Uploaded by williamgenji1

HUKUM DAGANG INTERNASIONAL

advertisement
HUKUM DAGANG
INTERNASIONAL
OLEH: WILLIAM RICKY ANANTA
NPK: 17010000028
SUMBER HUKUM DAGANG
INTERNASIONAL
1. PERJANJIAN INTERNASIONAL
Perjanjian internasional adalah salah satu sumber
hukum yang terpenting. Secara umum, perjanjian
internasional terbagi ke dalam tiga bentuk, yaitu
perjanjian multilateral, regional dan bilateral. Ada
juga perjanjian internasional yang memberikan
kekuasaan tertentu di bidang perdagangan atau
keuangan kepada suatu organisasi internasional.
Perjanjian internasional kadang kala juga berupaya
mencari suatu pengaturan yang seragam guna
mempercepat transaksi perdagangan.
Suatu perjanjian perdagangan internasional
mengikat berdasarkan kesepakatan para pihak
yang membuatnya. Karena itu, sebagaimana halnya
perjanjian internasional pada umumnya, perjanjian
perdagangan internasional pun hanya akan
mengikat suatu negara apabila negara tersebut
sepakat untuk menandatangani atau
meratifikasinya. Perjanjian internasional yang telah
diratifikasi tersebut kemudian menjadi bagian dari
hukum nasional negara tersebut.
Dari muatan yang terkandung di dalamnya,
perjanjian perdagangan internasional pada
umumnya memuat hal-hal berikut:
• 1. liberalisasi perdagangan
• 2. integrasi perdagangan
• 3. harmonisasi hukum
• 4. unifikasi hukum
• 5. model hukum dan legal guide
2. HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL
Sebagai suatu sumber hukum, hukum kebiasaan
perdagangan merupakan sumber hukum yang
dapat dianggap sebagai sumber hukum yang
pertama-tama lahir dalam hukum perdagangan
internasional. Dari awal perkembangannya, yang
disebut dengan hukum perdagangan internasional
justru lahir dari adanya praktek-praktek para
pedagang yang dilakukan berulang-ulang
sedemikian rupa sehingga kebiasaan yang berulangulang dengan waktu yang relatif lama tersebut
menjadi mengikat. sumber hukum ini disebut juga
sebagai lex mercatoria atau hukum para pedagang
(the law of the merchants). Istilah ini logis karena
memang para pedagang-lah yang mula-mula
‘menciptakan’ aturan hukum yang berlaku bagi
mereka untuk transaksi-transaksi dagang mereka.
• Suatu kebiasaan tidak selamanya menjadi
mengikat dan karenanya menjadi hukum. Suatu
praktek kebiasaan untuk menjadi mengikat harus
memenuhi syarat-syarat berikut:
(1) Suatu praktek yang berulang-ulang dilakukan
dan diikuti oleh lebih dari dua pihak (praktek
negara); dan
(2) Praktek ini diterima sebagai mengikat (opnio iuris
sive necessitatis).
• Kebiasaan-kebiasaan perdagangan memiliki peran
yang sangat penting di dalam sesuatu transaksi
perdagangan internasional. Misalnya, kebiasaan
tersebut terkodifikasi dalam kontrak konstruksi atau
pengiriman barang, fob, cif, dll.
3. PRINSIP-PRINSIP HUKUM UMUM
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan prinsipprinsip hukum umum belum ada pengertian yang
diterima luas. Peran sumber hukum ini biasanya
diyakini lahir baik dari sistem hukum nasional maupun
hukum internasional.
Sumber hukum ini akan mulai berfungsi manakala
hukum perjanjian (internasional) dan hukum
kebiasaan internasional tidak memberi jawaban atas
sesuatu persoalan. Karena itu prinsip- prinsip hukum
umum ini dipandang sebagai sumber hukum penting
dalam upaya mengembangkan hukum, termasuk
sudah barang tentu hukum perdagangan
internasional.
• Beberapa contoh dari prinsip-prinsip hukum umum
ini antara lain adalah prinsip itikad baik, prinsip
pacta sunt servanda, dan prinsip ganti rugi. Ketiga
prinsip ini terdapat dan diakui dalam hampir semua
sistem hukum di dunia, dan terdapat pula dalam
hukum (perdagangan) internasional.
