Uploaded by yenni91.pt.ssa

BAB II LANDASAN TEORI. desain produk, desain jasa, desain grafis, dan desain lingkungan. Desain

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Desain Kemasan
2.1.1 Pengertian Desain
Menurut Kotler (2003: 55) Desain adalah suatu ide besar, yang meliputi
desain produk, desain jasa, desain grafis, dan desain lingkungan.
Desain
merupakan sekumpulan alat dan konsep untuk membantu persiapan produkproduk dan jasa-jasa yang berhasil.Tetapi desain mengandung ide yang lebih luas
daripada hanya sekedar bentuk produk. Produk yang didesain dengan baik, selain
menarik, juga akan memenuhi kriteria-kriteria di bawah ini:
1. Mudah dibuka kemasannya
2. Mudah dirakit
3. Mudah untuk dipelajari cara memakainya
4. Mudah digunakan
5. Mudah diperbaiki
6. Mudah dibuang setelah selesai digunakan.
Prinsip dasar desain, sebagaimana terkait dengan penggunaan elemenelemen desain seperti garis, bentuk, warna, dan tekstur, menyediakan panduan
yang membentuk komunikasi visual dan kemampuan untuk bermanuver dalam
proses desain kemasan.
2.1.2 Pengertian Kemasan
Menurut Stanton dan Lamarto (1984: 278) kemasan dapat didefinisikan
sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi bungkus atau suatu
produk. Ada tiga alasan mengapa kemasan diperlukan :
10
Universitas Sumatera Utara
11
1. Kemasan memenuhi sasaran: keamanan (safety) dan kemanfaatan (utilitarian).
Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke
konsumen, dan dalam beberapa kasus bahkan sewaktu dipakai oleh konsumen.
Misalnya, kemasan yang efektif dapat melindungi produk darri niat jahat
seperti dalam kasus usaha meracuni obat penenang di tahun 1982. Beberapa
jenis produk yang dapat berbahaya untuk anak-anak juga diberi kemasan
pelindung khusus. Dibandingkan dengan produk borongan, barang-barang
kemasan biasanya lebih bersih, menawan dan tahan terhadap kemasan yang
disebabkan oleh uap air dan kebocoran.
2. Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan.
Melalui
kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya
mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya
cara perusahaan membedakan produknya.
Misalnya, dalam kasus barang
kemudahan (convenience goods) atau kurang suplai industri, kebanyakan
pembeli tidak membedakan antara produk yang satu dengan yang lainnya.
Para pengecer juga mengakui bahwa kemasan yang mengandung ciri-ciri
promosi dan perlindungan barang yang efektif dapat membantu meningkatkan
penjualan dan mengurangi biaya. Dalam hal ini, kemasan berfungsi sebagai
wiraniaga tan-wicara (silent sales person)
3. Manajemen bisa mengemas produknya sedemikian rupa untuk meningkatkan
memperoleh laba. Ada bentuk dan ciri kemasan yang demikian menariknya
sehingga pelanggan bersedia membayar lebih mahal hanya untuk memperoleh
kemasan istimewa ini, padahal perbedaan tingkat harga sudah melebihi biaya
tambahan untuk memproduksi kemasan istimewa. Peningkatan laba juga bisa
Universitas Sumatera Utara
12
meningkat melalui efisiensi biaya pemasaran yang diperoleh dari kemasan
yang efektif, kemasan yang dapat mengurangi kerusakan barang dan
kemudahan dalam pengiriman.
