BAB II - fkip.unja

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin
Kecamatan Tabir merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten
Merangin. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Merangin,
luas wilayah Kecamatan Tabir yaitu 333,33 km2. Kecamatan Tabir ini biasanya
sering disebut Tabir induk karena pada awalnya hanya ada satu nama Kecamatan
Tabir, namun saat ini Kecamatan Tabir sudah dilakukan pemekaran wilayah
diantaranya, Tabir (Tabir induk), Tabir Ulu, Tabir Lintas, Tabir Ilir, Tabir Selatan,
Tabir Timur, Margo Tabir, dan Tabir Barat.
Sungai Tabir juga merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir. Sungai
yang berhulu di danau Kerinci dan bermuara di Sungai Batanghari ini memiliki lebar
maksimal 20 meter dan memiliki kedalaman maksimal 10 meter. Sungai Tabir biasa
dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan sehari-hari, diantaranya mandi dan
mencuci, dan sebagai aktivitas penambangan emas. Pada hari libur panjang, sungai
ini digunakan masyarakat untuk arena lomba pacu perahu. Selain itu sungai Tabir
juga digunakan masyarakat untuk menangkap ikan. Di sungai ini masyarakat
menangkap ikan dengan menggunakan pancing dan jala (komunikasi pribadi dengan
masyarakat setempat). Kondisi di ekosistem Sungai tersebut adalah perairan berarus
deras yang merupakan habitat alami dari banyak macam biota diantaranya ikan betok,
ikan gepeng, ikan gabus, ikan mujair, ikan tapah, dan ikan semah.
6
7
2.2. Ikan Semah (Tor tambra Val, 1842)
Ikan semah (Tor tambra Val, 1842) merupakan ikan air tawar yang pada
umumnya hidup liar di perairan sungai dan danau. Ikan semah mengambil oksigen
dari lingkungan air disekitarnya. Ikan semah memiliki nilai ekonomi yang sangat
tinggi, sehingga banyak masyakat menangkap ikan ini untuk dijual maupun
dibudidayakan. Menurut Ingram dkk (2007: 809), ikan semah adalah ikan air tawar
yang sangat dihargai di Malaysia, selain itu ikan semah adalah ikan air tawar yang
perlu segera dikonservasi. Ikan semah perlu dilakukan konservasi karena sudah
terancam populasinya dan masuk ke dalam red list status di IUCN (International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources) pada tahun 2015.
Ikan semah termasuk ke dalam Marga Tor, marga Tor dikemukakan oleh
Gray pada tahun 1834. Didunia ada 24 spesies dari marga Tor. Sedangkan di
Indonesia diketahui terdapat empat spesies, yaitu Tor douronensis, Tor tambrodies,
Tor tambra, dan Tor soro (Haryono, 2006: 197).
Ikan semah mempunyai ciri ciri diantaranya: memiliki satu pasang sirip dada
dan sirip perut, dan satu sirip anus. Terdapat gurat sisik lurus, bentuk ekor bercagak,
dan memiliki dua pasang sungut pada mulut bagian atas. Terdapat sebuah cuping
berukuran sedang pada bibir bawah namun tidak menyentuh ujung bibir. Jari-jari sirip
punggung yang mengeras lebih pendek daripada kepala tanpa moncong
(Kottelat dkk, 1993: 22).
8
Gambar 2.1. Ikan Semah (Tor tambra Val, 1842) (Dokumentasi pribadi: 2015)
Esa dkk (2011: 1087), menyatakan bahwa nama Tor dikemukakan oleh Gray
pada tahun 1834, dan tambra dikemukakan oleh Valencienes pada tahun 1842.
Adapun klasifikasi ikan semah menurut Kottelat (1993):
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Animalia
: Chordata
: Actinopterygii
: Cypriniformes
: Cyprinidae
: Tor
: Tor tambra Val, 1842.