4. PUTUSAN-PUTUSAN BADAN PENGADILAN DAN
DOKTRIN
Sumber hukum ke-4 ini tampaknya memiliki fungsi
dan peran pelengkap seperti halnya prinsip-prinsip
hukum umum. Sumber hukum ini akan memainkan
perannya apabila sumber-sumber hukum terdahulu
tidak memberi kepastian atau jawaban atas suatu
persoalan hukum (di bidang perdagangan
internasional).
• Begitu pula dengan doktrin,Peran dan fungsinya
cukup penting dalam menjelaskan sesuatu hukum
perdagangan internasional. Bahkan doktrin dapat
pula digunakan untuk menemukan hukum. Doktrin
ini
penting manakala sumber-sumber hukum
sebelumnya ternyata juga
tidak jelas atau tidak mengatur sama sekali
mengenai suatu hal di bidang perdagangan
internasional.
5. KONTRAK
Sumber hukum perdagangan internasional yang
sebenarnya merupakan sumber utama dan
terpenting adalah perjanjian atau kontrak yang
dibuat oleh para pedagang sendiri. Seperti kita
dapat pahami, kontrak tersebut adalah ‘undangundang’ bagi para pihak yang membuatnya.
• Karena itu kontrak berperan sebagai sumber hukum
yang perlu dan terlebih dahulu mereka jadikan
acuan penting dalam melaksanakan hak dan
kewajiban mereka dalam perdagangan
internasional.Syarat-syarat perdagangan dan hak
serta kewajiban para pihak seluruhnya diserahkan
kepada para pihak dan hukum menghormati
kesepakatan ini yang tertuang dalam perjanjian.
• Meskipun kebebasan para pihak sangatlah
esensial, namun kebebasan tersebut ada batasbatasnya. Pertama,bahwa kebebasan tersebut
tidak boleh bertentangan dengan undangundang, dan dalam taraf tertentu, dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan kesopanan.
Kedua, Kontrak dalam perdagangan internasional
tidak lain adalah kontrak nasional yang ada unsur
asingnya.Artinya,dibatasi oleh hukum nasional
(suatu negara tertentu).
• Ketiga, pembatasan lain yang juga penting dan
mengikat para pihak adalah kesepakatankesepakatan atau
‘kebiasaan’ dagang yang sebelumnya dilakukan
oleh para pihak yang bersangkutan.
6. HUKUM NASIONAL
Peran hukum nasional ini antara lain akan mulai lahir
manakala timbul sengketa sebagai pelaksanaan dari
kontrak. Dalam hal demikian ini maka pengadilan
(badan arbitrase) pertama-tama akan melihat
klausul pilihan hukum dalam kontrak untuk
menentukan hukum yang akan digunakan untuk
menyelesaikan sengketanya. Peran signifikan dari
hukum nasional lahir dari adanya jurisdiksi
(kewenangan) negara. Kewenangan ini sifatnya
mutlak dan eksklusif.
• Jurisdiksi atau kewenangan tersebut adalah
kewenangan suatu negara untuk mengatur segala
(a) peristiwa hukum, (b) subyek hukum, dan (c)
benda yang berada di dalam wilayahnya. Dalam
hal ini maka hukum nasional yang dibuat suatu
negara dapat mencakup hukum perpajakan,
kepabeanan, ketenaga-kerjaan, persaingan sehat,
perlindungan konsumen, kesehatan, perlindungan
HAKI (intellectual property rights), hingga perizinan
ekspor-impor suatu produk. Kewenangan atas
subyek hukum dalam perdagangan internasional,
mencakup kewenangan negara dalam membuat
dan meletakkan syarat-syarat. Kewenangan suatu
negara untuk mengatur atas suatu benda yang
berada di dalam wilayahnya mencakup
pengaturan obyek-obyek apa saja yang dapat
atau tidak dapat untuk diperjual-belikan.
DEFINISI GATT/WTO
• World Trade Organization (WTO) merupakan satusatunya organisasi internasional yang mengatur
perdagangan internasional. Terbentuk sejak tahun
1995, WTO berjalan berdasarkan serangkaian
perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati oleh
sejumlah besar negara di dunia dan diratifikasi
melalui parlemen. Tujuan dari perjanjian-perjanjian
WTO adalah untuk membantu produsen barang
dan jasa, eksportir dan importir dalam melakukan
kegiatannya.