2.1.3 Fungsi Kemasan
Menurut Setyaningrum et al (2015: 119) pemasar makin mengakui
pentingnya kemasan sebuah produk. Pada umumnya, sebuah kemasan dianggap
wadah (container) berebentuk botol , kotak, kaleng, bungkusan, dan sebagainya
dengan kemampuan untuk memproteksi sebuah produk. Namun, saat ini para
pemasar mengakui adanya aspek promosi untuk sebuah kemasan dan kemampuan
kemasan meningkatkan penjualan. Sebuah kemasan mempunyai dua fungsi
penting antara lain:
1. Kemasan harus mempunyai kegunaan fungsional bagi konsumen dan bagi
perantara pada saluran distribusi. Kemasan tersebut harus melindungi
produk, mencegah kerusakan, dan memperpanjang hidup produk. Sebagai
tambahan, ia juga harus mudah digunakan oleh konsumen dan mudah
dipindahkan, disimpan, dan ditaruh di dalam rak barang. Penjual lebih
menyukai kemasan yang dapat membantu mengurangi biaya pengiriman
dan pencurian di toko. Akhirnya, kemasan juga mudah terurai.
2. Kemasan harus memudahkan komunikasi promosi dengan memberikan
identifikasi merek yang jelas, mempromosikan produk, dan membantu
menjual produk.
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.4 Pentingnya Kemasan dalam Pemasaran
Menurut Stanton dan Lamarto (1984: 279) kemasan merupakan kegiatan
yang berorientasi pada produksi dan dilakukan khusus untuk memperoleh
maslahat perlindungan dan kemudahan. Selama beberapa tahun terakhir ini,
peranan kemasan dalam pemasaran semakin meningkat dan mulai diakui sebagai
suatu kekuatan utama dalam
persaingan pasar. Makin meluasnya penerapan
penjualan swalayan dan penjualan melalui mesin ortomatis berarti bahwa
kemasan mengambil alih tugas penjualan pada saat jual-beli terjadi. Keamanan
kemasan juga menjadi isu yang makin penting dalam pemasaran. Perkembangan
baru dalam kemasan terjadi dengan cepat sekali dan tiada henti-hentinya memaksa
pihak manajemen untuk terus untuk memperhatikan pembaharuan dalam desain
kemasan mereka. Hasilnya dapat kita saksikan misalnya, bahan baru
menggantikan bahan lama, bentuk dan ukuran yang semakin menarik, dan ciri-ciri
lain model kemasan dengan ukuran isi. Semuanya dilakukan demi kenyamanan
konsumen dan juga merupakan bahan tambahan yang membantu penjualan.
2.1.5Pengertian Desain Kemasan
Menurut Klimchuk dan Krasovec (2007:33) desain kemasan adalah bisnis
kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan
elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan.
Desain
kemasan
berlaku
untuk
membungkus,
melindungi,
mengirim,
mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di
pasar. Pada akhirnya, desain kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan
mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi secara unik.
Melalui metode desain yang komprehensif, desain kemasan menggunakan banyak
Universitas Sumatera Utara
14
sarana untuk menangani masalah pemasaran yang rumit.
Brainstorming,
eksplorasi, eksperimen, dan pemikiran strategis adalah beberapa cara dasar di
mana informasi visual dan verbal menjadi suatu konsep, ide, atau strategi desain.
Melalui strategi desain produk yang disusun dengan efektif, informasi produk
disampaikan kepada konsumen.
Penyelesaian masalah visualisasi adalah inti dari desain kemasan. Masalah
visualisasi itu bisa berupa perkenalan produk baru atau peningkatan peningkatan
penampilan produk yang sudah ada, kreativitas dari menentukan konsep dan
sketsa hingga desain tiga dimensi, analisis desain dan penyelesaian masalah teknis
merupakan cara penyelesaian masalah desain hingga menjadi solusi inovatif.
Tujuannya bukanlah untuk menciptakan penampilan desain yang menarik secara
visual karena desain kemasan yang hanya indah dipandang tidak bisa menggaet
pasar dengan sukses. Pencapaian tujuan strategis dan target pemasaran secara
kreatif melalui solusi desain yang tepat adalah fungsi utama desain kemasan.
