar umur
Hipetitis B
Lahir
1 bulan
6 bulan
DPT/DT
2Bulan
4Bulan
6Bulan
POLIO
2Bulan
4Bulan
6Bulan
CAMPAK
_
Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Sosial Ekonomi
tinggal bersama 3 orang anggota keluarga lainnya. Pasien, ibu, ayah. 2 orang saudara. Penghasilan dari
hasil pekerjaan ayah menetap.

Lingkungan
Pasien berada di rumah pemberian dari orang tuanya dengan ventilasi dan sanitasi yang baik dan terdiri
dari 3 kamar tidur. Linkungan tempat tinggal pasien bersih Sedangkan untuk di rumah pasien sendiri
bersih. Sumber air berasal dari PDAM.
 Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
Keadaan Umum :Sakit Sedang
Kesadaran.
:Compos Mentis
Tanda Vital.
:Frekuensi Nadi
:140x/menit
Frekuensi Pernafasan :32x/menit
Suhu.
:36,5°C
Status gizi
Gizi
:BB=13kg
:TB=93cm
Status Narmochopal
Kepala
: Rambut berwarna hitam tidak mudah digabut(rontok)tumbuh teratur
Mata.
:Konjegtiva Anemis-/-
Sklera
: Ikterik -/-
Pupil.
: bulat, isokor 2 mm
Hidung.
:Bentuk normal
Tidak ada deviasi septum nasi
Mulut
:Sianosis per oral (-)
Uvula tıdak deviasi
Lidah tidak deviasi ke kiri permukaan bersih
Leher
:Pembesaran > KGB (-), Kelenjar Thyroid (-)
Torax
:Trakea ditengah (tidak deviasi kanan atau kiri)
Pulmo :Inspeksi :Kedua hemithorax kanan-kiri simetris pada keadaan statis dan
dinamis. Tidak terdapat sikatrix ataupun jejas
Palpasi. :Fremitus vokal simetris kanan-kiri
Fremitus taktil simetris kanan-kiri
Perkusi. :Hemitorak kanan: Sonor di seluruh lapang paru kanan
Hemitorak kiri.
:Sonor di seluruh lapang paru kiri
Auskultasi :Vesikuler +/+
Ekspirasi memanjang +/+
Ronkhi. -/Cor :Lapeksi :Pulsasi iktus kordis terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus kordis terabadi ICS 5 Linen Midelavicule sinistra
Perkusi :Batas jantung nomial
Auskultasi: BJ 1- BJ 2 mumi reguler + Murmur (-)Gallop (-)
Abdomen:Inspeksi : Perut tampak datar, pelebaran vena (-), jejas (-)
Auskultasi : BU (+) normal, Undulasi (-), Shiffting Dulness (-)
Palpasi.
:Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Nyeri tekan (+) kuadran kanan atas
Nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen
Ekstremitas : Akral hangat.
+. +
+. +
Oedema.










+.
+
+.
+
Diagnosis Kerja
Diagnosa Primer: Bronkitis akut
Diagnosa Sekunder :Asma Bronkial
Pemeriksaan penunjang
Hitung Jenis Leukosit
Tes Sensitifitus Kulit
Pemeriksaan Anjuran
Peak Flow Meter
Foto Rontgen Thorak
Rencana Penatalaksanaan
A. Promotif : menjelaskan kepada orang tua pasien tentang penyakit pasien
B. Prefentir : menghindari faktor resiko seperti minuman dingin, debu rumah dan tungau
c. Curatif :

Paracetamol syrup 150 mg/5ml 3x1



Amborxol puyer 6 mg 3x1
puyer 3 mg 3x1
puyer 2 mg 3x1
D. Rehabilitatif : 


Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Fungtionam:Dubia ad Bonam
Ad Sanactionam :Dubia ad Bonam
 Konseling
 Penyakit yang diderita pasien adalah penyakit yang di pindahkan secara genetik
 Menjelasan pada orang tua dan keluarga pasien tentang proses penyakit, faktor risiko
penghindaran pencetus pada penyakit pasien
 Anjurkan pada orang tua dan keluarga pasien untuk membersihkan rumah dari debu dan tungau,
dan tidak memelihara hewan peliharaan berbulu seperti kucing dan anjing di dalam rumah
kepada orang tua pasien untuk meminumkan obat secara teratur dan benar dan tetap
memeriksakan pasien ke puskesmas ataupun rumah sakit walaupun keadaan pasien telah
membaik
 Menganjurkan kepada orang tua pasien untuk memberikan makanan sayur-sayuran dan buahbuahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien
 Mengajari orang tua pasien bagaimana cara menangani pasien saat serangan akut dan tindakan
apa yang harus dilakukan orang tua terhadap pasien.
 Menyerankan kepada orang tua dan keluarga pasien untuk memberikan dukungan berupa fisik
maupun psikis.
MAKALAH
Farmakoterapi asma
DISUSUN OLEH
KELOMPOK : VII
NAMA : 1.Zaitun Jafar
2.Beby B Salampesy
3.Patima Papalia
4.Misdar Al Umar
5.Sani Leuly
6.Astini Nurlatu
7.Intan Nuria P samal
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Farmakoterapi molekuler dengan judul
"Farmakoterapi asma".
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Ambon,01 Desember 2020
Penyusun
Kelompok VII
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................
1.1.LATAR BELAKANG...............................................................................................
1.2.RUMUSAN MASALAH ..........................................................................................
1.3.TUJUAN .........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................
1.1.PENGERTIAN ASMA.......................................................................................................
1.2.ETIOLOGI ASMA ...........................................................................................................
1.3.FAKTOR RESIKO PENYAKIT ASMA ................................................................................
1.4.PATOFISIOLOGI .............................................................................................................
1.5.KLASIFIKASI
1.6.MANIFESTASI KLINIK
1.7 DIOGNOSA ....................................................................................................................
1.8.TANDA DAN GEJALAH
1.9.PENATALAKSANAN
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................
A.KASUS ..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit keturunan yang tidak menular. Asma mempengaruhi lebih dari 5% penduduk
dunia, dan beberapa indikator menunjukkan penyakit asma terus menerus meningkat, khususnya
diantara anak-anak. Meskipun penelitian untuk mencegah asma terus berkembang akhir-akhir ini, asma
tetap merugikan tubuh. Di Amerika Serikat tercatat sekitar 2 juta penderita asma yang mengunjungi
Unit Gawat Darurat setiap tahunnya, dan sekitar 500.000 penderita asma yang harus menjalani rawat
inap, dan sebagai peringkat ketiga penyebab rawat inap.
Asthma atau asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang ditandai dengan meningkatnya
responsivitas bronkial serta obstruksi jalan napas secara episodik. Asthma lebih sering muncul pada usia
awal kehidupan, serta memiliki penyebab dan fenotip yang bervariasi. Asthma dapat berkembang atau
malah mengalami remisi seiring dengan pertambahan umur.
Estimasi prevalensi pasien asthma dewasa di dunia yang didiagnosis oleh dokter adalah 4,3%.
Prevalensi asthma di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 4,5%. Tujuan jangka panjang tatalaksana
asthma adalah mendapatkan gejala yang terkontrol dengan baik, meminimalisir risiko eksaserbasi dan
penyempitan jalan napas yang menetap serta meminimalkan efek samping terapi. Apabila terkontrol
dengan baik, prognosis asthma juga akan baik.
Diagnosis asthma ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis dapat didapatkan adanya keluhan sesak berulang yang dipicu oleh pencetus tertentu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan wheezing ekspiratorius. Dan pada pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan fungsi traktus respiratorius serta uji respon terhadap bronkodilator.
Tatalaksana asthma dapat menggunakan bronkodilator golongan short acting beta agonist (SABA) dan
pencegahan menggunakan long acting beta agonist (LABA) maupun steroid.
B..
Rumusan Masalah
1.1. Pengertian Asma?
1.2. Etiologi penyakit asma?
1.3. Faktor Resiko?
1.4. Patofisiologi penyakit Asma
1.5. Klasifikasi penyakit Asma.?
1.6. Manifestasi klinik penyakit Asma?
1.7.Diognosa
1.8. Tanda dan Gejalah
1.9.Penatalaksanaaan
C.Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Asma.
2. Menjelaskan Etiologi penyakit asma
3. Menjelaskan Faktor Resiko penyakit Asma
4. Menjelaskan Patofisiologi penyakit Asma
5. Menjelaskan Klasifikasi penyakit Asma
6.Menjelaskan manifestasi klinik penyakit Asma
7. Menjelaskan Diognosa penyakit Asma.
8.Menjelaskan Tanda dan Gejalah Penyakit Asma
9.Penatalaksanaan pada penyakit Asma
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asma : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan di Indonesia.
Balai Penerbit FKUI: Jakarta, 2004.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Kuliah
3 Ilmu Kesehatan Anak Cetakan Ke 7. Percetakan Infomedika : Jakarta, 2002.
3. Isselbacher. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit dalam. Edisi 13. Volume 3, Editor Edisi bahasa
Indonesia : Ahmad H. Asdie. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta, 2000, 4. Robbins dkk. Buku Ajar
Patologi II. Edisi 4. Alih Bahasa : Staf pengajar Laboratorium Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta, 1995,
5. Adi Utomo Suardi, Dr. SpA (K), dkk, Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Cetakan Pertama :
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Badan Penerbit IDAI: Jakarta, 2008,
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Nasional Asma Anak Balai Penerbit FUI : Jakarta, 2004.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari hasil penilaian kasus asma ini.anak yang bernama An.F datang ke poli klinik dengan keluhan sesak
nafas selama 10 hari lalu,dan dari hasil penelitian ternyata penyakit ini adalah penyakit Genetik atau
penyakit keturunan
Pemberian obat sudah sesuai .karena anak bukan saja dengan keluhan sesak nafas tetapi disertai batuk.
Obat pengganti NSAID untuk penderita asma. Obat golongan NSAID, seperti ibuprofen, aspirin, serta
naproxen tidak dianjurkan untuk pengidap asma. Untuk itu, pilihlah pereda nyeri jenis lainnya.
Kebanyakan penderita asma diperbolehkan mengonsumsi acetaminophen (paracetamol) untuk
mengobati demam atau rasa sakit dan nyeri .
B.Saran
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi penulis tentang cara
mengobati/menangani Asma.
Download