• Pendirian WTO berawal dari negosiasi yang dikenal
dengan "Uruguay Round" (1986 - 1994) serta
perundingan sebelumnya di bawah "General
Agreement on Tariffs and Trade" (GATT). WTO saat
ini terdiri dari 154 negara anggota, di mana 117 di
antaranya merupakan negara berkembang atau
wilayah kepabeanan terpisah. Saat ini, WTO
menjadi wadah negosiasi sejumlah perjanjian baru
di bawah "Doha Development Agenda" (DDA)
yang dimulai tahun 2001.
• Prinsip pembentukan dan dasar WTO adalah untuk
mengupayakan keterbukaan batas wilayah,
memberikan jaminan atas "Most-Favored-Nation
principle" (MFN) dan perlakuan non-diskriminasi oleh
dan di antara negara anggota, serta komitmen
terhadap transparansi dalam semua kegiatannya.
• Tujuan pendirian WTO dijabarkan dalam
mukadimah Perjanjian WTO, yaitu untuk
meningkatkan taraf hidup, mewujudkan lapangan
kerja penuh, menambah pendapatan riil dan
permintaan, serta memperbesar produksi dan
perdagangan barang dan jasa.
• Organisasi Perdagangan Dunia adalah sebuah
organisasi internasional yang memiliki kapasitas
hukum dan juga dianggap sebagai subjek hukum
internasional. Struktur kelembagaannya diatur oleh
Pasal IV Perjanjian WTO. Terdapat dua badan yang
mengambil keputusan di WTO, yaitu Konferensi
Tingkat Menteri dan Dewan Umum. Kekuasaan
tertinggi berada di tangan Konferensi Tingkat
Menteri yang terdiri dari para perwakilan dari
semua anggota WTO.
ATURAN-ATURAN UMUM
GATT/WTO
• WTO memiliki banyak aturan yang rumit mengenai
perdagangan barang dan jasa dan perlindungan
hak kekayaan intelektual. Aspek-aspek dagang
yang menjadi cakupan dari hukum WTO sendiri
bermacam-macam, contohnya adalah tarif, kuota,
regulasi di tingkatan nasional, tindakan yang
diambil demi keamanan nasional, persyaratan
pabean, subsidi, dan dumping (praktik menurunkan
harga barang ekspor di bawah harga normal di
negara pengekspor).
• Non-diskriminasi
Berdasarkan aturan MFN, apabila suatu anggota
WTO memutuskan untuk memberikan suatu
perlakuan yang menguntungkan atau
mengistimewakan salah satu anggota, keuntungan
atau keistimewaan tersebut juga harus diberikan
kepada semua anggota WTO tanpa terkecuali.
Sebagai contoh, apabila salah satu anggota WTO
memutuskan untuk memangkas tarif impor beras dari
salah satu anggota, pemangkasan tarif beras
tersebut juga harus diberlakukan kepada semua
anggota WTO.
• Aturan mengenai akses pasar
Secara umum, terdapat empat jenis aturan WTO
yang terkait dengan akses pasar, yaitu peraturan
tentang bea masuk, peraturan tentang bea dan
pungutan-pungutan keuangan lainnya, peraturan
tentang pembatasan secara kuantitatif, serta
peraturan tentang hambatan non-tarif lainnya.
• Aturan mengenai pratek perdagangan yang tidak
adil
yaitu subsidi dan dumping. Hukum WTO melarang
beberapa jenis subsidi, yaitu subsidi ekspor dan
substitusi impor, apabila subsidi tersebut
menimbulkan "dampak-dampak merugikan"
(adverse effects) terhadap kepentingan anggota
tersebut.
Sementara itu, dumping adalah praktik penjualan produk
di pasar negara lain dengan harga yang lebih rendah
daripada harga yang seharusnya di dalam negeri,
apabila praktik dumping tersebut mengakibatkan atau
mengancam akan mengakibatkan kerugian material
terhadap produk sejenis yang diproduksi oleh anggota
tersebut.
• Pengecualian
Hukum WTO memiliki pasal-pasal "pengecualian" yang
membenarkan penyimpangan dari aturan-aturan dasar
WTO dalam keadaan tertentu demi kepentingan
masyarakat. Hukum WTO juga menyediakan
pengecualian dalam bentuk perjanjian dagang regional,
yaitu perjanjian yang ditetapkan oleh negara-negara
tertentu untuk semakin memperkuat upaya integrasi
ekonomi. Contohnya adalah Kawasan Perdagangan
Bebas Perbara, Perjanjian Perdagangan Bebas Eropa
Tengah, dan Mercosur di Amerika Selatan.
TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA 
#STAYSAFE #STAYHEALTY #STAYATHOME
Download