2.1.6 Tujuan Desain Kemasan
Menurut Klimchuk dan Krasovec (2007: 47), tujuan desain kemasan
dibatasi oleh latar belakang pemasaran yang relevan dan tujuan strategis untuk
sebuah merek. Idealnya, tenaga pemasaran atau produsen menyediakan informasi
dan poin-poin yang spesifik dan detail untuk mengukur tujuan-tujuan yang hendak
dicapai dalam desain kemasan dengan tepat. Jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan berikut menyediakan informasi yang mendukung proses desain
kemasan dan menyediakan kerangka kerja bagi penempatan produk di pasaran:
Universitas Sumatera Utara
15
1. Siapakah Konsumennya ?
2. Di lingkungan mana produk akan bersaing ?
3. Pada harga jual berapa produk akan dijual ?
4. Berapa biaya produksinya ?
5. Berapa lama kerangka waktu dari saat pembuatan desain sampai pemasaran ?
6. Apa metode distribusi yang akan direncanakan ?
Penentuan posisi pada pangsa pasar menentukan penempatan produk
dalam lingkungan ritel yang kompetitif dan menyediakan dasar arah desain.
Tujuan desain kemasan menjadi lebih jelas pada saat parameter pemasaran telah
didefinisikan. Metode desain kemasan, atau “bagaimana-cara” pengembangan,
ditentukan oleh apakah tujuannya adalah untuk perkembangan produk baru,
perluasan merek yang ada ke lini produk baru, atau reposisi merek, produk atau
jasa.
2.1.7 Prinsip-prinsip Desain Kemasan
Menurut Klimchuk dan Krasovec (2007: 82) dalam desain kemasan,
prinsip dasar desain disesuaikan untuk memenuhi tujuan setiap tugas-tugas desain.
Panduan ini membantu mendefinisikan bagaimana warna, tipografi, struktur, dan
citra diaplikasikan dalam suatu tata letak desain untuk menciptakan kesan
keseimbangan, intensitas, proporsi, dan penampilan yang tepat. Inilah yang
membuat elemen-elemen desain membentuk atribut komunikatif suatu desain
kemasan.
Ada banyak variabel yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa desain
kemasan menarik konsumen. Periset konsumen menghabiskan waktu yang banyak
untuk menganalisis variabel-variabel ini. Dari suatu perspektif desain murni
Universitas Sumatera Utara
16
(memindahkan variabel pemasaran lain seperti harga, lokasi, dan kesetiaan merek
itu) terdapat elemen-elemen penting yang menangkap perhatian konsumen dengan
sangat baik dan menerobos kerumunan sosial dalam kompetisi ritel.
Empat penarik perhatian utama:
1. Warna
2. Struktur Fisik atau bentuk
3. Simbol dan Angka
4. Tipografi
Gambar 2.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi Desain Kemasan
PERILAKU KONSUMEN
KOMPETISI
FAKTOR-FAKTOR
EKONOMI
SALURAN
DISTRIBUSI
DESAIN
KEMASAN
PROSES
PRODUKSI
ISU-ISU
SOSIAL/BUDAYA
TEKNOLOGI
ISU-ISU HUKUM
Sumber: Buku Desain Kemasan (Klimchuk dan Krasovec, 2007:50)
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.8 Elemen Desain Kemasan
Menurut Nillson & Armstrom (Cahyorini & Rusfian, 2011), variabel
desain kemasan terdiri dari 3 dimensi yaitu: desain grafis, struktur desain, dan
informasi produk.
1.Desain Grafis
Desain Grafis adalah dekorasi visual pada permukaan kemasan. Menurut
Nillson & Amstrom (Cahyorini dan Rusfian, 2011) desain grafis terdiri dari empat
sub dimensi, yaitu: nama merek, warna, tipografi, dan gambar.