2.3. Habitat Ikan Semah
Habitat adalah tempat suatu makhluk tinggal dan berkembang biak. Pada
dasarnya habitat merupakan lingkungan fisik yang ditempati populasi suatu spesies
kemudian dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Dengan demikian habibat dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup spesies tersebut.
Habitat asli ikan semah umumnya di danau dan sungai dengan air yang
berarus deras. Menurut Haryono dan Subagja (2008: 308), habitat ikan semah
9
di perairan terdapat di lubuk sungai yang berarus deras kedalaman air rata-rata diatas
2 meter, dasar perairan bebatuan, substrat tersusun dari pasir dan kerikil. Utomo dan
Krismono (2006: 310), menyatakan bahwa habitat yang di tempati ikan semah adalah
habitat yang memiliki suhu perairan rendah, oksigen terlarut yang tinggi, arus sungai
yang deras dan beriak. Di dasar sungai tersusun atas pasir dan bebatuan.
2.4. Kepadatan dan Distribusi Populasi
Populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies sama
(takson tertentu) serta hidup atau menempati kawasan tertentu pada waktu tertentu.
Studi populasi adalah kajian mengenai sekelompok spesies ditempat tertentu untuk
mengetahui jumlah dan karakteristik populasi itu sendiri. Menurut Tobing (2008: 43),
ukuran populasi suatu spesies sangat penting diketahui, selain untuk mengetahui
kekayaan atau kepadatan disuatu kawasan (alam), ukuran populasi merupakan data
dasar untuk menilai kemungkinan kelangsungan atau keterancaman keberadaannya di
alam.
Kondisi populasi ikan semah sesuai dengan pendapat Haryono (2006: 308),
yang menyatakan bahwa kebanyakan spesies ikan semah yang tersebar di Asia telah
mengalami ancaman yang cukup serius, akibat penangkapan dan perdagangan yang
intensif disertai kerusakan habitat yang makin parah. Ikan semah merupakan salah
satu ikan air tawar bernilai tinggi dan sangat perlu diperhatikan demi kelestariannya
(Haryono dan Subagja, 2008: 307). Populasi ikan semah yang rendah juga
disebabkan oleh penangkapan ikan yang terus-menerus.
10
Distribusi adalah suatu peristiwa penyebaran organisme pada suatu tempat
dan pada waktu tertentu. Menurut Sharifuddin (2011: 21), secara ekologis, distribusi
ikan dapat digolongkan ke dalam habitat air tawar dan air laut. Ikan semah hidup di
habitat air tawar, dan pada umumnya menempati kawasan perairan danau dan sungai.
2.5. Keadaan Sungai Tabir di Kabupaten Merangin
Masyarakat memanfaatkan Sungai Tabir untuk keperluan sehari-hari
diantaranya mencuci, mandi, kakus dan pembuangan limbah domestik, dalam hal lain
masyarakat juga menggunakan sungai tabir untuk tempat penambangan emas.
Kegiatan pertambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di wilayah
Kecamatan Tabir telah berlangsung sejak tahun 2010 sampai sekarang. Dengan
begitu tidak menutup kemungkinan bahwa sungai tersebut sudah rusak akibat
pengerukan sungai yang semakin dalam sehingga mengakibatkan perubahan air
menjadi sangat keruh. Menurut Wahyuningsih dan Barus (2006: 113), mengatakan
bahwa endapan yang menumpuk yang berasal dari tanah yang terhanyut dan
tercampur dengan air dapat menyebabkan pengumpulan lumpur serta garam besi
dalam insang dan menyebabkan kematian pada ikan.
2.6. Alat Tangkap Ikan
Alat tangkap ikan merupakan benda yang digunakan untuk menangkap ikan.