Menurut Klimchuk & Krasovec (2007: 135) elemen grafis dalam desain
kemasan dapat berupa.
a. Kolom berwarna untuk ragam, rasa, bau, warna, komposisi, atau
aroma suatu produk.
b. Violator untuk mengkomunikasikan produk baru, keunggulan
produk, keunggulan kemasan, atau harga
c. Tanda panah dan bentuk-bentuk untuk mengarahkan mata,
mencurahkan energi atau berisi teks
d. Bujur sangkar, lingkaran, segitiga atau persegi panjang untuk
memisahkan badan teks atau menyertakan identitas merek
e. Tekstur sebagai latar untuk estetika atau untuk mendukung foto,
ilustrasi atau simbol.
2. Struktur Desain
Menurut Klimchuk & Krasovec (2007: 137) struktur dan material
digunakan sebagai tempat penyimpan, perlindungan dan transportasi prosuk dan
menyediakan permukaan fisik bagi desain kemasan. Dalam lingkungan ritel
Universitas Sumatera Utara
18
struktur kemasan mendukung umur penyimpanan produk dan menyediakan
kualitas nyata dan fitur protektif yang kesemuanya mempengaruhi ketertarikan
awal konsumen terhadap produk. Pemilihan struktur pada akhirnya ditentukan
oleh keputusan pengguna akhir, di mana struktur melakukan tugas ergonomisnya
termasuk membuka dan menutup dengan baik, mengeluarkan dan dalam beberapa
kasus penyimpanan produk. Struktur Desain terdiri dari 3 subdimensi: bentuk,
ukuran, dan material.
3.Informasi Produk
Menurut Klimchuk & Krasovec (2007: 100) penjelasan produk biasanya
biasanya mendefiniskan isi kemasan yang spesifik dan meliputi rasa, fitur, atau
manfaat produk. Penjelasan produk bisa menggarisbawahi perluasan produk baru
dan penting untuk strategi pemasaran. Tenaga pemasaran menggunakan
penjelasan produk untuk mendefinisikan perbedaan diantara serangkaian lini
produk dan menciptakan perbedaan yang terlihat antara produk mereka dan
produk pesaing. Penjelasan produk yang unik bisa jadi merek dagang.
2.2 Impulsive Buying ( Pembelian Tak Terencana)
Menurut Utami (2012: 50) perilaku pembelian yang tidak direncanakan
(unplanned buying) merupakan perilaku pembelian yang dilakukan di dalam toko,
di mana pembelian berbeda dari apa yang telah direncanakan oleh konsumen pada
saat mereka masuk ke dalam toko.
Pembelian tidak terencana adalah suatu
tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya, atau keputusan
pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko.
Universitas Sumatera Utara
19
2.2.1Penyebab terjadinya Pembelian Impulsif
Menurut Utami (2012: 69) terdapat dua penyebab terjadinya pembelian
impulsif diantaranya pengaruh stimulus di tempat belanja dan pengaruh situasi.
Pembelian impulsif disebakan oleh stimulus di tempat belanja untuk
mengingatkan konsumen akan apa yang harus dibeli atau karena pengaruh
display, promosi, dan usaha-usaha pemilik tempat belanja untuk menciptakan
kebutuhan baru. Pada kasus yang pertama, kebutuhan konsumen tidak nampak
sampai konsumen berada di tempat belanja dan dapat melihat alternatif-alternatif
yang akan diambil dalam pengambilan keputusan pembelian terakhir. Hal ini
berkaitan dengan pembelian yang dikarenakan impuls pengingat. Pada kasus
kedua, konsumen tidak menyadari akan kebutuhannya sama sekali, semuanya
diciptakan oleh stimulus yang dikondisikan akan diinginkan oleh konsumen. Hal
ini berkaitan dengan impuls saran.
2.2.2Tipe Pembelian Impulsif
Menurut Stern (Utami, 2012: 68) menyatakan bahwa ada empat tipe
pembelian impulsif, yaitu:
1. Impuls murni (pure impuls)
Pengertian ini mengacu pada tindakan pembelian sesuatu karena alasan
menarik, biasanya ketika suatu pembelian terjadi karena loyalitas terhadap
merek atau perilaku pembelian yang telah biasa dilakukan. Contohnya,
membeli sekaleng asparagus bukannya membeli sekaleng macaroni seperti
biasanya.
Universitas Sumatera Utara
20
2. Impuls pengingat (reminder impulse)
Ketika konsumen membeli berdasarkan jenis impuls ini, hal ini
dikarenakan unit tersebut biasanya memang dibeli juga, tetapi tidak terjadi
untuk diantisipasi atau tercatat dalam daftar belanja. Contohnya, ketika
sedang menunggu antrrean untuk membeli sampo di konter toko obat,
konsumen melihat merek aspirin pada rak dan ingat bahwa persediannya di
rumah akan habis, sehingga ingatan atas penglihatan pada produk tersebut
memicu pembelian yang tidak terencana.
3. Impuls saran (suggestion impulse)
Suatu produk yang ditemui konsumen untuk pertama kali akan
menstimulasi keinginan untuk mencobanya. Contohnya, seorang ibu
rumah tangga yang secara tidak sengaja melihat produk penghilang bau
tidak sedap di suatu counter display, hal ini secara langsung akan
merelasikan produk tersebut didasarkan atas pertimbangan tentang adanya
bau disebabkan karena aktivitas memasak di dalam rumah dan kemudian
membelinya.
4. Impuls terencana (planned impulse)
Aspek perencanaan dalam perilaku ini menunjukkan respons konsumen
terhadap
beberapa insentif spesial untuk membeli unit yang tidak
diantisipasi. Impuls ini biasanya distimulasi oleh pengumuman penjualan
kupon, potongan kupon, atau penawaran menggiurkan lainnya.
2.2.3 Perspektif dalam Pembelian Impulsif
Menurut Utami (2012: 68) terdapat tiga persepektif yang digunakan untuk
menjelaskan pembelian impulsif:
Universitas Sumatera Utara
21
1. Karakteristik produk yang dibeli
2. Karakteristik konsumen
3. Karakteristik display tempat belanja.
Pembelian impulsif jarang terjadi untuk produk yang sering dikonsumsi,
seperti roti, susu, telur, daripada produk yang jarang dikonsumsi seperti vitamin,
permen, maupun makanan penutup. Produk-produk baru sering kali dibeli secara
impulsif. Untuk perspektif kedua yaitu karakteristik konsumen, seperti faktor
demografi konsumen, kepribadian, konsumen, dan kesenangan berkunjung ke
tempat belanja, semuanya memengaruhi terjadinya pembelian impulsif. Untuk
perspektif ketiga, karakteristik display tempat belanja seperti display di dekat
konter pembayaran dan display pada ujung koridor terbukti menstimulasi
terjadinya pembelian impulsif.
Menurut Rook (Cahyorini & Rusfian, 2011: 12) Variabel-variabel impulsive
buying yang diukur dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Dorongan spontan untuk membeli
2. Sinkronitas
3. Ketertarikan
4. Elemen Hedonis
5. Konflik
6. Mengabaikan Konsekuensi
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Suliyanto (2006: 48) Kerangka Pemikiran merupakan sebuah alur
yang menggambarkan proses riset secara keseluruhan. Dengan kata lain, kerangka
pemikiran merupakan miniatur keseluruhan proses riset.Persaingan yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
22
antar perusahaan minuman memacu para pelaku industri desain kemasan semakin
meningkatkan kemampuan dalam merancang desain yang lebih inovatif dan
disukai masyarakat. Dalam hal ini desain kemasan dapat memicu terjadinya
pembelian yang tidak terecana (impulsive buying) dengan memperhatikan faktorfaktor yang ada. Secara sederhana kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
Desain Kemasan
Impulsive Buying
(X)
(Y)
Sumber: Diolah Peneliti, 2017
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas atau juga variabel independen adalah variabel yang
memengaruhi atau menjadi penyebab besar kecilnya variabel yang lain.