Semakin bermacam-macam bentuk alat tangkap maka beda pula hasil yang didapat,
perbedaan itu dapat berupa jenis dan ukuran. Menurut (Onthoni, 2010: 16), alat
tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan karang umumnya bersifat pasif
sehingga dibutuhkan suatu pemikat, agar ikan dapat menghampiri alat tangkap. Alat
11
tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan sebaiknya yang ramah lingkungan
agar tidak merusak habitat ikan. Menurut masyarakat yang sering menangkap ikan di
Sungai Tabir, jenis alat tangkap yang dominan digunakan, mencakup jaring insang,
pancing atau rawai, pukat cincin, dan jala. Jala yang digunakan biasanya berdiameter
2,5 cm. Hal ini karena masyarakat hanya akan menangkap ikan yang berukuran
sedang hingga besar. Ukuran tersebut juga digunakan pada penelitian sebelumnya
oleh Lasmawati (2010).
Jaring insang merupakan alat tangkap yang besaran mata jaringnya
disesuaikan dengan sasaran ikan yang akan ditangkap. Ukuran panjang jaring insang
bervariasi antara 5 sampai 100 meter. Di setiap meter terdapat pelampung. Sedangkan
di bagian bawah terdapat pemberat setiap meter yang fungsinya untuk menahan
jaring insang agar tetap kebawah. Ikan yang ditangkap akan terjerat pada bagian tutup
insangnya. Pancing merupakan alat tangkap yang berbentuk rangkaian tali atau biasa
disebut pancing, pada ujungnya di ikat mata kail yang diberi umpan sesuai dengan
ikan yang ditangkap. Pukat cincin merupakan alat tangkap yang dilengkapi dengan
cincin dan tali kerut pada bagian bawah jaring, yang gunanya untuk menyatukan
bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kerut tersebut. Pukat
udang dari segi operasionalnya sama dengan pukat harimau, yang membedakan
adalah adanya tambahan alat pemisah ikan. Alat tangkap. Bubu merupakan alat
tangkap berbentuk bulat yang terbuat dari bambu maupun rotan, berdiameter 10-50
meter. Pemasangan bubu searah dengan arus air sehingga ikan yang masuk tidak
dapat keluar lagi.
12
Gambar 2.2. Beberapa alat tangkap ikan (a) bubu (b) jaring insang (c) pancing
(Itfishing, 2006).
2.7. Penelitian Relevan
Untuk
menghindari
duplikasi
dan
plagialisme,
peneliti
melakukan
penelusuran terhadap penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran, diperoleh beberapa
informasi terkait dengan masalah yang diteliti, yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Lasmawati (2010) di Sungai Tabir mengenai “kepadatan populasi dan habitat ikan
semah (Tor tambra) di Sungai Tabir Kabupaten Merangin”. Kemudian penelitian
yang dilakukan oleh Haryono dan Subagja (2008) mengenai “Populasi dan habitat
Ikan Tambra di Perairan Kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah”. Hasil
penelitian Lasmawati (2010) mendapatkan ikan semah berjumlah 55 individu.
Sedangkan penelitian Haryono dan
berjumlah 29 individu.
Subagja (2008) mendapatkan ikan semah
13
Penelitian yang dilakukan oleh Lasmawati (2010) memiliki kesamaan dengan
penelitian yang diteliti. Subjek yang diteliti sama-sama ikan semah (Tor tambra)
yang ada di Sungai Tabir Kabupaten Merangin. Kemudian penelitian yang sama
dilakukan oleh Haryono dan Subagja (2008), namun objek yang diteliti merupakan
genus Tor lainnya yang ada di perairan pegunungan Kalimantan Tengah. Akan tetapi
Penelitian yang akan dikembangkan juga memiliki perbedaan yaitu, penambahan alat
tangkap yang digunakan, jala, bubu, dan pancing. Jumlah stasiun penelitian yang
dilakukan adalah empat stasiun dan pada setiap stasiun yang masing-masing
mewakili kondisi habitat lingkungan di sekitar. Penelitian Lasmawati hanya terdapat
tiga stasiun pengambilan sampel yang masing-masing berukuran 10 m2.
Download