Variabel ini sering disebut variabel predikator (Suliyanto, 2006:77), yang
termasuk dalam variabel bebas dalam penelitian ini adalah Desain Kemasan
(packaging) terdiri dari beberapa dimensi seperti Desain Grafis, Struktur
Desain, dan Informasi Produk.
2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang
variasinya dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas (Suliyanto, 2006:78),
yang termasuk variabel terikat dalam penelitian ini adalah impulsive buying.
Universitas Sumatera Utara
23
2.4 Pengembangan Hipotesis
Menurut Kinney Jr. (Jogiyanto, 2004: 41), Hipotesis (hypotesys) adalah
prediksi tentang fenomena. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. H0 : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari desain kemasan yang
terdiri dari desain grafis, struktur desain, dan informasi produk Chatime
terhadap impulsive buying di di kalangan konsumen Chatime Hermes
Place Polonia Medan.
Ha : Terdapat pengaruh positif dan siginifikan dari desain kemasan yang terdiri
dari terdiri dari desain grafis, struktur desain, dan informasi produk
Chatime terhadap impulsive buying di kalangan Chatime Hermes Place
Polonia Medan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Untuk melakukan penelitian, tentu tidak terlepas dari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari
penelitian yang sedang dilakukan. Tujuan lainnya adalah sebagai perbandingan
dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut hasil ringkasan hasil
penelitian terdahulu yang dijadikan referensi bagi peneliti :
1. Priscilla Christy & J. Ellyawati, 2015 (Universitas Atma Jaya Jogjakarta)
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Desain Kemasan (packaging) pada
impulsive buying”.Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa
pembelian tanpa rencana konsumen pada produk puding Jele disebabkan karena
desain kemasan (packaging) dari produk puding Jele.Desain kemasan yang terdiri
dari desain grafis, struktur desain, informasi produk memiliki pengaruh yang
positif
dan
signifikan
dalam
meningkatkan
pembelian
tanpa
rencana
Universitas Sumatera Utara
24
konsumen.Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa, desain grafis merupakan
12 variabel dari desain kemasan yang paling dominan pengaruhnya terhadap
pembelian tanpa rencana. Hasil penelitian ini juga memberikan informasi bahwa
konsumen pria dan wanita dengan usia yang berbeda memiliki penilaian yang
sama baiknya pada desain grafis, struktur desain dan informasi produk puding
Jele.
2. Astri Cahyorini dan Effy Zalfiana Rusfian, 2011 (Universitas Indonesia)
Penelitian ini berjudul ”The Effect of Packaging Design on Impulsive
Buying”. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa desain kemasan “Monggo” 40
grmemberikan pengaruh terhadap pembelian tak terencana di Jakarta Selatan.
Dari ketiga dimensi desain kemasan (desain grafis,desain struktur, dan informasi
produk), hanya satudimensi yang mempengaruhi pembelian impulsif yaitu desain
grafis dua dimensi lainnya tidak mempengaruhi pembelian impulsif. Penelitian ini
membuktikan bahwa desain kemasan “Monggo” 40 gr memberikan pengaruh
positif pada pembelian impulsifdi Jakarta Selatan, serta berkorelasi sangat kuat
antar variabel; desain kemasan “Monggo” ini mempengaruhi pembelian
impulsifsebesar 38%. Pengaruh yang diberikan memang tidak terlalu signifikan,
sebagai satu-satunya elemen dalam kemasan Monggo 40 gr inidesain yang
mempengaruhi
pembelian
impulsif
adalah
desain
grafis.Kami
dapat
menyimpulkan bahwa Manajemen “Monggo”butuh untuk meninjau kembali
merek desain kemasan. Manajemen“Monggo” belum memanfaatkan alat
komunikasi lain sepertiiklan untuk mendukung komunikasi pemasaran,desain
kemasan menjadi lebih penting dalam meningkatkan penjualan.
Universitas Sumatera Utara
25
Rendahnya persentase di atas juga dipengaruhi oleh unsur-unsurdalam
desain kemasan Monggo yang konsumen pertimbangkantidak menguntungkan;
tipografi hampir tidak dapat dibaca, misalnya.Masalah ini perlu ditangani oleh
manajemen
dalam rangka untuk memiliki komunikasi produk yang sangat baik. Penelitian ini
juga menemukan bahwa pelanggan memiliki ketertarikan yang besar untuk nama
merek 'Monggo', karena nama yang sangat tradisional. Nama yang tidak hanya
menarik tetapi juga dapat membedkannya dengan produk merek lain. Oleh karena
itu nama mereksudah efektif dan manajemen harus mempertahankangambar yang
sudah ditetapkan.
3. Lestari, Sri Indah, 2016 ( Universitas Sumatera Utara)
Judul Penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store
Atmosphere), Display Produk, dan Harga Produk Terhadap Pembelian Tidak
Direncanakan (Impulsive Buying) di Outlet Alfamart Jalan Pematang Tengah,
Tanjung Pura”. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan Variabel suasana toko (store atmosphere) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pembelian tidak direncanakan (impulsive buying) di outlet
Alfamart Jalan Pematang Tengah, Tanjung Pura. Suasana toko (store atmosphere)
dapat mempengaruhi pembelian tidak direncanakan (impulsive buying). Hasil ini
menerima hipotesis awal yang menyatakan suasana toko (store atmosphere)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian tidak direncanakan
(impulsive buying) di outlet Alfamart Pematang Tengah, Tanjung Pura.
4. Sormin, Hanna, 2011 (Universitas Sumatera Utara)
Universitas Sumatera Utara
26
Judul Penelitian ini adalah ”Pengaruh Kemasan Sunsilk Terhadap Minat
Pembelian Ulang Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist
Indonesia”. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kemasan Sunsilk yang terdiri
dari warna, desain, bentuk, ukuran, material fisik serta informasi dalam label
terhadap minat pembelian ulang pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Methodist Indonesia.
2. Berdasarkan uji F disimpulkan bahwa keenam variabel dari kemasan
Shampo Sunsilk yaitu warna (X1), desain (X2), bentuk (X3), ukuran (X4),
material fisik (X5), informasi dalam label (X6) secara bersama-sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang pada Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Methodist Indonesia dengan F hitung diperoleh 6,867 lebih
besar dari nilai F tabel (2,68).
5. Nirwana, Dewi, 2011 (Universitas Sumatera Utara)
Judul Penelitian ini adalah ”Pengaruh Kemasan Terhadap Keputusan
Pembelian Minuman Fruit Tea Pada Siswa SMU ST Thomas 2 Medan”. Hasil
dari deskriptif responden menunjukkkan bahwa 57,14% peminat Frut Tea di SMU
ST.Thomas 2 Medan adalah laki-laki dengan umur 16 tahun. Berdasarkan Uji-F
(Uji signifikan simultan) disimpulkan bahwa variabel kemasan yaitu variabel
Portability (X1), Memorable (X2), Easy to Read (X3), Visual Protection (X4),
secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian pada siswa SMU St. Thomas 2 Medan. Berdasarkan uji signifikan
individual (uji-t) disimpulkan bahwa dari keempat variabel dari kemasan
Universitas Sumatera Utara
27
minuman Fruit Tea yaitu variabel portability, memorable, easy to read dan visual
protection, variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian
pada siswa SMU St. Thomas 2 Medan yaitu variabel memorable dengan nilai
thitung (X2) = 5.345 dengan nilai signifikan 0.000, sedangkan variabel yang
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan adalah variabel portability (X1) dengan
nilai thitung (X1) = 0.055, dan variabel easy to read (X3) dengan nilai thitung
(X3) = 0.767.
Universitas Sumatera Utara
Download